You are on page 1of 6

STIMULASI KUTANEUS SLOW-STROKE BACK MASSAGE MENURUNKAN

INTENSITAS NYERI OSTEOARTRITIS PADA LANSIA


(Cutaneus Stimulation: Slow-Stroke Back Massage Reduces the Intensity of
Osteoartritis Pain of Elderly)

Mira Trihartini*, Mardliyah**, Setho Hadisuyatmana*


* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp/Fax: (031) 5913257. E-mail: rara_raditya@yahoo.co.id
** RSUD Dr. Moch. Soewandi Surabaya

ABSTRACT
Introduction: Osteoarthritis disease is the result of both mechanical and biological process which
lead come to unstable degradation and synthesis of condrozyte cartilage and extracellular matrix.
The risk factor of this instability is aging process. The aging process stimulates osteophytes formation
and degradation of cartilage, and emerged pain as primary clinical symptom. One of the non
pharmacological ways to cope this pain is by applying cutaneus stimulation through slow-stroke back
massage method. The objective of this study was to analyze the effect of applying cutaneus stimulation
with slow-stroke back massage method to osteoarthritis’s pain intensity. Method: Pre experimental
design with one group pre test-post test approach was used in this study. The subject of this study
were elderly above 50 years old living in Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya, 15 participants were
involved using purpose sampling technique. This study started on January 29th until February 6th, 2010.
Data were collected by interview and observation and analyzed by WIlcoxcon Signed Rank Test α =
0.05, p value <α. Result: The Resul showed that the message intervention was significantly affect the
elder’s level of osteoarthritis pain in Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya (p = 0.003). Discussion:
It can be concluded that gives stimulation cutaneus: slow-stroke back massage reduce osteoathritis
pain intensity. Slow-stroke back massage increase level of endorphin, so that pain reduction and
individual pain perception will decrease.

Keywords: slow-stroke back massage, pain intensity, osteoarthritis, elderly

PENDAHULUAN adalah nyeri pada persendian, yang membuat


Perkembangan jumlah penduduk lanjut penderita sering kali takut untuk bergerak
usia (lansia) di Indonesia mengalami peningkatan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Biro Pusat menurunkan produktivitas. Penanganan nyeri
Statistik tahun 2009 menunjukkan peningkatan sendi yang dapat dilakukan di antaranya dengan
usia harapan hidup (UHH) dari 64,5 tahun menggunakan terapi farmakologi dan atau
menjadi 70,5 tahun tersebut menjadi 23,9 juta terapi non farmakologi (Grainger dan Cicuttino,
jiwa (Irwanasir, 2009). Peningkatan jumlah 2004). Stimulasi kutaneus, distraksi, relaksasi,
lansia yang tinggi berpotensi menimbulkan imajinasi terbimbing dan hipnosis adalah
berbagai macam permasalahan baik dari contoh intervensi non farmakologis yang sering
aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun digunakan dalam keperawatan untuk mengelola
kesehatan (Nugroho, 2000). Data Depkes nyeri. Pada osteoartritis, umumnya pengelolaan
RI 2008 menunjukkan bahwa salah satu nyeri dilakukan dengan stimulasi kutaneus
penyakit degeneratif yang sering dikeluhkan seperti terapi panas/dingin, latihan/aktivitas
oleh lansia adalah penyakit sendi (52,3%) fisik dan distraksi (Reeves, 1999; Koopman,
terutama osteoathritis (peradangan pada sendi 1997). Masase dan sentuhan, merupakan
atau tulang) (Puskom, 2008). Keluhan utama teknik integrasi sensori yang memengaruhi
yang paling sering terjadi pada osteoathritis aktivitas sistem saraf otonom (Meek, 1993

