You are on page 1of 8

Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)

Peran Konseling Berkelanjutan pada


Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

Ruth Grace Aurora, Aurika Sinambela, Carolina Hasiana Noviyanti

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Abstrak: Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan


kadar low-density lipoprotein (LDL) puasa tanpa disertai peningkatan kadar trigliserida.
Peningkatan kadar LDL merupakan faktor risiko mayor penyakit jantung koroner. Penanganan
pasien hiperkolesterolemia mencakup aspek farmakologis dan non-farmakologis. Therapeutic
Lifestyle Changes (TLC) merupakan penanganan awal pasien hiperkolesterolemia yang
dianjurkan oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Penerapan TLC
memerlukan motivasi diri serta dukungan lingkungan sekitar. Konseling gizi yang baik dan
berkelanjutan berperan penting dalam menciptakan motivasi diri untuk mencapai perubahan
gaya hidup pasien hiperkolesterolemia. J Indon Med Assoc. 2012;62:193-201.
Kata kunci: hiperkolesterolemia, konseling, Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)

Korespondensi: Ruth Grace Aurora


Email: ruth.grace.aurora@gmail.com

194 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

The Role of Continuous Counseling in


Managing Patients with Hypercholesterolemia

Ruth Grace Aurora, Aurika Sinambela, Carolina Hasiana Noviyanti

Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta

Abstract: Hypercholesterolemia is a condition characterized by elevated levels of low-density


lipoprotein (LDL) without any increase in fasting triglyceride levels. Increased levels of LDL is a
major risk factors for coronary heart disease. Treatment of hypercholesterolemia includes non-
pharmacological and pharmacological aspect. Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) is the initial
treatment of hypercholesterolemia recommended by Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI). Implementation of TLC requires self motivation and environment support. Good
and sustainable nutrition counseling plays an important role in creating self-motivation to achieve
lifestyle modification of hypercholesterolemic patient. J Indon Med Assoc. 2012;62:197-204..
Keywords: hypercholesterolemia, counseling, Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)

Pendahuluan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah pembunuh nomor Hiperkolesterolemia
satu di dunia saat ini.1 Penyebab utama penyakit ini adalah Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol
aterosklerosis koroner. Aterosklerosis timbul secara perlahan LDL puasa tanpa disertai peningkatan kadar trigliserida.6
akibat disfungsi endotel, inflamasi vaskuler, dan tertum- Penyebab hiperkolesterolemia antara lain diet tinggi kolesterol
puknya kolesterol pada dinding pembuluh darah. 2 atau tinggi asam lemak jenuh, pertambahan berat badan,
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko mayor proses penuaan, faktor genetik, dan penurunan kadar estro-
PJK.1 World Health Organization (WHO) memperkirakan gen pada wanita yang telah menopause.6 Angka kejadian
hiperkolesterolemia berkaitan dengan lebih dari separuh hiperkolesterolemia pada wanita sebelum menopause lebih
kejadian penyakit jantung koroner dan lebih dari empat juta rendah dibanding pria. Namun, setelah menopause keren-
kematian tiap tahunnya.3 tanan seorang wanita terkena hiperkolesterolemia akan
American Heart Association (AHA) memperkirakan sebanding dengan pria.7
lebih dari 100 juta penduduk Amerika memiliki kadar kolesterol Klasifikasi hiperkolesterolemia yaitu: (1) hiperkoles-
total >200 mg/dl, yang termasuk kategori cukup tinggi, dan terolemia ringan, ditandai dengan nilai kolesterol LDL antara
lebih dari 34 juta penduduk dewasa Amerika memiliki kadar 140-159 mg/dl; (2) hiperkolesterolemia sedang, bila kadar
kolesterol >240 mg/dl, yang termasuk tinggi dan mem- kolesterol total antara 240-300 mg/dL dan lebih spesifik bila
butuhkan terapi.3 Di Indonesia, prevalensi hiperkoles- kadar kolesterol LDL berkisar antara 160-189 mg/dl; (3)
terolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan hiperkolesterolemia berat, dengan kolesterol LDL >190
meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% mg/dl.6
pada kelompok usia 55-64 tahun.4 Hiperkolesterolemia Kolesterol LDL merupakan kolesterol yang paling
umumnya lebih banyak ditemukan pada wanita (14,5%) aterogenik. Low-density lipoprotein (LDL) yang teroksidasi
dibandingkan pria (8,6%).4 diyakini sebagai salah satu penyebab dari kerusakan endotel,
Penatalaksanaan hiperkolesterolemia di Indonesia selain akibat rokok, hiperglikemi, dan agen infeksius.
menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Kerusakan endotel mengakibatkan aterosklerosis. 2
mencakup terapi non-farmakologis yang disebut perubahan Aterosklerosis pada arteri koroner menyebabkan PJK, pada
gaya hidup terapeutik Therapeutic Lifestyle Changes ( TLC) arteri serebral dapat menyebabkan stroke, dan pada sirkulasi
dan penggunaan obat-obat penurun kolesterol.5 Konseling perifer menyebabkan klaudikasio intermiten dan gangren.
secara personal merupakan salah satu peran pelayanan Ginjal juga dapat terkena aterosklerosis.1
kesehatan dalam menciptakan perubahan pola hidup dan Tatalaksana hiperkolesterolemia di Indonesia menurut
pola makan.5 PERKENI, sesuai dengan National Cholesterol Education

