You are on page 1of 21

Bagaimana Cara Mengendalikan Diri Ketika Sedang

Emosi?
Agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara
mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah. Semoga bisa
menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.

Pertama, segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan, dengan
membaca ta’awudz:

ِ ‫طان ال َّرجي‬
‫م‬ ِ َّ
‫الش ْي‬ ُ
َ‫أعوذ باهلل ِمن‬

A-‘UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM

Karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa diredam dengan
memohon perlindungan kepada Allah.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua
orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya
memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ع ْن ُه ما يَج ُد‬
َ ‫ ذهب‬،‫جيم‬
ِ ‫طان ال َّر‬
ِ َّ
‫الش ْي‬ ُ
َ‫أعوذ باهلل ِمن‬ :َ‫ لَ ْو قال‬،‫يجد‬
ُ ُ
‫عنه ما‬ َ‫ة ل َ ْو قالَهَا لذهب‬ َ ِ‫ألعلم َكل‬
ً ‫م‬ ُ ‫إِني‬

Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya
akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim,
marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila


seseorang marah, kemudian membaca: A-‘udzu billah (saya berlindung kepada
Allah) maka marahnya akan reda.” (Hadis shahih – silsilah As-Shahihah, no. 1376)

Kedua, DIAM dan jaga lisan

Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara
sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara
mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,
ْ ‫َس ُك‬
‫ت‬ ْ ‫م َف ْلي‬ ُ ‫ضبَ أَح‬
ْ ‫َد ُك‬ َ ‫إِ َذا‬
ِ ‫غ‬

“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan
lighairih).

Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh
Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan,

َّ ‫ار أَ ْب َع َد ِم‬
ْ ‫ما بَ ْينَ الم‬
ِ‫َش ِرق‬ ُّ
ِ ‫ ي َِزل بِهَا فِي ال َّن‬،‫ن فِيهَا‬
ُ َّ‫ مَا يَ َتبَي‬،‫ة‬ َ ِ‫الكل‬
ِ ‫م‬ ُ َّ‫َكل‬
َ ِ‫م ب‬ َّ ِ‫إ‬
َ ‫ن ال َع ْب َد لَيَت‬

Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu
memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya
sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-
baik, jangan sampai lidah tak bertulang ini, menjerumuskan anda ke dasar neraka.

Ketiga, mengambil posisi lebih rendah

Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi.. dan lebih tinggi.
Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa
melampiaskan amarahnya sepuasnya.

Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya.


Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih
rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menasehatkan,

ْ َ‫ب وَإ ِ ََّّل َف ْلي‬


‫ضطَجِ ْع‬ َ ‫ع ْن ُه ْال َغ‬
ُ ‫ض‬ َ َ‫ َف ِإ ْن َذهَب‬،‫س‬ ْ ‫م َف ْلي‬
ْ ِ‫َجل‬ ٌ ِ‫َه َو َقائ‬
ُ ‫مو‬ ُ ‫ضبَ أَح‬
ْ ‫َد ُك‬ َ ‫إِ َذا‬
ِ ‫غ‬

Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena
dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil
posisi tidur. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh
Syuaib Al-Arnauth).

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang meriwayatkan hadis ini, melindungi
dirinya ketika marah dengan mengubah posisi lebih rendah. Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan
kejadian yang dialami Abu Dzar,

“Suatu hari Abu Dzar mengisi ember beliau. Tiba-tiba datang beberapa orang yang
ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar
dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka.
“Saya.” Jawab kawannya.

Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya,
dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu Abu Dzar
sedang berdiri. Beliaupun langsung duduk kemudian tidur.

Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk,
kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.

Abu Dzar kemudian menyampaikan hadis di atas. Subhanallah.., demikianlah


semangat sahabat dalam mempraktekkan ajaran nabi mereka.

Mengapa duduk dan tidur?

Al-Khithabi menjelaskan,

‫ فيشبه أن يكون‬،‫ والمضطجع ممنوع منهما‬،‫ والقاعد دونه في هذا المعنى‬،‫القائم متهيئ للحركة والبطش‬
َ َّ‫َسل‬
‫م إنما أمره بالقعود لئال تبدر منه في حال قيامه وقعوده بادرة يندم عليها فيما بع ُد‬ َ ُ‫النبي صَلَّى هللا‬
ِ ‫عل َ ْي‬
َ ‫هو‬

Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih
sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan
memukul. Seperti ini apa yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Perintah beliau untuk duduk, agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau
duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi
menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)

