You are on page 1of 22

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten ataupun progresif. Secara umum,
2 milyar orang terinfeksi dan 2-3 juta orang meninggal karena tuberkulosis setiap
tahun. M. tuberculosis ditransmisikan dari orang ke orang melalui batuk dan bersin.
Kontak yang terlalu dekat dengan penderita TB akan memperbesar kemungkinan
penularan (Dipiro, 2015).
B. Patofisiologi
Infeksi primer diinisiasi oleh implantasi organisme di alveolar melalui droplet
nuklei yang sangat kecil (1-5 mm) untuk menghindari sel epithelial siliari dari saluran
pernafasan atas. Bila terimplantasi M. tuberculosis melalui saluran nafas,
mikroorganisme akan membelah diri dan dicerna oleh makrofag pulmoner, dimana
pembelahan diri akan terus berlangsung walaupun lebih pelan. Makrofag yang
teraktivasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang ditumbuhi M.
tuberculosis yang padat seperti keju (daerah nekrotik) sebagai bagian dari imunitas
yang dimediasi oleh sel. Hipersensitivitas tipe tertunda juga berkembang melalui
aktivasi dan perbanyakan limfosit T. Makrofag membentuk granuloma yang
mengandung organisme. Keberhasilan dalam menghambat pertumbuhan M.
tuberculosis membutuhkan aktivasi dari limfosit CD4 subset, yang dikenal sebagai sel
Th-1, yang mengaktivasi makrofag melalui sekresi dari interferon g (Sukandar, et al.
2013)
C. Etiologi
Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi dari
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Chuluq et al. 2004). Pada umumnya
Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain.
Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal
ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Di dalam
jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul
berdasarkan kemampuannya untukmemperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit
(Depkes RI 2005).
Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer.
Infeksiprimer terjadi ketika kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
akan bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik,
yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di
bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer
akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional) (PDPI 2006).
Infeksi paska primer terbentuk dari tuberkulosis primer yang muncul bertahun-
tahun kemudian menjadi tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis
bentuk dewasa, localizedtuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat
menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini,
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil (PDPI 2006).
D. Gejala
Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami :
1. Batuk dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah
atau pernah batuk darah.
2. Sesak nafas
3. Nyeri dada
4. Badan lemah
5. Nafsu makan menurun
6. Berat badan menurun
7. Rasa kurang enak badan (malaise)
8. Berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan,
9. Demam meriang lebih dari sebulan.
E. Manifestasi klinik
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik. Bentuk gejala sistemik/umum meliputi batuk-batuk selama lebih dari 3
minggu (dapat disertai dengan darah), demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung
lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam, kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, penurunan nafsu makan
dan berat badan, perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Bentuk gejala khusus, tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak, ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka
akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutus mata rantai penularan, dan mencegah
resistensi bakteri terhadap OAT. Salah satu prinsip pengobatan TB yaitu OAT
tidak boleh diberikan dalam bentuk monoterapi, namun harus dalam bentuk
kombinasi beberapa OAT dalam jumlah dan dosis yang cukup sesuai dengan
kategori pengobatan (Depkes RI 2009). Pengobatan TB umumnya berlangsung
selama 6 bulan dan diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan
(WHO 2008).
a. Tahap intensif. Pengobatan TB tahap intensif merupakan tahap yang krusial
karena apabila pengobatan tahap ini diberikan secara tepat, pasien biasanya
menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu. Pada pengobatan tahap ini,
pasien diharuskan untuk meminum OAT setiap hari selama 2 bulan untuk
mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap OAT. Sebagian besar pasien TB
dengan diagnosis awal BTA positif akan berubah menjadi BTA negatif dalam
waktu 2 bulan.
b. Tahap lanjutan. Tahap lanjutan diberikan dalam waktu yang lebih lama
daripada tahap intensif, yaitu selama 4 bulan. Tahap ini bertujuan untuk
membunuh bakteri persister (dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya
kekambuhan. Pada tahap ini pasien mendapatkan OAT dengan jumlah yang
lebih sedikit daripada tahap intensif.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah obat-obatan berupa antibiotik khusus
yang digunakan untuk membunuh kuman Mycobacterium. Obat anti tuberkulosis
yang umum digunakan sebagai lini pertama pada terapi tuberkulosis adalah
Isoniazid, Rifampisin, Ethambutol, Pirazinamid, dan Streptomisin (Depkes RI
2005).

