Professional Documents
Culture Documents
Bakteri gram negatif penyebab artritis septik adalah Nesisseria gonorrhoeae dan
neisseria meningitides. Kelompok bakteri ini merupakan 20% penyebab artritis septik.
Neisseria gonorrhoeae sering menyebabkan artritis septik pada dewasa muda. Basil gram
negatif menyebabkan artritis septik sebsar 10-20%, diantaranya adalah Escherichia colli,
Proteus mirabelis, Klebsiella dan Enterobacter, serta Pseudomas aeruginosa, sering
ditemukan pada penderita penyalahgunaaan obat secara intravena , 1,3,8
Sebanyak 1,2-6% artritis septik disebabkan oleh bakteri anaerob, dengan urutan
terbanyak adalah adalah propionibacterium acnes , coccus anaerob (Peptostreptococcus spp).
Bacteroides spp dan Clostridium spp. Sebanyak 50% kasus artritis septik karena bakteri
anaerob disebabkan oleh lebih dari satu bakteri penyebab (polimikroba). Artritis septik
karena bakteri anaerob ini biasanya terdapat pada sendi dengan riwayat trauma, riwayat
operasi sebelumnya, septik prostetik, ataupun ada sumber infeksi di dekat sendi yang
bersangkutan.1.3.8
DIAGNOSIS
Diagnosis artritis septik dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis. Apabila hal tersebut
ditemukan, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan analisis cairan snedi. Pada
waktu dilakukan punksi cairan, akan tampak cairan berwarna keruh, karena berisi push. Dari
analisis cairan sinovial didapatkan jumlah leukosit >50.000/mm3, sebagian besar terdiri dari
PMN. Bila pada hitung leukosit darah ditemukan jumlahnya 11.000/mm3, LED dibawah >20
mm/1 jam dan leukosit cairan sendi > 50.000/mm3, mempunyai sensitivitas secara berturut-
turut sebesar 75%, 75% dan 50%, serta spesifitas sebesar 55%, 11% dan 88%. Secara
Keseluruhan bila ketiga pemeriksaan tersebut dikombinasikan. Mempunyai sensitivitas
sebesar 100%. Akan tetapi spesifitasnya hanya 24%.
Kultur darah dan cairan sinovial harus dilakukan untuk menentukan jenis bakteri serta
jenis antibiotik yang sensitif terhadap bakteri penyebab. Kultur dilakukan baik terhadap
bakteri aerob maupun anaerob. Bila dengan kultur memberikan hasil negatif, pemeriksaan
dilanjutkan dengan menggukan metode polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi
DNA bakteri pada cairan sivovial, dan jaringan sinovium.1,2,3,4,5,6,7
Pemeriksaan lain seperti sinar x, pada awal kejadian akan terlihat normal dan bila
terlihat lanjut dapat terlihat adanya pembengkakan jaringan lunak, osteopenia dan
penyempitan celah sendi. Pemeriksaan ultrasonografi dapat mengetahui adanya efusi,
terutama pada sendiyang sulit di jangkau seperti sendi koksae. Pemeriksaan CT scan dan
MRI dapat membantu membedakan infeksi pada tulang dan jaringan lunak, juga dapat
menunjukkan adanya kerusakan pada rawan dan tulang serta abses pada jaringan lunak.