Keempat, Ingatlah hadis ini ketika marah

Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ة ح َّتى‬ َ ‫ق يَ ْو‬
ِ ‫م القيام‬ ُ َّ ‫أن ُينفذ ُه دعا ُه‬
َ ‫َّللا سبحان ُه وتعالى على رءوس ال‬
ِ ِ‫خالئ‬ ُ ‫غ ْيظاً َو‬
ْ ‫ه َو قاد ٌر على‬ َ ‫م‬ َ َ‫َن َكظ‬
ْ ‫م‬
‫الحور العين ما شا َء‬
ِ ُ
َ‫ُيخيره ِمن‬

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya,


maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai
Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud,
Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)

Subhanallah.., siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan
semua makhluk pada hari kiamat, untuk menerima balasan yang besar? Semua
manusia dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka untuk menerima
pahala yang besar dari Allah ta’ala. Tahukah anda, pahala ini Allah berikan kepada
orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Bisa
kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak hanya
menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa
membalasnya dengan kebaikan.

Mula Ali Qori mengatakan,

َ ِ ‫م ْال َع ْف ُو إلَ ْي‬ ِ ‫م ْال َغ ْي‬ ْ ‫ج َّر ِد َك‬ ُ ‫جزَا ُء ْالج َِزي‬ ْ ‫لو‬ َ ‫الثنَا ُء ْال‬
َّ ‫ه َذا‬
‫ان‬
ِ ‫س‬َ ‫ح‬ ِ ْ ِ‫ه أ ْو زَا َد ب‬
ْ ‫اْل‬ ِ َّ ‫ض‬
َ ‫ف إِ َذا ا ْن‬ َ ‫ظ َف‬
َ ‫ك ْي‬ ِ ‫ظ‬ َ ‫علَى ُم‬
َ َ‫ل إِ َذا تَرَتَّب‬ َ ‫َال‬ ُ ‫مي‬
ِ ‫ج‬ َ ‫َو‬
ِ ‫علَ ْي‬
‫ه‬ َ

Pujian yang indah dan balasan yang besar ini diberikan karena sebatas menahan
emosi. Bagaimana lagi jika ditambahkan dengan sikap memaafkan atau bahkan
membalasnya dengan kebaikan. (Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi, 6/140).

Satu lagi, yang bisa anda ingat ketika marah, agar bisa meredakan emosi anda:

Hadis dari Ibnu Umar,

‫من كف غضبه ستر هللا عورته ومن كظم غيظه ولو شاء أن يمضيه أمضاه مأل هللا قلبه يوم القيامة رضا‬

Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang
menahan marah, padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah
akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. (Diriwayatkan Ibnu Abi
Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Ya, tapi yang sulit bukan hanya itu. Ada satu keadaan yang jauh lebih sulit untuk
disuasanakan sebelum itu, yaitu mengkondisikan diri kita ketika marah untuk
mengingat balasan besar dalam hadis di atas. Umumnya orang yang emosi lupa
segalanya. Sehingga kecil peluang untuk bisa mengingat balasan yang Allah berikan
bagi orang yang bisa menahan emosi.

Siapakah kita dibandingkan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Sekalipun


demikian, beliau terkadang lupa dengan ayat dan anjuran syariat, ketika sudah
terbawa emosi.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa ada seseorang
yang minta izin kepada Khalifah Umar untuk bicara. Umarpun mengizinkannya.
Ternyata orang ini membabi buta dan mengkritik habis sang Khalifah.

‘Wahai Ibnul Khattab, demi Allah, kamu tidak memberikan pemberian yang banyak
kepada kami, dan tidak bersikap adil kepada kami.”

Mendengar ini, Umarpun marah, dan hendak memukul orang ini. Sampai akhirnya
Al-Hur bin Qais (salah satu teman Umar) mengingatkan,
‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah berfirman kepada nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam (yang artinya): ‘Berikanlah maaf, perintahkan yang baik, dan
jangan hiraukan orang bodoh.’ dan orang ini termasuk orang bodoh.’

Demi Allah, Umar tidak jadi melampiaskan emosinya ketika mendengar ayat ini
dibacakan. Dan dia adalah manusia yang paling tunduk terhadap kitab Allah. (HR.
Bukhari 4642).

Yang penting, anda jangan berputus asa, karena semua bisa dilatih. Belajarlah
untuk mengingat peringatan Allah, dan ikuti serta laksanakan. Bisa juga anda minta
bantuan orang di sekitar anda, suami, istri, anak anda, pegawai, dan orang di
sekitar anda, agar mereka segera mengingatkan anda dengan janji-janji di atas,
ketika anda sedang marah.