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian


Tubekulosis di Indosesia dibagi dalam 2 kategori. Kategori 1 maupun kategori 2
disediakan dalam bentuk paket kombinasi dosis tetap (KDT) atau fixed dose
combination (FDC) dimana dosis dalam kombinasi obat ini tetap sehingga jumlah
pemberiannya hanya tinggal disesuaikan dengan berat badan pasien. Paket KDT ini
ditujukan untuk memudahkan pemberian dan menjamin kepatuhan pengobatan
sampai selesai. Bentuk OAT lain yang tersedia yaitu paket kombipak. Paket
kombipak adalah paket lepas yang terdiri dari isoniasid, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paket kombipak disediakan untuk
pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT (Kemenkes RI 2011).
Dosis untuk paduan OAT FDC Kategori 1
Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 1

Kategori 1 yaitu 2(HRZE)/4(HR)3 terdiri dari isoniasid, rifampisin,


pirasinamid dan etambutol yang diberikan setiap hari selama 2 bulan pada fase
intensif dan diikuti fase lanjutan selama 4 bulan dengan pemberian isoniasid dan
rifampisin sebanyak 3 kali dalam seminggu. Kategori 2 merupakan pengobatan untuk
pasien tuberkulosi yang kambuh, gagal atau putus berobat (default). Kategori 2 yaitu
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 terdiri dari isoniasid, rifampisin, pirazinamid,
etambutol dan injeksi streptomisin yng diberikan setiap hari selama 2 bulan pada fase
intensif ditambah satu bulan sisipan diikuti dengan fase lanjutan selama 5 bulan
dengan isoniasid, rifampisin dan etambutol 3 kali dalam seminggu (Kemenkes RI
2011).

Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2


2. Terapi non farmakologi
 Mencegah penyebaran infeksi TB
 Menghindari pasien TB saat bersin dan batuk
 Jangan membuang ludah sembarangan (bagi penderita TB)
 Gunakan masker
 Makan makanan sehat (sayur segar, buah segar)
G. Monografi obat
1. ISONIAZIDA (H)
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Isoniazida 100
mg dan 300 mg / tablet.
Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif,
disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.
Dosis. Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari. Untuk pengobatan
TB bagi orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan
lainnya. Umumnya dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 4-6 mg/kg BB 1 x
shari selama 2 bulan untuk tahap intensif dan 4 bulan berikutnya untuk tahap
lanjutan
Kontraindikasi. Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau
reaksi adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, tiap
etiologi : kehamilan(kecuali risiko terjamin).
Efek Samping. mual, muntah, sakit ulu hati, sembelit, pusing.
Penyimpanan Obat Yang Benar Obat ini harus disimpan :
 Jauh dari jangkauan anak –anak.
 Dihindari dari panas dan cahaya langsung
 Simpan ditempat kering dan tidak lembab
 Untuk sediaan cairan seperti sirup agar tidak disimpan didalam kulkas.
2. RIFAMPISIN
Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450 mg,
600 mg.
Indikasi Diindikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
Dosis Untuk dewasa 8-12 mg/kg BB diminum 1x sehari selama 2 bulan pada
tahap intensif dan 4 bulan untuk tahap lanjutan
Efek samping. Mual, muntah, diare, kram, rash.
Penderita perlu diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari
obat ini dan kemungkinan reaksi yang akan dirasakan , yakni :
 Obat ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit
atau petunjuk dokter/petugas kesehatan lainnya, dan diupayakan agar
tidak lupa. Bila lupa satu hari, jangan meminum dua kali pada hari
berikutnya.
 Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat
badan kepada petugas.
 Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera
minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi
jika kalau lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke waktu berikutnya, maka
minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.
 Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas
kesehatan lain misalnya pada pagi hari.
 Beritahukan kepada dokter/petugas kala sedang hamil, karena penggunaan
pada minggu terakhir kehamilan dapat menyebabkan pendarahan pada
bayi dan ibu.
 Beritahukan kepada dokter/petugas kesehatan lain kalau sedang meminum
obat lain karena ada kemungkinan interaksi.
 Obat ini dapat menyebabkan kencing, air ludah, dahak, dan air mata akan
menjadi coklat merah.
 Bagi yang menggunakan lensa kontak ( soft lense), disarankan untuk
melepasnya, karena akan bereaksi atau berubah warna.
 Bagi peminum alkohol atau pernah/sedang berpenyakit hati agar
menyampaikan juga kepada dokter/tenaga kesehatan lain karena dapat
meningkatkan efek samping.
 Sampaikan kepada dokter/petugas kesehatan lain jika mengalami efek
samping berat (lihat efek samping).
 Jika akan melakukan pemeriksaan diagnostik kencing dan darah,
beritahukan bahwa sedang meminum Rifampisin kepada petugas
laboratorium atau dokter dan tenaga kesehatan lain karena kadangkadang
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Penyimpanan Obat Yang Benar Obat ini harus disimpan :
 Jauh dari jangkauan anak–anak.
 Dihindari dari panas dan cahaya langsung.
 Simpan ditempat kering dan tidak lembab.
 Jangan disimpan obat yang berlebih atau obat yang dibatalkan
penggunaannya.