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012 195


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

LDL Lanjut TLC


<100 dan obat

LDL TLC +
≥ 130 Obat
LDL Pertimbangkan
100-129 terapi lainnya

PJK dan TLC +


Penyakit LDL
Pilihan
lain setara 100-129
Terapi
PJK*

TLC +
LDL Pengontrolan
<100 Faktor Risiko
Lain

*Penyakit setara PJK: (1) Diabetes Mellitus, (2) bentuk lain penyakit aterosklerotik: stroke, aneurisma aorta abdominal, (3)
penyakit arteri perifer, (4) faktor risiko multipel (>2 risiko yang diperkirakan dalam kurun waktu 10 tahun mempunyai
risiko PJK >20%)

Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
atau Penyakit lain setara dengan PJK

Pengontrolan Faktor Risiko lain


LDL Anjuran melakukan gaya hidup sehat
<130 Evaluasi kembali 1 tahun

Faktor risiko
multipel (≥ 2)
10-year Risk
10-20%
LDL Lanjutkan
3 <130 TLC
LDL bu-
TLC lan
≥ 130
Lanjutkan TLC
LDL
Pertimbangkan
≥ 130
pemberian obat

Gambar 2. Algoritma Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia pada Pasien dengan Faktor Risiko Multipel
(10-year risk 10-20%)

Program -Adult Treatment Panel III (NCEP - ATP III), terdiri (<40 mg/dL).5
atas terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis.5 Terapi non-farmakologis terdiri atas perubahan pola
Faktor risiko yang dimaksud dalam algoritme di atas hidup terapeutik (therapeutic lifestyle changes/TLC).
yaitu faktor risiko selain LDL yang menentukan target Penggunaan terapi farmakologis, berupa obat-obatan,
pencapaian LDL, yaitu: (1) umur pria >45 tahun dan wanita tergantung dari jumlah faktor risiko yang dimiliki dan besar
>55 tahun; (2) riwayat keluarga PJK dini, yakni usia ayah <55 risiko penyakit jantung koroner (PJK) 10 tahun yang dihitung
tahun dan ibu <65 tahun; (3) kebiasaan merokok; (4) berdasarkan risiko Framingham. Selain itu, terapi farmakologis
hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg atau sedang juga diberikan apabila terjadi kegagalan setelah 3 bulan
mendapat obat antihipertensi); (5) kolesterol HDL rendah menjalani terapi non-farmakologis.5

196 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

Pengontrolan Faktor Risiko lain


LDL Anjuran melakukan gaya hidup sehat
<130 Evaluasi kembali 1 tahun

Faktor risiko
multipel (≥2) 10-
year Risk <10%

LDL Lanjutkan
3 <160 TLC
LDL Bu-
TLC lan
≥ 130
Lanjutkan TLC
LDL
Pertimbangkan
≥ 160
pemberian obat