Pada kasus sebaliknya, ada orang yang marah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Beliaupun meminta salah satu sahabat untuk mengingatkannya, agar
membaca ta’awudz, A-‘udzu billahi minas syaithanir rajim..

َ ‫ ا ْذ‬،‫ون أَنَا‬
‫هب‬ ٌ ‫ أَتُرَى بِي ب َْأ‬:َ‫ان» َف َقال‬
ْ ‫ أَم‬،‫س‬
ٌ ‫َج ُن‬ ِ َ‫الش ْيط‬
َّ ِ َّ ِ‫ له أحد الصحابة «تَ َع َّو ْذ ب‬:َ‫و ََقال‬
َ‫اَّلل ِمن‬

“Salah satu temannya mengingatkan orang yang sedang marah ini: ‘Mintalah
perlindungan kepada Allah dari godaan setan!’ Dia malah berkomentar: ‘Apakah
kalian sangka saya sedang sakit? Apa saya sudah gila? Pergi sana!’ (HR. Bukhari
6048).

Kelima, Segera berwudhu atau mandi

Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin.

Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu, yang mengatakan,

‫َض ْأ‬ ُ ‫ضبَ أَح‬


ْ ‫َد ُك‬
َّ ‫م َف ْليَ َتو‬ ْ ِ‫طف َُأ ال َّنا ُر ب‬
َ ‫المَا ِء َف ِإ َذا‬
ِ ‫غ‬ ْ ‫ن ال َّنار َوإنَّمَا ُت‬
ْ ‫ق ِم‬ َ َ‫الش ْيط‬
ُ ‫ان‬
َ ِ‫خل‬ َّ َّ ِ‫ان وَإ‬
‫ن‬ ِ َ‫الش ْيط‬
َّ َ ‫ن ْال َغ‬
ْ ‫ضبَ ِم‬
‫ن‬ َّ ِ‫إ‬
ِ ِ

Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa
dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR.
Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)

Dalam riwayat lain, dari Abu Muslim Al-Khoulani, beliau menceritakan,

Bahwa Amirul Mukminin Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah di


hadapan masyarakat. Dan ketika itu, gaji pegawai belum diserahkan selama dua
atau tiga bulan. Abu Muslim-pun berkata kepada beliau,
‘Hai Muawiyah, sesungguhnya harta itu bukan milikmu, bukan milik bapakmu, bukan
pula milik ibumu.’

Mendengar ini, Muawiyah meminta hadirin untuk diam di tempat. Beliau turun dari
mimbar, pulang dan mandi, kemudian kembali dan melanjutkan khutbahnya,

‘Wahai manusia, sesungguhnya Abu Muslim menyebutkan bahwa harta ini bukanlah
milikku, bukan milik bapakku, bukan pula milik ibuku. Dan Abu Muslim benar.
kemudian beliau menyebutkan hadis,

‫ فإذا غضب أحدكم فليغتسل‬، ‫ والماء يطفئ النار‬، ‫ والشيطان من النار‬، ‫الغضب من الشيطان‬

Marah itu dari setan, setan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian
marah, mandilah.

Lalu Muawiyah memerintahkan untuk menyerahkan gaji mereka.

(HR. Abu Nuaim dalam Hilyah 2/130, dan Ibnu Asakir 16/365).

Dua hadis ini dinilai lemah oleh para ulama. Hadis pertama dinilai lemah oleh An-
Nawawi sebagaimana keterangan beliau dalam Al-Khulashah (1/122). Syuaib Al-
Arnauth dalam ta’liq Musnad Ahmad menyebutkan sanadnya lemah. Demikian pula
Al-Albani menilai sanadnya lemah dalam Silsilah Ad-Dhaifah no. 581.

Hadis kedua juga statusnya tidak jauh beda. Ulama pakar hadis menilainya lemah.
Karena ada perowi yang bernama Abdul Majid bin Abdul Aziz, yang disebut Ibnu
Hibban sebagai perawi Matruk (ditinggalkan).

Ada juga ulama yang belum memastikan kelemahan hadis ini. Diantaranya adalah
Ibnul Mundzir. Beliau mengatakan,

‫ وَّل أعلم أحدا من أهل العلم يوجب الوضوء منه‬، ‫إن ثبت هذا الحديث فإنما األمر به ندبا ليسكن الغضب‬

Jika hadis ini shahih, perintah yang ada di dalamnya adalah perintah anjuran untuk
meredam marah dan saya tidak mengetahui ada ulamayang mewajibkan wudhu
ketika marah. (Al-Ausath, 1/189).