3. PIRAZINAMIDA
Identitas. Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500 mg/tablet.
Indikasi Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
Dosis Dewasa 25-30 mg/kg BB diminum 3x sehari selama 2 bulan untuk tahap
intensif
Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria,
hipersensitivitas
Efek Samping. Malaise, mual, muntah, anoreksia, demam.
Peringatan. Obat ini dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal
sehingga menimbulkan hiperurikemia. Jadi penderita yang diobati pirazinamid
harus dimonitor asam uratnya.
Penderita perlu diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari
obat ini dan kemungkinan reaksi yang akan dirasakan , yakni :
 Obat ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit
atau petunjuk dokter/petugas kesehatan lainnya, dan diupayakan agar
tidak lupa. Bila lupa satu hari, jangan meminum dua kali pada hari
berikutnya.
 Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat
badan kepada petugas.
 Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera
minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi
jika lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum
obat sesuai dengan waktu/dosis berikutnya.
 Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas
kesehatan lain misalnya pada pagi hari.
 Bagi penderita diabetes, agar diberitahu, sebab dapat mempengaruhi
pemeriksaan kadar keton dalam air seni yakni hasil palsu.
 Sampaikan kepada dokter/petugas kesehatan lain jika merasakan sakit
pada sendi, kehilangan nafsu makan, atau mata menjadi kuning.
Penyimpanan Obat Yang Benar Obat ini harus disimpan :
 Jauh dari jangkauan anak–anak.
 Dihindari dari panas dan cahaya langsung
 Simpan ditempat kering dan tidak lembab
Untuk sediaan cairan seperti sirup agar tidak disimpan didalam kulkas
4. ETAMBUTOL
Indikasi: tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan
tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis; pengobatan yang
disebabkan oleh Mycobacterium avium complex.
Peringatan: turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; kehamilan;
ingatkan pasien untuk melaporkan gangguan penglihatan.
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat rambahan obat,
neuritis optik, gangguan visual; ANAK di bawah 6 tahun (lihat keterangan di
atas).
Efek Samping: neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer.
Dosis: DEWASA dan ANAK di atas 6 tahun, 15-25 mg/kgBB sebagai dosis
tunggal.
BAB II

