You are on page 1of 18

PEDOMAN PELAYANAN UNIT KERJA

RUANGAN KIA

UPTD PUSKESMAS SEMEN

TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional merumuskan bahwa pembangunan nasional bidang
kesehatan bertujuan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
tingginya.Pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa, baik
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya me
lalui prinsip prinsip perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, adil
dan merata, serta pengutamaan manfaat.
.Pelayanan kesehatan adalah upaya yang di berikan kepada masyarakat, mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan dan pelaporan, yang dituangkan dalam
suatu system.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
AKI dan AKB di Indonesia yang masih cukup tinggi membutuhkanpelayanan
kesehatan yang sesuai standar dan tenaga kesehatan yang memiliki muatan
pengetahuan,ketrampilan dan skill yang berkualitas.
Untuk terlaksananya pelayanan di Puskesmas yang sesuai dengan standar,
diperlukan pedoman pelayanan. Pedoman pelayanan di ruang KIA dibuat sesuai acuan
pelaksanaan pelayanan KIA

B. Tujuan Pedoman Pelayanan Ruang KIA – KB.


.
Dokter , Bidan ,Perawat dan petugas kesehatan yang lain sebagai pelaksana pelayanan di
ruangan KIA dapat memberikan pelayanan sesuai standar dan bisa mencegah terjadinya
resiko kecelakaan kerja baik kepada pasien maupun kepada petugas .

C. Sasaran Pedoman

1. Dokter,bidan,perawat
2. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
3. Masyarakat dan organisasi profesi terkait
1
D. Ruang Lingkup Pedoman
Ruangan KIA UPTD Puskesmas Semen kabupaten Kediri

E. Batasan Operasional
Pelayanan KIA di Puskesmas memberikanpelayanan kesehatangerak dan fungsi
tubuh kepada individu dan/atau kelompok, yangbersifatumumdengan pengutamaan
pelayanan pengembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif
tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatanpromotifdanpreventif termasukskrining, memberikan pengurangan
nyeri, dan program untuk meningkatkanfleksibilitas,daya tahan,dankeselarasan postur
dalam aktifitas sehari-hari.Selain upaya promotif dan preventif, fisioterapis
jugamemberikan layananpemeriksaan, pengobatan, dan membantuindividu dalam
memulihkan kesehatan, mengurangi rasasakit (kuratif dan rehabilitatif). Fisioterapis
memainkan peran dalam masa akut, kronis, pencegahan, intervensidiniuntuk
muskuloskeletalyangberhubungan dengan pekerjaan cedera, mendesain ulang pekerjaan
individu, serta rehabilitasi,dan diperlukan untuk memastikan layanan/intervensi diberikan
secara komprehensif dan tepat berfokus pada individu, masyarakat dan lingkungan.
BAB II STANDAR
KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan KIA paling sedikit harus
memilikI 5 (lima) orang tenaga paramedis (bidan/perawat) dengan kualifikasi profesi
minimal ahli madya yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tindakan asuhan
kebidanan/asuhan keperawatan serta mampu berkomunikasi dengan masyarakat dan
profesi lain dan memiliki kompetensi dalam upaya promotif dan preventif.

B. Distribusi Ketenagaan

Keberhasilan program pelayanan kesehatan tergantung berbagai faktor baik


sosial,lingkungan, maupun penyediaan kelengkapan pelayanan/perawatan Kesehatan Ibu
dan Anak memiliki peran yang penting dalam program pelayanan kesehatan baik di
tingkat dasar maupun rujukan.
Dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer),
dapat terlibat sebagai anggota utama dalam tim,berperan dalam pelayanan
kesehatandengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaanmelalui
pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan
pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Padapelayanankesehatantingkat lanjutan, fisioterapis berperan dalam perawatan pasien
dengan berbagai gangguan neuromuskuler, musculoskeletal, kardiovaskular, paru, serta
gangguan gerak dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalampelayanan
khusus dan kompleks, sertatidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif,
klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau
rehabilitasi..
C. Jadwal Kegiatan
Hari Senin – Kamis, jam 7. 00 – jam 12.00
Hari Jumat jam 7.00– jam 11.00
Hari Sabtu jam 7.00 - jam 11.30

