You are on page 1of 13

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI

BELAJAR KIMIA SISWA

Fitria Kusuma Wardani1, Burhanudin Milama, M.Pd2, Luki Yunita, M.Pd3


Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta
fitriakusuma57@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between study habit with chemistry learning
achievement. The method used is correlation method. The subjects of this study were high
school students class X and XI who from SMAN 105 Jakarta, SMAN 64 Jakarta, SMA PKP
Jakarta, and SMA Bina Dharma Jakarta. Sample were taken by purposive sampling
technique and total students were 650 students with 329 male students and 321 female
students or 340 government school students and 310 private school students. The instruments
used were questionnaire adapted by Study Habits Inventory by Bakare and learning
achievement were taken from the mid score. Correlation technique used is rank spearman.
The results showed that: 1) correlation coefficient value was obtained for 0,244 which means
there is a significant relationship between the study habit with chemistry learning
achievement with categorized as low relationships, 2) male students have relation of study
habit with chemistry learning achievement higher than female students, with correlation
coefficient value of male students is 0,264 and female students is 0,223, and 3) private school
students have relation of study habit with chemistry learning achievement higher than
government school students, with correlation coefficient value of government school students
is 0,253 and private school students is 0,263.
Keywords: Study habit, Chemistry learning achievement, Student gender, Type schools

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
kimia siswa. Metode yang digunakan adalah korelasional. Subjek penelitian yaitu siswa SMA
kelas X dan XI di SMAN 105 Jakarta, SMAN 64 Jakarta, SMA PKP Jakarta, dan SMA Bina
Dharma Jakarta. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dan jumlah sampel yaitu
650 siswa, terdiri dari 329 siswa laki-laki dan 321 siswa perempuan atau 340 siswa di sekolah
negeri dan 310 siswa di sekolah swasta. Instrumen yang digunakan yaitu angket kebiasaan
belajar diadaptasi dari Study Habits Inventory by Bakare serta prestasi belajar kimia siswa
diambil dari nilai ulangan tengah semester. Teknik korelasi berupa rank spearman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) nilai koefisien korelasi siswa sebesar 0,244 yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar kimia
siswa dengan kategori hubungan yang rendah, 2) siswa laki-laki memiliki hubungan
kebiasaan belajar dengan prestasi belajar kimia yang lebih besar dibandingkan siswa
perempuan, dengan nilai koefisien korelasi siswa laki-laki sebesar 0,264 dan siswa
perempuan sebesar 0,223, dan 3) siswa di sekolah swasta memiliki hubungan kebiasaan
belajar dengan prestasi belajar kimia yang lebih besar dibandingkan siswa di sekolah negeri,
dengan nilai koefisien korelasi siswa di sekolah negeri sebesar 0,253 dan siswa di sekolah
swasta sebesar 0,263.
Kata Kunci: Kebiasaan belajar, Prestasi belajar kimia, Jenis kelamin siswa, Tipe sekola
h PENDAHULUAN
Prestasi belajar merupakan tujuan 2002, hlm. 246). Oleh karena itu, peran
pendidikan. Menurut Siahi dan Maiyo guru menjadi sangat penting dalam
(2015) hal utama dari upaya pendidikan membina kebiasaan belajar siswa untuk
adalah untuk melihat tercapainya prestasi
menunjang prestasinya.
pelajar. Seperti yang dikemukakan Chawla
(2016) prestasi mengacu pada derajat atau Tidak hanya guru, peran orang tua
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam sangat berpengaruh dalam pembentukan
belajar. Keberhasilan tersebut diukur dari kebiasaan belajar yang baik. Menurut
nilai siswa yang diberikan guru pada saat Sherafat dan Murthy (2016) orang tua
evaluasi dilaksanakan. bertanggung jawab dalam memahami
Faktor yang mempengaruhi prestasi pentingnya kebiasaan belajar dan
belajar menurut Sudjana (2011, hlm. 39) memantau anak-anak mereka dalam
yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, belajar. Namun peran orang tua dalam
sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, sosial pembentukan kebiasaan belajar kurang
ekonomi, faktor fisik dan psikis. maksimal. Hal ini senada dengan Sinaga
Kebiasaan belajar yaitu cara atau kegiatan (2018) yang menyatakan bahwa orang tua
siswa yang dilakukan secara teratur dan seringkali tidak maksimal menjalankan
berkesinambungan selama proses belajar perannya dalam membentuk dan
(Nurmalia dan Yusuf, 2016). menunjang belajar siswa, sehingga
Peneliti mengambil kebiasaan belajar mempengaruhi kebiasaan belajarnya.
