You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


MAKAN PADA ANAK GIZI LEBIH DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONCOL
KOTA SEMARANG

Farah Husna Fadhilah, Bagoes Widjanarko, Zahroh Shaluhiyah


Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Email :farahhusnafadhilah@gmail.com

ABSTRACT

Excess body weight in school children is a worrying problem because it could


cause illness and lower self confidence. Increased prevalence of excess nutrition
in school children at junior high school was 5,5% caused by many factors like bad
eating habit and environmental condition such as peer role, parents, teacher and
availability of infrastructure will affect chidren eating behavior.
This research was using quantitative apprach with cross sectional design.
Samples of the research were using simple random sampling technique with total
samples of 81 male and female students with excess nutrition with BMI 23-29,9
kg/m2 in grade VII, VIII, IX in Junior High School at working areas of Poncol
Health Center. Data was collected by interviewing with questionnaire. Data was
analyzed using univariate and bivariate.
Most of the respondents were 14 years old (39,5%) with the most age category of
12-14 years old (79%), majority of the respondents were females (51,9%) with
Basal Metabolic Index classified as obesity (50,6%). Majority of the respondents
had bad eating behavior (72,8%). The results of chi square test showed that
respondents knowledge towards eating behavior (p=0,021), respondents attitude
towards eating behavior (p=0,002), availability of infrastructure affecting eating
behavior (p=0,000), parents role (p=0,000), and peer role (p=0,003) were
significantly correlated with eating behavior in excess nutrition students. While
age (p=0,144), sex (p=0,767), Basal Metabolic Index (p=0,286), and teacher role
(p=0,286) were not significantly correlated with eating behavior of JHS students
with excess nutrition.
This research recommended to maintain eating behavior in order to be spared of
obesity and prevent increased of body weight.

Keywords : Eating Behavior, Excess Nutrition, Children

734
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN insomnia, liver, infeksi kulit, hipertensi,


Gizi lebih atau yang lebih kantung empedu, serta masalah
dikenal sebagai kegemukan psikologis lainnya seperti menurunnya
merupakan ketidakseimbangan kepercayaan diri dan bullying.(4)
status gizi seseorang akibat Berdasarkan data Riset
pemenuhan kebutuhannya Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
melampaui batas dalam waktu 2010, prevalensi gizi lebih di Jawa
cukup lama dan dapat terlihat Tengah sebesar 18,8% yang kemudian
dari kelebihan berat badan meningkat sebesar 5,5% pada tahun
sebagai akibat akumulasi lemak 2013.(5)Sedangkan berdasarkan data
yang berlebihan dalam tubuh. dari Dinas Kesehatan Kota Semarang
Gizi lebih dibagi menjadi (DKK) tahun 2013-2015 menunjukkan
overweight atau akumulasi pada rentan umur 10-19 tahun
lemak yang berlebihan dalam prevalensi gizi lebih mencapai
tingkat ringan dan obesitas yang 41,3%(6)dan untuk di wilayah
memiliki arti penumpukan lemak Puskesmas Poncol memiliki masalah
yang sangat tinggi di dalam kasus tinggi terbesar di kota Semarang,
tubuh sehingga membuat berat yaitu menduduki kejadian gizi lebih
badan berada di luar batas sebanyak 722 anak pada rentan usia 5-
ideal.(1)Kelebihan berat badan 19 tahun. Di wilayah kerja Puskesmas
disebabkan oleh bermacam- Poncol terdiri dari 6 sekolah yaitu SMP
macam faktor terutama perilaku Muhammadiyah 1 dengan prevalensi
makan. Perilaku makan itu gizi lebih sebesar 50,4%, SMPN 7
sendiri memiliki definisi cara sebesar 22%, SMPN 36 sebesar
seseorang berfikir, 23,3%, SMPN 38 sebesar 30,3%, SMP
berpengetahuan dan Ibu Kartini sebesar 16,6%, dan SMP
berpandangan tentang makanan Maria Goretti sebesar 16,6%.(7)
yang dinyatakan dalam bentuk Melihat perkembangan yang
tindakan makan dan memilih semakin maju dan meningkatnya
makanan dan akan berubah kejadian gizi lebih, dari Kementrian
menjadi kebiasaan makan Kesehatan membuat Pedoman Gizi
apabila keadaan tersebut terus Seimbang (PGS) pada tahun 2013
menerus berlangsung.(2)Menurut dengan tujuan masyarakat dapat
Kementrian Kesehatan berperilaku sehat, dan aktivitas fisik
mayoritas anak pada tahun 2011 untuk mempertahankan berat badan
memiliki perilaku makan yang normal. PGS terdiri dari empat pilar
buruk seperti mengonsumsi yaitu mengonsumsi makanan beragam
makanan asin sebanyak 24,5%, dan memperhatikan perilaku makan
mengonsumsi makanan dan yang masuk apakah proporsi dan
minuman manis sebanyak kandungannya sudah benar,
65,2%, kurangnya mengonsumsi membiasakan perilaku hidup bersih,
sayur sebanyak 93,6% dan melakukan aktivitas fisik, dan
buah-buahan 62,1% serta memantau berat badan agar tidak
melewatkan sarapan 60%.(3) berlebih. Pentingnya menerapkan
Apabila terus dibiarkan maka gizi perilaku makan untuk anak sekolah
lebih pada anak akan menengah pertama karena kelompok
menyebabkan penyakit tidak ini adalah kelompok usia peralihan dari
menular dikemudian harinya anak-anak menjadi remaja muda
seperti diabetes melitus, asma, sampai dewasa. Kondisi ini penting
masalah saluran pernafasan, diperhatikan karena pada usia

