Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Zahra Humanira 11915033
Imas Futuhah 11915012
Nabila Nurul Ahmeidiati 11915027
Siti Atarfa 11915009
Najmul Laila Aulia 11915010
i
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN ......................................................................................................... 20
1 ..................................................................................................................
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
1 BAB I
PENDAHULUAN
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu adalah ubi jalar yang
mempunyai rasa yang sangat manis dan tumbuh di Desa Cilembu, Sumedang,
dengan potensi hasil sebesar 20 ton/ha dan rata-rata hasil sebesar 12-17 ton/ha.
Kadar fruktosa ubi jalar Cilembu umumnya meningkat selama penyimpanan 3-5
minggu sebanyak tiga kali dari saat panen (Mahmudatussa’adah, 2014). Adanya
ancaman berupa penurunan jumlah untuk mengembangkan komoditas unggulan ubi
cilembu dikarenakan alih fungsi lahan menjadi lahan non pertanian pada Kaki
Gunung Kareumbi yang mempunyai karakteristik sesuai untuk pertumbuhan
optimal ubi cilembu, membuat perlu adanya optimalisasi hasil produksi ubi cilembu
untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat (Solihin, 2007).
Ubi Cilembu Tawekal Mandiri adalah salah satu contoh usaha kecil
menengah (UKM) yang berada di Desa Cilembu. Ubi Cilembu Tawekal Mandiri
dipasarkan keluar kota dan ke luar negeri. Ubi Cilembu Tawekal Mandiri selain
mempunyai lahan pertanian ubi cilembu sendiri, juga menerima ubi cilembu dari
beberapa petani lain. Ubi Cilembu Tawekal Mandiri menangani ubi cilembu baik
dari dari proses penanaman sampai distribusi dan juga produk olahan. Beberapa
produk olahan yang dihasilkan oleh Ubi Cilembu Tawekal Mandiri antara lain ubi
1
cilembu panggang, keripik ubi cilembu, dodol ubi cilembu, pakan ternak, dan lain
sebagainya. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh Ubi Cilembu Tawekal
Mandiri dari proses penanaman sampai distribusi, sehingga perlu adanya inovasi
untuk memecahkan masalah tersebut dan meningkatkan kualitas dan harga jual ubi
cilembu, khususnya pada tingkat penyimpanan.
1.2 Tujuan
1. Menentukan masalah yang terjadi pada tahapan penyimpanan ubi di
Cilembu.
2. Menentukan inovasi dan rancangan yang tepat sebagai solusi dari
permasalahan penyimpanan ubi di Cilembu.
3. Menentukan Rancangan inovasi penyimpanan ubi di Cilembu.
2
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.3 Kandungan Gizi Ubi Cilembu
4
Kalsium 30,0 mg
Zat Besi 0,6 mg
Magnesium 25,0 mg
Fosfor 47,0 mg
Kalium 337 mg
Sodium 55 mg
Seng 0,3 mg
Vitamin A
1. A equiv. 709 mg
2. Beta-karoten 8509 mg
Vitamin B
1. Thiamine (Vitamin B1) 0,1 mg
2. Riboflavin (Vitamin B2) 0,1 mg
3. Niacin (Vitamin B3) 0,61 mg
4. Asam Pantotenat (B5) 0,8 mg
5. Vitamin B6 0,2 mg
6. Folat (Vitamin B9) 11 mg
Vitamin C 2,4 mg
(Sumber: Wijanarko, 2007)
5
Gambar 2.1 Lahan Tanam Ubi Cilembu
(Sumber: Wijanarko, 2007)
2.2.2 Panen
Tata cara panen ubi cilembu melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tentukan pertanaman ubi cilembu yang telah siap dipanen.
2. Potong (pangkas) batang ubi cilembu dengan menggunakan parang atau
sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil
dikumpulkan.
3. Galilah tanah yang menumpuk dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
4. Ambil dan kumpulkan ubi cilembu di suatu tempat pengumpulan hasil.
5. Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
6. Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi
secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari
ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
7. Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat
penampungan (pengumpulan) hasil.