Gambar 3. Algoritma Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia pada Pasien dengan Faktor Risiko Multipel
(10-year risk <10%)5

Anjuran melakukan gaya hidup sehat


LDL
Evaluasi kembali 5 tahun
< 130

0-1 Faktor
Risiko Anjuran melakukan gaya hidup sehat
LDL
(10-year risk Evaluasi kembali 1 tahun
130-159
biasanya
<10%)

LDL Lanjutkan
< 160 TLC
3
bu- Lanjutkan TLC dan
LDL LDL
TLC lan pertimbangkan obat
≥ 160 160-189

LDL Lanjutkan TLC dan


≥ 190 pertimbangkan
tambahan obat

Gambar 4. Algoritma Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia pada Pasien dengan 0-1 Faktor Risiko

Obat-obatan penurun lipid yang diberikan, jenis, cara Pendekatan Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)
kerja, dan efek yang terjadi dapat dilihat di Tabel 1. Obat Adult Treatment Panel III (ATP III) merekomendasikan
pilihan pertama yang direkomendasikan oleh NCEP-ATP III pendekatan multifaktor untuk menurunkan risiko terjadinya
ialah golongan HMG-CoA reduktase inhibitor.5,8 CHD. Pendekatan ini disebut sebagai TLC5 yang meliputi:
Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) mencakup
penurunan asupan lemak jenuh dan kolesterol, pemilihan 1. Mengurangi asupan lemak jenuh (saturated fat) dan
bahan makanan yang dapat menurunkan kadar LDL, kolesterol
penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik yang a. Lemak Jenuh
teratur. Perubahan gaya hidup sangat dipengaruhi oleh Lemak jenuh merupakan komponen utama makanan yang
motivasi diri dan lingkungan yang memerlukan konseling menentukan kadar LDL serum.5 Pengaruh lemak jenuh
gizi yang baik dan berkelanjutan.9 terhadap kolesterol total dalam serum telah banyak diteliti.

