You are on page 1of 8

Pasar persaingan sempurna (penerima harga (price-taker).

Barang dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat


homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik. Pembeli tidak dapat membedakan perfect
competition) adalah sebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang
dijual bersifat homogen. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi
antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat memengaruhi harga dan
hanya berperan sebagai peapakah suatu barang berasal dari produsen A, produsen B, atau produsen C? Oleh karena
itu, promosi dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan produk.
Dalam pasar persaingan sempurna jumlah perusahaan sangat banyak dan kemampuan setiap perusahaan dianggap
sedemikian kecilnya, sehinga tidak mampu mempengaruhi pasar. Beberapa karakteristik agar sebuah pasar dapat
dikatakan pasar persaingan sempurna yaitu :

1. Semua perusahaan memproduksi barang/produk yang homogen. Produk yang homogen adalah produk yang
mampu memberikan kepuasan (utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya.
2. Produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau informasi yang sempurna. Para pelaku ekonomi
(konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan sempurna tentang harga produk dan input yang dijual
sehingga konsumen tidak akan mengelami perlakuan harga jual yang berbeda dari suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya.
3. Output sebuah perusahaan relative kecil dibandingkan dengan output pasar. Jumlah output setiap
perusahaan secara inividu dianggap relative kecil dibandingkan dengan jumlah output seluruh perusahaan
dalam industri.
4. Perusahaan menerima harga yang ditentukan pasar dengan menjual produknya dengan berpatokan pada
harga yang ditetapkan pasar karena perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
5. Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar, hal ini disebabkan oleh adanya faktor mobilitasnya tidak
terbatas dan tak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkan faktor produksi.
Dalam pasar persaingan sempurna terdapat beberapa kelebihan, diantaranyya yaitu :

1. Mampu mendorong efisiensi dalam produksi. Dengan jumlah produsen atau penjual yang banyak, maka
produsen akan berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu barnag yang dijualanya.
2. Tidak memerlukan iklan. Dengan sifat homogen di pasar persaingan sempurna, maka pemasangan iklan
sama sekali tidak dibutuhkan karena jenis barang yang di perjual-belikan sama.
3. Pembeli dan penjual bebas bertindak. Produsen dan konsumen memiliki kebebasan dalam keluar masuk
pasar. Bagi produsen yang memiliki modal untuk menjual produknya dapat memasuki pasar. Bagi
produsen yang merasa rugi dapat segera keluar dari pasar. Dan konsumen memiliki kebebasan untuk
membeli barang di pasar kapanpun.
4. Harga tidak ditentukan oleh satu penjual atau oleh satu pembeli. Harga di pasar persaingan sempurna
ditentukan oleh hasil transaksi tawar-menawar di pasar.
Selain memiliki kelebihan, pasar persaingan sempurna juga memiliki beberapa kekurangan. diantaranya sebagai
berikut :

1. Tidak ada dana untuk penelitian dan pengembangan produk. Dengan laba secukupnya, membuat produsen
kuran melakukan penelitian untuk ber-inovasi.
2. Terbatasnya kebebasan memilih bagi pembeli. Dengan jenis barang yang dijual hanya satu, membuat
konsumen tidak bisa memilih barang sesuai selera dan tingkat pendapatan mereka masing-masing.
3. Pekerja menerima upah atau gaji rendah. Dengan laba secukupnya, produsen tidak bisa memberikan upah
tinggi kepada pekerjanya.

Perbedaan Utama Antara Monopoli dan Oligopoli


Perbedaan Monopoli dan oligopoli adalah struktur pasar ekonomi di mana ada persaingan tidak sempurna di pasar.
Sebuah pasar monopoli berisi satu perusahaan yang memproduksi barang dengan ada pengganti yang dekat, dengan
hambatan yang signifikan untuk masuknya perusahaan lain. Pasar oligopoli memiliki sejumlah kecil perusahaan
yang relatif besar yang memproduksi produk serupa tapi sedikit berbeda. Sekali lagi, ada hambatan yang signifikan
untuk masuk bagi perusahaan lain.
Perbedaan Monopoli dan Oligopoli
Dalam monopoli, penjual biaya harga tinggi untuk barang-barang karena tidak ada kompetisi. Dalam oligopoli,
harga moderat karena adanya persaingan. Namun, mereka lebih tinggi dari mereka akan berada dalam persaingan
sempurna .