735
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
2356
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

peralihan sedang memasuki


masa pubertas, kebiasaan jajan,
jaja
dan menstruasi sehingga banyak
mempengaruhi perilaku
makan.(8) Melihat banyaknya
kejadian gizi lebih yang
diakibatkan oleh perilaku makan
yang buruk, maka peneliti ingin
mengidentifikasi apa saja faktor
yang berhubungan dengan
perilaku makan pada anak gizi
lebih di sekolah menengah
pertama wilayah kerja
Puskesmas Poncol.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini
Gambar 1. Kerangka
termasuk penelitian kuantitatif
Konsep HASIL
dengan rancangan cross
PENELITIAN
sectional.. Pengumpulan data
Sebanyak 72,8% % anak gizi lebih
dilakukan melalui wawancara
memiliki perilaku makan yang buruk.
dengan menggunakan
Alasan terbanyak adalah dikarenakan
kuesioner dan observasi.
responden mengonsumsi air putih
Populasi dalam penelitian ini
kurang dari 8 gelas/hari, sehingga
adalah 299 anak sekolah
88,9% dari responden mengonsumsi
menengah pertama di wilayah
makanan secara berlebihan
kerja puskesmas Poncol yang
dikarenakan rasa lapar yang
memiliki IMT 23-29,9.
29,9. Setelah
ditimbulkan akibat kurangnya
menggunakan perhitungan
mengonsumsi air putih ditambah
rumus Lemeshow,, didapatkan
kebiasaan membeli minuman manis
sampel penelitian sebanyak
dibanding mengonsumsi
mengonsums air putih. Hasil
73 responden dengan
uji statistik univariat (tabel 1)
penambahan
ahan 10% menjadi 81
menunjukkan bahwa banyak
respondenPengambilan
Pengambilan sampel
responden padakategori
menggunakan Simple Random
umur 12-14 tahun (79%), %), perempuan
Sampling.. Analisis data
(51,9%) dan dengan IMT obesitas
menggunakan uji statistic
(50,6%).
univariat, dan bivariat, dengan
Tabel 1. Distribusi
chi square (α = 5%). Penelitian
Karakteristik Responden
menggunakan
enggunakan teori Lawrence
Karakteristik Kategori N %
Green dengan melibatkan
12 variabel, dapat dilihat pada Umur 12-14
14 tahun 64 79
gambar berikut: 15-16
16 tahun 17 21
Jenis Laki-Laki
Laki 39 48,
Kelamin Perempuan 42 1
51,
IMT Overweight 40 9
49,
Obesitas 4
41 50,
6

736
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil distribusi frekuensi


perilaku makan pada anak gizi
lebih (tabel 2) menunjukkan
bahwa sebanyak 65,4%
responden memiliki
pengetahuan yang buruk
tentang perilaku makan yang
baik serta sikapnya yang
masih buruk dalam berperilaku
makan (55,6%), ditambah
ketersediaan sarana
prasarana di rumah yang
masih buruk (54,3%), dan
mayoritas memiliki aktivitas
fisik yang ringan (58%), uang
saku yang diberikan mayoritas
digunakan untuk membeli
jajan dan minuman manis
(84%), faktor lingkungan
sekitar seperti peran guru
yang masih buruk (50,6%),
peran orang tua yang belum
mendukung responden dalam
berperilaku makan yang baik
(58%), serta peran teman
yang belum memberikan
contoh yang baik kepada
responden dalam berperilaku
makan (74,1%).

