You are on page 1of 23

LAPORAN KASUS

CYSTOMA OVARI

Disusun untuk memenuhi tugas Dokter Muda


di SMF Obstetrik dan Ginekologi RSUD Iskak Tulungagung

OLEH:
Dananjaya Wira Husodo 170070201011140
Grecie Islamiyah Miranda 170070201011154
Arisna Damayanti 170070201011131
Tika Ayu Saraswati 170070201011166

LABORATORIUM OBSTETRI-GINEKOLOGI
RSUD ISKAK TULUNGAGUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista adalah rongga abnormal di dalam tubuh, dilapisi epitel, biasanya

mengandung cairan atau materi semipadat. Kistadenoma adalah adenoma yang

ditandai dengan massa kistik berlapis epitel yang berisi bahan yang disekresikan,

biasanya serosa atau musinosa, umunya terdapat pada ovarium, kelenjar saliva atau

pankreas (Dorland, 2008)


Terdapat variasi dengan luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi

terdapat di negara Skandinavia (14,5 – 15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika

insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi

pada tahun 1988 sampai 1991. Di Amerika, karsinoma ovarium didiagnosa pada kira

kira 22.000, kematian sebanyak 16.000 orang. Untuk di Indonesia sendiri angka

kejadian kista ovarium belum dapat dipastikan (Prawirohardjo, 2010)


Ada berbagai macam komplikasi yang bisa terjadi akibat kista ovarium yang tidak

tertangani, seperti torsion, pendarahan, ruptur, infeksi, Ovarian Hyperstimulation

Syndrome (OHS) (Mishra, 2003).


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penting

bagi dokter muda untuk memahami lebih lanjut mengenai kista ovarium.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara penegakkan diagnosis kista ovarium


2. Mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi kista ovarium
3. Mengetahui tatalaksana kista ovarium

1.3 Manfaat

Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai kista ovarium dalam hal pelaksanaan

anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan diagnosa,

penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
No Reg : 11842128
Nama : Ny. T
Umur : 39 tahun
Alamat : Jl. Pahlawan Ketanon RT/RW

3
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah 1x
Lama Menikah : 31 tahun
Kehamilan : P2002Ab000
Riwayat KB : tidak pernah menggunakan KB
Tanggal MRS : 27 September 2018

Suami : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Jl. Wrati 22/11 Kejayan PAsuruan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta

2.2 Subjektif
Ny. T / 39 tahun / menikah I : 19/ P2002Ab000 / KB(-) / Cystoma Ovarii (+)
2.2.1 Keluhan utama
Perut membesar teraba seperti terdapat benjolan.

2.2.2. Perjalanan Keluhan Utama


5 Mei 2018
Pasien mengeluhkan adanya benjolan di perut  tetap dirumah.
9 Oktober 2018
Pasien mengeluh perut semakin membesar dan perut berbenjol -> pasien datang
dari poli kandungan rumah sakit dr iskak tulungagung dilakukan pemeriksaan dan
didiagnosis cystoma ovarii direncakan operasi (17 oktober 2018 ) -> keluarga
berunding.
16 Oktober 2018
Pasien datang di RSUD dr iskak tulungagung Agustus 2018
2.2.3 Riwayat Pernikahan
Perkawinan 1 kali, dengan suami sekarang selama 18 tahun.
2.2.4 Riwayat Persalinan
No. At/P/I/Ab/E BBL Cara Lahir Penolong L/P Umur H/M
1 Aterm 3000 gr Spontan Bidan P 17 th H
2 Aterm 2900 gr Spontan Bidan p 13 th H

2.2.5 Riwayat Kontrasepsi


Tidak pernah menggunakan kontrasepsi
4
2.2.6 Riwayat Haid
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 1 oktober 2018
Siklus : 30 hari
Lamanya haid : 5-7 hari
Jumlah haid : normal
2.2.7 Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
2.2.8 Riwayat Keadaan Umum
Nafsu makan : biasa
Berat badan : tetap
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
2.2.9 Riwayat Operasi/Penyakit : -
2.2.10 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit yang serupa.
2.2.11 Riwayat Pengobatan
Riwayat penggunaan obat disangkal
2.2.12 Riwayat Sosial
Pasien usia 39 tahun bekerja swasta