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012 197


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

Tabel 1. Obat Penurun Lipid: Jenis, Cara Kerja, dan Efek 9 fatty acid) membentuk ester sterol yang dapat meningkatkan
kelarutan lemak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
Jenis Cara Kerja Efek
asupan yang berasal dari tumbhan stanol/sterol ester sebesar
Bile acid-sequestran Menghambat sirkulasi i LDL-C 20-30% 2-3 gram perhari mampu menurunkan kadar LDL sebesar 6-
enterohepatik asam hHDL-C 15% tanpa mengubah kadar HDL dan trigliserida.5 Penelitian
empedu lain menunjukkan konsumsi susu fermentasi yang diperkaya
hsintesis asam empedu
dan reseptor LDL sterol secara rutin setiap hari mampu menurunkan kadar LDL
HMG-CoA reduktase isintesis kolesterol i LDL-C 25-40% serum sebesar 10,6%.11
inhibitor h reseptor LDL iVLDL
Derivat asam fibrat hLPL dan hhidrolisisTG TG 25-40% b. Peningkatan asupan serat larut
isintesis VLDL hatau iLDL-C Peningkatan serat larut 5-10 gram perhari dapat
hkatabolisme LDL h HDL
Asam nikotinik isintesis VLDL dan LDL i TG 25-85% mengakibatkan penurunan LDL sekitar 5%.5
iVLDL-C 25-35%
i LDL-C 25-40% c. Protein Soya
HDL mungkinh Soy protein tergolong diet rendah lemak jenuh dan
Ezetimibe iabsorpsi kolesterol di i LDL-C 16-18% rendah kolesterol. Salah satu penelitian melaporkan bahwa
usus halus
Asam lemak omega 3 isintesis VLDL i50-60% pada konsumsi protein soya 25 gram/hari disertai diet rendah lemak
hiper TG berat jenuh dan kolesterol, dapat menurunkan kadar LDL sekitar
5%.5 Protein soya mengandung isoflavon, serat, dan sapo-
nin. Terdapat bukti penelitian yang menunjukkan penurunan
Analisis dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap LDL serum bergantung pada kandungan isoflavon dalam
peningkatan 1% kalori dari lemak jenuh akan disertai protein soya, meskipun data yang digunakan untuk
peningkatan LDL serum sebesar 2%. Sebaliknya, penurunan menyimpulkan masih kurang adekuat.12 Asupan tinggi pro-
1% asupan lemak jenuh dapat menurunkan kadar LDL serum tein soya dapat menghasilkan penurunan ringan kadar LDL,
sebesar 2%.5 Uji terbaru telah membuktikan efikasi diet rendah terutama bila digunakan untuk mengganti produk hewani.
lemak jenuh dalam menurunkan kadar LDL. Sebagai contoh,
penelitian DELTA yang meneliti pengaruh pengurangan diet 3. Penurunan Berat Badan
lemak jenuh dari 15% hingga 6,1% kebutuhan energi total. Obesitas berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya
Pada diet rendah lemak jenuh, kolesterol LDL dapat dikurangi hiperlipidemia, CHD, sindrom metabolik, hipertensi, stroke,
hingga 11%. diabetes melitus, osteoartritis, gout, serta keganasan.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa populasi Panduan dari ATP III menekankan penurunan berat badan
yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan pada pasien overweight dan obesitas sebagai bagian dari
kolesterol berisiko tinggi mengalami CHD. Metaanalisis yang intervensi penurunan LDL serum.12
dilakukan oleh Gordon, menunjukkan bahwa penurunan Pada 12 minggu pertama, pasien menjalani pengaturan
asupan lemak jenuh dapat mengurangi kolesterol serum makan untuk menurunkan LDL serum sebelum diperkenalkan
sehingga risiko terjadinya CHD menurun secara bermakna intervensi penurunan berat badan. Tujuan awal intervensi
sebesar 24%.5 penurunan berat badan yaitu menurunkan berat sekitar 10%
selama 6 bulan.12
b. Kolesterol
Metaanalisis terbaru menunjukkan diet tinggi kolesterol 4. Meningkatkan Aktivitas Fisik yang Teratur
dapat meningkatkan kadar LDL.10 Bahan makanan yang Berdasarkan panduan ATP III, aktivitas fisik yang teratur
mengandung kolesterol yaitu produk-produk hewani, susu amat ditekankan karena berperan penting dalam penanganan
sapi, daging, serta telur. Beberapa data epidemiologi, antara sindrom metabolik. Peningkatan aktivitas fisik dapat
lain The Western Electric Study, menunjukkan bahwa diet menurunkan kadar LDL, very low-density lipoprotein cho-
tinggi kolesterol dapat meningkatkan risiko terkena penyakit lesterol, dan trigliserida, serta meningkatkan HDL.12 Tujuan
jantung melalui pengaruh diet terhadap LDL serum.5 peningkatan aktivitas fisik pada pasien hiperkolesterolemia
yaitu untuk menciptakan keseimbangan energi, mengurangi
2. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan risiko terjadinya sindrom metabolik, serta menurunkan risiko
kolesterol (stanol/sterol, serat larut air, serta soy pro- terjadinya CHD.12
tein) Aktivitas fisik yang direkomendasikan yaitu aktivitas
a. Stanol/Sterol Tumbuhan fisik dengan intensitas moderat selama 30 menit setiap
Sterol dapat dijumpai pada kacang kedelai dan dari harinya dan dilakukan minimal 3-4 kali dalam seminggu.12
minyak pohon pinus. Sterol dari tumbuhan minyak cemara Pasien hiperkolesterolemia dengan gaya hidup sedentary,
dapat diesterifikasi dengan lemak tidak jenuh (unsaturated dianjurkan untuk memulai aktivitas fisik yang kemudian