737
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2. Hasil Bivariat menggunakan chi square

Perilaku
Variabel Kategori n % Buruk Baik Nilai P
N % N %
Umur 12-14 tahun 64 79 83,1 15 68,2 0,144
15-16 tahun 17 21 1 16,9 7 31,8
Jenis Kelamin Laki-Laki 39 48,1 2 49,2 10 45,5 0,767
Perempuan 42 51,9 50,8 12 54,5
IMT Overweight 40 49,4 2 67,5 13 32,5 0,286
Obesitas 41 50,6 3 78,0 9 22,0
Pengetahuan Buruk 53 65,4 4 81,1 10 18,9 0,021
Baik 28 34,6 1 57,1 12 42,9
Sikap Buruk 45 55,6 3 88,7 1 33,3 0,002
Baik 36 44,4 2 55,6 16 44,4
Ketersediaan Sarana Buruk 45 55,6 4 88,9 45 11,1 0,000
Prasarana Baik 36 44,4 1 52,8 36 47,2
Peran Guru Buruk 41 50,6 78,0 9 22,0 0,286
Baik 40 49,4 2 67,5 13 32,5
Peran Orang Tua Buruk 47 58 4 89,4 5 10,6 0,000
Baik 34 42 1 50,0 17 50,0
Peran Teman Buruk 60 74,1 4 81,7 11 18,3 0,003
Baik 21 25,9 1 47,6 11 52,4

738
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil uji chi square anak gizi lebih memiliki perilaku


(tabel 2) menunjukkan bahwa makan yang baik. Alasan tertinggi
terdapat lima variabel yang responden yang memiliki perilaku
berhubungan dengan perilaku makan buruk dikarenakan responden
makan pada anak gizi lebih mengonsumsi air putih kurang dari 8
(p≤0,05), yaitu pengetahuan gelas/hari.
(p=0,021), sikap (p=0,002), b. KarakteristikResponden
ketersediaan sarana prasarana Pada penelitian ini, mayoritas
(p=0,000), peran orang tua responden berada dalam rentan umur
(p=0,000), dan peran teman 12-14 tahun (79%). Umur merupakan
(p=0,003). salah satu faktor demografi yang
dapat
PEMBAHASAN mempengaruhi perilaku seseorang.
a. Perilaku Makan Anak Gizi Hasil penelitian ini menunjukkan nilai p
Lebih value 0,144>0,05, sehingga tidak
Perilaku makan yang baik terdapat hubungan antara umur
dalam penelitian ini sesuai responden dengan perilaku makan
dengan standar yang sudah pada anak gizi lebih. Hasil penelitian ini
ditentukan oleh Kementrian tidak sejalan dengan penelitian Alvina,
Kesehatan dalam pedoman Y (2015) yang menyatakan ada
Perilaku Gizi Seimbang (PGS) hubungan antara umur dengan perilaku
yaitu mengonsumsi gula dalam makan siswa MI. Dalam penelitian ini,
sehari melebihi batas maksimal anak gizi lebih yang memiliki perilaku
yaitu 50 gr/ 4 sendok makan, makan yang buru lebih banyak
mengonsumsi air putih kurang persentasenya pada responden usia
dari 8 gelas/hari, mengonsumsi 12-14 tahun (83,1%).(9) Secara teori,
buah-buahan kurang/lebih dari semakin bertambahnya umur anak
150-250 gr atau setara dengan mulai menentukan pilihan makanannya
3 buah pisang atau jeruk, sendiri, sehingga anak gizi lebih dengan
mengonsumsi sayur-sayuran usia yang lebih muda masih mengikuti
kurang/lebih dari 250-350 gr perilaku yang dicontohkan oleh orang
atau setara dengan 21/2 gelas tua, teman sebaya, dan lingkungan
sayur, mengonsumsi makanan sekitar. (10)
pokok atau sumber karbohidrat Selanjutnya, sebanyak 50,8%
lebih dari 6-9 sendok makan responden berjenis kelamin
atau setara dengan satu perempuan dikarenakan anak
mangkok kecil, serta perempuan rendah dalam melakukan
mengonsumsi lauk pauk aktivitas fisik dan dalam melakukan
sebanyak lebih dari 2-4 porsi kegiatannya responden lebih
yang terdiri dari lauk pauk menyukai mengonsumsi jajanan yang
hewani dan tergolong tinggi kalori dan rendah gizi.
nabati.(8)Pengukuran perilaku (11)
Hasil penelitian ini menunjukkan
makan pada anak gizi lebih nilai p value 0,767 > 0,05 sehingga
menggunakan metode tidak terdapat hubungan antara jenis
Kuesioner Frekuensi Pangan kelamin responden dengan perilaku
(FFQ) Semikuantitatif dan dari makan pada anak gizi lebih. Hasil
total 81 responden, ditemukan penelitian ini sejalan dengan
sebanyak 74,1% anak gizi lebih penelitian Alvina, Y (2015) yang
memilik perilaku makan yang menyatakan bahwa tidak ada
buruk dan sebanyak 25,9% hubungan antara jenis kelamin