sebagai variabel dalam penelitian karena Kebiasaan belajar tidak dapat dianggap
dari Gudaganavar dan Halayannavar remeh oleh siswa. Menurut Sherafat dan
(2014) muncul anggapan bahwa siswa Murthy (2016) adanya sinergi antara
yang giat belajar dapat gagal dalam sekolah, orang tua dan siswa diharapkan
berprestasi. Sedangkan yang lainnya menghasilkan sesuatu yang ideal berupa
kurang giat belajar tetapi mencapai prestasi akademik yang baik.
prestasi yang lebih. Padahal keberhasilan Pentingnya kebiasaan belajar untuk
setiap siswa pasti tergantung pada meningkatkan prestasi dibuktikan para ahli
kemampuan, kecerdasan dan usaha siswa. dengan melakukan riset tentang hubungan
Usaha siswa dapat tercermin dalam bentuk kebiasaan belajar dengan prestasi belajar.
kebiasaan belajar yang dimiliki. Lawrence Hasil penelitian Kalaivani dan Babu
(2014) menambahkan bahwa kebiasaan (2011) menemukan bahwa terdapat
belajar dapat membuat perbedaan besar hubungan yang signifikan antara kebiasaan
dalam penetapan tujuan dan kehidupan belajar dan prestasi kimia. Sejalan dengan
seseorang. Keberhasilan individu penelitian Chawla (2016) yaitu adanya
tergantung pada kebiasaan belajarnya hubungan positif antara prestasi kimia dan
Menurut Verma (2016) kebiasaan kebiasaan belajar.
belajar yang buruk seperti membolos, Pada penelitian ini, diteliti hubungan
tidak mengerjakan tugas yang diberikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
dan lain-lain menunjukkan bahwa siswa pada siswa laki-laki dan perempuan. Salah
bermasalah dalam belajar. satu topik penelitian dalam dunia
Ketidakmengertian siswa pada arti belajar pendidikan adalah permasalahan gender.
dapat menyebabkan kebiasaan belajar Permasalahan gender mengakibatkan
buruk yang berdampak pada keberhasilan perbedaan pola pikir dan sikap antara laki-
belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, laki maupun perempuan. Hal ini
mengindikasikan adanya perbedaan Stoneberg (2017) bahwa prestasi belajar
kebiasaan belajar diantara keduanya. kimia siswa SMA cenderung menurun dari
Berdasarkan penelitian Osa-Edoh dan tahun 2015 ke tahun 2016.
Alutu (2012) terdapat perbedaan yang Berdasarkan uraian di atas, peneliti
signifikan pada kebiasaan belajar siswa tertarik untuk melalukan penelitian dengan
laki-laki ataupun perempuan. Pada judul “Hubungan antara Kebiasaan Belajar
penelitian Ossai (2012) kebiasaan belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa”.
siswa perempuan lebih baik daripada laki- METODOLOGI PENELITIAN
laki. Sementara penelitian Gudaganavar Metode penelitian yang digunakan
dan Halayannavar (2014) kebiasaan yaitu metode korelasional yang bertujuan
belajar hanya berpengaruh positif terhadap untuk mencari kontribusi antara satu
hasil belajar pada siswa perempuan, tetapi variabel dengan variabel lain yaitu
tidak pada siswa laki-laki. kebiasaan belajar (variabel bebas) dengan
Selain itu, penelitian ini juga meneliti prestasi belajar kimia siswa (variabel
hubungan kebiasaan belajar dengan terikat). Analisis data menggunakan
prestasi belajar berdasarkan tipe sekolah. analisis kuantitatif.
Hal ini didasari penelitian Singh dan Penelitian dilakukan di empat
Mahipal (2015) adanya hubungan antara sekolah, terdiri dari dua sekolah negeri dan
prestasi belajar dan kebiasaan belajar dua sekolah swasta yaitu SMA Negeri 105
siswa yang bersekolah di sekolah swasta Jakarta, SMA Negeri 64 Jakarta, SMA
maupun di sekolah negeri. Sedangkan PKP Jakarta, dan SMA Bina Dharma
pada penelitian Kalaivani dan Babu (2011) Jakarta. Waktu penelitian pada bulan
tidak terdapat perbedaan antara siswa di Agustus hingga September di kelas X dan
sekolah negeri dan swasta terhadap XI jurusan IPA semester ganjil tahun
kebiasaan belajarnya. pelajaran 2017/2018.