2.3 Obyektif
2.3.1 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
GCS : 456
BB : 68 Kg
TB : 158 cm
BMI : 27,3 kg/m2
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
RR : 20 x/menit
Suhu aksiler : 36,60C
Kepala dan leher : anemis - / - , icterus - / - , KGB -
Thorax : Rongga dada simetris, retraksi (-)
cor/ S1S2 tunggal, murmur (-)
Pulmo/ vv Rh - - Wh - -
vv -- --
5
vv -- --
Abdomen : BU (+), teraba masa di regio hypogastric batas tegas dan
mobile,ukuran 14,6 x 18,1 cm asites (-)
Ekstremitas : normal, akral hangat, edema =|=

Status Ginekologi
Genitalia Eksterna
Inspeksi : v/v flux (-), fluor (-)
Inspekulo : fluxus (-), flour (-)
POMP tertutup licin terdorong ke anterior
Vaginal Touche : fluxus (-), flour (-)
POMP tertutup licin terdorong ke anterior
CUAF : Dalam batas normal
Teraba massa didepan portio ukuran 8x8 cm permukaan
rata, batas tegas, nyeri (-)
Adnexa parametrium D/S massa cystic 15x15 cm, nyeri (-),
konsistensi cystic, mobile (+), permukaan rata, batas tegas
Cavum Douglasi pole teraba bawah massa.
2.3.2 Pemeriksaan Penunjang
17 Oktober 2018
Darah Lengkap : 0,1/0,3/83,2/12,1/4,3
HB : 11,1
DT/PT : 10/18
Ro. Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
USG Gyn : Vesika Urinari terisi cukup, tampak massa hippoecoic
14,6x 18,1 cm kesan cystoma ovarii
2.4 Assessment
Cystoma ovarii

2.5 Planning
 Planning Diagnosis : Cystoma ovarii
 Planning Terapi : Pre ops histrektomi, premed : cefazolin, ranitidin
dan metoclopaamide
 Planning Monitoring : vital sign, keadaan umum.
 Planning Edukasi : KIE penyakit dan operasi ke pasien dan keluarga.

6
2.6 Laporan Operasi
1. Pasien ditidurkan terlentang di meja operasi dengan GA
2. Antisepsis dengan betadin, lalu memasang lapang operasi dengan dook steril
3. Dilakukan incise midline pada lineamediana suprasimpisis Sampai dibawah
umbilicus kurang lebih 10 cm.incisi diperdalam kecuali otot secara tumpul
sampai cavum abdomen
4. Pada eksplorasi di dapatkan:
a. Massa kistik sinistra dengan ukuran 15 x 15 cm,terdapat kelainan
dengan organ sekitar
b. Massa kistik dextra dengan ukuran 10 x 10 cm,
5. Uterus : bentuk normal
6. Tuba : ovarium kanan (+)
7. Ekplorasi perdarahan aktif tidak ada
8. Dilakukan resusitasi dengan NS hangat 2000cc
9. Operasi ditutup lapis demi lapis.
10. Luka dijahit sub kutis
11. Operasi selesai
Diagnose pra Operasi : cystoma ovarii
Diagnose pasca Operasi : cystoma ovarii post operasi
Keadaan pasca operasi :
Keadaan Umum : undersedasi
Tensi : 114 / 69
Nadi : 94x/menit
RR : 18x/menit
Abdomen : Luka operasi tertutup kasa
Genitalia Eskterna : Fluxus (-), Flour (-)