198 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

Tabel 2. Cara-Cara Untuk Meningkatkan Aktivitas Fisik 12 tentang inti diskusi dengan cara meringkas dan memperjelas
pendapat klien, 3) Summaring: kemampuan untuk menyim-
Sebagai bagian dari rutinitas Sebagai bagian dari
sehari-hari a latihan (exercise)a,b pulkan informasi yang disampaikan klien; (3) Understand-
ing. Pada tahap ini diperlukan empati untuk memahami
Berjalan atau bersepeda lebih sering Berjalan santai selama perasaan, masalah, dan pendapat klien; (4) Action. Klien
Duduk dan menyetir mobil lebih jarang 30 menit didorong untuk menentukan sendiri tujuan dan rencana yang
Memarkir mobil sedikit lebih jauh dari Jogging selama 15 menit
tempat tujuan Bersepeda selama 30 menit akan dilakukan untuk memecahkan masalah.13
Naik tangga dibanding naik tangga Sedangkan proses perubahan terdiri atas 6 tahapan,
eskalator atau elevator yakni: (1) pre-contemplation (sebelum memikirkan). Pada
Bermain aktif bersama anak tahap ini, klien belum memiliki keinginan untuk berubah. Klien
Berjalan 10 menit di pagi hari, siang hari,
dan setelah makan malam membutuhkan informasi untuk meningkatkan kesadaran pada
masalah yang dihadapi; (2) contemplation (memikirkan). Pada
a
Aktivitas dapat dikombinasikan untuk mencapai durasi minimal 30 tahap ini, klien berada dalam tahap ambivalensi (antara mau
menit pada sebagian besar hari dalam satu minggu. dan tidak untuk melakukan perubahan). Konselor memberikan
b
Aktivitas dengan intensitas yang moderat.
keuntungan dan kekurangan bila melakukan perubahan; (3)
Tabel 3. Komponen Therapeutic Lifestyle Changes5 preparation (persiapan). Tahap ini merupakan ambang batas
untuk mendekati perubahan maupun kembali ke tahap
Komponen Rekomendasi kontemplasi sehingga diperlukan strategi untuk mencapai
tujuan; (4) action (aksi). Klien melakukan aksi yang membawa
Nutrisi yang meningkatkan LDL
Lemak jenuh <7% total kebutuhan kalori perubahan untuk memperbaiki masalah; (5) maintenance
Kolesterol <200 mg/hari (pemeliharaan). Tahap ini bertujuan untuk mencegah terjadi
Nutrisi untuk menurunkan LDL relapse dengan tetap melakukan follow up terhadap klien;
Stanol/sterol tumbuhan 2 gram/hari
(6) relaps (kambuh). Bila klien berada pada tahap ini,
Meningkatkan serat larut 10-25 gram perhari
Total kalori (energi) Total kebutuhan kalori disesuai- diperlukan usaha yang lebih keras untuk memulai kembali
kan dengan berat badan ideal proses perubahan.13
Aktivitas fisik Aktifitas fisik moderat untuk
membakar minimal 200 kcal Konseling Gizi
perhari
Polyunsaturated fat Hingga 10% kebutuhan energi Konseling gizi merupakan konseling yang dilakukan
total secara berkesinambungan untuk menilai asupan nutrisi klien
Monounsaturated fat Hingga 20% kebutuhan energi pada saat awal perubahan maupun pemeliharaan. Konseling
total gizi dapat dilakukan pada orang sehat yang ingin menjaga
Lemak total 25-35% kebutuhan energi total
Karbohidrat 50-60% kebutuhan energi total kebugaran atau memperbaiki berat badan, maupun pada or-
Serat 20-30 gram perhari ang dengan penyakit kronik, misalnya hiperkolesterolemia.13
Protein Sekitar 15% kebutuhan energi Pada saat sesi konseling, konselor dan klien melakukan
total analisis makanan. Metode recall 24 jam dapat digunakan
untuk menilai asupan nutrisi dan pola makan klien.13 Setelah
ditingkatkan secara bertahap. Rekomendasi TLC menurut dilakukan penilaian, direncanakan perubahan diet yang juga
ATP III dapat dilihat pada tabel 3. memperhatikan faktor suku, agama, latar belakang sosio-
ekonomi dan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat
Konseling mempengaruhi keberhasilan perubahan diet.
Konseling merupakan suatu bentuk percakapan dua
arah yang dilakukan dengan sengaja untuk memecahkan Peran Konseling pada Hiperkolesterolemia
masalah klien.13 Melalui konseling, klien diharapkan dapat Pencegahan penyakit kardiovaskular dapat dilakukan
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membuat dengan menurunkan kadar kolesterol LDL. Tatalaksana
perubahan yang merupakan penyelesaian masalahnya. hiperkolesterolemia mencakup perubahan gaya hidup dan
Langkah yang dilakukan saat konseling menurut Egan, terapi farmakologis. 5 Pada pasien hiperkolesterolemia,
2007, yaitu: (1) Tahap attending (pendekatan). Konselor dilakukan terapi non-farmakologis terlebih dahulu, yakni
menyediakan waktu untuk konsultasi dan melakukan atten- perubahan gaya hidup.8 Hal ini sesuai anjuran NCEP-ATP
tive listening (mendengar aktif); (2) Exploring (menggali III, yang meliputi: (1) diet sesuai anjuran therapeutic lifestyle
informasi). Tahap ini dilakukan setelah hubungan (rapport) change (TLC), (2) penurunan berat badan, (3) peningkatan
terbentuk. Keterampilan yang dibutuhkan yaitu: 1) Question- aktivitas fisik.5
ing: mengajukan pertanyaan yang bersifat mendorong pasien Konseling merupakan salah satu faktor yang men-
mengungkapkan masalah, 2) Reflecting: kemampuan untuk dukung TLC. Konseling diperlukan untuk meningkatkan
mengungkapkan kembali atau memberi masukan kepada klien pemahaman klien serta mendorong klien untuk membuat