Prestasi belajar yang diteliti yaitu Teknik pengumpulan data berupa
kimia. Kimia merupakan mata pelajaran angket kebiasaan belajar kimia dan data
yang dianggap sulit oleh sebagian siswa. dokumentasi berupa nilai Ujian Tengah
Sejalan dengan Ristiyani dan Bahriah Semester (UTS) kimia. Angket diadopsi
(2016) yang menyatakan bahwa materi dari Study Habits Inventory developed by
kimia berisi konsep abstrak, akibatnya Bakare. Angket berisi 36 pertanyaan dan
siswa sulit memahaminya. Hal ini disusun dengan skala likert berisi 4
mengakibatkan kurangnya minat siswa alternatif jawaban, yaitu selalu, sering,
terhadap mata pelajaran kimia. Sejalan kadang-kadang, dan tidak pernah.
dengan Sunyono, Suyanto dan Suyadi Teknik analisis data meliputi
(2009) dalam proses pembelajaran kimia deskripsi data, uji prasyarat dan uji
di beberapa sekolah terlihat kurang hipotesis dengan menggunakan SPSS versi
menarik, suasana kelas cenderung pasif. 22.0. Data yang diperoleh disajikan dalam
Akibatnya siswa kurang memiliki minat bentuk deskripsi data dari masing-masing
pada pelajaran kimia. Kurangnya minat variabel, selanjutnya diklasifikasi untuk
siswa terhadap kimia menyebabkan mengetahui tingkat kategori
kebiasaan belajar siswa kurang baik dan kecenderungan variabel. Uji prasyarat
berdampak pada prestasi belajar kimia berupa uji normalitas dengan teknik
yang belum maksimal. Sejalan dengan kolmogorov smirnov. Data yang tidak
berdistribusi normal dianalisis dengan sebagai indikator terkuat dalam kebiasaan
statistik nonparametris. Statistik belajar siswa. Adapun indikator teacher
nonparametris dalam uji korelasi dapat consultation sebagai indikator kebiasaan
berupa korelasi spearman rank. belajar terlemah dalam penelitian. Menurut
Ola dan Morakinyo (2009), concentration
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah kebiasaan siswa dalam menghindari
Hasil kebiasaan belajar siswa secara gangguan saat belajar, sedangkan teacher
umum dianalisis dengan tujuan consultation adalah aspek yang menilai
mengetahui kebiasaan belajar siswa pada kebiasaan siswa dalam berinteraksi dengan
sampel yang diteliti. Secara rinci dapat guru mengenai pembelajaran yang efektif.
dilihat pada Tabel 1 berikut. Concentration sebagai indikator terkuat
Tabel 1. Kebiasaan Belajar Kimia dalam kebiasaan belajar siswa dapat
Secara Umum disebabkan karena siswa termotivasi dan
Data Hasil memiliki kesadaran untuk bersungguh-
Jumlah Siswa 650 sungguh dalam belajar. Menurut Aziz dan
Nilai Tertinggi 137 Jenne (2017), motivasi merupakan salah
Nilai Terendah 61 satu variabel kunci dalam proses belajar
Mean 102,96 siswa. Ketika siswa memiliki motivasi
SD 12,320
yang tinggi dalam belajar, maka siswa
akan tekun belajar dan memusatkan
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
perhatiannya saat belajar. Sementara itu,
kebiasaan belajar kimia pada siswa secara
teacher consultation sebagai indikator
keseluruhan memiliki nilai rata-rata
kebiasaan belajar terlemah dalam
sebesar 102,96 termasuk kategori baik.
penelitian dapat disebabkan karena tidak
Indikator kebiasaan belajar dianalisis
adanya hubungan yang baik antara siswa
untuk mengetahui aspek kebiasaan belajar
dengan guru. Hubungan antara guru
terkuat dan terlemah yang dimiliki siswa.
dengan siswa diharapkan mampu
Gambaran indikator kebiasaan belajar
mengatasi berbagai masalah dalam belajar
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
dan dapat meningkatkan prestasi
Tabel 2. Indikator Kebiasaan Belajar
belajarnya. Menurut Ill (2010), prestasi
Kimia Secara Umum
belajar siswa dapat disebabkan adanya
Indikator Hasil
hubungan yang baik antara siswa dengan
Homework and assignments 12,94%
Time allocation 12,18% guru. Siswa dapat meminta saran kepada
Reading and note taking 12,03% guru mengenai kebiasaan belajar yang baik
Study Period Procedures 12,55% dan dapat berkonsultasi mengenai materi
Concentration 13,19% yang belum dipahami.
