Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Kuantitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Dan Kadar Antosianin Daun Dewa (Gynura Pseudochina (L.) DC) SECARA IN VITRO
Pengaruh Kuantitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Dan Kadar Antosianin Daun Dewa (Gynura Pseudochina (L.) DC) SECARA IN VITRO
ABSTRACT
The purpose of this study is to assess the quantity of different light in vitro culture resulted the
higher in growth and leaf anthocyanin content of Daun Dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC).
Methods in this study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5
replicates and each treatment consisted 2 bottles of plant so that there are 40 units of plant culture
bottles. The treatments were treatment A = Intensity of light (1156 lux, 107 fc ), treatment B =
Intensity of light (1818 lux, 167 fc), treatment C = Intensity of light (2500 lux, 213 fc), treatment D
= Intensity of light (2850 lux, 302 fc). The results showed that the light intensity significantly
increased all the growth variables and gives the average contribution of the highest levels of
anthocyanin. Treatment A (light intensity of 1156 lux, 107 fc) at a temperature of 240C provide the
best growth results in 15 WAP that shoots high (5.2 cm), number of shoots (20 shoots) and number
of leaves (81.6 strands). The highest anthocyanin levels achieved by treatment A :light intensity of
1156 lux, 107 fc ( 0.92 %) , followed by treatment C: 2500 lux light intensity, 213 fc ( 0.85 % ),
treatment B: 1818 lux, fc 167 (0.75 %) and the lowest levels of anthocyanin are in treatment D:
2850 lux light intensity, 302 fc (0.72 %).
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kuantitas cahaya yang berbeda pada kultur in vitro
menghasilkan pertumbuhan dan kandungan antosianin tertinggi dari tanaman Daun Dewa (Gynura
pseudochina (Lour.) DC). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan serta setiap perlakuan terdapat 2 botol tanaman sehingga seluruhnya
terdapat 40 unit botol kultur tanaman. Perlakuan yang diberikan adalah Perlakuan A = Intensitas
cahaya (1156 lux, 107 fc), Perlakuan B = Intensitas cahaya (1818 lux, 167 fc), Perlakuan C =
Intensitas cahaya (2500 lux, 213 fc), Perlakuan D = Intensitas cahaya (2850 lux, 302 fc). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya nyata meningkatkan semua peubah pertumbuhan
dan memberi rata-rata konstribusi kadar antosianin tertinggi. Perlakuan A intensitas cahaya 1156
lux, 107 fc dengan suhu 240C memberikan hasil pertumbuhan terbaik pada 15 MST yaitu tinggi
tunas (5.2 cm), jumlah tunas (20 tunas) dan jumlah daun (81.6 helai). Kadar antosianin tertinggi
dicapai oleh perlakuan A intensitas cahaya 1156 lux, 107 fc (0.92%), selanjutnya diikuti oleh
perlakuan C intensitas cahaya 2500 lux, 213 fc (0.85%), perlakuan B 1818 lux, 167 fc (0.75%) dan
kadar antosianin terkecil terdapat pada perlakuan D intensitas cahaya 2850 lux, 302 fc (0.72%).
415
HASIL DAN PEMBAHASAN 1818 lux, 167 fc (25.250C), C Intensitas
cahaya 2000-2500 lux, 213 fc (24.250C) dan
Tinggi Tunas. Analisis sidik ragam D Intensitas cahaya 2500-3000 lux, 302 fc
menunjukkan bahwa perlakuan intensitas (25.250C).
cahaya yang berbeda berpengaruh sangat Hasil penelitian ini didukung oleh
nyata pada Tinggi Tunas Daun Dewa umur Sootornchainaksaeng et al. (2001) dalam
15 MST. Nilai rata-rata tinggi tunas umur Muslihatin (2009) yang melaporkan bahwa
15 (Minggu Setelah Tanam) disajikan pada planlet Vanda coerulea tertinggi dihasilkan
Gambar 1. pada intensitas cahaya lebih rendah.
Intensitas cahaya yang berlebihan
Tinggi Tunas 15 MST (cm) mengakibatkan kekerdilan pada batang dan
6 5,2 daun tumbuhan alpin (Datta, 1994 diacu
4,6
5 4,2 Sootornchainaksaeng et al. 2001 dalam
4 3,2 Muslihatin 2009). Tinggi planlet meningkat
3 pada intensitas cahaya yang lebih rendah
2 disebabkan oleh hormon auksin. Auksin
1 merupakan hormon tumbuhan yang
0 mempengaruhi pemanjangan sel, bersifat
A 1156 B 1818 C 2500 D 2850 sensitif yang akan mengalami kerusakan
lux, 107 lux, 167 lux, 213 lux, 302 atau degradasi pada intesitas cahaya tinggi.
fc fc fc fc Pada intensitas cahaya rendah auksin
Perlakuan bekerja lebih normal sehingga
mengakibatkan pemanjangan batang planlet
Gambar 1. Diagram Tinggi Tunas (cm) sagu.