87
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 87–92

dalam Potter dan Perry, 2005). Salah satu terapi berdampak terhadap penurunan kualitas hidup,
modalitas fisik yaitu slow stroke back massage. sedang pada masa tua diharapkan menjadi tua
Terapi tersebut sudah mulai dikembangkan sejahtera, sehat, produktif sehingga kualitas
di Indonesia pada kasus low back pain kesehatan lansia meningkat. Oleh karena itu
sejak tahun 2005 dan menunjukkan angka manajemen sistem nyeri sebaiknya dijadikan
keberhasilan mencapai 30% dalam menurunan target baru baik untuk intervensi farmakologi
intensitas nyeri (Sumartini, 2008). Beberapa maupun non farmakologi (Kulkarni et al.,
penelitian juga telah mengidentifikasi manfaat 2007). Salah satu teknik masase punggung
dari slow-stroke back massage antara lain yang dapat digunakan adalah dengan usapan
penurunan secara bermakna pada intensitas yang perlahan (Slow-Stroke Back Massage).
nyeri dan kecemasan serta perubahan positif Penggunaan lotion diharapkan memberikan
pada denyut jantung dan tekanan darah, yang sensasi hangat dan mengakibatkan vasodilatasi
mengindikasikan relaksasi pada pasien lansia lokal (Kenworthy, 2002). Vasodilatasi akan
dengan stroke (Mok, et al., 2004), Di samping meningkatkan peredaran darah pada area
itu penggunaan terapi non farmakologis ini yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat
tidak mempunyai efek samping berarti dan dan akan mengurangi rasa sakit (Kusyati,
mudah dalam pengaplikasiannya. Namun 2006; Stevens, 1999). Sensasi hangat juga
sampai dengan saat ini belum ada penelitian dapat meningkatkan rasa nyaman (Reeves,
tentang pengaruh stimulasi kutaneus: slow 1999). Nilai terapeutik yang lain dari masase
stroke back massage terhadap intensitas nyeri punggung termasuk mengurangi ketegangan
osteoathritis. otot dan meningkatkan relaksasi fisik dan
Insiden osteoartritis menyerang psikologis (Kusyati, 2006). Berdasarkan
pada usia di atas 35 tahun dan meningkat masalah tersebut perlu dilakukan penelitian
pada kelompok wanita yang berusia di atas untuk mengetahui pengaruh stimulasi kutaneus:
50 tahun (Reeves, 1999). Prevalensi nyeri slow-stroke back massage terhadap intensitas
yang disebabkan osteoathritis di Indonesia nyeri osteoartritis pada lansia di Panti Werdha
sebesar 36% (Handoyo, 2009). Berdasarkan Hargo Dedali.
hasil studi pendahuluan di panti wreda
hargo dedali pada tanggal 20 oktober 2009
BAHAN DAN METODE
didapatkan jumlah lansia di panti wreda adalah
36 orang dan 67% lansia mengeluh nyeri pada Penelitian ini menggunakan rancangan
punggung. Hasil pemeriksaan rontgen lumbal penelitian metode pra eksperimental dalam
terhadap responden tersebut sebanyak 75% di satu kelompok (one group pretest-posttesti).
antaranya menunjukkan spondylosis lumbal Sebelum memberikan perlakuan berupa
dan osteoathritis acetabuli. stimulasi kutanius: slow-stroke back massage
Penanganan sistem nyeri medial (yang terhadap lansia yang mengalami nyeri
memproses aspek emosional dari nyeri seperti osteoathritis, langkah awal yang dilakukan
ketakutan dan stres) sangat penting pada pasien adalah mengidentifikasi lansia yang mengalami
osteoathritis dibandingkan sistem lateral yang nyeri punggung dan memastikan nyeri tersebut
memproses sensasi fisik seperti intensitas, disebabkan osteoathritis dengan pemeriksaan
durasi, dan lokasi nyeri, selama episode nyeri. radiologis. Setelah mengidentifikasi satu
Nyeri pada osteoathritis terjadi sebagai akibat kelompok lansia yang mengalami nyeri karena
spasme otot atau tekanan pada saraf di daerah osteoathritis diobservasi terlebih dahulu,
sendi yang terganggu dan pertumbuhan tulang kemudian menentukan intensitas skala nyeri,
yang berlebihan sehingga merangsang akar setelah menentukan tingkat intensitas skala
saraf sewaktu keluar dari tulang vertebra nyeri kemudian satu kelompok lansia yang
(Price, 2005). Kondisi tersebut mengakibatkan mengalami nyeri osteoathritis diberi perlakuan
pasien sering kali takut untuk bergerak yaitu stimulasi kutanius: slow-stroke back
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari massage. Setelah pemberian stimulasi kutanius:
dan dapat menurunkan produktivitas yang akan slow-stroke back massage yang mengalami