Written work 13,06% Sementara itu, kebiasaan belajar
Examination 12,20% berdasarkan gender dapat dilihat pada
Teacher consultation 11,85% Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kebiasaan Belajar Kimia
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
Berdasarkan Gender
indikator concentration memiliki nilai
Gender
tertinggi dibandingkan indikator lainnya. Data
Laki-laki Perempuan
Hal ini menunjukkan bahwa concentration Jumlah Siswa 329 321
Nilai Tertinggi 137 137 dikembangkan dengan memfasilitasi
Nilai Terendah 61 71 prestasi belajar siswa.
Mean 102,64 103,28 Indikator kebiasaan belajar dianalisis
SD 13,319 11,215 untuk mengetahui aspek kebiasaan belajar
terkuat dan terlemah yang dimiliki siswa
Pada Tabel 3 diketahui bahwa laki-laki dan perempuan. Gambaran lebih
kebiasaan belajar kimia pada siswa laki- jelas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
laki lebih rendah daripada perempuan. Tabel 4. Indikator Kebiasaan Belajar
Sejalan dengan Ossai (2012) yaitu Kimia Berdasarkan Gender
kebiasaan belajar siswa perempuan lebih
Laki-
baik daripada laki-laki, siswa perempuan Indikator Perempuan
laki
lebih baik dalam penjadwalan, konsentrasi, Homework and
mendengarkan, mencatat dan membaca. 12,87% 13%
assignments
Pada Tabel 3 kebiasaan belajar kimia Time allocation 12,25% 12,12%
pada siswa laki-laki dan perempuan Reading and
12,10% 11,96%
dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan note taking
masing-masing individu baik itu siswa Study Period
12,59% 12,50%
laki-laki maupun perempuan memiliki Procedures
kelebihan dan kekurangan terkait aspek Concentration 13,15% 13,25%
kebiasaan belajar yang dimiliki. Seperti Written work 12,88% 13,22%
penelitian Sahni (2016) menunjukkan Examination 12,46% 12,14%
Teacher
bahwa siswa perempuan cenderung lebih 11,70% 11,81%
consultation
baik dalam hal konsentrasi, recording
(rekaman) dan drilling (latihan). Adapun
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
siswa laki-laki lebih baik dalam
indikator concentration memiliki nilai
comprehension (pemahaman), task
tertinggi dibandingkan indikator lainnya,
orientation (penugasan) dan supports
baik untuk siswa laki-laki maupun
(dukungan).
perempuan. Namun, konsentrasi siswa
Dalam penelitian ini, terdapat satu
perempuan lebih baik dibandingkan laki-
siswa laki-laki yang dikategorikan
laki. Hal ini sejalan dengan penelitian
memiliki kebiasaan belajar kimia kurang
Sahni (2016) yang menyatakan bahwa
baik atau buruk. Menurut Verma (2016)
siswa perempuan relatif lebih mudah
kebiasaan belajar yang buruk dapat
berkonsentrasi dalam jangka waktu yang
dipengaruhi oleh campur tangan dari luar
lama sehingga dapat berlatih secara terus
seperti lingkungan, pendidik maupun
menerus dan mampu mempersiapkan
sarana prasarana yang dimiliki. Oleh
catatan yang baik. Sementara itu, indikator
karena itu dibutuhkan upaya dari berbagai
teacher consultation sebagai indikator
pihak untuk dapat meningkatkan kebiasaan
terlemah pada siswa laki-laki dan
belajar siswa. Seperti yang dinyatakan
perempuan, tetapi indikator teacher
Chawla (2016) bahwa dibutuhkan peran
consultation pada perempuan lebih baik
guru dan orang tua untuk mengadopsi
dibandingkan laki-laki. Lemahnya
metode baru dan inovatif pengajaran
indikator teacher consultation dapat
dimana kebiasaan belajar dapat
disebabkan siswa masih ragu-ragu untuk
meminta bantuan dan penjelasan dari guru
terkait materi-materi yang belum dipahami (2015), kebiasaan belajar berkontribusi
siswa. Padahal peran guru sangat penting penting bagi prestasi belajar siswa.
dalam meningkatkan kebiasaan belajar Gambaran lebih jelas mengenai
siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Razia indikator kebiasaan belajar yang dimiliki
(2015) juga menambahkan bahwa guru siswa di sekolah negeri dan swasta dapat
memainkan peran penting dalam dilihat pada Tabel 6 berikut.
mengidentifikasi siswa yang kurang dalam Tabel 6. Indikator Kebiasaan Belajar
belajar dan memotivasi mereka untuk Kimia Berdasarkan Tipe Sekolah
mengadopsi kebiasaan belajar yang baik.