Hambatan masuk dalam pasar monopoli yang tinggi karena teknologi, kebutuhan modal yang tinggi, peraturan
pemerintah, paten dan biaya distribusi yang tinggi. Dalam pasar oligopoli, hambatan masuk tinggi karena skala
ekonomi .

Fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan, sebagai contoh terhadap harga barang dan sebagainya, atas segala
hal yang bisa dilihat di dalam sebuah grafik.
Fluktuasi dapat merujuk kepada:

 Quantum fluktuasi yang timbul dari prinsip ketidakpastian


 Fluktuasi primordial variasi kepadatan, di alam semesta awal
 Statistik fluktuasi, sangat penting dalam statistik, mekanika statistik, dan termodinamika
 Thermal fluktuasi, fluktuasi statistik dalam variabel termodinamika
 Sebuah nama alternatif untuk konjungtur, kombinasi peristiwa penting dalam ilmu ekonomi
 Fluktuasi Vacuum
 Fluktuasi Konduktansi Universal, sebuah fenomena fisika kuantum yang dihadapi dalam percobaan transportasi
listrik di mesoscopic spesies
Fluktuasi Harga Emas dan Profitabilitas Investasi Emas di Indonesia
April 14, 2014 news

BEST PROFIT FUTURES – Sebagai mana jenis komoditi lainnya, walaupun berwujud logam mulia, emas tetap
memiliki nilai yang fluktuatif. Menurut pengertian sederhana, fluktuasi berarti adalah ketidakstabilan harga emas di
pasaran. Stabilitas harga adalah salah satu kunci dari profitabilitasinvestasi emas. Oleh sebab itu, anda sebagai
investor perlu memahami dan mengantisipasi hal-hal yang dapat mempengaruhi harga emas.
Masing-masing negara mengalami perubahan harga yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, baik
faktor internal di negara tersebut atau faktor eksternal dari kondisi perekonomian dan stabilitas politik dunia. Berikut
ini merupakan beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi harga emas dan dan profitabilitas investasi emas di
Indonesia:
 Rasio Perbandingan Permintaan dan Persediaan
Seperti komoditi lainnya, harga emas juga terpengaruh oleh faktor demand dan supply. Jika permintaan terhadap
emas meningkat tetapi persediaan di pasaran tidak mencukupi, maka harga akan cenderung naik. Demikian juga
sebaliknya, jika permintaan menurun sedangkan persediaan emas melimpah di pasaran maka harga akan turun
(meskipun saat ini, persediaan emas nyaris tidak pernah surplus di pasaran). Permasalahannya kedua hal ini
tergantung permintaan pasar dunia. Sehingga pergerakannya bisa cukup cepat.
 Tingkat Inflasi
Sebagaimana yang telah dijelaskan, laju inflasi sangat berpengaruh terhadap harga emas. Inflasi yang dimaksud
bukan hanya pada negara itu sendiri, melainkan inflasi yang terjadi pada negara maju memberikan andil yang lebih
besar. Analoginya adalah ketika inflasi rendah atau stabil, maka banyak orang yang akan berinvestasi dalam bidang
yang lain, semisal saham. Sehingga emas menjadi kehilangan harganya akibat hilangnya fungsi emas sebagai barang
berharga dalam pengertian untuk investasi. Transaksi perdagangan emas hanya berkisar pada transaksi jual beli
perhiasan di pasaran. Hal inilah yang memacu turunnya harga emas.
 Investasi Saham
Dalam keadaan ekonomi yang membaik, banyak orang yang menanamkan modal dalam bentuk saham. Penjualan
emas pun dilakukan untuk menambah modal berinvestasi di pasar saham. Sebab, bermain pada pasar saham walau
memiliki resiko tinggi, tetap menjadi daya tarik yang besar bagi banyak orang. Sebab, kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat cukup terbuka dibanding investasi emas.
 Politik
Iklim politik memiliki andil yang sangat besar dalam berbagai hal. Termasuk pengaruhnya terhadap harga emas.
Ketika terjadi pergolakan politik, maka kemungkinan besar harga emas akan cenderung naik. Pasar saham melemah
karena banyak investor yang merasa takut kemudian menarik uangnya, lalu kembali menginvestasikan uang tersebut
dalam bentuk emas.
 Kurs Dollar
Posisi kurs dollar Amerika Serikat juga memiliki andil yang cukup besar dalam fluktuasi emas. Sebab jika dollar
stabil, dan perdagangan internasional berjalan dengan lancar, maka harga emas akan cenderung menurun, yakni
mengikuti neraca pembayaran internasional.
Faktor-faktor seperti yang telah dikemukakan di atas memiliki andil yang cukup besar bagi para pelakuinvestasi
emas. Masih ada faktor yang lain yang ikut berpengaruh, seperti harga minyak dan komoditi pertanian. Namun,
biasanya harga emas akan mengikuti indeks neraca pembayaran internasional. Berdasarkan catatan tersebut maka
anda dapat mengira-ngira kapan harga emas bisa disebut mahal, dan kapan bisa disebut turun. Kesimpulannya, saat
yang paling tepat untuk melakukan investasi emasadalah ketika faktor-faktor di atas terpenuhi, karena harga emas
cenderung rendah.
Oleh sebab itu, ketika anda berhubungan dengan perusahaan penyedia emas dan ditawari harga yang murah secara
fantastis, anda perlu waspada. Seberapa lemah pun kondisi pasar, emas akan tetap menjadi idola. Harga emas tidak
akan pernah turun atau naik melampaui batas kewajaran, karena fungsinya memang sebagai penyeimbang.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yakin capaian pertumbuhan ekonomi tahun ini memi liki peluang
lebih baik dari 2016. Karena, harga komoditas menunjukkan tren kenaikan.