2.7
2.7.2 Perkembangan Pasien 18-10-2018
S : Keluhan (-)
O : KU cukup, Compos Mentis, GCS 456
T: 121/82 mmHg, N:82x/menit
RR: 22x/menit, S :36,4°C
K/L : Anemis (-), Ikterik (-)
Thorax :C/S1S2 tunggal, murmur (-)
7
P/v v Rh - - Wh - -
vv -- --
vv -- --
Abdomen : Soefl, Luka op tertutup kassa
GE : Flux (-), Fluor (-)
A : Post kistektomi
Pdx :-
Ptx : Mobilisasi bertahap, diet TUTS
- Injeksi asam tranexamat 3x1
- injeksi ketorolac 3x1 amp
- Injeksi cefotaxime 2x1 gr
- Injeksi ranitidine 3x1 amp
- Bed rest
2.7.3 Perkembangan Pasien 19-10-2018
S :-
O : KU cukup, Compos Mentis,
A : Post covoctectomi (S) + Post kistektomi (D) Hari ke 2 atas indikasi
Ptx : - Asam mefenamat 3x1 P.o
- cefadroxill 2x1 tab
S : nyeri luka operasi
O : KU baik, compos mentis TD 120/70 Mmhg, S/N : 36.4/ 80, luka
operasi baik ditutup kassa kering, v/v : perdarahan (+) sedikit
A : Post op oovorektomi (S) + kistektomi (D) + PA hv 2
P : menginformasikan keadaan ibu baik akan dilanjutkan perawatan,
ibu memahami, memfasilitasi ibu untuk mobilisasi
Observasi TTV, Memberikan asam mefenamat pasien tidak alergi

8
BAB III
PERMASALAHAN

Berdasarkan kondisi pasien Ny,T/ 39 tahun didapatkan daftar masalah sebagai


berikut :
1. Apakah faktor resiko dari Cystoma Ovarii?
2. Bagaimana gejala pada kasus Cystoma Ovarii?
3. Bagaimana penegakan diagnosis dari kasus Cystoma Ovarii?
4. Apa klasifikasi Cystoma Ovari pada kasus ini?
5. Apakah komplikasi pada kasus Cystoma Ovarii?

9
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Cystoma Ovarii (Kista Ovarium)


Kista adalah kantong yang berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja di dalam

tubuh manusia (Leli, 2013). Sedangkan kista ovarium adalah suatu pertumbuhan

abnormal di ovarium yang berbentuk bulat, berisi cairan, bertangkai, dan dapat terus

tumbuh membesar. Permukaannya licin dan berdinding tipis (William, 2007).


Kista ovarium tidak diketahui asalnya. Terdiri atas sel-sel embrional yang tidak

berdiferensiasi dan tumbuh dengan lambat. Kista ini mengandung material sebasea

kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit. Bentuk kelainan ini merupakan

bentuk atau jenis yang paling sering terjadi pada ovarium (Putri, 2015).

4.2 Klasifikasi Cystoma Ovarii


Terdapat 2 jenis utama kista ovarium yaitu Kista Ovarium Fungsional dan Kista

Ovarium Patologis.

4.2.1 Kista Ovarium Fungsional


Kista fungsional merupakan jenis yang paling umum dan bersifat jinak atau

self-limiting karena merupakan bagian dari siklus menstruasi bulanan sehingga

seringkali dapat regresi tanpa terapi. Kista fungsional terjadi pada periode usia

produktif dan terdiri atas :

a) Kista Folikel
Seorang wanita memiliki sepasang ovarium yang melepaskan 1 ovum tiap

bulannya. Ovum tersebut kemudian bergerak menuju tuba uterina untuk

difertilisasi oleh sperma. Ovum dibungkus oleh suatu folikel berisi cairan sebagai

pelindungnya. Ketika ovum dilepaskan, folikel pembungkusnya pecah menjadi

corpus luteum.
Namun pada beberapa kasus folikel tidak pecah setelah ovum lepas,

bahkan tidak melepaskan ovum.Folikel terakumulasi oleh cairan dan membesar,

dan akhirnya membentuk kista ovarium.

10
Gambar 4.1 Kista Folikel

b) Kista Ovarium Luteal


Kista ovarium luteal jarang ditemui. Ovum yang lepas menyisakan folikel

yang kemudian menjadi corpus luteum. Kista luteal bisa tumbuh ketika corpus

luteum terakumulasi oleh darah. Pada sebagian besar kasus, kista jenis ini akan

menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Namun dapat pula ruptur

dan menyebabkan nyeri mendadak dan perdarahan dalam rongga peritoneum.