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012 199


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

penyelesaian terhadap masalahnya.13 Selain itu, konseling kelompok intervensi yang diberikan konseling nutrisi setiap
gizi diperlukan agar terjadi perubahan perilaku menjadi gaya 2 bulan dan kelompok kontrol. Dari penelitian ini didapatkan
hidup sehat. 13 Untuk melakukan perubahan tersebut penurunan kolesterol dan asupan lemak yang bermakna pada
dibutuhkan motivasi yang besar dan lingkungan yang pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
mendukung. kontrol pada tahun pertama pemberian konseling. Setelah 17
Beberapa penelitian telah menunjukkan pengaruh tahun, tidak didapatkan penurunan kadar kolesterol dan
konseling gizi terhadap pasien hiperkolesterolemia. Batista asupan lemak pada kelompok intervensi. Namun demikian,
et al14 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah pasien didapatkan bahwa pasien yang diberikan konseling dan
dengan kolesterol total tinggi, dari 89,6% menjadi 47,9%; sudah pada tahap pemeliharaan memiliki kadar kolesterol lebih
pasien dengan LDL tinggi, menurun dari 82,6% menjadi 45,7%; rendah. Sedangkan pada pasien yang diberikan konseling
pasien dengan obesitas tingkat 1 dan 2 turun dari 31,9% teratur namun tidak mencapai tahap pemeliharaan didapatkan
menjadi 19,8% setelah mendapat konseling gizi sesuai NCEP kadar kolesterol lebih tinggi.
ATP III selama 3 bulan. Permadi et al20 melakukan penelitian pada klien dengan
Sartorelli. et al15 membandingkan pasien hiperkoles- hiperkolesterolemia yang telah diberikan konseling, namun
terolemia tanpa obat antara kelompok intervensi dan kontrol. tidak melanjutkan konseling selama 1 tahun. Dari penelitian
Intervensi yang diberikan berupa 3 kali konseling gizi dalam ini didapatkan bahwa klien tersebut mengalami peningkatan
6 bulan. Pada follow up selama 6 bulan, kelompok intervensi asupan protein, karbohidrat, lemak, dan kolesterol yang
menunjukkan penurunan kolesterol total dan LDL yang signifikan dibandingkan 1 tahun lalu. Selain itu, dari penelitian
signifikan (12,3% dan 15,5%) sedangkan kelompok kontrol tersebut didapatkan 86,84% pasien kolesterol dan LDL tinggi,
menunjukkan penurunan kolesterol total yang tidak tidak terdapat satupun klien dengan LDL normal.
signifikan (0,2%) dan peningkatan LDL 4%. Pada follow up Dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
selama 12 bulan, kelompok intervensi mengalami penurunan meskipun konseling berkala dan terus menerus tidak
kolesterol total dan LDL yang signifikan (9,5% dan 13,3%), memberikan dampak penurunan kolesterol yang signifikan
sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan setelah tahun pertama pemberian, konseling tetap harus
kolesterol signifikan (5,3%) namun penurunan LDL tidak dilakukan secara berkala dan berkelanjutan karena apabila
