You are on page 1of 8

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PARIA

(Momordica charantia L)
Auliya G.R, Ditia W, Elisius M.L, Haris, Maudi P, Putri K.P, Razaky W.P
dan Shipa W.K
Agroteknologi, Universitas Singaperbangsa Karawang

Abstrak
Tanaman Paria atau biasa disebut dengan pare Pare (Momordica
charantia L.); termasuk dalam famili Cucurbitaceae yang merupakan tanaman
tropis ditanam di ladang, halaman rumah yang dapat dibudidayakan di
ketinggian 1-1000 dpl dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik
dengan PH 5-6. Budidaya Paria dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut, pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan
dengan mulsa, penyiraman secukupnya, penyiangan gulma, pengendalian
organisme penganggu tanaman hingga panen dan pasca panen. Dan juga karna
termasuk famili cucurbitaceae jadi tanaman ini termasuk tanaman yang
merambat, sehingga dibutuhkan ajir dam dirambatkan pada anjang anjang
bambu. Pare mudah tumbuh memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat
tumbuh subur ditampat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari.

PENDAHULUAN Klasifikasi Paria


Paria (Momordica charantia L) atau (Momordica charantia L) sebagai
pare merupakan tanaman sayuran berikut :
setahun atau tahunan, walaupun paria Kingdom : Plantae
memiliki rasa yang pahit tetapi pare Divisi : Magnoliophyta
memiliki sumber vitamin C yang Kelas : Magnoliopsida
baik, vitamin A, fosfor, dan besi. Ordo : Vialalas
Ujung batang paria merupakan Famili : Cucurbitaceae
sumber pro-vit A yang baik, serta Genus : Momordica
mampu meningkatkan produksi asi Spesies : Momordica charantia L
bagi ibu menyusui dan juga sebagai (Backer dan Van Den Brink, 1968
detox tubuh. Van Steenis,1985)
Morfologi Paria banyak mengandung bahan organik
Tanaman daun pare tumbuh dengan pH optimal 5-6. Tanaman
menjalar atau memanjat dengan ini dapat beradaptasi dengan baik
sulur berbentuk spiral, berbau tidak pada tanah lempung berpasir dengan
enak. Batang bulat berambut drainase baik dan kaya bahan
berwarna hijau banyak bercabang organik. Suhu optimum untuk
dan berusuk lima. pertumbuhan berkisar antara 24-
Daunnya tunggal bertangkai 270C.
dan letaknya berseling, berbentuk
bulat panjang dengan panjang 3,5- BUDIDAYA PARIA
8,5 cm, lebar 4-7 cm, berbagi
menjari 5-7, pangkalnya berbentuk Pengolahan Lahan
jantung, serta warnanya hijau tua.  Untuk melakukan pengolahan
Memiliki bunga tunggal, sebelumnya lahan dibersihkan
berkelamin dua dalam satu pohon, dari rumput liar (gulma)
bertangkai panjang, mahkotanya terlebih dahulu, lalu di bajak
berwarna kuning buahnya bulat ataupun dicangkul dengan
memanjang, dengan 8-10 rusuk kedalaman 30 cm dan diolah
memanjang, berbintil-bintil tidak disaat 2-3 minggu sebelum
beraturan, panjang 8-30 cm, rasanya tanam.
pahit, warna hijau, apabila masak  Lalu beri kaptan agar
berubah warna menjadi oranye yang menetralkan tanah, buat
cerah dengan 3 daun buah dan biji bedengan dengan tinggi 20-30
berwarna coklat kekuningan pucat cm Lalu sebarkan pupuk
memanjang (Sudarsono dkk,. 2002). organik (15 ton/ha) di atas
permukaan bedengan lalu
PERSYARATAN TUMBUH dicampur juga dengan
Paria cocok dibudidayakan pemberian pemupukan dasar
