You are on page 1of 5

ETIOLOGI

Staphylococcus merupakan penyebab utama rtritis septik. Staphylococcus aureus


bertanggung jawab sebanyak 37%-565% kasus artritis septik. Methicillin-resistant
staphylococcus aureus (MRSA) merupakan penyebab artritis sebesar 25% dan merupakan
masalah merupakan masalah emergensi karena perjalanan penyakitnya yang progresif dengan
tingkat resistensi yang tinggi terhadap berbagai antibiotik. Penelitian pada daerah rural di
perancis menemukan sebanyak 10% MRSA yang di isolasi dari cairan sinovial penderita
artris septik sebaliknya sebaliknya pada daerah urban menemukan MRSA sebesar 50%
berhasil di isolasi dari cairan sinovial penderita artritis septik. Methicillin-resistant
Staphylococcus epidermidis (MRSE) sering menyebabkan artritis septik pasca tindakan
bedah pada sendi tersebut atau akibat penyebaran hematogen yang berasal dari tempat lain
pada penderita rawat inap sebesar 9-14%.1,2,3,4,6,7,8

Penyebab lainya adalah streptococcus , dimana streptococcus B sering menyebabkan


artritis septik pada orang tua terutama yang menderita penyakit kronik seperti diabetes
melitus, sirosis hepatis dan gangguan neurologi. Streptococcus C piogenik juga sering
menyebabkan artritis septik. Streptococcus piogenik sering menyebabkan artritis srptik pada
infeksi kulit kronik, trauma dan pada penyakit autoimun.1,3,6,7,8

Bakteri gram negatif penyebab artritis septik adalah Nesisseria gonorrhoeae dan
neisseria meningitides. Kelompok bakteri ini merupakan 20% penyebab artritis septik.
Neisseria gonorrhoeae sering menyebabkan artritis septik pada dewasa muda. Basil gram
negatif menyebabkan artritis septik sebsar 10-20%, diantaranya adalah Escherichia colli,
Proteus mirabelis, Klebsiella dan Enterobacter, serta Pseudomas aeruginosa, sering
ditemukan pada penderita penyalahgunaaan obat secara intravena , 1,3,8

Sebanyak 1,2-6% artritis septik disebabkan oleh bakteri anaerob, dengan urutan
terbanyak adalah adalah propionibacterium acnes , coccus anaerob (Peptostreptococcus spp).
Bacteroides spp dan Clostridium spp. Sebanyak 50% kasus artritis septik karena bakteri
anaerob disebabkan oleh lebih dari satu bakteri penyebab (polimikroba). Artritis septik
karena bakteri anaerob ini biasanya terdapat pada sendi dengan riwayat trauma, riwayat
operasi sebelumnya, septik prostetik, ataupun ada sumber infeksi di dekat sendi yang
bersangkutan.1.3.8
DIAGNOSIS

Diagnosis artritis septik dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis. Apabila hal tersebut
ditemukan, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan analisis cairan snedi. Pada
waktu dilakukan punksi cairan, akan tampak cairan berwarna keruh, karena berisi push. Dari
analisis cairan sinovial didapatkan jumlah leukosit >50.000/mm3, sebagian besar terdiri dari
PMN. Bila pada hitung leukosit darah ditemukan jumlahnya 11.000/mm3, LED dibawah >20
mm/1 jam dan leukosit cairan sendi > 50.000/mm3, mempunyai sensitivitas secara berturut-
turut sebesar 75%, 75% dan 50%, serta spesifitas sebesar 55%, 11% dan 88%. Secara
Keseluruhan bila ketiga pemeriksaan tersebut dikombinasikan. Mempunyai sensitivitas
sebesar 100%. Akan tetapi spesifitasnya hanya 24%.

Kultur darah dan cairan sinovial harus dilakukan untuk menentukan jenis bakteri serta
jenis antibiotik yang sensitif terhadap bakteri penyebab. Kultur dilakukan baik terhadap
bakteri aerob maupun anaerob. Bila dengan kultur memberikan hasil negatif, pemeriksaan
dilanjutkan dengan menggukan metode polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi
DNA bakteri pada cairan sivovial, dan jaringan sinovium.1,2,3,4,5,6,7

Pemeriksaan lain seperti sinar x, pada awal kejadian akan terlihat normal dan bila
terlihat lanjut dapat terlihat adanya pembengkakan jaringan lunak, osteopenia dan
penyempitan celah sendi. Pemeriksaan ultrasonografi dapat mengetahui adanya efusi,
terutama pada sendiyang sulit di jangkau seperti sendi koksae. Pemeriksaan CT scan dan
MRI dapat membantu membedakan infeksi pada tulang dan jaringan lunak, juga dapat
menunjukkan adanya kerusakan pada rawan dan tulang serta abses pada jaringan lunak.