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Terlampir

B. Standar Fasilitas
Setiap penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di fasilitas
pelayanankesehatandan/atau praktikmandiriharusdidukung peralatan yang memenuhi 2
(dua) jenis peralatan yaitu peralatan pemeriksaan uji/pengukuran, danjenis peralatan
itervensi dalam jumlah yang cukup.
Peralatan intervensi elektroterapeutis dan peralatan lain yang perlu diuji dan
kalibrasi harus dilakukan uji fungsi dan kalibrasi secara berkala oleh pihak
terkait/yang berwenang, serta dibuatkanprosedurpenghapusan (recall)sehinggatidak
mengganggu pelayanan.
Peralatan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di
Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
a) Stetoskop
b) Tensimeter
c) Meteran gulung
d) goniometer
e) Plumb Line
C.
f) Alat pengukur waktu
g) Cermin
h) Projector
i) Laptop
j) Infrared radiation

BAB IV
TATA LAKSANA
PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Keberhasilan program pelayanan kesehatan tergantung berbagai faktorbaik
sosial,lingkungan, maupun penyediaan kelengkapan
pelayanan/perawatandimanafisioterapi memilikiperanyangpenting dalam program
pelayanan kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan.
Dalampelayanan kesehatantingkatpertama (primer),fisioterapis dapat terlibat
sebagai anggota utama dalam tim,berperan dalam pelayanan kesehatandengan
pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaanmelalui pendekatan promotif
dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif.
Padapelayanankesehatantingkat lanjutan, fisioterapis berperan dalam perawatan pasien
dengan berbagai gangguan neuromuskuler, musculoskeletal, kardiovaskular, paru, serta
gangguan gerak dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalampelayanan
khusus dan kompleks, sertatidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif,
klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau
rehabilitasi.

B. Metode
Pelayanan fisioterapi berfokus pada pasien melalui alur yangdapat
diaksessecaralangsungataupunmelaluirujukantenagakesehatan lain maupun sesama
fisioterapis. Selainitu perlu adanyaalur rujukan fisioterapi ke fasilitas pelayanan
kesehatan/rumah sakit lain apabila pasien/klien menolak pelayanan fisioterapi dan/atau
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak memilikikemampuan pelayanan fisioterapi
yang diinginkan/dibutuhkan. Rujukan tersebut harus disertai dengan surat
keterangan/catatanklinis fisioterapi yang ditandatangani oleh fisioterapis bersangkutan.
Setelah pelayanan fisioterapi selesai diberikan, fisioterapis merujuk kembali
pasien/klien kepada tenaga kesehatanlain atau fisioterapis perujuk sebelumnya.
Alur pelayanan fisioterapi tertuang dalam standar prosedur
operasional(SPO)yangditetapkanolehpimpinanfasilitas pelayanan kesehatandan
diimplementasikan dalam diagram alur yang mudah dilihat/diakses oleh pengguna
dan/atau masyarakat.
1. Rawat Jalan
a) Pasien yang mengalami/berpotensi mengalami gangguan gerak dan fungsi
tubuh dapat melakukan pendaftaran secara langsung, atau melalui rujukan
dari tenaga medis di poliklinik pada fasilitas pelayanan kesehatan
setempat/ Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), atau dari
praktikmandiri(denganmembawasuratrujukanfisioterapi)Pelayanan fisioterapi
di puskesmas dilakukan sesuai dengan alurpelayanan dipuskesmas,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Setelahpendaftaran,petugasmengarahkanpasienkebagian pelayanan fisioterapi
(sesuai dengan tingkat fasilitas pelayanan kesehatan) untuk mendapatkan
proses fisioterapi yang dilakukan oleh fisioterapis.Asesmen awal diperlukan
untuk menemukan indikasi atau tidaknya program fisioterapi atau untuk
mengarahkan kebutuhan fisioterapi yang tepat sesuai dengan
kekhususannya.Apabila tidak ditemukan indikasi, fisioterapis
mengarahkan/merujuk pada tenaga kesehatan yang tepat/mengembalikan
kepada perujuk secara tertulis. Apabila ditemukan indikasi awal maka
selanjutnya dilakukan proses sesuai prosedur fisioterapi.
c) Setelah pasien menjalani rangkaian proses fisioterapi dan penyelesaian
administrasinya, pasien dapat pulang atau kembali kepada dokter/dokter
gigi/DPJP/pengirim sebelumnya disertai pengantar catatan klinis/resume dari
fisioterapis yang bertanggung jawab (dapat disertai rekomendasi).

