You are on page 1of 11
ABORSI! DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA Salamah Noorhidayati* *STAIN Tulungagung JI. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung ABSTRACT This article discusses the issue of abortion in Islamic and positive law in Indonesia. Some controversies arise in Muslims scholarship in dealing this~isswe. These controversies are happen because abortion comes to exist because of many reasons surrounding causes: why this action has to be done among people. According to Fugaha or Muslim Jurists, abortion is an act of such a controversy. A part of them think it is absolutely forbidden (harani), in general situation. A part Say it is a space of dissent, mainly between Syafi'iyyah, Hanafiyah, Hambaliyah ad Malikiyyah schools, even Muslims jurists among one school. In the perspective of positive law, abortion is seen in general asa killing act. To this doer, it is some articles dealing with it condemning the doer than mother ordering to do so. In this issue, some ‘controversies also happen because of different explanation between article in KUHP and its explanation and the bill of Health Number 23, 1992 in article 15. Kata kunci: Aborsi, Hukum Islam, Fuqaha, Hukum Positif, Medis Pendabuluan ‘Aborsi merupakan fenomena sekaligus isu yang kontroversial, baik bagi Kalangan agamawan maupun penegak hukum. Agamawan memandang aborsi sebagai suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral keagamaan Karena identik dengan pembunuhan. Demikian juga Hukum Positif di Indonesia seperti KUHP juga memandang aborsi sebagai bentuk tindak pidana. Sedangkan di lain pihak, aborsi dipandang sebagai bentuk otonomi perempuan atas tubuhnya. Ia adalah bagian dari hak reproduksi, sehingga —dalam kondisi tertentu— perempuan ‘memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan aborsi yang aman. 164 AHKAM, Volume 09, Nomor 2, Nopember 2007: 163-173 Hal ini menjadikan aborsi sebagai sesuatu yang dilematis, baik bagi perémpuan yang menghendaki aborsi maupun pihak yang dimintai pertolongan untuk aborsi. Dalam realitanya, aborsi sulit diketahui angka pastinya, walaupen semua tahu bahwa aborsi adalah suatu fakta yang benar-benar ada. Adanya sanksi hukum bagi orang yang mengetahui tindakan aborsi, tetapi tidak melaporkannya membuat berbagai kalangan tidak berani mengadakan penelitian yang bisa menjelaskan angka aborsi secara akurat. Sekalipun demikian tidak ada yang menyangkal bahwa aborsi yang tidak aman banyak memberi kontribusi pada meningkatnya angka kematian ibu. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana hukum aborsi? Apakah aborsi diperbolehkan atau dilarang? Dalam kondisi_ seperti apa aborsi diperbolehkan atau dilarang? Tulisan ini paling tidak akan memaparkan berbagai hal yang terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia. Sekilas Tentang Aborsi Kata aborsi berasal dari bahasa Inggris abortion dan bahasa Latin abortus, yang secara etimologis berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam bahasa Arab, aborsi disebut dengan wasa'il al-ijhadh atau isgath al-haml.. (Mahjuddin, 2005: 76). Walaupun kelihatannya sama, tapi kedua istilah tersebut berbeda. Wasa‘il al-ijhadh adalah cara pengguguran kandungan yang masih muda, yang biasanya disepadankan dengan perkataan menstrual regulation (mengatur kelancaran masa menstrudsi oleh ahli medis), Sedangkan isgath al-haml dalam pengertian terminologis, para fuqaha mendefinisikan sebagai aborsi, pengguguran janin yang dikandung perempuan dengan tindakan tertentu sebelum sempurna masa kehamilannya, baik dalam keadaan hidup atau mati sebelum si janin bisa hidup di luar kandungan namun telah terbentuk sebagian anggota tubuhnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi adalah: (1) terpancarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum bulan keempat dari kehamilannya); keguguran atau keluron; (2) keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (untuk makhluk hidup); (3) guguran (janin) (Tim Penyusun, 1994: 2). Sedangkan dalam istilah kedokteran, aborsi adalah pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi (kehamilan) 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gr. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aborsi adalah tindakan yang disengaja untuk menggugurkan kandungan yang belum cukup wakta untuk hidup. ‘Ada dua macam bentuk aborsi yaitu abortus spontaneous (aborsi spontan) dan abortus provocatus atau abortus arteficiallis. Abortus Spontaneous (aborsi spontan) yakni aborsi yang terjadi dengan sendirinya, tidak disengaja tanpa pengaruh dari Tuar atau tanpa tindakan, Abortus spontan dapat terjadi karena kecelakaan, penyakit syphilis, dan sebagainya. Sedangkan abortus provocatus atau abortus arteficiallis, yakni aborsi yang dilakukan dengan sengaja. Tindakan semacam ini dibagi dua yaitu abortus provocatus thorapeuticus, yakni yang dilakukan atas dasar pertimbangan medis yang sungguh-sungguh dan pada umumnya untuk menyelamatkan jiwa si ibu; dan abortus provocatus criminalis, yakni yang dilakukan tanpa ada indikasi medis apapun, dan dianggap sebagai tindaic pidana (Zuhdi, 1997: 78; Harkrisnowo, 2000: 4; Zuhdi, 1986: 38-39; Aibak, 2006: 102) Salamah Noorhidayati, Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Posi 165 Aborsi jenis terakhir jnilah yang sering disebut dengan aborsi illegal dan diancam hukuman, baik piana maupun hukum Islam. Sedangkan untuk dua macam aborsi yang lain, hukum pidana dan hukum Islam memberikan kualifikasi dan ketentuan yang berbeda-beda menurut faktor penyebabnya, ringan dan beratnya serta jenis dan sifamnya Asal-usul Reproduksi Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis Secara eksplisit, al-Qur’an tidak menyatakan kapan janin atau embrio disebut sebagai “manusia”, Namun demikian, al-Qur’an banyak menjelaskan proses perkembangan janin dalam kandungan iby. Ada yang dijelaskan secara sekilas, dan ada pula yang dijelaskan secara rinci. Ayat-ayat yang menjelaskan proses perkembangan janin secara rinci adalah; Dalam surat al-Hajj ayat 5 yang artinya sebagai berikut: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan sebagai bayi”. Demikian juga dalam surat al-Mu’minun ayat 12-14 yang artinya sebagai berikut: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, tatu segumpal darah itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. Di samping penjelasan secara terinci, dalam beberapa ayat al-Qur’an juga disinggung tentang proses penciptaan manusia, misalnya dalam surat al-Sajdah ayat 7-9, artinya sebagai berikut: “Yang membuat indah segala sesuatu yang Ia ciptakan, dan Ja mengawali terciptanya manusia dari tanah. Lalu Ia membuat keturunannya dari saripati air yang hina. Lalu Ia buat itu sempurna dan Ia tiupkan di dalamnya sebagian ruh-Nya, dan Ia berikan kepadamu pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi sedikit sekali yang kamu syukuri”’ Ayat-ayat di atas menjclaskan bahwa pada awal kejadianya manusia anak cucu Adam diciptakan dari “nuthfah” (air mani) yang mengandung beribu-ribu sperma yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Setelah salah satu sel itu bertemu dengan ovum lalu menyatu dan bergantung pada dinding rahim, selang beberapa waktu, “nuthfah” itu berubah menjadi “’alagah” (segumpal darah). Selanjutnya ia akan berubah menjadi “mudghah” (segumpal daging). Kemudian Allah menciptakan tulang-belulang dari :mudghah” itu dan membunglusnya dengan daging. Selang beberapa waktu, ia akan menjadi makhluk yang memiliki bentuk yang indah sampai dilahirkan ke dunia menjadi bayi. Informasi mengenai kapan janin mempunyai jiwa/ruh terdapat dalam hadis Nabi Saw. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud: “Sesungguhnya proses pencipiaan seseorang di perut ibunya dimulai dari nuthfah (pertemuan antara ovum dan sperma), dan itu terjadi dalam masa 40 hari, kemudian dalam masa yang sama menjadi ‘alagah (segumpal darah), dan dalam masa yang sama pula menjadi mudghah (segumpal daging). Kemudian

You might also like