739
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan perilaku makan anak c. Pengetahuan


dikarenakan orang tua tidak Sebanyak 65,4% responden memiliki
membedakan dalam pemberian pengetahuan yang buruk tentang
makanan, baik pada perilaku makan. Responden dengan
perempuan maupun laki-laki.(12) pengetahuan yang buruk dapat
memiliki perilaku makan yang buruk
Selanjutnya, mayoritas dikarenakan tingkah laku manusia
responden sebanyak 50,6% semata-mata ditentukan oleh
memiliki kategori obesitas kemampuan berfikirnya, karena
dengan indeks massa tubuh perilaku tanpa didasari pengetahuan
23,0-24,9 yang diakibatkan yang baiktidak akan menimbulkan hasil
karena perilaku makan yang baik.(14)Hasil penelitian
responden yang buruk. Hal ini menunjukkan nilai p- value 0,021 <
terjadi karena responden 0,05 yang berarti ada hubungan
merupakan kelompok usia pengetahuan responden dengan
kategori remaja awal yang perilaku makan anak gizi lebih. Hasil
berada pada masa penelitian ini sejalan dengan penelitian
pertumbuhan dimana Yudita, D (2013) bahwa tidak ada
percepatan pertumbuhan dan hubungan antara pengetahuan
perkembangan tubuh responden dengan perilaku
(15)
memerlukan energi dan zat gizi makannya.
yang lebih banyak. Pada usia d. Sikap
remaja (10-18 tahun), terjadi Sebanyak 55,6% responden
proses pertumbuhan jasmani memiliki sikap yang buruk dalam
yang pesat serta perubahan berperilaku makan, Notoatmojo
bentuk dan susunan jaringan mengatakan bahwa seseorang yang
tubuh, disamping aktivitas fisik bersikap baik, akan mewujudkan
yang tinggi. Besar kecilnya praktik yang baik dan untuk
angka kecukupan energi akibat mewujudkan sikap menjadi suatu
perilaku makan sangat perbuatan atau tindakan diperlukan
dipengaruhi oleh lama serta faktor pendukung atau kondisi yang
intensitas kegiatan jasmani memungkinkan.(16) Hasil penelitian
tersebut, sehingga ada menunjukkan nilai p- value 0,002<
hubungan antara kebiasaan 0,05 yang berarti ada hubungan
makan anak dengan ukuran pengetahuan responden dengan
tubuhnya.(13)Hasil penelitian ini perilaku makan anak gizi lebih. Hasil
menunjukkan nilai p value penelitian ini sejalan dengan penelitian
0,286 > 0,05 sehingga tidak Aminudin, M (2013) bahwaada
terdapat hubungan antara hubungan antara sikap dengan
indeks massa tubuh responden perilaku makan anak gizi lebih.(17)
dengan perilaku makan pada e. Ketersediaan Sarana Prasarana
anak gizi lebih. Hasil penelitian Didapatkan dari penelitian ini
ini sejalan dengan penelitian bahwa ketersediaan sarana prasarana
Yudhita, D (2013) yang di rumah terhadap perilaku makan
menyatakan bahwa tidak ada responden masih buruk (54,3%). Hal
hubungan antara indeks massa ini sesuai seperti yang diutarakan
tubuh dengan perilaku makan Peter S (1991) bahwa dengan
anak. ketersediaan sarana prasarana yang
buruk maka dapat mempengaruhi
responden dalam berprilaku makan