Gambar 4.2 Kista Ovarium Luteal

4.2.2 Kista Ovarium Patologis


a) Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan tumor jinak sel germinativum dan paling banyak

diderita oleh wanita usia di bawah 30 tahun. Kista ini berkembang dari oosit primer

(totipotential germ cell) sehingga sel dapat tumbuh menjadi berbagai macam sel

untuk membentuk jaringan matur. Kista dermoid dapat berisi rambut, kulit, tulang,

dan berbagai jaringan lain (bahkan gigi). Sel germinal totipotensial memiliki

kemampuan untuk berkembang ke segala arah.Tatalaksana kista jenis ini perlu

tindakan pembedahan.
b) Kistadenoma
Kistadenoma merupakan tumor jinak epitel germinativum dan biasanya

memiliki tangkai.Kistadenoma dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kistadenoma

ovarium serosum (berisi cairan encer) dan musinosum (berisi cairan


11
kental).Meskipun jarang menjadi ganas, perlu tindakan pembedahan pada

tatalaksananya. Kistadenoma merupakan jenis kista yang paling banyak terjadi di

antara kista ovarium lainnya. 75% diantaranya merupakan kista ovarium serosa

dan 25% di antaranya merupakan kista ovarium musinosum. Kista ovarium

musinosum paling banyak terjadi pada usia pertengahan dan jarang terjadi pada

awal menarche (Prawirohardjo, 2011; Nordqvist, 2010).

4.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti namun diduga

berhubungan dengan hormon gonadotropin (FSH dan LH) yakni adanya stimulasi

berlebihan terhadap hormon-hormon tersebut (Sastrawinata, Sulaiman. dkk.

2004).

 Gestational tropoblastik neoplasma (mola hidatidosa dan khoriokarsinoma)


 Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel

permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik


 Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen, dan hidrokarbon polikistik
 Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi

induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.

Berikut adalah faktor resiko terjadinya kista ovarium (Stoppler, 2012):

 Riwayat kista terdahulu


 Siklus haid tidak teratur
 Perut buncit
 Menarche di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
 Sulit hamil
 Penderita hipotiroidisme
 Penggunaan obat-obatan: tamoxifen (terapi kanker payudara) dan klomifen
 Merokok (Nordqvist, 2010)

4.4 Gejala
Kebanyakan kista ovarium tidak menimbulkan gejala nyata dan ditemukan secara

tidak sengaja pada pemeriksaan fisik atau USG. Beberapa wanita dengan kista

ovarium fungsional melaporkan sensasi berat dalam pelvis. Nyeri lebih sering ditemui

pada kista luteum dibandingkan kista folikel. Gejala lain dari kista ovari yaitu iritasi
12
peritoneal, dan menstruasi yang tidak teratur. Pada kista ovarium yang besar, pasien

mungkin terlihat memiliki peningkatan ketebalan perut atau tekanan pada perut. Pada

keadaan akut, nyeri perut bagian bawah mungkin menunjukkan torsi atau pecahnya

kista.

4.5 Pendekatan Diagnosis


4.5.1 Anamnesis

Anamnesa merupakan suatu cara penegakan diagnosis yang dilakukan

pertama kali. Di mana anamnesa yang baik dan benar dapat mengarahkan

diagnosis. Anamnesa pada kasus obstetri dan ginekologi memiliki prinsip yang

sama dengan anamnesa pada umumnya yaitu meliputi identitas, keluhan utama,

penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pengobatan, riwayat

keluarga, dan riwayat sosial. Pada kasus obstetri dan ginekologi, anamnesis di titik

beratkan pada riwayat perkawinan, kehamilan, siklus menstruasi, penyakit yang

pernah diderita khususnya penyakit obstetri dan ginekologi serta pengobatan,

riwayat KB, serta keluhan-keluhan seperti perdarahan dari jalan lahir, keputihan

(fluor albus), nyeri, maupun benjolan (Prawirohardjo, 2011).

Pada anamnesa didapatkan pasien seorang wanita berusia 39 tahun,

menikah 1 kali selama 18 tahun, memiliki anak sebanyak 2, riwayat tidak

menggunakan kontrasepsi dan hari pertama haid terakhir tanggal 1 oktober 2018.

Saat ini pasien datang dengan keluhan utama perut yang semakin membesar

sejak 5 bulan yang lalu sebelum tanggal pemeriksaan. Pasien datang ke poli

kandungan RSUD Dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 9 Oktober 2018. Benjolan

dirasakan di perut bagian tengah bawah yang pada awalnya kecil dan lama

kelamaan semakin membesar. Pasien tidak mengeluh nyeri perut dan tidak dirasa

mengganggu oleh pasien sehingga tidak langsung diperiksakan.