Sejak akhir tahun 2016, harga


komoditas sudah naik. "Harga
batubara sudah sampai ke 80 dolar
AS per ton, naik dari sebelumnya 50
dolar Asper ton, harga sawit dan nikel juga sudah mulai membaik," jelasnya

Menurut JK, kenaikan harga komoditas akan memberi kan pengaruh besar terhadap perekonomian.
Karena, Indonesia merupakan salah satu produsen besar komoditas seperti batubara dan crude
palm oil (CPO).

"Kenaikan harga komoditas akan mendorong penerimaan negara menjadi lebih baik. Jika anggaran
naik maka pemerintah memiliki modal lebih besar untuk me ndorong laju pertumbuhan ekonomi,"
terangnya.

Direktur Eksekutif Aso siasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Supriatna Suhala memiliki
pandangan sama. Dia yakin kenaikan harga komoditas bisa memberikan kontribusi untuk
membantu mengerek kerja pereko nomian.

"Tahun ini sepertinya akan lebih baik dari tahun lalu. Karena, pemerintah China sebagai produsen
terbesar dan konsumer terbesar di dunia tidak akan membiarkan harga batubara terlalu rendah
maupun terlalu tinggi," terang Supriatna kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Supriatna memperkirakan harga batubara tahun ini berkisar 65 sampai 75 dolar AS per ton untuk
kualitas di atas 6.000 kcal per kilogram. Menurutnya, kenaikan harga itu akan menggairahkan per -
ekonomian daerah penghasil tambang.

Selain harga batubara, Supriatna menilai, harga minyak sawit juga akan terus membaik seiring
konsumsi dunia yang terus meningkat. ***

Setelah krisis 2008 yang melanda perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa, yang kemudian diikuti krisis
ekonomi yang melanda China sejak 2014, kini ekonomi dunia kembali dilanda kemelut. Penyebabnya adalah
jatuhnya harga minyak dunia pada level terendah sejak 1990.

Akibatnya, banyak perusahaan minyak berguguran dan negara-negara yang menggantungkan pendapatan dari
minyak berada dalam ancaman kebangkrutan. Para ahli berpandangan, ini adalah kelanjutan perang global
dari currency war berlanjut ke oil war.