STUDI KASUS

A. Kasus
Bp. Sumitro serorang buruh pabrik usia 50 th, 155 cm, 48 kg sejak 1 bulan lalu
mengalami batuk berdahak, nafsu makan menurun, jika malam hari berkeringat.
Untuk mengatasinya Bp. Sumitro mengkonsumsi sirup OBH (3x sehari 15 ml),
namun gejala tidak mereda bahkan 3 hari terakhir dia merasakan sesak nafas,
dahak kadang bercampur darah, badan lemas, demam, meriang, dan berat badan
menurun. Hasil pemeriksaan dokter secara seksama dan melihat hasil foto thorax,
bp SUmitro terkena TB paru (pasien baru). Bp sumitro ternyata perokok aktif
sejak remaja tetapi tidak peminum alcohol
Komunikasikan dengan dokter terkair dengan permasalahan pada resep tersebut
B. Resep
C. Copy Resep
APOTEK SETIA BUDI
APA : Miraziza, S. Farm., Apt
SIPA : 1720343770/B/012
Jl. Pelangi selatan No. 13, Surakarta
Telp. 01234567
Copy resep

Nama dokter : dr. Kasmono Tgl dibuat r/ : 23/9/2018


Alamat dokter : Jl. Neptunus no.72, Solo Tgl ditulis r/ : 23/9/2018
Telp : 714523
Nama pasien : Bp. Sunarto
Umur : 50 th
Alamat : jl. Sibela raya

Iter 2x
R/ INH 300 mg tab no X
S s dd 1 ac
Det orig
R/ Rifampisin 450 mg tab no X
S b dd 1 ac
Det orig
R/ Pirazinamid 500 g tab no XXX
S t dd 1 pc
Det orig
R/ Etambutol 250 mg tab no XXX
S t dd 1 pc
Det orig

Pcc

Miraziza, S. Farm., Apt

D. Assesment
No Kriteria Keterangan

1 Data Pasien Nama : Bapak Sumitro


Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : -
No Hp : -
BB/TB : 48/155
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Kondisi : Bp. Marto atuk berdahak, nafsu makan
menurun, jika malam hari berkeringat.

2 Riwayat Penyakit yang pernah diderita :-


penyakit Keluhan sekarang : merasakan sesak nafas, dahak
kadang bercampur darah, badan lemas, demam,
meriang, dan berat badan menurun
Data laboratorium : -
Diagnosa dokter : didiagnosa menderita TB Paru
(pasien baru).

3 Riwayat OBH ( 3x sehari 15 ml)


pengobatan
4 Keadaan merasakan sesak nafas, dahak kadang bercampur
khusus darah

E. Skrining Resep
a. Skrining Administrasi
Pada resep
No URAIAN
Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter √
4 Nomor telp √
5 Tempat tanggal penulisan resep √
Invocation
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) √
Prescription/Ordonatio
7 Nama obat √
8 Kekuatan obat √
9 Jumlah obat √
Signature
10 Nama pasien √
11 Jenis kelamin √
12 Umur pasien √
13 Berat badan √
14 Alamat pasien √
15 Aturan pakai obat √
16 Iter/tanda lain √
Subscription
17 Tanda tangan/paraf dokter √
Kesimpulan :
Resep tersebut lengkap/tidak lengkap
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai
tanggal penulisan resep, alamat pasien
Cara pengatasan Alamat pasien dan tanggal penulisan resep dapat
ditanyakan langsung kepada pasien/keluarga pasien dan kekuatan obat
ditanyakan kepada dokter penulis resep.

b. Kesesuaian farmasetik
1. Bentuk sediaan obat
INH Tab
Rifampisin Tab
Pirazinamid Tab
Etambutol Tab
2. Dosis obat
Nama obat Dosis literature Dosis resep kesimpulan rekomendasi
INH 1 x sehari 1 tablet 1 x sehari 1 Dosis -
@300 mg tablet sudah tepat
(PC infeksi 2017) @300mg
sebelum
makan
Rifampisin 1 x sehari 1 tablet 2x sehari 1 Dosis Menanyakan
@450 mg tablet berlebih kedokter
@450 mg mengenai
sebelum aturan pakai
makan
Pirazinamid 3x sehari 1 tablet 3x sehari 1 Dosis
@500 mg tablet sudah tepat
@500 mg
mg sesudah
makan
Etambutol 3x sehari 1 tablet 3x sehari 1 Dosis
@250mg tablet sudah tepat
@250 mg
sebelum
makan