740
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dan tidak akan tercapainya Kurniasih, dkk (2010) yang


tujuan yang baik apabila belum mengatakan bahwa aktivitas fisik
didukung oleh ketersediaan ringan yang diikuti dengan perilaku
sarana prasarana yang baik.(18) makan berlebihan akan
Sedangkan ketersediaan sarana menyebabkan kegemukan,(20)
prasarana di kantin berdasarkan didukung oleh pendapat Adina
observasi masih buruk, (2004), bahwa yang membedakan
dikarenakan dari ke 6 kantin di aktivitas fisik anak gizi lebih dengan
sekolah, semuanya menjual anak dengan berat badan normal
minuman manis, gorengan, dan adalah durasi dan frekuensi, karena
jajanan sehingga tidak anak dengan gizi lebih suka
sebanding dengan penjualan menghabiskan waktunya untuk
sayur-sayuran 38,3% dan buah- (21)
buahan 0%. Sedangkan anak- beraktivitas di dalam ruangan.
anak sangat menyukai jajan di g. Uang Saku
sekolah atau di lingkungan Hasil penelitian menunjukkan
sekitarnya dapat ditemui bahwa mayoritas responden
dikarenakan terjangkaunya menggunakan uang sakunya untuk
harga makanan dan dapat membeli jajan dan minuman manis
menarik perhatian anak itu 84%, serta sebanyak 55,6% membeli
sendiri. Anak yang sangat makanan dengan uang jajannya
menyukai jajan bisa terjadi sedangkan responden sudah
karena pengaruh dari orang tua mengonsumsi sarapan di rumah. Hal
atau keluarganya yang berada ini sesuai dengan pendapat Berg
dalam satu rumah dan kerap (1986) yang mengatakan bahwa orang
sekali jajan atau keluarga yang biasanya membelanjakan sebagian
jarang memasak dan lebih besar uangnya untuk
(22)
sering membeli makanan siap makan. Didukung oleh pendapat
makan. Hasil penelitian Khomsan (1994) bahwa usia remaja
menunjukkan nilai p- value awal bisa menjadi pasar yang
0,000< 0,05 yang berarti ada potensial untuk produk-produk
hubungan pengetahuan makanan tertentu. Pada umumnya
responden dengan perilaku siswa sekolah menengah pertama
makan anak gizi lebih. Hasil belum bisa mencari uang sendiri, tetapi
penelitian ini tidak sejalan mereka mendapatkan uang saku dari
dengan penelitian Nova, A orang tua, sehingga hal ini
(2011) bahwa tidak ada dimanfaatkan oleh produk makanan
hubungan antara ketersediaan tertentu baik melalui media cetak
sarana prasarana dengan maupun media elektronika, agar para
perilaku makan anak gizi siswa menggunakan uang sakunya
lebih.(19) untuk membelanjakan makanan. (23)
f. Aktivitas Fisik h. Peran Guru
Hasil penelitian Sebanyak 50,6% responden merasa
menunjukkan bahwa mayoritas peran guru terhadap perilaku makan
aktivitas fisik responden pada responden masih buruk, dikarenakan
kategori ringan sebesar 58% tidak terdapatnya keeratan hubungan
dikarenakan responden antara murid dengan gurunya,
menghabiskan waktunya di sehingga peran guru belum dapat
dalam ruangan untuk bermain merubah suatu perilaku muridnya
hp dan menonton tv. Menurut apalagi ditambah keadaannya bahwa