DIAGNOSIS DIFFERENTIAL

Artritis septik mempunyai gejala yang khas, tetapi beberapa penyakit yang lain juga
mempunyai gejala yang mirip dengan artritis septik, seperti reumatoid artritis, osteoartritis
atau penyakit jaringan ikat lainya yang sedang mengalami serangan (flare).1,3

PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan artritis septik harus dilakukan segera dimulai setelah dilakukan evaluasi secara
lengkap, termasuk pengambilan bahan darah dan cairan sinovial untuk dilakukan kultur dan
pemeriksaan sensitivitas terhadap antibiotik. Antibiotik segera diberikan tanpa menunggu
hasil kultur. Keterlambatan dalam pemberian dapat menyebabkan kuman dengan cepat
berkembang biak dan akan menimbulkan kerusakan permanen pada rawan sendi,
menyebabkan penyebaran secara hematogen dan akhirnya menimbulkan sepsis yang dapat
menimbulkan kematian. Hal lain yang harus dilakukan adalah melakukan punksi/aspirasi
cairan sinovial untuk mengeluarkan pus sebanyak mungki. Bila gagal dengan aspirasi, maka
perlu dilakukan draignase dengan tindakan bedah.1,2,3,4,5,6,7

Dalam pemberian antibiotik, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
berat ringanya penyakit, mur penderita, pola kuman pada rumah sakit yang bersangkutan,
serta faktor risiko yang ada seperti rheumatoid artritis, SLE, penyalahgunaan obat intravena,
mendapat obat imunosupresif atau keadaan imunokompromis. Lama pemberian antibiotik
tergantung jenis kuman. Bila penyebabnya adalah bakteri streptokokkus atau gram negatif,
antibiotik diberikan selama minimal 2 minggu, 3 minggu untuk stafilokokkus serta 4 minggu
untuk bakteri pneumokokkus atau basil gram negatif.1,2,3,6

Sendi yang mengalami infeksi harus di istrahatkan pada posisi fisiologis yang
mencegah kekakuan/kontraktur di kemudian hari. Bila infeksi telah dapat diatasi, maka harus
dilakukan latihan gerakan sendi (range of motion) tanpa beban, sebab latihan ini dapat
meningkatkan suplai nutrisiterhadap rawan sendi, sehingga dapat mempercepat pemulihan
rawan tersebut.1,2,3,4,5,6

Apabila dalam waktu 7 hari tidak ada perbaikan secara klinis, atau jumlah cairan
sinovial tetap atau bahkan bertambah, drainase tidak berjalan secara adekuat,, maka harus
segera dilakukan artroskopi atau drainase secara terbuka, tidal irrigation ataupun
artromi.1,2,3,8

KOMPLIKASI

Artritis septik dapat menimbulkan kerusakan sendi secara permanen bila tidak diatas
dengan cepat dan tepat. Pada sendi terjadi kerusakan pada membran sinovium, ligamen,
rawan dan bahkan pada tulang. Hal ini akan menimbulkan deformitas yang bersifat
permanen. Komplikasi lainnya yang mungkin terajdi adalah penyebaran bakteri keseluruh
tubuh secara hematogen dan akhirnya menimbulkan sepsis dan dapat mengakibatkan
kematian.1,3,6,7