3. Kandungan obat
INH Isoniazid 300 mg

Rifampisin Rifampisin 450 mg

Pirazinamid Pirazinamid 500 mg

Etambutol Etambutol 250 mg

4. Khasiat
INH Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk
tuberkulosis aktif, disebabkan kuman yang peka dan
untuk profilaksis orang berisiko tinggi mendapatkan
infeksi.

Rifampisin Diindikasikan untuk obat antituberkulosis yang


dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk
terapi awal maupun ulang
Pirazinamid Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi
dengan anti tuberkulosis lain

Etambutol Tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain untuk


pengobatan tuberkulosis yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis; pengobatan yang
disebabkan oleh Mycobacterium avium complex.

c. Klinis
a. Efek samping
INH Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki

Rifampisin Tidak ada nafsu makan, mual,

sakit perut, Warna kemerahan pada air seni

(urine)

Pirazinamid Nyeri Sendi

Etambutol Gangguan penglihatan

b. Kontra indikasi
INH riwayat hipersensistifitas atau reaksi adversus, termasuk
demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut

Rifampisin -

Pirazinamid Gangguan fungsi hati berat, porfiria (lihat 11.8.2),


hipersensitivitas terhadap pirazinamid, gout, wanita
hamil dan menyusui
Etambutol Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat rambahan
obat, neuritis optik, gangguan visual; ANAK di bawah 6
tahun