d)
Poliklinik/Praktek
e)
dokter/Dokter
f) Mulai Spesialis/drg./drg.
Spesialis/DPJP
g)

h)
Loket pendaftaran
i) umum

j)

k) Asesmen fisioterapis

l)

m)

n)
Indikasi fisioterapi
o)
p)
q) Ya
r)
s)
t) ab) ac) ad) ae) af) ag) ah) ai) aj) ak)
Administrasi/
u) al)
penjadwalan
v) am) an) ao)
w) 2. Rawat Inap
x)
y)
z)
aa)
P fisioterapi
r selanjutnya sesuai
o indikasi
s
e
s
Selesai / pulang
a) DPJPmembuatrujukan/permintaansecaratertuliskepada bagian
fisioterapi/fisioterapis.Selanjutnya petugas ruangan menyampaikan informasi
rujukan kepada fisioterapis bersangkutan/bagian pelayanan fisioterapi untuk
diregistrasi dan ditindaklanjuti.
b) Selanjutnya fisioterapisdapat melakukan asesmen awal untuk menemukan
indikasi. Apabila tidak ditemukan indikasi,fisioterapissecara
tertulismenyampaikan kepada DPJP.Apabila ditemukan indikasi, maka
dapat langsung dilakukan proses fisioterapiselanjutnya sesuai
prosedur fisioterapi,termasukmenentukan tujuan/target,intervensi maupun
episode pelayanan fisioterapinya, serta rencana evaluasinya. Dalam proses
tersebut, secara berkala fisioterapis menyampaikan informasi
perkembangan secara
tertulis dalam rekam medik.
c) Setelah program fisioterapi selesai, fisioterapis merujuk kembali kepada
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dengan disertai catatan klinis
fisioterapi termasuk rekomendasi apabila diperlukan dengan mempertimbangkan
keberlanjutan program fisioterapi pasien setelah selesai perawatan di rumah
sakit.
d) Seluruhprosesfisioterapidicatatdalamrekammedikyang telah disediakan, termasuk
administrasi keuangan.
e a
)
n
f Q
) .
g F
) i
h s
) i
o
i t
)
e
C. r
DokterPena a
nggung p
D. i
JawabPasie /
n(DPJP) f
E s
. i
G o
. t
H e
. r
a
I p
.
i
J s
. R.
S.
K T.
. U.
L V.
. W.
X.
M Y
.
.
N a
. s
O e
. s
m
P. e
Ba n
gi f
isioterapi
s
Z
.
A F.
A Pasien/
.
Klien
A
B
.
A
C
.
A
D
.
A
E
.
A
F
.
AG. AI.
Tidak indika
A sifisi
H
. ote
A
J rapi
.
A
K
.
A
L
.
A
M
.
A
N
.
A
O
.
A
P
.
Y
a
A
Q
.
AR.
A
S
.
A
T
.

AU. prosesfisioterapsi
elanjutnya administrasdi
an
PenjaAdVw. saelsauna indikasi
A
W
.

A
X
.

A
Y
.

A
Z
.

B
A
.
Sel BB.
esa
i
B
C
.
B BF.
D Gambar2.DiagramAlurPasien
. RawatInap
B B
E G
. .

B
H
.
B
I
.
B
J
.

B
K
.

B
L
.