Plantlet Daun Dewa Penelitian yang telah dilakukan oleh
Wirdhatul Muslihatin (2009) membuktikan
Intensitas cahaya berpengaruh intensitas cahaya 20 dan 10 µmol/m2/detik
terhadap tinggi tunas plantlet Daun Dewa. berpengaruh terhadap pertambahan tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi planlet sagu yang tidak berbeda yaitu (0.15)
tunas berbeda antar perlakuan pada setiap dan (0.14), sedangkan tinggi terkecil pada
perlakuan intensitas cahaya. Perlakuan A 40 µmol/m2/detik (0.07).
intensitas cahaya 1156 lux, 107 fc Jumlah Tunas perlakuan intensitas
menunjukkan tinggi tunas paling tinggi cahaya yang berbeda berpengaruh sangat
selama masa kultur (Gambar 1). Hal ini nyata pada Jumlah Tunas Daun Dewa 15
diduga karena tunas Daun Dewa merespon MST. Nilai rata-rata tinggi tunas umur 15
faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya, (Minggu Setelah Tanam) disajikan pada
tunas memanfaatkan intensitas cahaya Gambar 2.
rendah dengan suhu 240C untuk mendukung Intensitas cahaya berpengaruh
pertumbuhan selnya dibantu dengan adanya terhadap pertambahan jumlah tunas Daun
auksin didalam media kultur yang Dewa. Hasil penelitian menunjukkan
membantu proses pemanjangan sel bahwa jumlah tunas meningkat pada setiap
dibandingkan intensitas cahaya tinggi yang perlakuan intensitas cahaya. Perlakuan A
menyebabkan pertumbuhan sel terhambat Intensitas cahaya 1156 lux, 107 fc
dan tunas menjadi kerdil. Rata-rata suhu menghasilkan jumlah tunas paling tinggi
udara harian yang diterima eksplan selama selama masa kultur (Gambar 2). Hal ini
masa kultur atau pengamatan pada masing- diduga karena adanya kandungan sitokinin
masing perlakuan yaitu A Intensitas cahaya (BAP) dan auksin (IAA) yang cukup tinggi
1156 lux, 107 fc (240C), B Intensitas cahaya pada media dengan diberikan perlakuan
416
intesitas cahaya yang berbeda maka dapat panjang. Selain merangsang perpanjangan
memicu pertumbuhan tunas. sel untuk pertumbuhan primer, auksin
mempengaruhi pertumbuhan sekunder
dengan cara menginduksi pembelahan sel
Jumlah Tunas 15 MST pada jaringan pembuluh dan mempengaruhi
20 diferensiasi xylem (Muslihatin, 2009).
20 Jumlah Daun Analisis sidik ragam
15 14,2
15 12,8 menunjukkan bahwa perlakuan intensitas
cahaya yang berbeda berpengaruh sangat
10 nyata pada Jumlah Tunas Daun Dewa 15
5 MST. Nilai rata-rata tinggi tunas umur 15
(Minggu Setelah Tanam) disajikan pada
0 Gambar 3.
A 1156 B 1818 C 2500 D 2850
lux, 107 lux, 167 lux, 213 lux, 302
fc fc fc fc Jumlah Daun 15 MST
Perlakuan 81,6
90
80 62,4 61
70 57,4
Gambar 2. Diagram Jumlah Tunas Plantlet 60
Daun Dewa 50
40
Secara fisiologis perananan auksin 30
20
dalam tanaman adalah untuk mendukung 10
proses pemanjangan sel dan menghambat 0
pertumbuhan pucuk lateral, sedangkan A 1156 B 1818 C 2500 D 2850
sitokinin berperan penting pada proses lux, 107 lux, 167 lux, 213 lux, 302
fc fc fc fc
pembelahan sel dan mendukung proses
morfogenesis (Taiz dan Zeiger, 1991 dalam Perlakuan
Nirwan 2006). Penelitian pada Gynura
procumbens (Back.) yang dikulturkan Gambar 3. Diagram Jumlah Daun (Helai)
selama 8 Minggu Setelah Kultur (MSK), Plantlet Daun Dewa
konsentrasi BAP 3 ppm dan IAA 0.5 ppm
menghasilkan tunas terbanyak (85,4 tunas), Intensitas cahaya berpengaruh
sedangkan tinggi tunas maksimum (10.3 terhadap pertambahan jumlah daun plantlet
cm) dihasilkan pada media MS tanpa BAP Daun Dewa. Hasil penelitian menunjukkan
dan IAA (Mufa’adi et al., 2004 dalam bahwa jumlah daun meningkat pada setiap
Nirwan 2006). perlakuan intensitas cahaya. Perlakuan A
Pertumbuhan dan perkembangan intensitas cahaya yaitu 1156 lux, 107 fc
tumbuhan saat terpapar cahaya berhubungan menghasilkan jumlah daun paling tinggi
dengan hormon auksin. Peningkatan kadar selama masa kultur (Gambar 3). Hal ini
auksin terjadi pada intensitas cahaya rendah. diduga karena intesitas cahaya rendah
Auksin berperan merangsang pompa proton berpengaruh memicu pertambahan daun
yang mengakibatkan penurunan pH dinding lebih banyak terbukti semakain
sel sehingga mengaktifkan enzim-enzim meningkatnya jumlah daun sedangkan pada
untuk memecah ikatan silang yang terdapat intesitas cahaya tinggi daun terbentuk lebih
dalam mikrofibril selulosa. Proses tersebut sedikit.
