You are on page 1of 8
290 SINDROM METABOLIK Sidartawan Soegondo, Dyah Purnamasari PENDAHULUAN Pada tahun 1988, Reaven memunjukkan Konstelasi faktor risiko pada pasien-pasien dengan resistensi insulin yang 20 tahun sebesar 25% dan pada usia > 50 tahun sebesar 45%. Pandemi indrom metabolik juga berkembang seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada populasi ‘Asia, fermasuk Indonesia, Studi yang dilakukan di Depok (2001) menunjukkan prevalensi sindrom metabolik menggunakan kriteria National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel Ill (NCEP-ATP Il) dengan modifikesi Asia Pasifik, terdapat pada 25.7% pria dan 25% wanita, Penelitian Soegondo (2004) melaporkan prevalensi sindrom metabolik sebesar 13,13% dan menunjukkan bahwa kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas >25 kg/m2 lebih cocok untuk diterapkan pada orang Indonesia. Penelitian di DKT Jakarta pada tahun 2006 melaporkan, prevalensi sindrom metabolik yang tidak jauh berbeda dengan Depok yaitu 26,3% dengan obesitas sentral merupakan komponen terbanyak (59,4%). Laporan Penolit Tahun Daerah N(usla) valensi(%) Komponen sindrom ‘(ATP Mt Asia) __motabolle Torbanyak (%) Budhiarla 200 Ball 58 203 T Kelesterel HOL 9,4) Denpasar 354 248 D. Sangat 463 133 . Sembiren 800-60) 7, itn 2003 ‘Bandung 497 294 Medial checkup {buln moditkas) Suhartoro 2005 ‘Semarang 1190(>50) 166 Hipertans! (9,7) (poh RS) ekajangan 1230(30) 203 Pranoto 2005 ‘Sursbaya 100 au Odesias sentra (general check up) (-) Hipertrigliseridemia (85,29) ‘Adam 2002-2008 Makasar s219 384 ‘Obosias set (58,2) (general check up) (21-82) Dicitip da Puramasar. Garibaran Resstnalosulln Subyekdangan SeodaraKandung DW Woe a. Teale 2006, 1865- 1866 prevalensi sindrom metabolik di beberapa daerah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 Dibandingkan dengan komponen-komponen pada ssindrom metabolik, obesitas sentral paling dekat untuk ‘memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa studi di wilayah Indonesia termasuk Jakarta menunjukkan ‘obesitas sentral merupakan komponen yang paling banyak 88 cm untuk wanita. Untuk etme tertentu seperti Asia, dengan cut-off lingkar perut lebih rendah dati ATP III, sudah berisiko terkena sindrom mtabolik, Pada tahun 2003, American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) memodifikasi definisi dari ATPIIL. Sama seperti EGIR, bila sudah ada DM, maka METABOLIKENDOKRIN istlah sindrom resistensi insulin tidak digunakan lagi. Dua tahun kemudian, pada tahun 2005, International Diabetes Federation (IDE) kembali memodifikasi krteria ATP IIL IDF ‘menganggap obesitas sentral sangat berkorelasi dengan resistensi insulin, sehingga memakai obesitas sentral sebagai kriteria utama. Nilai cut-off yang digunakan juga dipengaruhi oleh etnik. Untuk Asia dipakai cut-offlingkar perut > 90 cm untuk pria dan > 80 om untuk want, Beberapa kriteria sindrom metabolik dapat dilihat pada Tabel2, Kriteria yang diajukan oleh NCEP-ATP III lebih banyak digunakan, karena lebih memudahkan seorang Kinisi untuk mengideritifikasi seseorang dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik ditegakkan apabila seseorang memiliki sedikitnya 3 (tiga) kriteria, PATOFISIOLOGI Pengetahuan mengenai patofisiologi masing-masing komponen sindrom metabolik sebaiknya diketabui untuk Tidak ad, fetap! TST atau GOPT Tidak ada insulin atau sensitvtes persent ke-75 mempunyai 3a Ditambah salah insulin menurun* Ditsmbah dua dari Skitoraberkut salu dai kriteria Ditamban 2 dari kritoria borkut Berkut eiteria borkut berdasarkan penilaian ils Boratbadan Pia: rasio pinggang «LP > Siem padapria LP> 102cmpada_IMT> 25kgim’ LP yang ppanggul> 0,90 ‘atau > 80cm pada pra atau > 88 em meningkat Wanita: asio wanite pada wanitat (spesitk pinggang panggul > ‘ergantung 035 populas)etambah danfatau IMT > 30, ‘ua dar krteria kai bertut pie TG> 150 mola. TG>160mgis. _ TG2150mglol. «TS 2 150mg! TS > 150 mold. daniatau HDL-C <35 danvalay HOL-C < 39 danHOL-C=40 —alaudalam mg/dL pada pria atau mg/dl pada pia atau mmglél pada pra pengobatan TG 239maldL pada Wanita HDLC <40mpial. atau < 50mg. HDLC < 40 mala wanita pada pra atau < 50. pada wanita paca pra atau < ‘g/dl pada wanita 50 mg/dl pada anita atau dalam Pengobatan HDL- e Tekanan darah > 140/90 mmHg 2140190 mmHg atau > 130185 mmHg «> 1308S mmHg > 130 mm Hg alam pengobatan Sisto alau > 8S hipertens! rm Hg dlasialk slau dalam Pengobatan hipertens! ‘Glukosa TGT.GDPTaisu TST atauGOPT > 110 mala ToT atau GoPT — > 100 mgfat. DMT (tetap bukan (ermasuk (totapi bukan ormasuk Siabetes) ponderita abotes) ciabotos) Giabetos)s, Lainnya Mikroalbumiouria ‘itera resistens Insulin ainnya§ ‘BATE manunjukian Gabetes maliue pe 2 UP, Inglar pggang: BMT, ndsta mason buh dan TG, Wiglserds, semua Sngialan lanaya Trdapat stam tre. “Sena pa Kon ugami pernetrana ambien hoe Bvah hur wrendeheeop! tar blsan prs yan ‘Beverage pasen pra dapat akan memounyal fakorfator ko melabotk saat Ingkarpinggang meningkat meskpun hanya sampai ai aibarg (Yat 30 higge 102 om fo cence’ 30 nlp, Pasian seperti mungkn memounyatKonvousl gone Yang Guu tua tomhedapros-one nul eteha atan mendapatan martaat der pervbahankebiasean dan gays Md, sepert hanya pia dengan peningkataningkarpnggang ategor ' Defnal tanun 2001 menial kad gucosa pussa = 110 mat (1 malt) sabagal kadar yang enngeat Nia ii madias pada lahun 2004 sanjeal = 100 mgid. (96 mall, sual dengan See kn dat Amoroan Diabetes Asscclafon mengena detnsi GOPT. ‘Svat rwayat penyakl Kolarga bere Gnbetes metus ipe 2, sndran exam peli, goa dup Yang Kurang banyak gor, uaa lant dan ‘ie tertanta yang renanternad cabot: mele too ‘ianp don Grunay ata. Dgnost ana kardiovaskular tidak tergantung dari faktor risiko tradisional kardiovaskular, IMT dan konsentrasi CRP. Sejauh ini belum diketahui apakah pengukuran pengukuran ‘marker hormonal dari jaringan.adiposa lebih baik daripada pengukuran secara anatomi dala memprediksi risiko kejadian kardiovaskular dan kelainan metabolik yang terkit. Resistensi Insulin Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada sindrom metabolik. Sejauh ini belum disepaketi pengukuran yang ideal dan praktis untuk resistensi insulin. Teknik clamp ‘merupakan teknik yang ideal namun tidak praktis untuk klinis sehari-hari, Pemeriksaan glukosa plaama puasa juga tidak ideal mengingat gangguan toleransi glukosa puasa hanya dijumpai pada 10% sindrom metabolik, Pengukuran Homeostasis Mode! Asessmént (HOMA) dan Quantita- tive Insulin Sensitivity Check Index (QUICK!) dibuktikan nayorren of etabokesynarome, Cicuaven 2008 berkorelasi erat dengan pemeriksaan standar, schingea dapat disarankan untuk mengular resistensi insulin. Bila melihat dari patofisiologiresistensi insulin yang melibatkan jaringan adiposa dan sistem kekebelan tubuh, maka pengukuran resistensi insulin hanya dari pengukuran glukosa dan insulin (seperti rumus HOMA dan QUICK, perlu ditinjau ulang. Oleh karenanya, penggunaan ramus ini secara rutin di Klinis belum disarankan maupun disepakati, Dislipidemia Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolik ditandai dengan peningkatan trigtiserida dan penurunan kolesterol HDL. Kolesterol LDL biasanya normal, namun mengalami perubahan struktur berupa peningkatan smal! dense LDL. Peningkatan konsentrasi trigliserida plasma dipikitkan, alkibat peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati

You might also like