Karena itulah, beberapa pakar tetap menganjurkan untuk berwudhu, tanpa


diniatkan sebagai sunah. Terapi ini dilakukan hanya dalam rangka meredam
panasnya emosi dan marah. Dr. Muhammad Najati mengatakan,

‫ كما‬، ‫ فالماء البارد يهدئ من فورة الدم الناشئة عن اَّلنفعال‬، ‫يشير هذا الحديث إلى حقيقة طبية معروفة‬
‫ ولذلك كان اَّلستحمام يستخدم في الماضي في العالج‬، ‫يساعد على تخفيف حالة التوتر العضلي والعصبي‬
‫النفسي‬
Hadis ini mengisyaratkan rahasia dalam ilmu kedokteran. Air yang dingin, bisa
menurunkan darah bergejolak yang muncul ketika emosi. Sebagaimana ini bisa
digunakan untuk menurunkan tensi darah tinggi. Karena itulah, di masa silam,
terapi mandi digunakan untuk terapi psikologi.

(Hadis Nabawi wa Ilmu An-Nafs, hlm. 122. dinukil dari Fatwa islam, no. 133861)

‫ب‬ َ ‫ضا وَال َغ‬


ِ ‫ض‬ َ ‫الر‬
ِ ‫ة الحَقِ فِي‬ َ ‫سأَ ُل‬
َ ‫ك َك ِل‬
َ ‫م‬ َّ ‫اَللَّ ُه‬
ْ َ‫م ن‬

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kalimat haq ketika ridha (sedang) dan marah

[Doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalatnya – shahih Jami’ As-
Shaghir no. 3039]

Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina

Read more https://konsultasisyariah.com/18243-cara-mengendalikan-emosi-dalam-


islam.html
Senin, 25 April 2011

Rendah hati, Bukan rendah diri…

Keinginan dihormati adalah normal, keinginan dihargai adalah normal, keinginan dimuliakan juga

normal, namun menjadi tidak normal jika kita diperbudak oleh keinginan dihaormati, keinginan

dipuji dengan perbuatan ria.

Dan lebih buruk lagi keinginan itu membuat kita menjadi sombong, merasa lebih mendustakan

kebenaran. Padahal ada jalan untuk menjadi mulia dan jalan inilah yang harus kita tempuh…

Rasulullah saw bersabda :

“Man tawādho’a rafa’allahu, waman takabbarā wdhawa’allahu”

Barang siapa yang rendah diri/ hati, maka Allah akan memuliakannya

Dan barang siapa yang sombong/besar diri, maka Allah akan menghinakannya .

Ahli Hikam berkata:

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala sesuatu yang tumbuh tetapi tidak

ditanam , maka tidak sempurna hasil buahnya”

Pohon yang akarnya menghujam ketanah akan kokoh, ditiup angin, dihempas topan, diterjang

badai tetap kokoh.


Tetapi pohon yang akarnya tidak menyentuh/menghujam ketanah disiram air akan goyah,

dihempas angin rusak, diterjang badai hancur.. apalah artinya.

Kalau ingin menjadi pribadi yang kokoh, maka kuncinya tanamlah diri ini di bumi kerendahan hati,

bukan rendah diri.. tapi rendah hati.

Hujamkan… makin rendah hati makin dimuliakan, makin tinggi hati makin dihinakan..

Oleh karena itu, jalan menuju kemuliaan, jalan menuju orang yang ditinggikan derajatnya oleh

Alloh, kuncinya adalah menjadi orang-orang yang tawadho, orang-orang yang rendah hati..

Kesombongan, ketakaburan adalah jalan paling pintas yang menghinakan diri kita, kerendahan

hati itulah jalan yang utama yang membuat kita akan mulia dunia dan insya Allah akhirat kelak.

-Jadi kelebihan yang membuat sombong itu menjadi sebuah kekurangan besar-

kita diberikan kelebihan rejeki kemudian kita menjadi takabur itu juga menjadi kekurangan.

Kita dinaikan kedudukan oleh Allah lantas menjadi petangtang-petengteng maka menjadi

kekurangan..

makanya setiap kenaikan sesuatu ilmu, kedudukan, penampilah, jabatan atau ibadah selalu

berjuang untuk tawadhu. Karena peluang itu ada maka jika tidaka dilatih jatuh kita menjadi hina.

Rendah hati atau rendah diri?