88
Stimulasi Kutaneus Menurunkan Nyery Artritis (Mira T.)

nyeri osteoathritis diukur kembali tingkat tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
intensitas nyeri dan kemudian dibandingkan dapat mendiskripsikannya, tidak dapat di atasi
apakah ada penurunan intensitas nyeri sebelum dengan alih posisi serta nafas panjang maupun
diberikan perlakuan dan sesudah diberikan distraksi, 10 (nyeri sangat berat yaitu pasien
perlakuan. tidak mampu lagi berkomunikasi, mengikuti
Populasi dalam penelitian ini adalah perintah, mengejan tanpa bisa dikendalikan,
semua lansia yang mengeluh nyeri punggung menarik-narik, memukul benda sekitar, tidak
di Panti Werdha Hargo Dedali berjumlah respon terhadap tindakan serta tidak dapat
24 orang, dengan besar sampel adalah menunjukkan lokasi nyeri). Data kemudian di
15 orang yang ditentukan berdasarkan kriteria tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan
Inklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini uji wilcoxon signed rank test dengan Tingkat
adalah lansia perempuan yang berusia >50 kemaknaan α ≤ 0,05.
tahun, lansia dengan osteoartritis primer
sesuai dengan catatan medik panti, lansia
HASIL
yang mengalami nyeri di punggung, tidak
sedang menggunakan analgesic, tidak memiliki Pengukuran intensitas nyeri sebelum
kontraindikasi untuk pijatan punggung seperti perlakuan slow-stroke back massage
fraktur tulang rusuk atau vertebra, luka bakar, menunjukkan bahwa seluruh responden
adanya daerah kemerahan pada kulit, atau luka mengeluh nyeri pada tingkat sedang karena
terbuka pada punggung, kesadaran compos tipe osteoathritis adalah nyeri sedang. Setelah
mentis dan mampu berkomunikasi dengan responden penelitian diberikan stimulasi
baik, kooperatif, dan bersedia menjadi subjek kutaneus: slow-stroke back massage pada
penelitian akhir masa perlakuan responden penelitian
Variabel independen dalam penelitian diobservasi tingkat nyerinya menggunakan
ini adalah pemberian stimulus kutaneus: skala bourbonais. Terdapat penurunan frekuensi
slow-stroke back massage di mana dengan pada intensitas nyeri sedang sehingga hanya
memberikan pijatan secara perlahan dan 40%, sedangkan responden yang menyatakan
berirama dengan kecepatan 30 kali pijatan nyerinya meningkat sampai dengan 60%.
selama 10 menit pada kulit punggung dari Penurunan nyeri yang berbeda-beda dipengaruhi
bokong ke bahu dan sekitar bawah leher oleh kadar endorphin pada seseorang yang
dengan acuan standar operasional prosedur berbeda-beda.
(SOP) sedangkan variabel dependen adalah Saat pre-test seluruh responden
intensitas nyeri osteoarthritis. Instrumen mengalami nyeri pada tingkat sedang, dan
intensitas nyeri berupa lembar observasi setelah di berikan stimulasi kutaneus: slow-
dengan menggunakan skala Bourbonais stroke back massage tingkat nyeri 9 responden
untuk mengukur skala nyeri sesuai tingkat mengalami penurunan menjadi tingkat ringan
nyeri yaitu 0 tidak nyeri (tidak nyeri), 1–3 dan 6 orang responden dengan intensitas nyeri
(nyeri ringan yaitu secara objektif pasien tetap. Hasil tersebut dilakukan uji statistik
dapat berkomunikasi dengan baik), 4–6 (nyeri wilcoxon signed rank test dengan α = 0,05
sedang yaitu secara objektif pasien mendesis, didapatkan p = 0,003, maka dapat disimpulkan
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri bahwa pemberian stimulasi kutaneus: slow-
dan mendiskripsikannya, serta dapat mengikuti stroke back massage mempunyai pengaruh
perintah dengan baik), 7–9 (nyeri berat yaitu terhadap intensitas nyeri osteoathritis pada
secara objektif pasien terkadang tidak dapat lansia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap (Tabel 1).

89
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 87–92

Tabel 1. Data jumlah responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan pemberian
stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage
Intensitas Nyeri Pre-test Intensitas Nyeri Post-test
Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat
Jumlah Responden 0 15 0 9 6 0
Wilcoxon signed rank test Signifikansi (p) = 0,003
Keterangan: p = signifikansi