741
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

peran guru masih buruk.(24) normal, namun orang tua merupakan


Hasil penelitian menunjukkan pengaruh utama dalam membentuk
nilai p- value 0,286 > 0,05 yang kepribadian anak dan membuat
berarti tidak ada hubungan standar kebiasaan.(28)
antara peran guru dengan h. Peran Teman
perilaku makan anak gizi lebih. Sebanyak 74,1%peran teman
Hasil penelitian ini tidak sejalan terhadap perilaku makan responden
dengan penelitian Irina, dkk masih buruk, dikarenakan menurut
(2013) bahwa ada hubungan Keller (2008), kekuatan dari teman
antara peran guru dengan sepermainan sangat kuat pada masa
perilaku makan anak gizi anak-anak dan remaja karena
lebih.(25) kebanyakan waktunya dihabiskan di
g. Peran Orang Tua sekolah atau di tempat lain bersama
Orang tua merupakan dengan temannya, sehingga teman
orang yang paling dekat sepermainan dapat mengubah
dengan anak ketika berada perilaku dan kebiasaan yang baik dan
dirumah. Sehingga orang tua sehat berkaitan dengan perilaku
dapat mempengaruhi makan.(29)Hasil penelitian
kebiasaan dan tingkah laku menunjukkan nilai p- value 0,003<
anak termasuk perilaku makan 0,05 yang berarti ada hubungan
anak(26)karena perilaku makan peran teman responden dengan
seorang anak pada dasarnya perilaku makan anak gizi lebih. Hasil
dapat dibentuk oleh keluarga. penelitian ini sejalan dengan
Apabila orang tua dapat penelitian Nurdin, dkk (2016) bahwa
memperhatikan pola konsumsi ada hubungan antara sikap dengan
anak-anaknya, maka mereka perilaku makan anak gizi lebih.(30)
dapat mengontrol dan
menasihati makanan apa saja KESIMPULAN
yang seharusnya dikonsumsi 1. Sebanyak 72,8% anak gizi lebih
dan dihindari.(27)Hasil penelitian memiliki perilaku makan yang
menunjukkan sebanyak 58% buruk.
peran orang tua terhadap 2. Mayoritas karakteristik responden
perilaku makan responden rata-rata berada pada usia 12-14
masih buruk. Hasil penelitian tahun, berjenis kelamin
menunjukkan nilai p- value perempuan, dan dengan indeks
0,000< 0,05 yang berarti ada massa tubuh obesitas.
hubungan peran orang tua 3. Variabel yang berhubungan
responden dengan perilaku adalah pengetahuan tentang
makan anak gizi lebih. Hasil perilaku makan (p=0,021), sikap
penelitian ini sejalan dengan responden terhadap perilaku
penelitian Cooke (204) bahwa makan(p=0,002), ketersediaan
ada hubungan antara peran sarana prasarana di rumah
orang tua dengan perilaku (p=0,000), peran orang tua
makan anak gizi lebih, (p=0,000), dan peran teman
didukung oleh pendapat (p=0,003)
Cahyaningsih (2011) 4. Variabel yang tidak berhubungan
menyatakan bahwa walaupun adalah umur (p=0,144), jenis
kelompok teman sebaya kelamin (p=0,767), indeks massa
berpengaruh dan penting untuk tubuh (p=0,286), dan peran guru
perkembangan anak secara (p=0,286).

742
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA Islam Negri. 2015.Thrams,