Sekolah Sekolah
Adapun kebiasaan belajar kimia Indikator
Negeri Swasta
berdasarkan tipe sekolah dapat dilihat pada Homework and
Tabel 5 berikut. 12,45% 13%
assignments
Tabel 5. Kebiasaan Belajar Kimia Time allocation 12,12% 12,25%
Berdasarkan Tipe Sekolah Reading and note
12,11% 12,20%
Tipe Sekolah taking
Data Sekolah Sekolah Study Period
12,56% 12,54%
Negeri Swasta Procedures
Jumlah Siswa 340 310 Concentration 13,38% 13,33%
Nilai Tertinggi 129 137 Written work 13,06% 12,71%
Nilai Terendah 61 68 Examination 12,36% 12,03%
Mean 103,01 102,90 Teacher
SD 12,191 12,479 11,96% 11,94%
consultation

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa


kebiasaan belajar kimia pada siswa di concentration sebagai indikator terkuat
sekolah negeri lebih baik daripada swasta. dalam kebiasaan belajar siswa. Namun,
Sejalan dengan penelitian Lawrence nilai concentration pada siswa di sekolah
(2014) yang menyatakan bahwa siswa di negeri lebih besar daripada sekolah swasta.
sekolah negeri memiliki tingkat kebiasaan Adapun indikator teacher consultation
belajar yang paling tinggi dibandingkan sebagai indikator terlemah pada siswa di
dengan siswa di sekolah lain. Hal ini dapat sekolah negeri dan swasta. Indikator
disebabkan adanya perbedaan karakteristik teacher consultation pada siswa di sekolah
guru sekolah negeri dengan swasta. negeri lebih besar dibandingkan siswa di
Menurut Sherafat dan Murthy (2016) guru sekolah swasta. Hal ini dapat disebabkan
memiliki peran dalam membimbing siswa karena adanya perbedaaan karakteristik
untuk memahami dan mengembangkan pada sekolah negeri maupun swasta,
kebiasaan belajar yang diinginkan. misalnya dalam kriteria guru di sekolah.
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa Guru di sekolah negeri terbilang cukup
nilai rata-rata kebiasaan belajar siswa di berpengalaman dibandingkan dengan guru
sekolah negeri dan swasta dikategorikan di sekolah swasta. Pada penelitian Sherafat
baik. Menurut Ningtyas, Kuswana, dan dan Murthy (2016), guru memiliki peran
Permana (2015), siswa dengan kebiasaan dalam membimbing siswa untuk
belajar yang baik akan bertanggung jawab memahami dan mengembangkan
dalam mengerjakan tugasnya untuk kebiasaan belajar yang diinginkan.
mencapai prestasi belajar. Menurut Thakor
Prestasi belajar kimia siswa secara frekuensi membaca pada siswa laki-laki
umum disajikan pada Tabel 7 berikut. dapat menjadi salah satu penyebab prestasi
belajar kimia pada siswa laki-laki lebih
Tabel 7. Prestasi Belajar Kimia Siswa kecil daripada perempuan. Menurut Lana,
Secara Umum dkk (2014) bahwa siswa perempuan
menghabiskan lebih banyak waktu untuk
Data Hasil
Jumlah Siswa 650 membaca dibandingkan siswa laki-laki.
Nilai Tertinggi 96 Pada Tabel 8 prestasi belajar kimia
Nilai Terendah 10 siswa laki-laki dan perempuan
Mean 62,20 dikategorikan baik dan tidak terlampau
SD 18,076 berbeda. Sejalan dengan Kalaivani dan
Babu (2011), tidak terdapat perbedaan
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa signifikan pada siswa laki-laki dan
prestasi belajar kimia pada siswa secara perempuan terhadap prestasi kimia.
keseluruhan memiliki nilai rata-rata Prestasi belajar kimia berdasarkan
sebesar 62,20 termasuk kategori baik. tipe sekolah dapat dilihat pada Tabel 9.