signifikan (3,2%). terjadi diskontinuitas, klien dapat kembali ke gaya hidup yang
Cheng, et al.16 melakukan penelitian pada penderita lama. Keuntungan apabila diberikan konseling secara terus
hiperkolesterolemia berusia rata-rata 52 tahun dan tidak menerus juga tampak pada pasien dalam fase pemeliharaan.
menggunakan obat, yang mendapat konseling gizi 4 kali dalam
4 bulan dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat Ringkasan
konseling gizi. Dari penelitian ini, pasien yang mendapat Hiperkolesterolemia dapat menimbulkan berbagai
konseling mengalami penurunan kolesterol LDL yang komplikasi serius sehingga dibutuhkan intervensi yang
bermakna (rata-rata 6-7%), sedangkan pada kelompok kontrol maksimal. Tatalaksana awal yang diberikan yakni tatalaksana
terjadi penurunan kadar kolesterol LDL yang tidak bermakna non-farmakologis sesuai dengan rekomendasi NCEP ATP III,
(rata-rata <1%). yaitu diet sesuai Therapeutic Life Changes, yang mencakup
Dari penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa konseling perubahan pola makan, penurunan berat badan, dan aktivitas
gizi berdampak besar dalam tatalaksana hiperkolesterolemia. fisik. Dalam mencapai target tata laksana hiperkolesterolemia,
Konseling gizi memberikan perubahan gaya hidup pada konseling memegang peranan yang penting dalam mem-
pasien hiperkolesterolemia, khususnya perubahan asupan berikan pengetahuan dan motivasi untuk melakukan
nutrisi. perubahan gaya hidup yang pada akhirnya akan menurunkan
Namun demikian, untuk mencapai hasil yang maksimal kadar kolesterol LDL. Konseling secara berkala dan ber-
diperlukan pengetahuan konselor mengenai hiperkoles- kelanjutan penting untuk mempertahankan gaya hidup sehat
terolemia dan tatalaksananya, keterampilan konselor dalam dan kadar kolesterol LDL pada fase pemeliharaan serta
melakukan konseling, serta waktu pertemuan yang memadai mencegah pasien kembali ke gaya hidup yang lama.
untuk menciptakan konseling yang efektif.13 Konseling yang
efektif membutuhkan waktu 20-30 menit setiap pertemuan.16 Ucapan Terima Kasih
Evaluasi berulang perlu dilakukan pada minggu ke-4 Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, dr. Diyah Eka
hingga minggu ke-6 dan pada bulan ke-3.17 Konseling gizi Andayani, M.Gizi, SpGK, Departemen Ilmu Gizi Fakultas
juga perlu dilakukan berulang, karena jika tidak dilakukan Kedokteran Universitas Indonesia
konseling selama 6-12 bulan, kepatuhan klien tidak lagi terjaga
dan tujuan konseling tidak tercapai.18 Daftar Pustaka
Selain itu, terdapat penelitian lain yang menilai klien 1. Debra AK. Medical nutrition therapy in cardiovascular disease.
setelah tidak menerima konseling dalam waktu lama. Bakx et In: Mahan LK, Escott-Stump S, Editors. Krause’s food nutrition
al19 melakukan studi kohort selama 17 tahun (1977-1995) pada and diet therapy. 11th Ed. USA: Saunders; 2004. p. 860-91.