PEMBAHASAN dalam kategori sedang dan 60% terjadi


perubahan kategori skala yaitu dari kategori
Penyakit osteoartritis terjadi kerusakan
sedang menjadi kategori ringan. Penurunan
fokal tulang rawan sendi yang progresif dan
nilai intensitas nyeri setiap individu berbeda-
pembentukan tulang rawan baru pada dasar
beda walaupun stimulus yang menyebabkan
lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (osteofit)
nyeri dan perlakuan yang diberikan sama
(Wyman, 1999). Sebelum dilakukan pemberian
karena nyeri bersifat individu (Mahon, 1994
stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage
dalam Potter dan Perry, 2005) sehingga respons
pada nyeri osteoartritis peneliti melakukan
yang terjadi setelah perlakuan tidak dapat
observasi intensitas nyeri berdasarkan skala
disamakan dengan orang lain. Perbedaan nyeri
bourbonais dan didapatkan hasil seluruh
yang adekuat atau tidak di masa lalu akan
responden mengalami nyeri sedang dengan nilai
memengaruhi reaksi individu terhadap nyeri
skala nyeri yang berbeda-beda. Selanjutnya,
(Potter dan Perry, 2005). Jadi jika nyerinya
bagian-bagian tonjolan-tonjolan tulang ini
teratasi dengan cepat dan adekuat, individu
atau kartilago yang remuk masuk ke dalam
mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri
cairan sinovial dan akhirnya menyebabkan
di masa mendatang dan dapat mentoleransi nyeri
timbulnya persepsi nyeri (Reeves, 1999).
dengan lebih baik. Namun jika individu pernah
Persepsi yang dirasakan responden adalah
mengalami nyeri tanpa pernah sembuh maka
nyeri sedang hal tersebut dikarenakan tipe
ansietas dan bahkan rasa takut dapat muncul
nyeri osteoartritis termasuk nyeri kronis di
yang dapat menguatkan persepsi terhadap
mana klien sudah pernah merasakan nyeri
nyeri. Akibatnya dengan tindakan tertentu
sebelumnya dan berlangsung lebih dari 6
untuk mengurangi nyeri kadang sulit berhasil,
bulan. Skala nyeri yang dipersepsikan oleh
intensitas nyeri yang dirasakan cenderung tetap
responden berbeda-beda meskipun stimulus
(tidak terjadi penurunan). Faktor-faktor yang
diberikan dalam intensitas sama. Perbedaan
meningkatkan kesadaran terhadap stimulus
persepsi tersebut disebabkan oleh kadar
(misalnya ansietas dan gangguan tidur)
endorphin, individu satu dengan lainnya
meningkatkan persepsi nyeri. Ansietas yang
berbeda dan nyeri merupakan pengalaman
relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat
yang bersifat pribadi, serta dipengaruhi oleh
meningkatkan persepsi pasien tentang nyeri.
faktor usia, dan pengalaman nyeri. Refleksi
Pemberian stimulasi kutaneus: slow-stroke
perubahan kimia dari kartilago artikuler seiring
back massage pada responden penelitian sedang
dengan usia menyebabkan perubahan dalam
mengalami cemas atau gangguan tidur, dapat
fungsi kondrosit dan peningkatan perubahan
memengaruhi intensitas nyeri sehingga nyeri
pada komposisi tulang rawan sendi. Adanya
yang dirasakan cenderung tetap. Gaya koping
pengalaman nyeri sebelumnya membantu
juga dapat memengaruhi kemampuan individu
individu untuk dapat melakukan tindakan pada
dalam mengatasi nyeri karena nyeri dapat
saat nyeri berikutnya.
menyebabkan seseorang merasa kehilangan
Pemberian stimulasi kutaneus: slow-
kontrol terhadap lingkungan atau hasil akhir
stroke back massage selama 10 menit pada
dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Klien
responden penelitian memperlihatkan hasil
sering kali menemukan berbagai cara untuk
mayoritas 80% responden mengalami
mengembangkan koping terhadap efek fisik
penurunan skala nyeri, di mana 20% tetap