International Monetary Fund (IMF) meramalkan harga minyak akan jatuh hingga US$ 20 per barel. Jika ini benar
terjadi, akan langsung memaksa sebagian besar perusahaan minyak menutup kegiatan mereka. Padahal, beberapa
analis meramalkan harga minyak bisa meluncur lebih rendah.

Economics Correspondent, Peter Spence dalam artikelnya di telegraph.co.uk menyebutkan, harga minyak menuju
US$ 10 bahkan bisa lebih rendah dari itu.

Jatuhnya harga minyak disebabkan oleh faktor yang sifatnya mendasar, dan bukan karena spekulasi. Faktor tersebut
yakni pertama, penemuan teknologi baru shale oil dan shale gasdi Amerika Serikat (AS) sebagai negara konsumen
minyak terbesar di dunia, yang menyebabkan AS tidak lagi bergantung pada minyak impor.

Kedua, melemahnya perekonomian China akibat ambruknya pasar keuangan yang dipicu oleh menurunnya pasar
properti dan infrastruktur di negara tersebut.

Ketiga, produksi minyak sendiri yang berada pada level overproduction (kelebihan produksi) serta kenaikan harga
minyak yang selama ini cenderung tidak wajar. Dengan demikian, harga minyak rendah cenderung akan bertahan
dalam jangka panjang.

Secara agregat laba perusahaan minyak mencapai rekor penurunan terbesar dalam satu tahun terakhir, yang
memaksa mereka memotong dua-pertiga dari investasi baik dalam kegiatan eksplorasi maupun produksi.

Diperkirakan, 250 ribu pekerja minyak telah kehilangan pekerjaan mereka. Perusahaan-perusahaan minyak raksasa
seperti Chevron, Exxon telah menyalakan tanda bahaya, memangkas pengeluaran besar-besaran dan juga melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerjanya.

Bagaimana dengan Indonesia?

Penurunan harga minyak tentu saja akan menimbulkan efek sangat besar terhadap perekonomian nasional. Pertama,
terhadap perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia.

Kedua, terhadap penerimaan negara baik dari pajak maupun bagi hasil minyak. Ketiga, terhadap perusahaan minyak
nasional Pertamina sebagai salah satu pelaku utama dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak mentah.

Di saat pertumbuhan ekonomi nasional melemah, yang saat ini hanya tumbuh 4,7 persen, pelemahan harga minyak
jika tidak diantisipasi dengan benar, akan memicu pelemahan lebih lanjut perekonomian Indonesia. Kondisi ini akan
membawa implikasi makro ekonomi yang lebih buruk.

Harga Minyak dan Ekonomi Nasional

Dalam perekonomian terbuka sekarang ini, industri minyak dan gas (migas) merupakan salah satu motor penggerak
utama bagi ekonomi nasional. Tidak semata-mata dalam pendapatan negara, namun juga terhadap perekonomian
nasional, aliran investasi luar negeri dan devisa hasil ekspor. Sehingga hidup matinya industri migas akan
menentukan nasib perekonomian Indonesia.

Penurunan harga minyak akan menimbulkan dampak langsung terhadap menurunnya aliran investasi dalam sektor
migas, menurunnya produksi dan menurunnya pendapatan ekspor, yang pada akhirnya akan menyebabkan
sumbangan sektor migas terhadap GDP akan semakin mengecil. Hal ini pada ujungnya akan berdampak terhadap
merosotnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejauh ini, industri migas memberikan sumbangan sedikitnya 8 persen terhadap pembentukan Produk Domestik
Broto (PDB) tahun 2012. Sementara ekspor migas memberikan sumbangan 12,34 persen terhadap PDB (Januari-
Desember 2015). Sedangkan investasi migas dalam situasi normal cukup besar.

Data PricewaterhouseCoopers (PWC) menyebutkan, investasi dalam migas di Indonesia cukup besar meningkat dari
US$ 16,1 miliar di 2012 menjadi US$ 19,3 miliar di 2013, dengan kontribusi sekitar 12 persen terhadap penerimaan
pemerintah.
Belum lagi pemerintah telah memasang target yang besar dalam investasi migas. Sebagaimana dikatakan menteri
ESDM Sudirman Said pada Juni 2015, pemerintah menargetkan investasi sektor migas sampai lima tahun ke depan
mencapai Rp 1.800 triliun.