Prestasi belajar kimia berdasarkan Tabel 9. Prestasi Belajar Kimia
gender disajikan pada Tabel 8 berikut. Berdasarkan Tipe Sekolah
Tabel 8. Prestasi Belajar Kimia Tipe Sekolah
Berdasarkan Gender Data Sekolah Sekolah
Gender Negeri Swasta
Data
Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa 340 310
Jumlah Siswa 329 321 Nilai Tertinggi 96 96
Nilai Tertinggi 92 96 Nilai Terendah 16 10
Nilai Terendah 10 16 Mean 66,75 57,22
Mean 60,95 63,49 SD 15,771 19,123
SD 17,932 18,159
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa prestasi belajar kimia pada siswa di
prestasi belajar kimia pada siswa sekolah negeri lebih baik daripada swasta.
perempuan lebih besar daripada laki-laki, Berbeda dengan hasil penelitian ini,
senada dengan kebiasaan belajarnya. penelitian Dixit dan Garg (2017) yang
Menurut Ossai (2012) kebiasaan belajar dilaksanakan di India menunjukkan bahwa
sebagai variabel yang bertanggung jawab siswa sekolah swasta memiliki prestasi
untuk prestasi belajar. Oleh karena itu, akademik yang lebih tinggi daripada siswa
perbedaan prestasi belajar kimia pada sekolah negeri.
siswa laki-laki dan perempuan dapat Pada Tabel 9 nilai rata-rata prestasi
disebabkan perbedaan aspek-aspek belajar kimia siswa sekolah negeri dan
kebiasaan belajar yang dimiliki siswa. swasta dikategorikan baik dan selisihnya
Salah satu aspek kebiasaan belajar tidak terlampau berbeda. Sejalan dengan
yang mempengaruhi prestasi adalah penelitian Olasehinde dan Olatoye (2014)
membaca. Menurut Ameyaw dan Anto yaitu tidak terdapat perbedaan, baik siswa
(2017) membaca berperan penting dalam di sekolah negeri dan swasta terkait
semua tingkat akademik. Rendahnya prestasi biologi dan kimia.
Selanjutnya hubungan kebiasan bahan pelajaran yang baik akan
belajar dengan prestasi belajar kimia siswa meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal
disajikan pada Tabel 10 berikut. ini diperkuat dengan Achyanadia (2013)
Tabel 10. Uji Korelasi X dan Y pada yang menyatakan bahwa kebiasaan belajar
Siswa Secara Umum erat kaitannya dengan cara belajar yang
Data Hasil efektif dan disiplin waktu dalam
Jumlah Sampel (N) 650 menyelesaikan tugas, sehingga siswa yang
α 0,01 memiliki kebiasaan belajar yang baik
Sig. (1-tailed) 0,000 dapat menyelesaikan tugas dengan tepat
Correlation waktu dan lebih mudah memahami materi
0,244
Coefficient pelajaran yang dipelajari.
Terdapat Menurut penelitian yang dilakukan
Kesimpulan hubungan Sherafat dan Murthy (2016) kebiasaan
antara X dan Y belajar mempengaruhi prestasi akademik
Berdasarkan Tabel 10 diketahui nilai
siswa. Hal ini menyiratkan bahwa sekolah
Sig.1-tailed sebesar 0,000 lebih kecil dari
dan orang tua harus memperhatikan
alpha, sehingga H0 ditolak yang
kebiasaan belajar siswa demi tercapainya
menunjukkan terdapat hubungan yang
keberhasilan belajar. Menurut penelitian
signifikan antara variabel kebiasaan
Rosyadi (2016) siswa yang memiliki
belajar dan prestasi belajar kimia pada
kebiasaan belajar yang baik pada
siswa secara umum. Sejalan dengan
umumnya dibesarkan oleh keluarga
penelitian Kalaivani & Babu (2011) yang
dengan kebiasaan belajar yang baik pula.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Kebiasaan belajar yang baik juga dapat
yang signifikan antara kebiasaan belajar
tumbuh pada lingkungan sekolah kondusif.
dan prestasi kimia. Kebiasaan belajar
Menurut penelitian Hidayati (2016) orang
berperan penting bagi keberhasilan belajar
tua dan guru berperan dalam pembentukan
siswa. Penelitian sejenis yang dilakukan
kebiasaan belajar. Namun faktor
Siahi dan Maiyo (2015) mengemukakan
pendorong pembentukan kebiasaan belajar
bahwa kebiasaan belajar dibutuhkan untuk
yang baik tidak hanya berasal dari faktor
meningkatkan prestasi. Hal ini karena
luar saja, tetapi juga harus diupayakan dari
siswa dengan kebiasaan belajar yang baik
dalam diri siswa sendiri. Siswa seharusnya
akan tekun dan rajin belajar, sehingga
memiliki kesadaran untuk memperbaiki
siswa lebih mudah untuk memahami
kebiasaan belajarnya yang kurang baik.