90
Stimulasi Kutaneus Menurunkan Nyery Artritis (Mira T.)

dan psikologis dari nyeri seperti berkomunikasi pernah dilakukannya terapi atau simulasi
dengan keluarga pendukung, melakukan kutaneus: slow-stroke back massage dalam
latihan atau menyanyi. Gaya koping yang tidak menurunkan intensitas nyeri osteoarthritis.
adekuat dapat mengakibatkan kemampuannya Setelah dilakukan simulasi kutaneus: slow-
mengatasi nyeri berkurang sehingga persepsi stroke back massage lansia di Panti Werdha
nyeri yang dirasakan cenderung tetap. Hargo Dedali Surabaya mayoritas mengalami
Hasil uji statistik wilcoxon signed penurunan nyeri osteoarthritis dengan skala
rank test menunjukkan bahwa pemberian yang berbeda-beda dan terjadinya penurunan
stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage tersebut disebabkan reaksi individu terhadap
memiliki pengaruh terhadap intensitas nyeri toleransi nyeri, rasa takut dengan nyeri
osteoartritis pada lansia. Pemberian stimulasi sebelumnya serta peningkatan kadar endorphin
kutaneus: slow-stroke back massage terhadap sehingga akan terjadi reduksi nyeri dan persepsi
responden penelitian didapatkan mayoritas nyeri individu menurun.
responden mengalami penurunan intensitas
nyeri sebanyak 2 nilai, yaitu pada tingkat Saran
nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Mekanisme
Simulasi kutaneus: slow-stroke back
penurunan nyeri ini dapat dijelaskan dengan
massage sebagai salah satu intervensi non
teori gate control, yaitu intensitas nyeri
farmakologis oleh petugas kesehatan (ibu
diturunkan dengan memblok transmisi nyeri
wiwik) dalam menurunkan intensitas nyeri
pada gerbang (gate), dan teori endorphin, yaitu
osteoarthritis pada lansia di Panti Werdha
menurunnya intensitas nyeri dipengaruhi oleh
Hargo Dedali Surabaya dan pada penelitian
meningkatnya kadar endorphin dalam tubuh
selanjutnya dapat melakukan penelitian
(Guyton dan Hall, 1999) sehingga persepsi
intervensi non farmakologis simulasi kutaneus:
nyeri individu menurun. Setelah dilakukan
slow-stroke back massage dengan alat ukur
stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage,
teori comfort dalam menurunkan intensitas
maka serabut saraf A beta yang banyak terdapat
nyeri osteoarthritis pada lansia.
di kulit akan terangsang sehingga pintu gerbang
tertutup dan stimulus nyeri tidak diteruskan
ke otak. Di samping itu, endorphin juga KEPUSTAKAAN
dilepaskan sehingga kadarnya meningkat.
Grainger, R dan Cicuttini, F.M., 2004. Medical
Kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya Management of Osteoathritis of the
penurunan intensitas dan nilai skala nyeri Knee and Hip Joints, (Online), (http//:
yang dirasakan oleh subjek penelitian. Dengan www.mja.com.au/public/issues.html.,
demikian pemberian stimulasi kutaneus: slow- diakses tanggal 16 November 2009, jam
stroke back massage dapat dijadikan sebagai 12.00 WIB).
alternatif pilihan untuk menurunkan intensitas Guyton, Arthur C. dan Hall JE., 1999. Buku
nyeri osteoartritis pada lansia secara non Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 10.
farmakologis yang relatif tidak menimbulkan Jakarta: EGC.
efek samping. Irwanasir, R., 2009. Kondisi dan Permasalahan
Penduduk Lansia, (Online), (http:// www.
komnaslansia.or.id., diakses tanggal 18
SIMPULAN DAN SARAN Oktober 2009, jam 10.00 WIB).
Simpulan Kulkarni, B. et al., 2007. Arthritic Pain Is
Processed in Brain Areas Concern With
Nyeri osteoarthritis pada lansia di Panti Emotions and Fear, (Online), (http://
Werdha Hargo Dedali Surabaya sebelum www interscience.com/journal/artritis,
dilakukan simulasi kutaneus: slow-stroke diakses tanggal 29 Oktober 2009. Jam
back massage seluruhnya mengalami nyeri 14.00 WIB).
sedang dengan skala nyeri yang berbeda- Kusyati, E., 2006. Keterampilan dan Prosedur
beda dipengaruhi oleh pengalaman masa Laboratorium Keperawatan Dasar.
lalu terhadap nyeri, faktor usia serta belum Jakarta: EGC.

91
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 87–92

Mok, E., et al., 2004. The Effects of Slow-Stroke Puskom, 2008. Jumlah Penduduk Lanjut
Back Massage on Anxiety and Shoulder Usia Meningkat, (Online), (http://
Pain In Elderly Stroke Patients, (Online), www. lansia.com. diakses pada tanggal
(http://www.sciencedirect.com/science. 15 Oktober 2009 Jam 14.00 WIB).
diakses 29 Oktober 2009. Jam 14.30 Reeves, C.J., et al., 1999. Medical Surgical
WIB). Nursing. USA: McGraw-Hill Companies
Nugroho, W., 2000. Keperawatan Gerontik. Inc.
Jakarta: EGC Sumartini, 2008. Pengaruh Stimulasi
Potter, P. dan Perry, A.G., 2005. Buku Ajar Kutaneus Slow Stroke Back Massage.
Fundamental Keperawatan: Konsep, (Online), (http://www. interscience/
Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. journal/arthritis.com. diakses tanggal
Jakarta: EGC. 15 November 2009, jam 10.00 WIB).
Price, S.A., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinik Wyman, J.F., 1999. Geriatric Nursing. USA:
dan Proses-proses Penyakit. Jakarta: WB Saunders Company.
EGC.

92

You might also like