1. WHO. Obesity and Cristine M., & Pipes, Peggy L.
Overweight: Media Centre: Nutrition in Infancy and Childhood
Fact Sheet. Updated June Fifth Edition. Amerika Serikat :
2016. Mosby. 1993.
2. Khumaidi, M. Bahan 10. Hardinsyah dan Martianto D. Gizi
Pengajuan Gizi Masyarakat. Terapan. Departemen Pendidikan
Jakarta: PT BPK Gunung dan Kebudayaan, Dirjen
Mulia. 1994. Pendidikan Tinggi. Institut
3. Kementrian Kesehatan RI. Pertanian Bogor. 1992.
Strategi Nasional 11. Herawati. Kebiasaan Makan Anak
Penerapan Pola Konsumsi Prasekolah di TK Negri Pembina
Makanan Dan Aktivitas Fisik dan TK Negri Islam Asy-Syakirin
Untuk Mencegah Penyakit. Jakarta Timur. Universitas
Direktorat Jenderal Bina Gizi Indonesia. 1998.
dan Kesehatan Ibu dan 12. Almatsier. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Anak. Jakarta. Jakarta: Gramedia Pustaka
2011Kemenkes RI. Profil Umum. 2004.
Kesehatan Indonesia 2013. 13. Green L, Marshall K. Health
Jakarta: Kementrian Promotion Planning An
Kesehatan RI,2013. Educational and Environmental
4. Misnadiarly. Obesitas Approach. Montain View, Toronto
Sebagai Faktor Resiko Londong: Mayfield Publishing
Beberapa Penyakit. Company. 2000.
5. Grundy S. M., Obesity, 14. Yudita, D. Faktor-Faktor Yang
Metabolic Syndrome, and Berhubungan Dengan Perilaku
Cardiovascular Makan Pada Remaja Putri Di
Disease.2004. SMA Negeri 10 Padang. Artikel
6. Dinas Kesehatan Kota Ilmiah. Fakultas Keperawatan.
Semarang. Laporan Universitas Andalas. 2014.
Program Kesehatan 15. Notoatmojo S. Ilmu Kesehatan
Remaja. Semarang. 2015 Masyarakat. Jakarta: Rineka
7. Rekapitulasi Hasil Cipta. 1997.
Penjaringan Kesehatan 16. Aminudin Bagus, M. Hubungan
Peserta Didik SMP Di Antara Pengetahuan dan Sikap
WilayahPuskesmas Poncol. dengan Perilaku Konsumsi
Semarang. 2016. Jajanan Sehat di MI Sulaimaniyah
8. Kementerian Kesehatan RI. Mojoagung Jombang. Skripsi.
Pedoman Gizi Seimbang. Program Stusi Kesehatan
Jakarta. 2014. Masyarakat. Fakultas Kesehatan
9. Alvina, Y. Faktor-Faktor Masyarakat. Universitas
Yang Berhubungan Dengan Airlangga. 2016.
Pola Konsumsi Pada Siswa 17. Peter, S. Kamus Bahasa
Madrasah Ibtidaiyah Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Unwanul Huda Di Jakarta Modern English Press. 1991
Selatan. Skripsi. Program 18. Nova Yorika, A. Hubungan
Studi Kesehatan Faktor-Faktor yang
Masyarakat. Fakultas Mempengaruhi Jajan pada Anak
Kedokteran Dan Ilmu SD Kelas I dan II dengan Perilaku
Kesehatan. Universitas Jajan Sembarangan di SD Negeri

743
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Cokrokusuman Kecamatan 28. Notoatmodjo, S. Kesehatan


Jetis Yogyakarta. Skripsi. Masyarakat Ilmu dan Seni.
Program Studi Ilmu Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007.
Keperawatan. Sekolah 29. Rahman, N. Faktor-Faktor yang
Tinggi Ilmu Kesehatan Berhubungan dengan Perilaku
‘Aisyiyah. 2011. Makan pada Remaja SMA Negeri
19. Kurniasih, dkk. Sehat dan 1 Palu. Jurnal. Program Studi
Bugar Berkat Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Seimbang. Jakarta: PT. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Gramedia. 2010. Universitas Tadulako. 2016.
20. Adina, Fitri. Dunia Bunda :
Obesitas Mengintai Anakku.
Jakarta : Gramedia. 2004
21. Berg, A. Peran Gizi dalam
Pembangunan. Jakarta:
Rajawali. 1986.
22. Khomsan, Ali. Mengapa
Anak Dan Remaja Rawan
Gizi. Jakarta: Rajawali
Sport. 1994.
23. Djamarah SB. Guru dan
Anak Didik. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2000
24. Irina, dkk. Perilaku Sarapan
Pagi Anak Sekolah Dasar.
Jurnal Kesehatan. Program
Pascasarjana Kesehatan
Masyarakat. Stikes Mitra
Lampung. 2014.
25. Dilapanga, A. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Perilaku Konsumsi Soft
Drink pada Siswa SMP
Negeri 1 Ciputat Tahun
2008. Skripsi. Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta. 2011.
26. Khomsan, Ali..Pangan dan
Gizi untuk Kesehatan.
Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2002.
27. Cahyaningsih, Dwi Sulistyo.
Pertumbuhan
Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: Trans Info
Media. 2011.

744

You might also like