di daerah dengan ketinggian 1-1000 seperti (NPK 480kg/ha),(ZA
m dpl karena dia mempunyai daya 61kg/ha) dan (KCL 80kg/ha).
adaptasi yang cukup tinggi,  Pasang mulsa perak hitam pada
memerlukan tanah yang gembur dan tiap bedengan di siang hari,
diperuntukan agar mulsa dapat
ditarik lebih mudah. Penanaman
 Keluarkan hasil semai pare dari
Persemaian polybag bersama akar-akarnya
dengan cara membalikkan posisi
bibit
 Kemudian bibit yang diambil
dari polybag letakkan di dalam
lubang tanam yang telah
disediakan.
 Timbun sedikit dengan tanah di
 Penanaman tidak langsung atau
sekelilingnya dan tekan sedikit.
persemaian
 Siram tanah di sekitar pangkal
Langkah persemaian adalah
batang bibit dengan air bersih
dengan menyiapkan plastik
hingga cukup basah. (Anonim,
pollybag berukuran 8 cm x 10
2009).
cm yang dilubangi bagian
dasarnya. Siapkan media semai
Pemeliharaan Tanaman
berupa campuran tanah dan
 Penyiraman dilakukan dengan
pupuk kandang dengan
mengairi parit selama beberapa
perbandingan 1 : 1. Isi tiap
jam tergantung kondisi cuaca
polybag dengan media semai
dan hujan.
hingga cukup penuh. Siram
 Pengajiran pada 2 atau 3
media semai dengan air bersih
minggu setelah tanam,
hingga cukup basah. Semakin
berukuran 2 x 200cm, ditancap
benih pare yang telah
di sisi pinggir tanaman dengan
berkecambah sebanyak 1 butir
jarak 5 – 10 cm, kedalaman 20
pada polybag dengan kedalaman
– 30 cm, sambung dengan
1 cm – 1,5 cm. Biarkan benih
ujung bambu yang lain untuk
pare tumbuh hingga berdaun 3 –
membentuk kotak bujur
4 helai. Siram secara kontinu 1-2
sangkar.
kali sehari atau tergantung cuaca
(Setiawan dan Trisnawati, 1993)
 Penyiangan rutin dilakukan satu Panen dan Pasca panen
minggu sekali secara manual  Panen pertama biasanya
dengan mencabuti rumput yang dilakukan 2 bulan setelah tanam
mulai tumbuh. atau 8 MST panen berikut setiap
 Pemangkasan dilakukan 1-2 minggu sekali.
sebanyak 2 kali pada umur 3 dan  Buah dipanen dengan
6 minggu setelah tanam, cabang- menggunakan pisau atau gunting
cabang dipotong dan diarahkan jangan dengan tangan pare
agar tunas tumbuh menyebar disortir dan disusun tanpa
sehingga produksi buah tumbuh banyak tumpukan karena mudah
maksimal. lecet.
 Pemupukan
Perkiraan dosis dan waktu Daftar Pustaka
aplikasi pemupukan sebagai Anonim. (2009). Aspakusa Makmur
berikut : upt usaha Pertanian Teras
Boyolali. Budidaya Tanaman
Pare Putih, 14.

Backer, A and Van Den Brink, B.,


1965, Flora of Java
MST= Minggu Setelah Tanam (Spermatophytes Only),
Volume I, N.V.P. The
 Untuk mengendalikan Hama Nederlands
Ulat Grayak pemberantasan Rukmana R. 1997. Budidaya Pare.
hama ini dapat disemprot dengan Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
pestisida azodrin 2 cc/liter.
 Untuk mengendalikan penyakit Risnawati, Y. & Setiawan, A.I.,
2005.Tomat Budidaya Secara
Embun Tepung tanaman Komersial.Penebar Swadaya,
disemprot dengan fungisida Jakarta.
sulfur dosis 2 g/liter sebagai Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono,
penyembuhan dan pencegahan. S., Donatus, I.A., & Purnomo,
2002, Tumbuhan Obat II (Hasil
Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan), 66-68, Pusat Studi
Obat Tradisional-Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

You might also like