Menurut dia, pemerintah bisa mengundang investor agar menanamkan modalnya hingga Rp 1.200 triliun untuk
kegiatan hulu migas. Sedangkan untuk kegiatan hilir sebesar Rp 600 triliun. Dapat dipastikan bahwa target ini akan
meleset jauh. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, perusahaan-perusahaan minyak banyak yang akan hengkang dari
Indonesia.

Baru-baru ini PT Chevron Pasific Indonesia, perusahaan minyak yang menguasai sekitar 48 persen produksi minyak
mentah Indonesia mengatakan, akan mengakhiri kontrak mereka di Kalimantan Timur setelah 50 tahun beroperasi di
sana.

Blok Kalimantan Timur menyumbangkan 70 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas dan 20 ribu barel minyak pe
hari. Tidak hanya itu, perusahaan minyak asal Amerika Serikat itu juga berencana akan mengurangi sekitar 1.500
pekerja mereka di Indonesia.

Tidak hanya Chevron Indonesia, namun juga perusahaan asing seperti British Petroleum (BP), ConocoPhillips, dan
perusahaan nasional lainnya seperti Energi Mega Persada, akan mengambil langkah sama sebagai respons terhadap
memburuknya harga minyak. SKK migas sendiri telah mengeluarkan pernyataan untuk mewaspadai keadaan ini.

Dampak bagi Keuangan Negara

Minyak merupakan salah satu sumber pendapatan utama pemerintah, baik dalam bentuk penerimaan pajak, maupun
bagi hasil minyak dan pendapatan lainnya yang diperoleh pemerintah daerah. Meskipun penerimaan negara dari
migas terus menurun dari waktu ke waktu, namun ketergantungan pada pendapatan minyak masih besar.

Jatuhnya harga minyak akan mengakibatkan dua hal. Pertama, turunnya target liftingminyak oleh perusahaan
minyak baik perusahaan asing maupun perusahaan nasional. Perusahaan minyak akan enggan melakukan produksi
karena harga yang tidak atau kurang menguntungkan.

Kedua, penurunan harga minyak akan berdampak langsung terhadap menurunnya pendapatan pemerintah.

Jika harga minyak jatuh hingga di bawah US$ 10, besar kemungkinan pemerintah akan kehilangan sama sekali
pendapatan dari minyak. Selama ini, hasil penjualan minyak mentah baik ekspor maupun penjualan ke dalam negeri,
langsung masuk ke dalam kas pemerintah dalam bentuk bagi hasil minyak.

Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014, total penerimaan langsung migas yang diperoleh dari
pajak penghasilan Rp 83,8 triliun, penerimaan sumber daya alam (SDA) minyak Rp 154,7 triliun dan penerimaan
SDA gas Rp 56,9 trilun. Total penerimaan langsung migas Rp 295,5 triliun.

Pendapatan tersebut belum termasuk penerimaan sektor pajak yang berkaitan secara tidak langsung dengan sektor
migas. Asumsi harga minyak saat itu adalah US$ 105 per barel.

Selanjutnya dalam APBN 2016, pemerintah menargetkan produksi minyak sekitar 830 ribu barel per hari dan target
pendapatan minyak US$ 11,65 miliar, dengan asumsi harga minyak ditetapkan sebesar US$ 50 per barel.

Sementara sekarang, harga minyak berkisar antara US$ 25-US$ 30 per barel. Tentu saja pendapatan pemerintah
tidak akan tercapai. Dalam hal asumsi harga minyak, pemerintah dan DPR berkali-kali membuat asumsi yang salah
dan tidak dapat membaca kecenderungan perekonomian global.
Penurunan harga minyak akan memaksa Pemerintahan Jokowi harus segera melakukan revisi terhadap asumsi dalam
APBN, target penerimaan migas bahkan target pengeluaran secara keseluruhan. Target yang ambisius dalam APBN
2016 sebagaimana APBN-P 2015 tidak lagi relevan.