pelajaran dan meningkatkan prestasinya. Hubungan kebiasaan belajar dan
Penelitian Rosyida, Utaya dan
prestasi belajar kimia siswa laki-laki dan
Budijanto (2016) menyatakan bahwa
perempuan disajikan pada Tabel 11.
kebiasaan belajar yang baik seperti Tabel 11. Uji Korelasi X dan Y
pembuatan jadwal belajar yang Berdasarkan Gender
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan
dapat membawa pengaruh positif bagi Data Laki-laki Perempuan
siswa. Siswa akan lebih optimal dalam Jumlah
329 321
mengulangi bahan pelajaran, sehingga Sampel (N)
siswa dapat memahami dan menguasai α 0,01 0,01
pelajaran yang diajarkan. Penguasaan Sig. (1-
0,000 0,000
tailed)
Correlatio prestasi belajar siswa laki-laki. Perbedaan
n 0,264 0,223 hasil penelitian dapat disebabkan beberapa
Coefficient faktor, diantaranya perbedaan budaya dan
Terdapat Terdapat pola asuh di tiap negara yang
Kesimpul- hubungan hubungan mengakibatkan pola berpikir dan perilaku
an antara X antara X yang berbeda. Sejalan dengan Ogan (2015)
dan Y dan Y yaitu kondisi pendidikan anak perempuan
dan laki-laki merupakan masalah gender
Berdasarkan tabel diketahui bahwa yang penting. Hal ini mengakibatkan
kebiasaan belajar dan prestasi belajar perbedaan kebiasaan belajar dan prestasi
kimia pada siswa laki-laki dan perempuan belajar siswa di tiap negara.
memiliki hubungan yang signifikan antara Hubungan kebiasaan belajar dan
kedua variabel yaitu kebiasaan belajar dan prestasi belajar kimia pada siswa di
prestasi belajar kimia siswa Sejalan sekolah negeri dan swasta dapat dilihat
dengan penelitian Singh dan Mahipal pada Tabel 12 berikut.
(2015) yang menyatakan bahwa ada Tabel 12. Uji Korelasi X dan Y
hubungan yang signifikan antara prestasi Berdasarkan Tipe Sekolah
belajar dan kebiasaan belajar pada siswa Sekolah Sekolah
laki-laki dan perempuan. Menurut Data
Negeri Swasta
penelitian Ehiozuwa dan Anaso (2013) Jumlah
340 310
yaitu siswa yang memiliki kebiasaan Sampel (N)
belajar yang baik maka prestasi α 0,01 0,01
akademiknya juga baik, begitupun dengan Sig. (1-
0,000 0,000
siswa yang memiliki kebiasaan belajar tailed)
yang buruk maka prestasi akademiknya Correlatio
juga buruk. Dari hasil penelitian ini n 0,253 0,263
membuktikan bahwa kebiasaan belajar Coefficient
memiliki peran yang cukup penting dalam Terdapat Terdapat
prestasi belajar siswa. Sesuai dengan Kesimpul- hubungan hubungan
penelitian Gudaganavar dan Halayannavar an antara X antara X
(2014) bahwa kebiasaan belajar dan Y dan Y
memainkan peran penting dalam
Berdasarkan Tabel 12 diketahui
kehidupan siswa. Keberhasilan atau
bahwa nilai sig pada sekolah negeri dan
kegagalan dari setiap siswa tergantung
swasta sebesar 0,000 sehingga dapat
pada kebiasaan belajar.