13
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan asthma.

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus dan

Asma.

Benjolan pada perut bagian tengah bawah dan dirasakan membesar dapat

mengindikasikan adanya masa pada daerah genitalia atau ekstra genitalia. Masa

pada genitalia dapat berada pada uterus, tuba, dan ovarium. Sedangkan pada

ekstra genitalia dapat berhubungan dengan sistem gastrointestinal dan pankreas,

hepatobilier, renal dan urologi, mesenterik, maupun herniasi pada dinding

abdominal (Pathiraja, 2012). Dari berbagai masa yang terjadi pada genitalia. Gejala

yang sering terjadi pada kista ovarium antara lain ialah nyeri pada pelvis yang dapat

bervariasi mulai dari rasa tumpul (yang berhubungan dengan kista yang besar) dan

nyeri sangat (sharp pain) pada ruptur kista atau torsio, kesulitan defekasi, nyeri

pelvis saat berhubungan seksual, meningkatnya frekuensi miksi, perubahan pada

menstruasi normal, perasaan penuh pada abdomen dan kembung, perasaan ingin

muntah, merasakan perut yang sangat penuh walaupun makan sedikit, merasakan

adanya masa yang semakin membesar, pada kelainan ovarium yang mengarah

pada keganasan beberapa juga disertai dengan adanya ascites (Central

Manchester University Hospitals, 2012; Prawirohardjo, 2011).Nyeri pada abdomen

merupakan keluhan yang paling banyak terjadi, tetapi 16% penderita asimptomatik

(Raghuram, et al., 2014).

4.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan baik, status generalis

dalam batas normal. Tidak ada anemia maupun ikterus. Kondisi jantung maupun

paru juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen teraba masa kistik

berukuran 15cmx15cm, mobilitas (+), permukaan rata, berbatas tegas, dan tidak

14
didapatkan nyeri saat pemeriksaan. Pada genitalia eksterna tidak tampak adanya

flek atau fluor. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan melakukan vaginal

touch, Pada pemeriksaan vaginal touch adnexa perimetrium D/S teraba massa

kistik, permukaan rata, mobilitas (+), dan tidak didapatkan nyeri. Pada umumnya,

adnexa yang normal susah untuk dipalpasi kecuali jika pasien sangat kurus. Cavum

douglasi teraba pole bawah massa.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

massa yang terdapat pada rongga pelvis ialah massa. Massa kistik dapat

dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada asal terbentuknya kista,

antara lain kista folikel ovarium, kista korpus luteum yang terdiri dari kista granulosa

dan kista teka, ovarium polikistik (Stein-Levential Syndrome), kista dermoid, dan

kista epitel ovarium yang terdiri dari kistadenoma ovarium serosum dan musinosum

(Prawirohardjo, 2011).

Kista folikel merupakan kista yang terjadi karena kegagalan proses ovulasi

dan cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Kista ini umumnya mengganggu

menstruasi dengan memperpanjang dan memendekkan siklus serta dapat

mengalami obliterasi dalam 60 hari. Akan tetapi pada anamnesa tidak didapatkan

adanya gangguan pada siklus dan lamanya menstruasi. Kista korpus luteum

merupakan pertumbuhan lanjut dari korpus luteum atau perdarahan yang mengisi

rongga yang terjadi setelah ovulasi. Ovarium polikisitk (Stein Leventhal Syndrome)

biasanya ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium, amenorea sekunder atau

oligomenorea, dan infertilitas serta hirsutisme dan obesitas. Pada anamnesa tidak

didapatkan tanda-tanda gangguan siklus menstruasi maupun obesitas sehingga

kemungkinan terjadinya ovarium polikistik dapat disingkirkan. Kista dermoid

merupakan tumor jinak sel germativum dan banyak diderita oleh gadis yang berusia

20 tahun (Prawirohardjo, 2011).