6
2.2.3 Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi cilembu dapat dilakukan
pada saat pencabutan berlangsung atau setelah semua pohon dicabut dan ditampung
dalam suatu tempat. Tempat pengumpulan atau penampungan ini biasanya
menggunakan terpal, wadah besar, atau besek dari anyaman bambu dengan ukuran
besar yang dapat menambung ubi cilembu yang baru di panen dalam jumlah yang
besar, hal ini juga bertujuan untuk memudahkan dalam pendistribusian atau
pemindahan dari tempat satu ke tempat lainnya sehingga dapat menghemat waktu
jika dibandingkan dengan membawanya satu persatu (Wulandari, 2011).
7
harus menggunakan air dengan kekuatan karena hujan membuat tanah menggumpal
dan sedikit basah sehingga sulit dipisahkan dengan ubinya, air di semprotkan
dengan kekuatan sehingga bersih dan kemudian dilakukan penjemuran tidak
langsung terkena cahaya matahari kemudian diangin-anginkan, penjemuran ini
dilakukan pad arak-rak yang terbuat dari bambu yang bertujuan untuk anti hama
dan mempercepat pengeringannya.
8
2.2.6 Penyimpanan
Penyimpanan ubi cilembu selain ditujukan untuk mempertahankan daya
simpan, juga bertujuan agar ubi lebih manis. Penyimpanan ubi yang paling baik
dilakukan dalam pasir atau abu dengan cara sebagai berikut:
1. Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering
selama 2-3 hari.
2. Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang
kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
3. Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau
abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. Cara
penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan.
Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan
menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi
yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi
jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau
terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30oC
(suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.
4. Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak-rak atau menghindari
penyimpanan ubi di lantai secara langsung atau dalam keranjang bambu
dengan alas berupa abu atau pasir kering dan penyimpanan ubi pada para-
para ( rak bambu ) yang diletakan dekat dapur
Penyimpanan di Tawakal Mandiri masih melakukan dengan cara yang
sangat sederhana dan kebanyakan belum memaksimalkan teknologi yang ada.
Penyimpanan di Tawakal Mandiri dilakukan dengan menyimpan ubi cilembu pada
gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya sangat baik serta di angina-
anginkan pada suhu yang tidak lembab. Penyimpanan dilakukan ketika sudah di
kemas menggunakan anyaman bambu.
9
Gambar 2.5 Penyimpanan Ubi Cilembu
(Sumber: Mayastuti, 2002)
2.2.7 Pengemasan
Pengemasan ubi cilembu masih menggunakan alat dan bahan yang sangat
sederhana dan mudah ditemukan. Pengemasan skala besar dilakukan dengan
menggunakan anyaman bambu yang dapat menampung sebanyak 52-54
kg/kemasan. Sebelum di kemas, anyaman bambu dilapisi dengan kertas khusus atau
koran untuk menghindari interaksi ubi cilembu dengan kemasan, selanjutnya jika
ubi sudah masuk maka dilakukan kembali pelapisna kertas khusus atau koran pada
bagian atasnya dan ditutup dengan menggunakan kardus supaya pada saat
penumpukan menekan gesekan antara ubi satu dengan yang lainnya. Sedangkan
pengemasan skala kecil dilakukan dengan menggunakan kardus (Carrugated
board) yang memiliki kapasitas sebanyak 10 kg, pelapisan dengan kertas khusus
atau koran di sesuaikan kembali. Metode pengemasan dilakukan sesuai keinginan
konsumen dilihat dari sisi keefektifannya dan kemudahannya dalam
pendistribusian.