Kredibilitas Pemerintahan Jokowi kembali diuji dalam proses revisi APBN-P 2016. Apakah pemerintah akan
bertindak realistis atau tetap ambisius di tengah menurunnya pencapaian penerimaan negara.

Pertamina Menderita

Pertamina merupakan salah satu perusahaan negara yang akan ikut menderita oleh menurunnya harga minyak.
Keuntungan perusahaan yang selama ini sebagian besar diperoleh dari kegiatan hulu migas terancam lenyap.
Sementara pada sisi lain, perusahaan telah melakukan investasi miliaran dolar AS untuk mencari dan memproduksi
minyak.

Pertamina akan mengurangi pengeluaran operasi hulu mencapai 30 persen pada tahun ini sebagai konsekuensi dari
menurunnya harga minyak.

Sebagaimana diketahui, pengeluaran operasi hulu perusahaan tahun 2016 senilai US$ 4 miliar untuk kegiatan
pengembangan dan eksplorasi. Beberapa operasi perusahaan akan dihentikan sementara dikarenakan tingginya biaya
operasi tak sebanding dengan harga minyak saat ini.

Dikatakan, biaya operasi rata-rata perusahaan untuk onshore production (produksi di darat) berkisar antara US$ 19-
US$ 20 per barel. Bahkan biaya operasi untuk beberapa lokasi seperti di lepas pantai West Madura sekitar US$ 30
per barel.

Pertamina akan memotong produksi hingga 296 ribu barel per hari atau berkurang 17,77 persen dari target yang
ditetapkan sebelumnya yakni 360 ribu barel per hari.

Produksi minyak mentah Pertamina pada skala normal mencapai 18 persen dari total produksi nasional dan 16
persen gas. Selebihnya dihasilkan oleh perusahaan swasta asing dan nasional. (Sumber: PWC, 2014)

Sementara pada sisi lain, Pertamina menghadapi beban pembiayaan yang besar dikarenakan banyak investasi
Pertamina yang dibiayai dengan utang. Sedangkan laba yang diperoleh Pertamina yang selama ini disumbangkan
oleh sektor hulu tidak lagi signifikan untuk dapat membayar utang.

Sebagaimana dikatakan lembaga rating utang Moodys, sejak awal 2015 memperingatkan penurunan laba Pertamina
tersebut akan memberikan tekanan lebih lanjut pada metrik kredit Pertamina, yang telah memburuk selama 2 tahun
terakhir sebagai perusahaan telah memulai investasi didanai utang. Saat ini Pertamina memiliki utang di pasar
keuangan global mencapai US$ 8,75 miliar atau sekitar Rp 120,75 triliun.

Moody’s mencatat peringkat perusahaan Pertamina sebesar Baa3. Begitu pula peringkat dua surat utang perusahaan
migas milik negara ini, yaitu Senior Unsecured MTN dan Senior Unsecured Regular Bond/Debenture. Baa3
merupakan derajat terendah level layak investasi (investment grade) versi Moody’s, yang menunjukkan risiko
moderat utang tersebut.

Artinya, jika lembaga rating internasional ini jadi menurunkan peringkat Pertamina, maka peringkatnya akan jatuh
ke level speculative grade, yang utangnya berisiko secara substansial.

Sehingga untuk mengatasi beban ini, satu-satunya yang dapat diharapkan memompa keuntungan untuk Pertamina
adalah kegiatan hilir. Perusahaan dipaksa mengambil margin yang lebih besar dari penjualan produk minyak kepada
masyarakat, jika tidak ingin bangkrut.
Padahal langkah ini mungkin akan menuai kritik yang luas dari masyarakat yang mengatakan, seharusnya harga
BBM turun baik yang bersubsidi maupun yang tidak bersubsidi. Jika merugi, maka tidak mungkin Pertamina bisa
tetap selamat.

Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah Jokowi ?