DIAGNOSIS DIFFERENTIAL
Artritis septik mempunyai gejala yang khas, tetapi beberapa penyakit yang lain juga
mempunyai gejala yang mirip dengan artritis septik, seperti reumatoid artritis, osteoartritis
atau penyakit jaringan ikat lainya yang sedang mengalami serangan (flare).1,3
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan artritis septik harus dilakukan segera dimulai setelah dilakukan evaluasi secara
lengkap, termasuk pengambilan bahan darah dan cairan sinovial untuk dilakukan kultur dan
pemeriksaan sensitivitas terhadap antibiotik. Antibiotik segera diberikan tanpa menunggu
hasil kultur. Keterlambatan dalam pemberian dapat menyebabkan kuman dengan cepat
berkembang biak dan akan menimbulkan kerusakan permanen pada rawan sendi,
menyebabkan penyebaran secara hematogen dan akhirnya menimbulkan sepsis yang dapat
menimbulkan kematian. Hal lain yang harus dilakukan adalah melakukan punksi/aspirasi
cairan sinovial untuk mengeluarkan pus sebanyak mungki. Bila gagal dengan aspirasi, maka
perlu dilakukan draignase dengan tindakan bedah.1,2,3,4,5,6,7
Dalam pemberian antibiotik, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
berat ringanya penyakit, mur penderita, pola kuman pada rumah sakit yang bersangkutan,
serta faktor risiko yang ada seperti rheumatoid artritis, SLE, penyalahgunaan obat intravena,
mendapat obat imunosupresif atau keadaan imunokompromis. Lama pemberian antibiotik
tergantung jenis kuman. Bila penyebabnya adalah bakteri streptokokkus atau gram negatif,
antibiotik diberikan selama minimal 2 minggu, 3 minggu untuk stafilokokkus serta 4 minggu
untuk bakteri pneumokokkus atau basil gram negatif.1,2,3,6
Sendi yang mengalami infeksi harus di istrahatkan pada posisi fisiologis yang
mencegah kekakuan/kontraktur di kemudian hari. Bila infeksi telah dapat diatasi, maka harus
dilakukan latihan gerakan sendi (range of motion) tanpa beban, sebab latihan ini dapat
meningkatkan suplai nutrisiterhadap rawan sendi, sehingga dapat mempercepat pemulihan
rawan tersebut.1,2,3,4,5,6
Apabila dalam waktu 7 hari tidak ada perbaikan secara klinis, atau jumlah cairan
sinovial tetap atau bahkan bertambah, drainase tidak berjalan secara adekuat,, maka harus
segera dilakukan artroskopi atau drainase secara terbuka, tidal irrigation ataupun
artromi.1,2,3,8
KOMPLIKASI
Artritis septik dapat menimbulkan kerusakan sendi secara permanen bila tidak diatas
dengan cepat dan tepat. Pada sendi terjadi kerusakan pada membran sinovium, ligamen,
rawan dan bahkan pada tulang. Hal ini akan menimbulkan deformitas yang bersifat
permanen. Komplikasi lainnya yang mungkin terajdi adalah penyebaran bakteri keseluruh
tubuh secara hematogen dan akhirnya menimbulkan sepsis dan dapat mengakibatkan
kematian.1,3,6,7
Berdasarkan waktu terjadinya infeksi, artritis septik pada sendi prostetik dibagi atas
“eraly onset”, waktunya < 3 bulan setelah pemasangan sendi prostetik, “delayed onset”,
terjadi 3-24 bulan setelah pemasangan sendi prostetik. Pada kasus “early onset” dan “delayed
onset” bakteri masuk biasanya intraoperatif, sedangkan pada “late onset”, bakteri masuk
secara hematogendari tempat lain. Pada kasus “early onset , bakteri penyebab yang paling
sering adalah staphylokokkus aureus dan streptokokkus, sedangkan pada kasus “delayed
onset” bakteri penyebab yang sering ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis atau basil
gram negatif, bakteri penyebab lainya streptokokkus, basil gram negatif seperti pseudomonas
dan bakteri anaerob. Pada kasus early onset, ditemukan demam, nyeri sendi bersangkutan,
bengkak dan merah pada daerah periartikular, aliran pus pada sendi bersangkutan. Pada kasus
delayed dan late onset gejala dan tanda berlangsung secara perlahan.1,2,3,6,8
Faktor risik artritis septik pada sendi prostetik antar lain adalah infeksi pada tempat
operasi terdahulu, artrosplasti, keganasan, umur tua, diabetes melitus, rheumatoid artritis,
gangguan imunosupresif, gizi buruk,obesitas dan psoriasis.1,2,3,6
PENCEGAHAN
Terdapat kontroversi pengunaan antibiotik profilak pada pasien yang mendapat sendi
prostetik mengingat bahwa kejadian artritis septik pasca pemasangan sendi prostetik tidak
tinggi, apalagi juga membutuhkan biaya yang cukup mahal. Pengunaan antibiotik profilak
haruslah dipertimbangkan secara seksama keuntungan dan kerugianya. Pada tahun 2003
American Dental Association (ADA) dan the American Academy of Orthopedic Surgeons
(AAOS) mengadakan pertemuan membahas penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi
pada sendi prostetik. Hasil pertemuan tersebut merekomendasikan bahwa tidak dianjurkan
penggunaan antibiotik secara rutin. Penggunaan antibiotik dipertimbangkan pada sebagian
kasus yang mempunyai resiko tinggi pada penyakit gigi dan mulut, seperti keadaaan berikut.