c. Interaksi
INH -

Rifampisin -
Pirazinamid -

Etambutol -
BAB III
DIALOG KOMUNIKASI DOKTER-APOTEKER
Keterangan : A = Apoteker, P = Pasien, D = Dokter
Pada suatu pagi Bp. Sumitro (50 tahun) datang keapotek USB dengan
membawa resep
A : Selamat pagi pak, saya Mira apoteker di apotek Setia Budi. Ada yang bisa saya
bantu?
P : Selamat pagi mbak, saya mau menebus resep.
A : Siapa yang sakit pak ?
P : Saya sendiri mbak.
A : ini dengan bapak Sumitro ya pak? Umur bapak 50 tahun benar pak?
P : iya mbak benar
A : kalau boleh tau, alamat rumah bapak dimana ya?
P : di Mojosongo mbak
A : baik pak, tunggu sebentar ya pak, saya lihat resep bapak dahulu, silakan duduk
dulu pak
P : iya mbak
Apoteker menuju kemeja kerja untuk menskrining resep dan ditemukan suatu
permasalahan pada resep dimana rifampisin diberikan 2 x sehari yang seharusnya
menurut literature Pedoman TB nasional 2014 hanya diberikan 1 x sehari, Resep iter
2x untuk 1 bulan. Jumlah obat pirazinamid yang diberikan pada resep kurang, yang
seharusnya diberikan sebanyak 30 tablet untuk 10 hari, namun hanya diberikan 10
tablet. Selanjutnya apoteker menelpon dokter untuk meminta konfirmasi terhadap
permasalahan tersebut agar resep menjadi legal dan aman diberikan kepada pasien
A : Selamat pagi
D : Iya, selamat pagi
A : Apakah benar ini praktek dr Kasmono ?
D : Iya benar, ada apa ya?
A : Maaf dok, saya Mira apoteker dari Apotik “setia budi”. Saya ingin menanyakan
apakah benar pasien atas nama bapak Sumitro umur 50 tahun dengan alamat
mojosongo adalah pasien dokter ?
D : Iya benar, bagaimana mbak?
A : Begini dok, tadi dokter menuliskan resep obat TB untuk bapak Sumitro ada obat
Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, dan Ethambutol. Maaf dok sebelumnya,
untuk obat rifampisin dokter menuliskan signanya 2x sehari, tetapi berdasarkan
pedoman nasional TB untuk obat Rifampisin hanya diberikan 1x sehari dok.
Bagaimana menurut dokter?
D : perasaan saya menuliskan 1 x sehari mbak, maaf mbak berarti saya salah tulis
seharusnya 1x sehari. Tolong diganti menjadi 1x sehari ya mbak
A : Baik dok, berarti saya ganti untuk aturan pakai obat rifampisin menjadi 1x
sehari 1 tablet ya dok?
D : Iya mbak
A : oo iya dok saya mau menanyakan resep tersebut untuk penggunaan berapa hari
ya dok
D : untuk 10 hari mbak untuk masing2 resep
A : oo iya dok ini resep obat pirazinamid jumlahnya hanya 10 tablet dok sedangkan
diminum 3x sehari. Apakah sudah benar ya dok ?
D : oo iya harusnya 30 tablet ya, tolong diganti sekalian. Apa ada lagi yang
ditanyakan ?
A : baik dok, sudah dok. terima kasih dokter atas waktunya, selamat pagi
D : ya mbak.
(± 5 menit apoteker kembali)
A : (memanggil pasien) Bapak Sumitro?
P : Iya, saya mbak.
A :Pak ini di resepnya ada 4 macam obat. Apakah akan dibeli semua ?
P : iya mbak dibeli semua
A : baik pak, pembayarannya dikasir ya pak. Agar penggunaan obat ini dapat
maksimal, apakah setelah ini bapak bersedia melakukan konseling dengan saya?
P : Oh iya, boleh mbak.
A : Mari kita ke ruang konseling pak.
(Masuk dalam ruang konseling)
A : Silakan duduk pak. Sebelumnya, di sini ada formulir pak, silahkan bapak
mengisi formulir ini, agar ke depannya jika bapak menjumpai kesulitan, akan
saya bantu sebisanya
P : Baik mbak. (pasien mengisi formulir ± 5 menit)
A : Lain kali kalau bapak membutuhkan penjelasan tentang obat yang bapak minum
ini, kami mempunyai arsipnya dan kami bisa membantu. Terima kasih pak atas
kesediaannya mengisi formulirnya. Nah, pada konseling ini, izinkan saya untuk
mengajukan beberapa pertanyaan. Tujuannya supaya bapak dapat menerima
informasi yang benar sesuai kebutuhan bapak dalam pengobatan ini dan
mengoptimalkan terapi serta efek pengobatan penyakit bapak.
P : Oh iya, silakan mbak.
A : Dari resep yang bapak terima dari dokter ini, sepertinya bapak mengalami
penyakit TBC. Apakah ini pertama kalinya bapak menerima pengobatan TBC?
P : Iya mbak, ini pertama kalinya.