KEADAAN KHUSUS : ARTRITIS SEPTIK PADA SENDI PROSTETIK


Sekitar 600.000 dilakukan pemasangan sendi prostetik di Amerika Serikat setiap tahunya.
Infeksi yang terjadi akibat pemakaian sendi prostetik sekitar 1-3% kejadian infeksi pada sendi
lutut lebih banyak (3,2%-5,6%), sedangkan pada sendi koksae hanya 1,5-2,5%. Sendi
prostetik secara fisiologismerupakan tempat yang baik untuk bakteri berkembang biak, secara
mudah terjadi infeksi. Sendi postetik mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh,
menganggu opsonisasi dan mengurangi kemampuan neutrofil membunuh bakteri. Leukosit
PMN juga melepaskan enzim lisosom nitrit oksida disekitar prostetik sehingga menimbulkan
kerusakan jaringan dan devaskularisasi sekitarnya. Disamping itu polymenthyl methacrylate
yang digunakan sebagai perekat tulang Menghambat fungsi neutrofil dan komplemen. Hal ini
yang menyebabkan mudah terjadi artris septik pada sendi prostetik adalah sendi prostetik
dikelilingi oleh protein terutama albumin, fibrinogen dan fibronektin. Keadaan ini
menyebabkan bakteri mudah berkembang, baik melalui ikatan dengan fibrinogen dan
fibronektin “binding receptor”. Hal lainya yang spesifik pada sendi prostetik adlah
kemampuan bakteri membentuk apa yang disebut dengan istilah “biofilm”, yakni bakteri
yang telah membentuk koloni juga membentuk lapisan pelindung sehingga antibiotik tidak
dapat mencapai koloni dan terhindar dari fagositosis.

Berdasarkan waktu terjadinya infeksi, artritis septik pada sendi prostetik dibagi atas
“eraly onset”, waktunya < 3 bulan setelah pemasangan sendi prostetik, “delayed onset”,
terjadi 3-24 bulan setelah pemasangan sendi prostetik. Pada kasus “early onset” dan “delayed
onset” bakteri masuk biasanya intraoperatif, sedangkan pada “late onset”, bakteri masuk
secara hematogendari tempat lain. Pada kasus “early onset , bakteri penyebab yang paling
sering adalah staphylokokkus aureus dan streptokokkus, sedangkan pada kasus “delayed
onset” bakteri penyebab yang sering ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis atau basil
gram negatif, bakteri penyebab lainya streptokokkus, basil gram negatif seperti pseudomonas
dan bakteri anaerob. Pada kasus early onset, ditemukan demam, nyeri sendi bersangkutan,
bengkak dan merah pada daerah periartikular, aliran pus pada sendi bersangkutan. Pada kasus
delayed dan late onset gejala dan tanda berlangsung secara perlahan.1,2,3,6,8

Faktor risik artritis septik pada sendi prostetik antar lain adalah infeksi pada tempat
operasi terdahulu, artrosplasti, keganasan, umur tua, diabetes melitus, rheumatoid artritis,
gangguan imunosupresif, gizi buruk,obesitas dan psoriasis.1,2,3,6

Pengobatan artritis septik pada sendi prostetik mempunyai tantangan tersendiri,


karena bakteri yang membentuk biofilm pertumbuhanya lambat dan lebih resisten terhadap
antibiotik. Laama pemberian antibiotik adalah 3 bulan untuk sendi koksae dan 6 bulan untuk
sendi lutut. Selama 2-4 minggu pertama antibiotik diberikan secara intra vena, sisanya
diberikan per oral. Antibiotik yang direkomendasikan adalah gabungan antara rifampicin
dengan quinolon generasi terbaru. Pada sebagian besar kasus diperlukan 2 tahap pelaksanaan
artritis septik ini. Tahap pertama adalah dilakukan debridemen terhadap tulang yang
mengalami infeksi dan membuka sendi prostetik tersebut serta pemberian antibiotik minimal
6 minggu secara inta vena. Tahap 2 adalah mengganti sendi prostetik tersebut dengan yang
baru. Penatalaksanaan seperti ini memberikan tingkat keberhasilan sekitar 80-90%.1,2,3,6

PENCEGAHAN

Terdapat kontroversi pengunaan antibiotik profilak pada pasien yang mendapat sendi
prostetik mengingat bahwa kejadian artritis septik pasca pemasangan sendi prostetik tidak
tinggi, apalagi juga membutuhkan biaya yang cukup mahal. Pengunaan antibiotik profilak
haruslah dipertimbangkan secara seksama keuntungan dan kerugianya. Pada tahun 2003
American Dental Association (ADA) dan the American Academy of Orthopedic Surgeons
(AAOS) mengadakan pertemuan membahas penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi
pada sendi prostetik. Hasil pertemuan tersebut merekomendasikan bahwa tidak dianjurkan
penggunaan antibiotik secara rutin. Penggunaan antibiotik dipertimbangkan pada sebagian
kasus yang mempunyai resiko tinggi pada penyakit gigi dan mulut, seperti keadaaan berikut.

You might also like