B
M
.
D. LANGKAH
KEGIATAN BN.
BO. Asuhan fisioterapipada pasien merupakan proses siklus kontinyu dan
bersifat dinamis yang dilakukan oleh fisioterapis yang memiliki kompetensi yang
dibutuhkan, diintergrasikan dan dikoordinasikan denganpelayananlainyangterkait
melaluirekammedik,sistem informasi dan sistem komunikasi yang efektif.
BP. 1. Assesmen pasien
BQ.
BR. Assesmenfisioterapidiarahkanpada diagnosisfisioterapi, terdiri
dari pemeriksaan dan evaluasiyang sekurang-kurangnya memuat data anamnesa
yang meliputi identitas umum,telaah sistemik,riwayat keluhan, dan pemeriksaan
(uji dan pengukuran) impairment,activities limitation, pasticipation
restrictions,termasuk pemeriksaannyeri,resikojatuh,pemeriksaanpenunjang (jika
diperlukan), serta evaluasi. Assesmen fisioterapi dilakukan oleh fisioterapisyang
memilikikewenangan berdasarkan hasil kredensial/penilaian kompetensi
fisioterapis yang ditetapkan oleh pimpinanfisioterapi.Beberapauji
danpengukuran dalam pemeriksaan fisioterapi:
BS. a) Kapasitas aerobik dan ketahanan(aerobic
capacity/endurance)
BT. b) Karakteristik antropometri
BU.
BV. c) Kesadaran, perhatiandan kognisi (arousal, attention, and cognition)
BW. d) Alat bantu dan alat adaptasi(assistiveandadaptive devices)
BX.
BY. e) Circulation (arterial,venous, lymphatic)
BZ.
CA. f) Integritassarafkranialdansaraftepi(cranialandperipheral
nerveintegrity)
CB. g) Hambatan lingkungan, rumah, pekerjaan, sekolah dan
rekreasi(environmental, home,andwork barriers)
CC. h) Ergonomi dan mekanika tubuh (ergonomics and body mechanics)
CD. i) Berjalan,lokomosidankeseimbangan(gait,locomotion,and balance)
CE. j) Integritas integument(integumentary integrity)
CF. CG. k) Integritas dan mobilitas sendi(joint;integrityandmobility)
CH. CI. l) Motorfunction(motor control & motor learning)
CJ. CK. m) Kinerja otot, antara lain strength, power, tension dan endurance
CL. n) Perkembangan neuromotor dan integritas sensoris
CM. CN. o) Kebutuhan, penggunaan, keselamatan, alignmen, dan pengepasan
peralatan ortotik, protektif dan suportif.
CO. p) Nyeri
CP. q) Postur
CQ. r) Kebutuhan prostetik
CR.
11
CS.
s) Lingkup gerak sendi (ROM), termasuk panjang otot
CT.
t) Integritas refleks
CU. u) Pemeliharaan diri dan penatalaksanaan rumah tangga
CV.
CW. (termasuk ADL dan IADL).
CX. v) Integritas sensoris
CY. w) Ventilasi dan respirasi
CZ.
DA. x) Pekerjaan, sekolah, rekreasi dan kegiatan kemasyaraka- tan serta
integrasi atau reintegrasileisure(termasuk IADL).
DB. Hasil assesmen dituliskan pada lembar rekam medik pasien/klien baik
pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau pada lembarkajiankhusus fisioterapi.
DC.
DD.2. Penegakan Diagnosis
DE.
DF. Diagnosis fisioterapi adalah suatu pernyataan yang mengambarkan
keadaan multidimensipasien/klien yang
dihasilkanmelaluianalisisdansintesisdarihasilpemeriksaan danpertimbangan
klinisfisioterapi,yangdapatmenunjukkan adanya disfungsi gerak/potensi disfungsi
gerak mencakup gangguan/kelemahan fungsitubuh,strukturtubuh,keterbatasan
aktifitas dan hambatan bermasyarakat. Diagnosis fisioterapi berupa adanya
gangguan dan/atau potensi gangguan gerak dan fungsi tubuh, gangguan struktur
dan fungsi, keterbatasan aktifitas fungsional dan hambatanpartisipasi, kendala
lingkungan dan faktor personal, berdasarkanInternational Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF) atau berkaitan denganmasalah kesehatan
sebagaimana tertuang padaInternational Statistical Classification ofDiseasesand
Related Health Problem (ICD-10).
DG. Diagnosis fisioterapi dituliskan pada lembar rekam medik pasien baik
pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus
fisioterapi.
DH.
DI. 3. Perencanaan intervensi
DJ.
DK. Fisioterapis melakukan perencanaanintervensi fisioterapi berdasarkan
hasil assesmen dan diagnosis fisioterapi, prognosis dan indikasi-kontra indikasi,
setidaknya mengandung tujuan, rencanapenggunaanmodalitasintervensi,dandosis,
serta diinformasikan/dikomunikasikan kepada pasien/klienatau
keluarganya.Intervensi berupa programlatihan atau program lain yang spesifik,
dibuat secara tertulisserta melibatkan pasien dan/atau keluarga sesuai dengan
tingkat pemahamannya. Program perencanaan intervensi dituliskan pada lembar