A : Apakah sebelumnya bapak pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu seperti
gangguan hati, gangguan ginjal, epilepsi atau diabetes melitus?
P : Tidak ada mbak, selama ini saya sehat-sehat saja. Biasanya ya, cuma demam
atau flu ringan saja, baru kali ini saya merasa sakit yang cukup lama.
A : Apakah bapak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu?
P : Tidak ada mbak. Saya tidak masalah dengan pengobatan apa saja.
A : Baik pak. Di sini bapak menerima 4 macam obat, yaitu Isoniazid, Rifampicin,
Pirazinamid, dan Ethambutol. Apa saja yang dokter katakan tentang pengobatan
ini?
P : Setahu saya ya ada empat obat untuk TBC, gitu aja mbak
A : Apakah dokter menyampaikan harapan dari pengobatan ini pak?
P : Ya mbak, supaya saya bisa sembuh dari TBC yang saya alami.
A : Bagaimana cara penggunaan yang disampaikan oleh dokter? Bisa tolong
diulang cara penggunaannya?
P :Untuk obat TBC ada yang diminum 1 tablet sehari, lalu ada yang 3x sehari
A : Baik pak, pertama saya akan sedikit menjelaskan tentang penyakit TBC dan
pengobatannya pak. Benar seperti yang bapak katakan tadi, bapak mendapatkan
empat macam obat TBC, yaitu Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, Ethambutol.
Penyakit TBC sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolosis. Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
kurangnya sistem kekebalan dalam tubuh seperti kurang gizi, HIV/AIDS atau
pengobatan imunosupresan. Bisa juga karena faktor eksternal seperti keadaan
lingkungan dan rumah yang tak sehat atau lokasi rumah pada pemukiman yang
padat atau kumuh.
P : Oh iya mbak, tadi dokter juga berkata begitu pada saya. Saya memang tinggal
di lingkungan yang tidak begitu dijaga kebersihannya.
A : Iya pak. Nah, karena bapak sebelumnya belum pernah mengalami TBC, maka
di sini bapak menerima pengobatan tahap awal. Pengobatan ini dimaksudkan
untuk secara efektif menurunkan jumlah bakteri penyebab TBC yang ada dalam
tubuh dan meminimalisir pengaruh dari bakteri yang mungkin sudah resisten
sejak sebelum bapak menerima pengobatan. Pada semua pasien baru, pengobatan
ini diberikan selama 2 bulan dan dikonsumsi setiap hari secara teratur ya pak.
P : Oh begitu ya mbak. Tetapi terkadang saya sering lupa, mbak. Maklum mbak,
usia saya sudah cukup tua.
A : Oh begitu ya pak. Kalau begitu, saya sarankan untuk didampingi dalam
meminum obatnya. Karena jika obatnya tidak diminum dalam jangka waktu yang
lama, maka pengobatan TBC ini akan gagal dan pengobatan selanjutnya akan
menjadi semakin lebih lama lagi. Biasanya harus menjalani pengobatan lanjutan
selama 6 bulan lagi pak.
P : oo begitu mbak, apa saya bisa sembuh mbak ?
A : bisa pak, jika bapak meminum obat secara rutin dan tepat waktu bapak bisa
sembuh
P : baik mbak saya usahakan
A : Baik pak, saya akan menjelaskan cara pemakaian 4 obat ini. Yang pertama obat
INH 300 mg. Obat ini diminum 1 kali sehari 1 tablet 1 jam sebelum makan. Obat
kedua adalah obat Rifampicin 450 mg, diminum 1 kali sehari 1 tablet 1 jam
sebelum.makan juga. Obat ketiga, yaitu obat Pirazinamid 500 mg diminum 3 kali
sehari 1 tablet setelah makan. Obat keempat adalah Ethambutol 250 mg diminum
1 kali sehari 1 tablet 1 jam setelah makan. Keempat obat tersebut adalah obat
untuk Tubercolosis yang bapak alami. Efek samping yang sering terjadi seletah
minum obat Rifampisin ini biasanya urine bapak akan berwarna merah, tetapi
bapak tidak usah khawatir itu tidak berbahaya. Sedangkan untuk ES obat INH
adalah mengalami kaku dan kesemutan pada kaki. Jika bapak mengalami hal
tersebut bapak segera konsultasi kedokter ya pak.
Setelah digunakan obatnya disimpan ditempat yang mudah dilihat agar
tidak lupa menelan sebagai contoh di dekat meja makan atau tempat tidur, namun
jangan disimpan ditempat yang lembab dan panas seperti dapur, dekat kamar
mandi atau jendela yang terkena cahaya matahari langsung ya pak, agar obat
tidak rusak, serta jauhkan obat ini dari jangkauan anak – anak. Obatnya diminum