10
2.2.8 Distribusi
Pendistribusian ubi cilembu hanya menggunakan transportasi darat seperti
container, mobil bak terbuka, mobil pickup, kereta, dan pesawat (hanya untuk
manca negara). Transportasi darat masih dipilih hingga saat ini karena harganya
yang relative murah dan angkutannya masih dapat ditemukan dimana-mana,
sedangkan transportasi udara dipilih hanya untuk destinasi-destinasi mancanegara
yang memerlukan kecepatan waktu pengiriman dan efisien jika dibandingkan
dengan harga yang harus dibayarkan.
11
3 BAB III
PEMBAHASAN
12
ruang penyimpanan bersuhu rendah untuk memperpanjang umur simpan dan
menyediakan pasokan kentang secara terus menerus (Ginting, 2006).
Dapat dilakukan penyimpanan dengan pasir dengan cara memakai pasir
yang berasal dari sungai dan telah dikeringkan selama 3 hari, kemudian diayak dan
disebar dilantai setebal 10 cm, umbi diletakkan diatasnya lalu pasir disebar lagi
diatasnya setebal 2,5 cm untuk mencegah masuknya tikus dan hama (Ginting,
2006).
13
kering sehingga dihasilkan hasil ubi yang kondisinya lebih baik dari aspek tingkat
kecacatan rayap dan kerusakan oleh tikus namun susut bobotnya besar,
memerlukan modifikasi untuk memudahkan dalam penanganan oleh perempuan
(Sugri, 2017).
14
Melakukan perbaikan lubang lumbung penyimpanan sebelumnya memiliki
ukuran yang kecil 1,5 x 1,2 m diperlebar menjadi 1,8 x 1,8 x 1,5 di Plester
menggunakan Lumpur dan memnambahkan pintu kecil dan ventilasi pada atap
yang dapat dibuka dan ditutup. Evaluasi kemampuan penyimpanan menggunakan
lubang tradisional untuk memperbaiki ubi, memperbaiki lubang yang
terbuka,memperbaiki lubang pondok, peningkatan struktur anyaman. Penyimpanan
lubang pondok menghasilkan perbandingan yang baik dari pada metode tradisional
yang menghasilkan atribut yang rendah. Penyimpanan ubi menggunakan lubang
pondok berupa meningkatkan kualitas kemanisan dari Pati, warna, aroma dan
tingkat penerimaannya. Tumbuhnya tunas pada umbi memiliki tingkat penerimaan
dan komposisi kimia tidak berpengaruh dalam penyimpanan. Penyimpanan dapat
meningkatkan masa simpan hingga 3 bulan tapi menghasilkan kehilangan vitamin
C yang lumayan besar (Sugri, 2017).
Metode penyimpanan menggunakan karton berperforasi, papan kayu dan
serbuk gergaji tidak begitu mempengaruhi masa simpan umbi, tapi penggunaan
serbuk gergaji dan penyimpanan lubang lebih dapat diterima oleh konsumen
daripada hanya dalam karton ataupun papan. Laju pertumbuhan Tunas tinggi saat
penyimpanan 4 - 12 minggu, dengan metode penyimpanan dalam lubang paling
banyak menghasilkan tunas. Penyimpanangudang tradisional dengan dengan sisi
terbuka yang menggunakan pelindung terhadap tikus biasanya diletakkan pada
udara terbuka yang memiliki ventilasi yang cukup. Tingginya akses ventilasi
menghasilkan hilangnya berat tunas, cacat, kerusakan hama dan komposisi nutrisi.
Sirkulasi udara yang rendah mempercepat terbentuknya panas dan peningkatan
kelembaban sebagai hasil dari respirasi yang dapat menginduksi terbentuknya tunas
perkecambahan dan pertumbuhan patogen yang diikuti dengan adanya cacat (Sugri,
2017)
3.2.3 Iradiasi
Proses fisika yang dapat diaplikasikan untuk menghilangkan
mikroorganisme, serangga dan penyakit serta menghambat kematangan,
pertunasan. Perlakuan iradiasi juga dapat sebagai fumigrasi alternatif namun
15
tingkat keamanan dan fisikokimia pangan menjadi perhatian. Dosis pemberian x-
ray iradiasi hingga 1 kgy diizinkan untuk menghambat pembentukan Tunas dan
menghambat proses kematangan produk, dosis untuk melawan serangga dan
kontaminasi mikroba tanpa mempengaruhi kualitas berada pada 100 – 500 Gy.