15
Tumor epitel dapat berupa serosum atau musinosum. Kistadenoma ovarium

serosum mencakup sekitar 15-20% dari keseluruhan tumor jinak ovarium,

insidennya terjadi pada usia penderita antara 20-50 tahun. Kista ini biasanya terjadi

secara bilateral. Kista ini pada usia diatas 30 tahun berpotensi tinggi untuk menjadi

keganasan. Pada kistadenoma musinosum, tumor ini mencapai 16-30% dari total

tumor jinak ovarium dan 85%nya jinak.Kista ovarium musinosum paling banyak

terjadi pada usia pertengahan dan jarang terjadi pada awal menarche. Kistadenoma

ovarium musinosum merupakan tumor terbesar seringkali mencapai 15 cm. Pada

kondisi tertentu penderita mengeluh rasa tidak nyaman di pubis, pembesaran perut

dan gejala seperti ascites (Prawirohardjo, 2011).

Berdasarkan guideline dari ACOG (American College of Obstetricians and

Gynecologist) pemeriksaan fisik pada kistadenoma sering ditemukan adanya

benjolan melalui palpasi pada abdomen atau selama pemeriksaan bimanual

sehingga dapat ditentukan ukuran serta konsistensinya. Pasien dapat juga merasa

nyeri pada abdomen bagian bawah unilateral saat dilakukan palpasi serta

ditemukan masa kistik atau solid yang teraba besar pada pemeriksaan abdomen,

massa yang sakit saat dipalpasi, dan terpisah dari uterus (Quade, 2012).

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, masa kistik ini mengarah pada

kistadenoma.

Selanjutnya penentuan ganas atau tidaknya suatu masa dan tipenya perlu

menggunakan histologi patologi yang dapat memberikan ketepatan diagnosis

(Prawirohardjo, 2011).

4.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien dengan kista ovarium perlu dilakukan beberapa pemeriksaan

penunjang yang berguna untuk mendapatkan kepastian letak kelainan, derajat

16
keganasan sebagai konfirmasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah

dilakukan.

Pemeriksaan penunjang radiologi yang dapat dilakukan pada pasien dengan

keluhan benjolan pada abdomen adalah pemeriksaan USG ginekologi untuk

menentukan lokasi, ukuran dan fitur fisik kista, serta temuan sugestif keganasan

(Horlen & Cheryl, 2010). Fitur fisik kista pada hasil pencitraan USG dapat

dibedakan menjadi 3 macam, yaitu kista sederhana (simple cyst), hanya berisi

cairan tanpa massa yang solid, umumnya merupakan kista yang jinak seperti kista

fisiologis (kista folikel dan kista luteal); kista kompleks (compound cyst), kista berisi

campuran cairan dan massa solid, perlu observasi lebih lanjut akan kemungkinan

menghilang atau tidak; kista solid (solid cyst), kista berisi massa solid tanpa cairan,

perlu dievaluasi apakah merupakan tumor ganas atau jinak.

Untuk hasil USG ginekologi yang dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2018

didapatkan massa kistik berukuran 14,6 x 18,1 cm. Tidak ditemukan adanya asites.

Kistadenoma dicirikan sebagai adanya massa yang sedang atau besar

berkonsistensi kistik pada adneksa, adanya septation dan papillary projection, akan

tetapi pemeriksaan sonography tidak dapat digunakan untuk membedakan antara

suatu massa jinak atau ganas.

4.6 Penatalaksanaan

Beberapa faktor perlu menjadi pertimbangan dalam memutuskan tindakan

penanganan kistoma ovarium. Faktor-faktor tersebut antara lain usia pasien,

pasien pre-menopause atau post-menopause, jenis kista (jinak atau ganas),

ukuran kista, ada atau tidaknya gejala penyerta (asimptomatik atau simptomatik),

serta level penanda tumor (CA125) (Nordqvist, 2010).

4.6.1 Managemen Konservatif / Observasi (watchful-waiting)

17
Pasien pre-menopause asimptomatik dengan kistoma ovarumi fungsional

berukuran < 8 cm dan level CA125 dalam batas normal, dilakukan pemeriksaan

USG rutin tiap 8-12 minggu (Nordqvist, 2010). (Bailey,dkk.,1998)(Roman, 1998)

(RCOG, 2010). Tetapi pada pasien ini karena ukurannya lebih dari 8 cm tetapi

level CA125 <35 maka tidak dilakukan watchful-waiting.