secara teratur sampai habis ya pak.
P :Apakah pengobatannya memang perlu keempat obat tadi mbak? Mengapa
banyak sekali?
A : Iya pak, untuk terapi pengobatan tahap awal memang memerlukan obat-obatan
ini sebagai obat primer dalam mengatasi bakteri Mycobacterium Tubercolosis.
Keempat obat ini dapat membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi dan mencegah
resistensi pak.
P : Oh begitu.
A : Sebaiknya konsumsi obat dilakukan secara teratur ya pak, karena selain
pengobatannya akan semakin lama, dapat juga terjadi komplikasi seperti
perdarahan pada saluran nafas bawah, penyebaran infeksi ke organ lain seperti
otak, tulang, persendian serta adanya udara di dalam rongga pleura di paru-paru.
P : Wah, berbahaya sekali ya mbak. Kalau begitu saya akan berusaha minum obat-
obatnya dengan patuh.
A : Iya pak. Selain terapi obat, saya sarankan juga untuk mengonsumsi makanan
yang sehat seperti buah dan sayuran supaya sistem kekebalan tubuh bapak
semakin meningkat untuk melawan bakteri. Selain itu, saya menyarankan agar
bapak juga berhenti merokok ya pak karena merokok bisa menambah keparahan
penyakit bapak, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan
P : Iya mbak, terima kasih ya mbak untuk sarannya
A : Iya sama-sama pak. Oh iya, saya informasikan juga kalau penyakit ini dapat
menular. kuman TB dapat menyebar ke udara waktu penderita bersin atau batuk.
Orang disekeliling penderita dapat tertular karena menghirup udara yang
mengandung kuman TB. Karena itu, agar tidak menular kepada anggota keluarga
lainnya, saya sarankan agar menghindari meludah dan batuk sembarangan,
sebaiknya menutup mulut bila batuk atau bersin dan jangan membuang dahak di
sembarang tempat. Bapak juga sebaiknya memiliki peralatan makan sendiri ya
pak. Selain itu bila ada anggota keluarga lain yang menunjukkan gejala TB
seperti batuk, berat badan menurun, kelesuan, demam, berkeringat malam hari,
nyeri dada, sesak nafas, hilang nafsu makan, batuk dengan dahak campur darah,
sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter ya pak. Resep ini bisa ditebus
sebanyak 2 x lagi ya pak. Nanti setelah 2 x ditebus bapak bisa kembali konsultasi
kedokter untuk mendapatkan resep kembali.
P : Baik mbak, saya mengerti.
A : apa sudah jelas atau ada yang ingin ditanyakan lagi ?
P : iya mbak, sejauh ini sudah jelas.
A : Apakah bapak bisa mengulang kembali apa yang saya jelaskan tadi?
P : Jadi saya dapat 4 macam obat. Obat Isonizid dan Rifampisin saya minum 1 kali
sehari 1 tablet 1 jam sebelum makan. Kalau obat Pirazinamid dan Ethambutol
saya minum 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan. Lalu, setelah minum obat ini
saya simpan di tempat yang mudah terlihat supaya saya tidak lupa minum dan
saya jauhkan dari cahaya matahari langsung serta anak-anak saya. Selain itu, saya
juga tidak boleh meludah atau batuk sembarangan, dan sebaiknya memiliki
peralatan makan sendiri. Resep bisa ditebus sebanyak 2x lagi, setelah itu kembali
periksa ke dokter untuk mendapatkan resep kembali
A : Baiklah bapak, ibu, bila ada masalah atau hal yang ingin bapak tanyakan, bapak
bisa menghubungi saya. Ini kartu nama sPaya pak.
P : baik mbak, nanti saya hubungi kalau ada masalah.
A : baik pak, terima kasih atas waktu dan kunjungannya ke apotik. Semoga obat ini
dapat meringankan sakit dan semoga lekas sembuh ya pak.
P : sama sama mbak.
DAFTAR PUSTAKA

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care


Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Klinik.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, Jakarta
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan.
[PDPI] Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. 2006.
Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
[WHO] World Health Organization. 2008. Gobal Tuberkulosis control. WHO report.
Geneva.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook. 9th Edition. USA: McGraw-Hill Companies.

You might also like