Kalau rendah hati adalah ciri hati yang sehat, karena dia berhasil mengendalikan dirinya untuk

tidak sombong, karena itu penyakit hati.


Rendah diri adalah penyakit, namanya minder… orang yang rendah diri itu dia kufur nikmat,

bahasa kasarnya. Karena dia lebih melihat kekurangan yang ada pada dirinya dari pada nikmat

Allah yang melimpah. Misalkan tangan agak bengkok sebelah, padahal sekujur tubuh sehat, akal

sehat.. tetapi dia sibuk saja melihat dan memikirkan jempolnya yang bengkok, sehingga dia malu

kemana-mana hanya karena sebuah jempol. Dia tidak mensyukuri nikmat yang besar hanya

karena sesuatu yang dianggap musibah. Padahal bisa jadi tangan yang bengkok itu perlindungan

dari Allah supaya dia lebih dekat dan memohon kepada Allah, atau bisa jadi Allah memberikan

cacat karena Allah akan memberikan pahala besar kesabaran dan Allah menjadikan kekurangan

cacatnya itu untuk menggerakan orang-orang yang sehat.

Maka orang yang rendah hati adalah hati yang sehat buah dari kemampuan mengendalikan diri

untuk tidak sombong, sedangkan orang yang rendah diri adalah orang yang berpenyakit hati,

karena dia tidak mensyukuri nikmat yang besar hanya terfokus pada kekurangan yang kecil.

Beda sekali, maka jangan sampai rendah diri, tapi rendah hati.

Kita harus hati-hati dalam menilai orang lain sombong, Karena siapa tahu ketika dalam menilai

orang lain sombong, yang pertama jangan sampai kita mengangap oran itu sombong karena

terluka olehnya..

“Ah.. orang itu sombong bener, kita mengucapkan salam dia tidak mau jawab…”

Padahal dia tidak berniat sombong hanya kurang mendengar.. mungkin dia sedang berpikir keras

tentang anaknya yang sakit, mungkin sedang sariawan..


Pertama kita harus mencari 1001 alasan untuk tidak berburuk sangka, tapi toh kalau dalam

kenyataannya dia sombong, menunjuk seenaknya, bersikap petangtang-petengteng, tidak mau

mendapatkan input nasehat, koreksi.. dia ingin selalu menang sendiri. Maka kalau kita rendah

hati, kemudian dia menjadi petangtang –petengteng.. kita harus bantu orang itu supaya tahu

bahwa kesombongannya itu jelek.

Menurut Imam Ali, rendah hati kepada orang yang sombong ini tidak benar.

Jadi sombong dalam tanda kutip kepada orang yang sombong ini sebagian dari amal ma’ruf nahi

munkar..

“Pak sebaiknya tidak usah pamer begitu.. ada teman kami yang punya mobil lebih bagus juga

tetap rendah hati..”

“Pak lurah mungkin kalo bapak lebih rendah hati akan lebih utama, karena pak walikota aja tidak

segalak pak lurah..”

-Nah kita mengucapkan sesuatu yang lebih tinggi supaya orangnya sampai tidak sombong-

Tetapi yang paling penting adalah jangan sampai kita melihat orang sombong dan pada saat yang

sama kita juga menjadi sombong.

Kita tidak bisa memakas orang lain sesuai dengan keinginan kita, tapi kita harus bisa memaksa diri

kita menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita.


Apasih caranya supaya tawadhu.. ingat nabi Muhammad adalah puncak kejayaan, tapi beliau

tawadhu..

*Caranya pertama adalah jangan melihat orang lain lebih rendah dari kita..

ini adalah laitihan

- Lihat anak-anak.. siapa tahu anak ini masih sedikit dosanya, dari pada saya..

- Lihat orang tua.. oh orang tua ini lebih banyak pahalanya karena sudah lebih lama beramalnya..

- Lihat yang tergelincir berbuat dosa, siapa tahu dia berbuat dosa karena belum tahu ilmunya..

beda dengan kita

- Lihat orang miskin, dia tidak banyak shadaqoh.. karena tidak ada dan lading amal buat kita..

Pendek kata melatih diri kita agar tidak menganggap orang lain lebih rendah dari kita.

*Dan yang kedua, kita harus coba bagaimana menyikapi orang lain dengan sikap memuliakan
Cara menunjuk… Muhammad menunjuk tidak pernah menjuk dengan telunjuk, tetapi dengan

tangan terbuka

Jangan ingin di specialkan, Nabi Muhammad ke mesjid tidak dapat tempat, beliau duduk dimana

saja tidak ingin diutamakan.