melonggarkan serat-serat dinding sel. Sel Penelitian yang telah dilakukan oleh
akan bersifat plastis dan bebas mengambil Sootornchainaksaeng et al. 2001 dalam
air secara osmosis sehingga bertambah Muslihatin (2009) membuktikan bahwa
417
pada intensitas cahaya yang lebih rendah semakin berwarna hijau keunguan dan
menghasilkan tumbuhan Vanda coerulea jumlah plantlet semakin meningkat
dengan jumlah daun terbanyak. (Gambar 5).
Penelitian yang telah dilakukan oleh
Muslihatin (2009) membuktikan intensitas Kadar Antosianin (%)
cahaya berpengaruh terhadap jumlah daun 0,92
planlet sagu. Intensitas cahaya 10 1,00 0,85
0,90 0,75 0,72
µmol/m2/detik menghasilkan jumlah daun 0,80
paling besar (0.08), jumlah daun paling 0,70
0,60
sedikit (0.03) dihasilkan pada kultur dengan 0,50
0,40
cahaya 20 µmol/m2/detik. 0,30
Pada kondisi intesitas cahaya yang 0,20
0,10
tinggi, tumbuhan cenderung meningkatkan 0,00
aktivitas fotosintesis sampai tingkat A 1156 B 1818 C 2500 D 2850
kejenuhan cahaya tertentu. Setiap jenis lux, 107 lux, 167 lux, 213 lux, 302
tumbuhan memiliki kondisi jenuh cahaya fc fc fc fc
yang berbeda dimana peningkatan cahaya Perlakuan
tidak lagi meningkatkan fotosintesis. Hal
tersebut menjelaskan bahwa intesitas cahaya Gambar 4. Diagram Kadar Antosianin
10 dan 20 µmol/m2/detik menghasilkan Planlet Daun Dewa (%)
pertumbuhan yang cenderung lebih tinggi Intensitas cahaya berpengaruh
berdasarkan parameter tinggi, jumlah daun, terhadap warna daun (Gambar 5) yang
warna dan bobot basah. Sedangkan mengindikasikan adanya pigmentasi
intensitas cahaya 30 dan 40 µmol/m2/detik antosianin plantlet Daun Dewa. Hasil
di asumsikan telah melebihi keadaan jenuh penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
cahaya bagi planlet sagu, sehingga planlet intensitas cahaya memberi konstribusi pada
tidak dapat lagi meningkatkan fotosintesis rata-rata kadar antosianin plantlet Daun
(Muslihatin, 2009). Dewa yaitu perlakuan A intensitas cahaya
1156 lux, 107 fc menghasilkan rata-rata
Kadar Antosianin (%). Perlakuan kadar antosianin tertinggi sebesar 0.92%
intensitas cahaya berbeda tidak nyata pada (Gambar 4). Hal ini diduga karena
15 MST, akan tetapi intensitas cahaya yang penggunaan media MS dengan komposisi
berbeda memberikan nilai rata-rata yang tepat pada penelitian ini sangat cocok
konstribusi kadar antosianin yang berbeda bagi pertumbuhan Daun Dewa yaitu
antar perlakuan. Nilai rata-rata kadar glokosa 30g/l, adanya 3 ppm BAP dan 0.5
antosianin (%) disajikan pada Gambar 6. ppm IAA sehingga mendukung
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap meningkatnya kadar antosianin pada
kadar antosianin plantlet Daun Dewa. Hasil plantlet Daun Dewa dengan didukung
penelitian menunjukkan bahwa kadar adanya perlakuan cahaya yang ideal,
antosianin plantlet Daun Dewa bervariasi selanjutnya pengamatan visual mengenai
pada setiap perlakuan intensitas cahaya. warna daun dari hijau selanjutnya berwarna
Perlakuan A intensitas cahaya yaitu 1156 pink mendekati ungu tua dengan
lux, 107 fc menghasilkan kadar antosianin berubahnya warna daun diidikasikan bahwa
paling tinggi sebesar 0.92% (Gambar 4). adanya pigmentasi antosianin selain itu
Pengamatan visual terhadap warna daun jumlah daun semakin meningkat merupakan
plantlet Daun Dewa menunjukkan warna asumsi bahwa kadar antosian pada daun
yang bervariasi antar perlakuan, semakin tersebut tinggi.