12
rekam medik pasien baik pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau
padalembarkajiankhusus fisioterapi,dapatdievaluasi kembali jika diperlukan dengan
melibatkan pasien/klien atau keluarganya.
DL.
DM. 4. Intervensi
DN.
DO. Intervensi fisioterapi berbasis bukti mengutamakan keselamatan
pasien/klien, dilakukan berdasarkan program perencanaan
intevensidandapatdimodifikasisetelahdilakukan evaluasi serta pertimbanganteknis
dengan melaluipersetujuan pasien/klien dan/atau keluarganya terlebih dahulu.
Semua bentukintervensitermasukdantidak terbataspadateknologi
fisioterapidibuatkan kebijakan dalambentuk prosedur baku yang ditandatangani dan
disahkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau fisioterapissendiriuntuk
praktik mandiri. Intervensi khusus berupamanipulasi/massage mempertimbangkan
hak dan kenyamanan pasien/klien dan keluarganya, dilakukan secara etik dengan
fasilitas dan ruangan yang memadai.Ukuran keberhasilan
intervensifisioterapimemiliki bahasa yang sama sehingga memberikan dasaruntuk
membandingkan hasil yang berkaitan dengan pendekatanintervensi
yangberbeda. Komponen ukuran keberhasilan intervensi berupakemampuan fungsi
termasuk fungsi tubuh dan struktur, aktivitas, dan partisipasi,mengacu pada
diagnosis fisioterapi.
DP.
DQ.5. Evaluasi/Re-Evaluasi
DR.
DS. Dilakukanolehfisioterapissesuai tujuanperencanaan intervensi, dapat
berupa kesimpulan, termasuk dan tidak terbatas pada rencana penghentian program
atau merujuk pada dokter/profesional lain terkait.Kewenanganmelakukan
evaluasi/re-evaluasi diberikan berdasarkan hasil kredensial fisioterapi yang
ditetapkan oleh pimpinan fisioterapis.
DT.
DU.6. Komunikasi dan Edukasi
DV.
DW. Fisioterapi menjadikan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarganya,tenaga kesehatan lain terkait, serta masyarakat, sebagai bagian dari
proses pelayanan fisioterapi berkualitas yang berfokus pada pasien.Fisioterapis
memiliki dan menggunakan identitas resmi yang mudah dilihat dan dipahami oleh
pasien dan/atau keluarganyaserta parapemangku kepentingan sebagai bagian dari
identitasprofesi.Fisioterapis memperkenalkan diri dan memberikan informasi
mengenai kondisi pasien/klien serta rencana tindakan/intervensi, termasuk
komunikasi terapeutik pada pasien dan/atau keluarganya.
DX. Bila ditemukan hal-hal di luar kompetensi, pengetahuan, pengalaman
atau keahlian, fisioterapis merujuk pasien/klien kepada tenaga kesehatan lain yang
tepat dengan disertai resume fisioterapi.Penyelenggaraan pelayanan fisioterapidi
fasilitas pelayanan kesehatan, didukung mediakomunikasi dan edukasi agar
prosespelayanan berlangsung sesuai dengan tujuan, termasuk media edukasi berupa
leaflet/brosur yang diperlukan.
DY.
DZ. 7. Dokumentasi
EA. Penyelenggara pelayanan fisioterapi memperhatikan pentingnya dokumentasi
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalampelayanan fisioterapiyang bermutu
dandapat dipertanggungjawabkan.
EB.
EC.
ED.
EE.
EF.
EG.
EH.
EI.
EJ.
EK.
EL.
EM.
EN.
EO.
EP.
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
EW.
EX.
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.
FD.
FE.
FF.
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.
FV.
FW. LAMPIRAN :
FX.
FY.DENAH RUANGAN FISIOTERAPI
FZ.
GA.
GB.
WASTAFEL
GC.
GD.
GE.
GF.
GG.
GH.
TEMPAT
GI. MATRAS TIDUR
GJ.
GK.
GL.
GM.
GN.
GO.
GP.
GQ. RAK LEMARI
GR. ALKES KACA
GS. PINTU
GT.
GU.
GV.
GW.
GX.
GY.
GZ.
HA.
HB.
HC.
HD.
HE.
HF.
HG.
HH.
HI.
HJ.
HK.
HL.
HM. HN. HO. HP. HQ. HR. HS. HT.

HV.
HU. KATA PENGANTAR

HW. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun pedoman
pelayanan ruangan fisioterapi tahun 2016 dengan baik dan tepat pada
waktunya.
HX. Pedoman ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari
berbagai pihak untuk mmembantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
penyusunan pedoman pelayanan ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan pedoman pelayanan ini.
HY. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada pedoman
pelayanan ini.Oleh karena itu kami mengharapkan semua pihak yang terkait untuk
memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan pedoman
pelayanan ini.
HZ. Akhir kata semoga pedoman pelayanan ruangan fisioterapi dapat
memberikan
manfaat bagi kita semua.
IL. IM. IN. IO. IP. IQ. IR. IS.
I
A IT.
.

I
D
.
I
E
.
I
F
.
I
G
.
I
H
.
II
.
I
J.
I
K
.
I
B
.

K
e
d
i
r
i
,

I
C
.

P
e
n
u
l
i
s

You might also like