Nabi Muhammad mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, rapih…

Latih untuk berterimakasih, latih jika menyuruh dengan mengucapkan “ tolong,,, maaf,,, terima

kasih,,, dibantu oleh pembantu, terimakasih bibi.. dibantu oleh pedagang yang sederhana terima

kasih bapak… latihan untuk tetap berterima kasih.


Orang sombong sulit berterima kasih, kalau mau nyuruh suruhlah dengan cara yang paling sopan,

yang membuat orang terlihat tidak lebih rendah dari kita.

Kalu menolak, menolaklah dengan cara yang lebih santun sehingga kita tidak melukai hatinya..

Latih mengerjakan pekerjaan yang kita anggap rendah, dan bergaul dengan orang yang rendah

hati.. sedikit saja kita sombong akan terasa..

Orang-orang yang rendah hati, tawadho itu indah sekali, sejuk.. menyenangkan sekali akhlaknya.

Tapi orang yang takabur, sombong… petangtang-petenteng sok kaya, sok hebat, sok keren, sok

berkuasa.. dia menyebalkan dihati kita. Berarti kalau kita berperilaku sama kitapun menyebalkan

dihati orang lain.

Melihat disekitar kita menjadi pelajaran.. kalau kita tidak suka terhadap orang sombong

jawabannya satu, kita jangan meniru perilaku sombong.

Rendah hati yang diangkat derajat oleh Allah adalah yang ikhlas, bukan karena ingin disebut

rendah hati, tetapi agar diterima oleh Allah SAW..

Apakah rendah diri selalu jelek??

Yang jelek itu rendah diri dihadapan manusia, tetapi rendah diri dihadapan Allah adalah sah dan

harus..dihadapan manusia rendah hati. Rendah diri dihadapan manusia itu penyakit hati.

Ahli hikmah berkata:


“maksiat dosa yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah, lebih baik

dari perbuatan ta’at yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan besar diri”

Abu Madian ra. Berkata:

“perasaan rendah diri seorang yang telah berbuat maksiat dan dosa itu lebih baik, dari

kesombongan seorang yang ta’at”

Tentu saja uraian ini bukan menganggap remeh dosa, tetapi apalah artinya kita ta’at yang

membuat kita melakukan dosa besar, yaitu sombong.. kita sholat, kita bisa ngaji tetapi sholat dan

ngajinya membuat ujub, berarti sholat dan ngajinya kurang betul, karena sholat yang baik adalah

mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Kalau dengan amal kita menjadi sombong berarti amalnya seperti amal akhirat, tetapi tujuannya

dunia, yaitu pujian dan penghargaan dari mahluk.

Ada yang berbuat dosa tetapi dengan dosanya itu dia benar-benar terpuruk takut sekali, dia tobat

dengan tobat yang sunguh-sunguh sehingga dapat mengahapuskan dosa-dosa yang

dilakukannya. Inilah orang yang tergelincir, kemudian menyikapi tergelincirnya itu dengan takut,

rendah merasa nista dihadapan Allah, dan ini akan membuat ampunan Allah bisa jadi mengangkat

derajat dia, itulah sebabnya jngan meremehkan orang-orang yang berdosa kemudian tobat.

Karena siapa tahu tobat dia membuat dia lebih tinggi derajatnya dari pada kita yang merasa

hebat dengan banyak mal shaleh…Mungkin kita tidak pernah tinggal serumah, tidak pernah

tinggal setiap saat.. kita tidak pernah tahu amalnya, mungkin dalam pandangan kita dia banyak
kekurangannya, tapi mungkin kita tidak tahu shsdekahnya mungkin berapa banyak, tobatnya

berapa mendalam.. kita tidak tahu kekhusyuan shalatnya.

Berhentilah melihat orang lain hanya karena kita merasa lebih mempunyai kedudukan, kaya,

pangkat duniawi atau karena ilmunya.. karena merendahkan orang lain tidak akan menolong

perubahan apapun, bahkan menjerumuskan kita dalam kesombongan.. justru sikapi kekurangan

orang lain sebagai ladang amal bagi kita, ladang untuk memaafkan, ladang amal untuk kita bantu

orang bisa mengetahui kekurangannya, ladang amal untuk kita bantu dia memperbaiki

kekurangannya.. paling tidak do’a yang kita panjatkan.. kekurangan orang lain bukan untuk kita

menjadi sombong melainkan ladang amal untuk kita.. inilah yang diharapkan yang insya Allah

akan mulia dengan kelebihannya, yaitu ketika dia menjadi rendah hati dihadapan manusia dan