200 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012


Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia

2. Antman EM, Braunwald E. Acute myocardial infarction. In: of LDL-cholesterol goal in hypercholesterolemic subjects. Eur J
Braunwald E, Editor. Heart disease: a textbook of cardiovascular Nutr. 2008;47:32-9.
medicine. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. p. 1197- 12. McVeigh BL, Dillingham BL, Lampe JW, Duncan AM. Effect of
322. soy protein varying in isoflavone content on serum lipids in
3. Smith DG. Epidemiology of dyslipidemia and economic burden healthy young men. Am J Clin Nutr. 2006;83:244-51.
on the healthcare system. Am J Manag Care. 2007;13(Suppl):568- 13. Snetselaar L. Counseling for change. In: Mahan LK, Escott-
71. Stump S, Editors. Krause’s food nutrition and diet therapy. 11th
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Ed. USA: Saunders; 2004. p. 519-31.
Republik Indonesia. Status kesehatan masyarakat Indonesia. In: 14. Batista MC, Francechini SC. Impact of nutritional counseling in
Soemantri S, Budiarso LR, Sandjaja, editors. Survei Kesehatan reducing serum cholesterol in public health service patient. Aq
Rumah Tangga (SKRT); 2004. Volume 2. p. 34-6. Bras Cardiol. 2003;80:167-80.
5. National Institutes of Health, National Heart, Lung, and Blood 15. Sartorelli DS, Sciarra EC, Franco LJ, Cardoso MA. Beneficial
Institute.Third report of the National Cholesterol Education effect of short term nutritional counseling at primary health-
Program (NCEP) expert panel on detection, evaluation, and care level among Braziian adults. Public Health Nutrition
treatment of high blood cholesterol in adults (Adult Treatment 2005;8(7):820-5.
Panel III). Bethesda: National Institutes of Health; 2002. NIH 16. Cheng C, Graziani C, Diamon JJ. Cholesterol lowering effect of
publication 02-5215. the food for heart nutrition educational program. J of Am Di-
6. Grundy SM. Nutrition in the management of disorders of serum etetic Association. 2004;4(12):1867-72.
lipids and lipoproteins. In: Modern Nutrition in Health and Dis- 17. Ockene IS, Herbert JR, Staneck, Noculusi R, Hurley TG. Effect of
ease. 1st ed. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins; 2006. physician delivered nutrition counseling training and an office-
p. 1076-92. support program on saturated fat intake, weight, and serum lipid
7. Rader DJ. Lipid disorders. In: Text book of cardiovascular medi- measurements in a hyperlipidemic population. Arc Inter Med.
cine. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 1999;159:725-31.
2003. p. 43-64. 18. Henkin Y, Shai I. Dietary treatment of hypercholesterolemia:
8. John MF. Dislipidemia. In: Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, can we predict long term success? Am J Clin Nutr 2003;
Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, Editor. Buku Ajar 22(6):555-61.
Penyakit Dalam., Vol. 3. 1st Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan 19. Bakx J Carel, Stafleu Annette, van Staveren Wija A, van den
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p.1948-54. Hoogen Henk JM, van Weel Chris. Long-term effect of nutri-
9. Dina KS. Pengaruh fitosterol terhadap kadar β-karoten serum tional counseling: a study in family medicine. Am J Clin Nutr.
penderita hiperkolesterolemia [dissertation]. Jakarta: Magister 1997;65(suppl):1946S-50S.
Sains Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia; 2007. 20. Permadi I, Sukmaniah S, Bardosono S, Andayani DE, Christianto
10. Hopkins PN. Effects of dietary cholesterol on serum choles- E. Nutrient intake, body mass index, and blood lipid profile of 20
terol: a meta-analysis and review. Am J Clin Nutr. l992;55:1060- years old or older after 1 year without nutrition counseling [re-
70. search report]. Jakarta: Department of Nutrition Faculty of
11. Plana N, Nicolle C, Ferre R, Camps J, Cos R, Villoria J, et al. Medicine-University of Indonesia; 2008.
Plant sterol-enriched fermented milk enhances the attainment
YDB

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012 201

You might also like