Penggunaan dosis 600 Gy tidak mengurangi kualitas atau rasa ubi, perbandingan
penggunaan radiasi 0 sampai 1 kGy menghasilkan sedikit berat yang hilang
dibandingkan kontrol tetapi lebih keras, kandungan gula, B-karoten, vitaminnya
tidak berbeda dengan kontrol. Jumlah radikal hidroksida sama dengan kontrol
dalam 2 minggu penyimpanan, proses penghambatan tunas bandingkan ubi kontrol
yang disimpan pada suhu 12 sampai 250C selama penyimpanan 4 - 6 minggu.
aktivitas oksidase Indo peroksidase dan asam asetat lebih tinggi daripada control,
sifat fisik dan fungsional yang diradiasi 0, 0.2, 0.3, 0.4 kGy berkurang dengan
semakin meningkatnya dosis iradiasi. Mulai terjadi gelatinisasi pati seiring
peningkatan dosis pada suhu 75,5 – 79,60C (Sugri, 2017).
16
3. Ubi yang disimpan tidak langsung mengalami kontak dengan dasar gudang,
sehingga harus selalu menggunakan alas yang umumnya berupa palet kayu.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi jamur akibat kontak
dengan permukaan lantai yang cenderung lembab.
4. Salah satu kunci keberhasilan dalam penyimpanan ubi yang baik adalah
pendataan dan pengelompokkan yang baik. Ubi sebaiknya disimpan dalam
keadaan sudah dipisahkan sesuai kualitas dan juga waktu panennya. Sebisa
mungkin dapat menghindari penyimpanan gabungan antara ubi yang
dipanen dalam waktu yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
“bongkar-muat” ubi dengan menerapkan prinsip first in, first out.
5. Ubi yang disimpan tidak di tumpuk secara berlebihan dan apabila
memungkinkan, ubi yang berkualitas baik dapat digantung untuk
menghindari kerusakan mekanis seminimal mungkin.
17
4 BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Kendala yang dihadapi Ubi Cilembu Tawekal Mandiri pada tingkat
penyimpanan adalah ruang penyimpan terbuka, penyimpanan ubi dengan
keranjang yang langsung dilantai, jarak penyimpanan ubi yang rusak
berdekatan dengan ubi kualitas baik, kurang rapihnya tumpukan, dan
penyimpanan ubi yang terbuka.
2. Inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan harga jual
ubi cilembu pada tingkat penyimpan di Ubi Cilembu Tawekal Mandiri
adalah
3. Rancangan inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
dan harga jual ubi cilembu pada tingkat penyimpan di Ubi Cilembu
Tawekal Mandiri adalah
18
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Erliana, Sri Satya Antarlina, Joko Susilo Utomo, dan Ratnaningsih. (2006).
Teknologi Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan Dan
Pengembangan Agroindustri. Jurnal Palawija, 11 (1), 15-28.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2016). Outlook Komoditas Pertanian
Tanaman Pangan Ubi Jalar. Jakarta: Kementrian Pertanian.
Sugri, Issah, Bonaventure Kissinger Maalekuu, Francis Kusi and Eli Gaveh.
(2017). Quality and Shelf-life of Sweet Potato as Influenced by Storage and
Postharvest Treatments. JournalTrends in Horticultural Research. 7 (1), 1-10.
Widodo, Y. Dan St. A. Rahayuningsih. (2009). Teknologi budidaya praktis ubi jalar
mendukung ketahanan pangan dan usaha agroindustri. Jurnal Palawija, 17 (1),
21-32.
Yazid, Estien dan Lisa, Nursanti. (2010). Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analisis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran A Dokumentasi
21
Gambar A.4 Tahap Pengemasan
22