rendah intensitas cahaya warna daun akan
418
Dari seluruh flavonoid, antosianin merujuk pada hasil penelitian Sahiri dan
sangat memungkinkan untuk diketahui Aziz (2006) menyatakan bahwa komposisi
sebagai respon terhadap warna biru, media MS yang menggunakan IAA 0.5 ppm
lembayung muda dan merah pada bunga, dan sukrosa 30g/l adalah konsentrasi
buah dan daun (Vickery dan Vickery, 1981 optimum yang menghasilkan total
dalam Nirwan 2006). Berdasarkan antosianin tertinggi (0.071%). IAA
perubahan warna dari hijau menjadi berperan untuk menginduksi perakaran
keunguan pada hasil penelitian memberikan melalui fungsinya pada proses pemanjangan
indikasi adanya proses pigmentasi sel, sedangkan sukrosa berperan sebagai
antosianin pada tunas in vitro. penyedia energy bagi perkembangan
Hasil penelitian mengenai kadar planlet, pengatur tekanan osmotik media
antosianin dengan pengaruh cahaya yang dan meningkatkan pigmentasi antosianin
berbeda memberi konstribusi tertinggi (Salisbury dan Ross 1992, Gunawan 1992,
(0.92%) dibandingkan dengan tanpa Smith 2000, Hiratsuka et al. 2001,
perlakuan cahaya secara in vitro. Hal ini Hosokawa et al, 1996 dalam Nirwan 2007).
A
B
Plantlet Daun Dewa pada Perlakuan (A) Plantlet Daun Dewa pada Perlakuan (B)
Intensitas Cahaya 1156 lux dan 107 fc Intensitas Cahaya 1818 lux dan 167 fc
C D
Planlet Daun Dewa pada Perlakuan (C) Planlet Daun Dewa pada Perlakuan (D)
Intensitas Cahaya 2500 lux dan 213 fc Intensitas Cahaya 2850 lux dan 302 fc
Gambar 5. Hasil Pertumbuhan Planlet Daun Dewa Umur 15 MST pada Berbagai Perlakuan
yang Dicobakan.
419
KESIMPULAN 2500 lux, 213 fc (0.85%), perlakuan B 1818
lux, 167 fc (0.75%) dan kadar antosianin
Berdasarkan dari penelitian yang terkecil terdapat pada perlakuan D intensitas
dilakukan dan merujuk pada hasil yang ada, cahaya 2850 lux, 302 fc (0.72%). Untuk
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai penelitian perbanyakan Daun Dewa dengan
berikut perlakuan A intensitas cahaya 1156 mengkaji kadar antosianin selanjutnya,
lux, 107 fc dengan suhu 240C memberikan penulis menyarankan untuk penelitian
hasil pertumbuhan plantlet Daun Dewa mengenai kualitas cahaya yang ideal dengan
terbaik pada 15 MST yaitu tinggi tunas 5.2 menggunakan cahaya lampu yang berbeda
cm, jumlah tunas 20 tunas dan jumlah daun (putih dan kekuningan) untuk mendukung
81.6 helai. Kadar antosianin tertinggi pertumbuhan dan meningkatkan kadar
dicapai oleh perlakuan A intensitas cahaya antosianin Daun Dewa terbaik secara in
1156 lux, 107 fc (0.92%), selanjutnya vitro.
diikuti oleh perlakuan C intensitas cahaya
DAFTAR PUSTAKA
Ilham, 2009. Mengenal Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC).
http://ilham-agt08.blogspot.com/2009/04/mengenal-tanaman-daun-dewa-
gynura.html.
Nirwan, S. 2007. Produksi Flavonoid Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) Asal
Kultur In Vitro pada Kondisi Naungan dan Pemupukan. Disertasi Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nirwan., dan Aziz SA., 2006. Multiplikasi dan Pigmentasi Antosianin Daun Dewa
(Gynura pseudochina (L.) DC) In Vitro. Buletin Agronomi (34) (2) 112-118
Muslihatin, W. 2009. Pertumbuhan dan Keragaan Planlet Sagu (Metroxylon sagu Rottb)
pada Medium dengan Berbagai Sumber Karbohidrat dan Intensitas Cahaya yang
Berbeda. Tesis Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan. Edisi Keempat. ITB Press.
Bandung.
420