Kemelut ekonomi nasional yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga minyak merupakan dampak langsung dari
liberalisasi migas, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 2001 tentang Migas. UU yang
lahir di bawah tekanan IMF melalui Letter of Intent (LoI) tersebut, telah menyeret sistem pengelolaan migas
nasional ke dalam rezim minyak global.

UU tersebut menyebabkan kontrol negara terhadap kekayaan minyak menjadi hilang. Sejak lahirnya UU No 22
Tahun 2001 tentang Migas, produksi minyak nasional terus menurun dari 1,5 juta barel per hari menjadi hanya 830
ribu barel per hari.

Sementara cost recovery atau biaya yang harus digantikan oleh negara kepada perusahaan minyak meningkat
berkali-kali lipat. Korupsi di sektor hulu migas merajalela baik dalam bentuk manipulasi produksi maupun
manipulasi biaya produksi. UU ini juga berhasil mengerdilkan Pertamina yang ditempatkan setara dengan kontraktor
migas swasta nasional dan asing.

Hilangnya kontrol negara terhadap minyak telah menyebabkan stabilitas ekonomi nasional terganggu. Fluktuasi
harga minyak global memaksa pemerintah mengevaluasi harga jual minyak setiap hari. Padahal, harga minyak
merupakan faktor penentu harga kebutuhan barang lainnya.

Kebijakan harga BBM yang berubah-ubah seperti 'yoyo' yang terjadi dalam Pemerintahan Jokowi, telah berdampak
buruk terhadap perekonomian.

Sejak kebijakan kenaikan harga BBM pada akhir 2014 lalu, harga-harga melambung tinggi. Sementara pada saat
yang sama daya beli masyarakat merosot tajam. Kondisi semacam itu belum pulih sampai saat ini, meski pemerintah
mencoba menurunkan kembali harga BBM.

Semestinya situasi fluktuasi harga minyak yang terjadi dalam lima tahun terakhir dapat diambil sisi positifnya bagi
perekonomian. Kenaikan harga minyak tentu akan menciptakan manfaat dalam bentuk meningkatnya penerimaan
negara dari minyak bagi pendapatan ekspor maupun penerimaan dalam APBN.

Sebaliknya penurunan harga minyak dunia dapat diambil sisi manfaatnya dalam bentuk penurunan harga jual produk
minyak kepada rakyat, sehingga berdampak pada menurunnya biaya produksi nasional dan penurunan harga-harga
kebutuhan dasar masyarakat.

Manfaat tersebut hanya dapat diperoleh apabila pemerintah tidak menjadikan sektor migas sebagai sumber dana
dalam pembiayaan pemerintahan. Namun harus dijadikan sebagai sumber penggerak ekonomi nasional. Dengan
demikian pada saat harga minyak tinggi, seluruh keuntungan dari hasil eksploitasi migas di Indonesia tidak
dihabiskan sebagai anggaran pemerintah, namun dicadangkan untuk keperluan dana stabilitasi harga minyak.

Demikian pula jika harga minyak jatuh, pemerintah dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk menurunkan
harga produk minyak yang dijual kepada masyarakat. Selanjutnya diharapkan akan terjadi penurunan biaya produksi
nasional, ongkos distribusi barang dan jasa, yang pada ujungnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan demikian, pemerintah akan memperoleh manfaat dalam bentuk peningkatan penerimaan pajak dan
pendapatan lainnya yang diperoleh dari industri non migas dan usaha-usaha lainnya.

Manfaat tersebut akan dapat diperoleh jika pengelolaan migas nasional sepenuhnya berada di bawah kontrol negara.
Kekayaan migas tidak diposisikan sebagai komoditas, namun dijadikan sebagai modal dasar bagi pembangunan
industri nasional, penguatan daya saing ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin
berat.

Rencana perubahan UU Migas yang saat ini masuk dalam program legislasi nasional (Prolegnas) tahun 2016 harus
menjadi momentum untuk membenahi tata kelola migas nasional agar selaras dengan amanat UUD 1945 Pasal 33
ayat 1,2 dan 3.

Dengan begitu, negara harus berdaulat atas migas menggantikan kedaulatan swasta asing yang telah terbukti
menjadi penyebab terpuruknya sektor migas dan perekonomian nasional.

You might also like