semakin merasa rendah dirinya dihadapan Allah SAW…

Penyakit sombong adalah paling minimal.. denagn ciri mendustakan kebenaran dan menganggap

rendah orang lain. Jadi sombong itu bisa kena ke orang miskin bisa kena juga ke orang kaya, bisa

kena keorang berpangkat, bisa juga kena ke orang yang tidak berpangkat. Orang sombong ciri

khasnya adalah tidak suka terhadap kebenaran, tidak suka mendengar nasehat, tidak suka

mendengar ilmu tentang agama. Semakin tinggi ketakaburannya maka ia semakin mendustakan

kebenaran dan melawan kebenaran itu sendiri.

Memang tingkatan kesombongan beragam, ada yang dia ibadah tapi, tidak mau dengar nasehat..

yang namnya agama dianggapnya hanya sepele saja, tidak ada saja.. mendengar “Allah” saja

tidak suka, paling top “yang di atas” saja, padahal yang diataskan banyak, bisa genteng. Dia tidak

senang dengan acara-acara yang akan menambah ilmu agamnya, lebih mengutamakan acara

keduniawiannya, dia merasa bahwa dirinyalah yang benar, dia berdebat/ berargumen

berdasarkan nafsunya saja dan bergaulnya tidak ingin dengan orang-orang yang dekat dengan
agama .. dia tidak begitu suka, dari segi penampilan mungkin tidak terlihat arogan, tidak semua

orang yang takabur itu terlihat ptangteng-petengteng, tetapi sikap meremehkan agama ini

merupakan dari ketakaburan, termasuk meremehkan Nabi Muhammad, ini khusus untuk orang

islam kalau orang non islam tidak termasuk dalam obrolan ini..

Nabi Muhammad tidak termasuk idolanya, “ah kan Nabi hidup di zaman dulu, ah Nabikan.. Ah

Nabi itu juga kan..” ya begitu saja ucapanynya seakan-akan nabi itu bukan teladan saat ini. Orang

yang sombong tidak mau merujuk Nabi kita, padahal Rasul adalah uswatun hasanah, dan juga

orang sombong tidak mau dikoreksi tidak mau dikritik, kalau bicara mau menang sendiri..

Bisa dia sholat?? Dia solat, dia shaum, dia zakat, dia haji, dia umroh.. itu sudah baik, tetapi jika

sombongnya kian parah tidak mau kalah, cenderung ingin menang sendiri dsb. Selain menolak di

menyerang orang yang dikeritiknya, menganggap remeh saran orang lain. Kalau ngobrol

hobbinya memotong obrolan orang lain, selalu menunjukan dialah yang paling benar, dialah yang

paling tahu, dia yang paling penting…

“Tidak akan masuk surga barang siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan, ketakaburan

walau sebesar dzaroh (ukuran yang sangat kecil)”

-Semoga Allah mengampuni kosombongan dan berbagai kesalahan kami…-

By : Aa Gym
Introvert personality adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu dan biasanya lebih
pendiam dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu
kelompok atau lebih suka menyendiri di rumah daripada harus berkumpul dengan orang lain,
atau berjam-jam duduk di depan komputer. Tapi tidak semua introvert bersikap seperti itu,
tidak sedikit orang introvert yang suka berkelompok dan membicarakan sesuatu dengan
temannya walaupun kebanyakan hanya suka membicarakan atau melakukan hal-hal yang
dianggapnya bermanfaat atas berbagai alasan.

Atau sederhananya adalah perasaan yang menggagap dirinya merasa lebih rendah dari orang
lain sehingga cenderung mengalah dan lambat dalam merespon atau mengambil tanggung
jawab.

Sifat introvert dalam psikologi banyak disebabkan oleh faktor


lingkungan masa kecil. Kesimpulan awal, introvertnya dia adalah
karena ada kejadian masa kecil yang membuatnya menjadi begitu. Lalu,
introvert sering terbentuk dari rasa percaya diri yang rendah, merasa
inferior, tidak berdaya, dimarginalkan, malu, dan sejenisnya.

Adapun cara untuk mengatasi (mengurangi) sifat introvert antara lain adalah dengan
mengingkatkan rasa percaya diri serta melakukan komunikasi yang efektif.

Kadang, diperlukan beberapa hari, minggu, bahkan berbulan-bulan untuk meningkatkan rasa
percaya diri. Namun, jika kita konsisten menerapkan caranya, akhirnya Anda akan
menemukan diri Anda yang baru, yang lebih kuat, dan yang lebih percaya diri!