4.6.2 Farmakoterapi
a) Analgesik
Pada beberapa pasien dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dapat

diberikan analgesik jenis opioid (morfin sulfat) atau NSAID (ibuprofen,

indometasin, ketorolac, natrium diclofenak, asam mefenamat, dan ketoprofen).


b) Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi oral ditujukan untuk mengurangi resiko terbentuknya

kista pada siklus menstruasi berikutnya dan mengurangi resiko kista berkembang

menjadi kanker (Nordqvist, 2010). Pada pasien ini tidak diberikan pil kontrasepsi.

Pemberian terapi hormonal berupa pil kontrasepsi terbukti tidak banyak

membantu dalam meregresi kista (Grimes, dkk. 2009).


4.6.3 Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan pada semua jenis kistoma ovarii patologis, atau

kista fungsional yang simptomatik, berukuran besar (5-10 cm), atau persisten

pada 2-3 siklus menstruasi (Nordqvist, 2010). Prosedur pembedahan meliputi

ovarian cystectomy, partial atau bilateral salpingo-oophorectomy (SOVC). Tujuan

tindakan pembedahan tersebut antara lain:


 Konfirmasi diagnosis kistoma ovarium
 Menilai apakah kista cenderung menjadi ganas
 Mendapatkan cairan dari bilasan peritoneum untuk pemeriksaan sitologi
 Mengambil seluruh kista untuk dilakukan analisis histo-PA
 Menilai ovarium lain dan organ-organ abdomen lainnya
 Melakukan tindak pembedahan lain sesuai indikasi.
a) Aspirasi
Pemeriksaan sitologi cairan kista kurang mampu membedakan kista tersebut jinak

atau ganas, dengan tingkat sensitivitas pada sebagian besar studi sekitar 25%.

(RCOG, 2010).
b) Laparoskopi
Tatalaksana massa jinak adneksa dengan teknik laparoskopi berkembang dengan

baik. Pendekatan laparoskopi dilakukan pada wanita yang tidak memungkinkan

18
untuk ditangani secara konservatif namun masih memiliki resiko yang rendah

terhadap adanya keganasan (skor Risk of Malignancy Index/RMI 25 – 250).

Laparoskopi juga bertujuan untuk mengeksklusi adanya keganasan. Bila selama

laparoskopi menunjukkan adanya keganasan, maka tindakan laparotomi harus

dilakukan (RCOG, 2010).


Penggunaan teknik laparoskopi mulai meluas dan indikasinya berkembang.

Laparoskopi lebih dipilih daripada laparotomi karena menimbulkan efek samping

minimal pada pasien dan proses penyembuhan lebih cepat. Meskipun begitu, hal

terpenting lainnya adalah laparoskopi memberikan outcome hampir sama dengan

laparotomi (Maiman, 1995).


c) Laparotomi
Laparotomi dilakukan bila beresiko tinggi terhadap adanya keganasan (skor RMI>

250) atau keganasan ovarium terbukti ada (RCOG, 2010).

Pasien pada kasus ini, yakni Ny. RY, adalah pasien pre-menopause

memiliki kistoma ovarium. Maka dari itu, tatalaksana yang direkomendasikan pada

pasien tersebut adalah teknik kistektomi. Pengangkatan kedua ovarium tidak

dilakukan karena pasien masihpre-menopause (Mann Jr., 2014).

4.8 Komplikasi
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ini ialah

kista tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi

dari kista ovarium yang dapat terjadi ialah (Prawirohardjo,2010):


1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit- sedikit hingga berangsur- angsur menyebabkan kista

membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala- gejala klinik yang

minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan

terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri diperut.Kista

berpotensi untuk pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya kista yang

berpotensi pecah.Pecahnya kist bisa menyebabkan pembuluh darah robek dan

menimbulkan terjadinya pendarahan. (Hakimi, 1993)


2. Infeksi pada kista
Jika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen.
19
3. Torsio ( Putaran tangkai )
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5

cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau aligamentum roduntum pada

uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark peritonitis

dan kematian.Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma

TOA, masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada wanita usia

reproduksigejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadrat abdomen

bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam leukositosis.


4. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang

seksama terhadap kemungkinan perubahan kegansannya,adanya asites dalam

hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa menapouse

sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.


5. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti

jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan

bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka

perdarahan bebas berlangsung keuterus ke dalam rongga peritoneum dan

menimbulkan rasa nyeri terus- menerus disertatai tanda- tanda akut.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien dalam

laporan kasus ini didiagnosis dengan Cystoma Ovarii karena berdasarkan anamnesis,

pasien mengeluhkan perut sisi kanan membesar dan pada pemeriksaan ditemukan

20
massa ukuran 15x15 cm dengan permukaan rata, batas tegas, dan mobilitas (+). Pasien

ini direncanakan untuk dilakukan kistektomi, yaitu pengangkatan kista dari ovari.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan deteksi dini terhadap semua penyakit kandungan terutama kista

ovarium karena dapat menyebabkan keganasan, oleh karena itu tenaga kesehatan

hendaknya meningkatkan kemampuan dalam mendiagnosis penyakit kista ovarium

terutama bila dijumpai gangguan berupa nyeri pelvis kronis, dan nyeri haid.

2. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang faktor resiko, dan

deteksi dini terjadinya kista ovarium pada wanita usia remaja sampai lanjut usia.

3. Pentingnya KIE pada pasien yang menderita kista ovarium untuk menjalani

pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Central Manchester University Hospitals.2012. Ovarian Cyst. NHS Foundation.

Dorland, W. N. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28. Jakarta: Elsevier

Grimes, D.A; Jones, L.B; dkk. Oral Contraceptives for Functional Ovarian Cysts.
Cochrane Database Syst Rev. Apr 15 2009;CD004751

Hakimi, M., 1993.Keadaan Darurat Ginekologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Yayasan


Essentia Medica Yogyakarta

Leli L. Tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang kista ovarium di desa Jabung
Sragen tahun 2013. Puwokerto: Stikes Kusuma Husada; 2013

Maiman, M. Laparoscopic Removal of The Adnexal Mass : The Case for Caution. Clin
Obstet Gynecol. Jun 1995;38(2):370-9.
21
Mann Jr., William J. 2014. Oophorectomy and Ovarian Cystectomy, (Online),(Diakses dari
http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy pada
12 Juni 2014).

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

Mojman K, Diagnostic Value of the Risk of Malignancy Index (RMI) for Detection of Pelvic
Malignancies Compared with PathologyElectron Physician. 2015 Nov; 7(7):
1505–1510.Published online 2015 Nov 20. doi: 10.19082/1505

Nordqvist, Christian. 2010. What is An Ovarian Cyst? What Causes Ovarian Cyst?,
Online, Diakses dari http://www.Medicalnewstoday.com/articles/179031 .php pada
14 Agustus 2018.

Pathiraja P. 2012. Abdominal Masses in Gynaecology. 11:100-111

Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;


2010.

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Ed.3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Putri, A. C. C. (2015). Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Mencegah Kista Ovarium.


Jurnal Agromedicine, 2(2), 94-98.

Quade, G. 1999. Obstetric problems. Volume One-Non trauma. Primary Surgery

Raghuram P. Reddy, Thomas C. Smyrk, Mauricio Zapiach, Michael J. Levy, Randall


K.Pearson, Jonathan E. Clain, Michael B. Farnell, et al. 2014. Pancreatic
mucinous cystic neoplasm defined by ovarian stroma: Demographics, clinical
features, and prevalence of cancer

Rasjidi, Imam dkk. 2010. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta : CV Sagung Seto.

RCOG. 2010. Guideline No.34 : Ovarian Cyst in Post-Menopausal Women, (Online),


Diakses dari http://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdf.

22
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: ObstetriPatologi Edisi2.
Jakarta: EGC

Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta : C.V Andi
Offset.

Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor:
IN MEDIA

Stoppler, Melissa Conrad. 2012. Ovarian Cysts, (Online), (Diakses dari


http://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian
_cysts pada 14 Agustus 2018).

Wiknjosastro,H., 2007. Ilmu Kandungan Edisi II.Jakarta Yayasan Bina Pustaka


William Helm, C. 2007. American College of Obstetricians and Gynecologists Ovarian
Cysts. Diakses darihttp://emedicine.compada tanggal08 Agustus 2018.

Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan, Myoma Uteri, Kanker Rahim dan Indung Telur,
Kista, serta Gangguan Lainnya. Jakarta: PustakaPopuler Obor.

23

You might also like