Daripada mengurung diri, enggan bertemu orang, atau bermain komputer tanpa henti,
Saatnya memulai cara-cara untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri kita. Yakni dengan
menggunakan rumus PT = PP X A = SC

PT = Positive Thinking

PP = Potential Power

A = Action

SC = Self Confidence

Selalu berpikir positif terhadap diri kita dan lingkungan sekitar. Yakinlah bahwa diri Anda
penting dan berguna. Percayakah Anda bahwa Anda dilahirkan sebagai sang juara? Perlu
bukti? Anda lahir setelah diri Anda terpilih satu-satunya dari ribuan sel sperma yang terbuahi
dan menjadi bentuk menjadi manusia. Namun kita pastilah tidak menganggap hal itu. Lalu
ternyata Anda pun bisa berinternet ria sementara diluar sana pastilah masih banyak orang
yang bertanya-tanya apa sih itu internet? Dan sebagainya

Maksimalkan Potensi Anda. Lihatkah potensi yang Anda miliki dan yang belum Anda gali
secara maksimal. Bila perlu catatlah potensi-potensi yang belum Anda garap dan buatlah
catatan perkembangannya sehingga teroptimalkan.

Lakukan semuanya dalam dunia nyata (action). Beraksi secara simultan dan terus menerus
untuk selalu memperbaharui kualitas diri. Lihatlah teman-teman Anda, pastilah Anda
mempunyai kelebihan darinya oleh karenanya tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk takut
dan merasa minder dengan yang dimiliki.

Untuk menunjang hal tersebut salah satunya diperlukan komunikasi yang baik, atau biasa
disebut komunikasi yang efektif.

Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan perasaan dengan cara yang
baik dalam kontak sosial yang baik pula.

Bangunlah komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga
kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang menghasilakan efektifitas
hasilbaik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Tanamkan sifat empati. Yakni kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih
dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Lalu buatlah dan sampaikan pesan
atau berkomunikasi dengan mudah dimengerti o9leh orang lain.

Perhatikan apa yang disampaikan oleh orang lain serta simaklah secara seksama apa yang
dikatakan lawan bicara kita tersebut.

Jangan lupa untuk selalu rendah hati dan menghargai pendapat serta pernyataan yang
disampaikan oleh teman atau lawan bicara kita.

Yakinlah bahwa Anda orang yang sukses dan berhasil untuk meningkatkan kualitas hidup
Anda. Dengan syarat ketekunan menyertai setiap langkah dan upaya yang akan Anda raih.
Karena keberhasilan itu 99% ditentukan oleh ketekunan
Motif bunuh diri
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab
tindakan yang disebut motif.
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam
kategori sebab, misalkan :
1. Dilanda keputusasaan dan depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu :
1. egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).

C. Dalil-dalil syar’i yang melarang bunuh diri


1. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu." (An-Nisa' : 29)
2. "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka
berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi
; 6)
3. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang bunuh
diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya
ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka
dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan
siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan
dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”
4. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : “Tidak wajib bagi
seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang
Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah
palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak
akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.”
5. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang
bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja,
maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara,
Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.”
6. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah
saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku
Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang
dengan gagah berani, sehingga dia terluka.
Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda
katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.”
Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu.
Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum
mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena
lukanya itu.
Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw.,
bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak,
bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh).
7. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : “Masa dulu,
ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya
itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu
Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.)
Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab
menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.”
8. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: "Telah berkata: Abu Bakar Ibn Arabi: "Didalamnya tidak
ada hadits shahih dan tidak pula hadits hasan. Sedangkan Ibnul Jauzi telah Bunuh diri
adalah telah menjelaskan bahwa orang yang bunuh diri suatu dosa besar. Nabi akan disiksa
sepadan dengan cara yang ia gunakan untuk membunuh dirinya. bersabda: Nabi Dari Abu
Hurairah
"Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, lalu membunuh dirinya, maka ia berada
didalam neraka Jahannam meluncur didalamnya dengan kekal selama-lamanya didalamnya,
barangsiapa meminum racun lalu membunuh dirinya, maka racun itu berada ditangannya, ia
selalu meminumnya didalam neraka Jahannam kekal selama-lamanya didalamnya, dan
barangsiapa membunuh dirinya dengan sebuah besi, maka besinya berada ditangannya, ia akan
menusuk-nusukkannya di perutnya didalam neraka Jahannam dengan kekal selama-lamnya
didalamnya." (HR. Bukhari 5442, Muslim 109)

You might also like