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Nilai koefisien korelasi pada siswa
yang signifikan antara kebiasaan belajar
laki-laki sedikit lebih besar dibandingkan
dan prestasi belajar kimia pada siswa di
dengan perempuan. Berbeda dengan
sekolah negeri dan swasta. Senada dengan
penelitian Gudaganavar dan Halayannavar
penelitian Singh dan Mahipal (2015) yaitu
(2014) di India menunjukkan ada
terdapat hubungan yang signifikan antara
hubungan yang signifikan antara kebiasaan
prestasi belajar dan kebiasaan belajar pada
belajar dan prestasi belajar siswa
siswa yang bersekolah di sekolah negeri
perempuan, sedangkan tidak terdapat
dan siswa di sekolah swasta. Menurut
hubungan antara kebiasaan belajar dan
penelitian Chand (2013) siswa sekolah sekolah swasta berfungsi lebih baik
negeri lebih baik dalam pekerjaan rumah dibanding sekolah negeri.
dan rencana pembelajaran, sedangkan
siswa yang bersekolah di sekolah swasta KESIMPULAN
lebih baik dalam persiapan menjelang Berdasarkan hasil penelitian yang
ujian. didapat, maka dapat disimpulkan bahwa:
Nilai koefisien korelasi pada siswa di 1) nilai koefisien korelasi siswa sebesar 0,244
sekolah swasta sedikit lebih besar yang berarti terdapat hubungan yang
dibandingkan dengan sekolah negeri. signifikan antara kebiasaan belajar dengan
Berbeda dengan penelitian Olatoye (2009) prestasi belajar kimia siswa dengan kategori
yang menunjukkan bahwa kebiasaan hubungan yang rendah, 2) siswa laki-laki
belajar sebagai prediktor terhadap prestasi memiliki hubungan kebiasaan belajar dengan
sains siswa di sekolah negeri maupun prestasi belajar kimia yang lebih besar
dibandingkan siswa perempuan, dengan nilai
swasta, namun terdapat pengaruh yang
koefisien korelasi siswa laki-laki sebesar 0,264
lebih besar pada kebiasaan belajar dan
dan siswa perempuan sebesar 0,223, dan 3)
prestasi siswa di sekolah negeri siswa di sekolah swasta memiliki hubungan
dibandingkan siswa di sekolah swasta. kebiasaan belajar dengan prestasi belajar kimia
Menurut Olatoye (2009) di Nigeria banyak yang lebih besar dibandingkan siswa di
orang yang memilih menyekolahkan sekolah negeri, dengan nilai koefisien korelasi
anaknya di sekolah swasta karena siswa di sekolah negeri sebesar 0,253 dan
menganggap pola pengajaran di sekolah siswa di sekolah swasta sebesar 0,263.
swasta lebih baik, sehingga siswa di
sekolah swasta menunjukkan hasil yang SARAN
Peneliti memberi beberapa saran yaitu:
lebih baik dibandingkan sekolah negeri.
1) Guru hendaknya mengarahkan siswa-
Siswa di sekolah negeri maupun
siswi untuk membiasakan diri melakukan
swasta memiliki kriteria hubungan
hal-hal yang baik dalam belajar sehingga
kebiasaan belajar dan prestasi belajar
tertanam menjadi sebuah kebiasaan belajar
kimia pada kategori rendah. Hal ini
yang mampu meningkatkan prestasi
menunjukkan bahwa kebiasaan belajar
belajar kimia siswa, 2) Orang tua harus
bukanlah satu-satunya faktor yang
memantau kebiasaan belajar siswa untuk
menunjang prestasi belajar kimia siswa.
mencapai prestasi belajar kimia yang baik,
Menurut Olatoye (2009) prestasi sains
3) Pihak sekolah hendaknya menciptakan
tidak dapat berdiri sendiri. Dari berbagai
lingkungan sekolah yang kondusif dan
literatur beberapa variabel seperti
meningkatkan sarana prasana sekolah yang
keterampilan belajar dan konsep diri
dapat menumbuhkan kebiasaan belajar
mempengaruhi prestasi siswa di sekolah.
yang baik demi menunjang prestasi belajar
Sementara menurut penelitian Kansal,
kimia, dan 4) Siswa hendaknya memiliki
Baliga, Mallapur dan Katti (2015) sekolah
kemauan untuk menerapkan kebiasaan
swasta memberikan pelayanan yang lebih
belajar yang baik dalam proses belajar.
baik seperti keamanan dan transportasi,
berventilasi baik dan penerangan ruang
kelas yang cukup, serta dapur sekolah
yang tersedia lebih banyak dibandingkan
sekolah negeri. Sistem yang berlaku di DAFTAR PUSTAKA
Achyanadia, S. (2013). Hubungan Dixit, A. K., & Garg, N. (2017). A
Kebiasaan Belajar dan Motivasi Comparative Study of Government
Belajar dengan Hasil Belajar IPA and Private School Students on Their
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Academic Achievement and
Ciseeng. Jurnal Teknologi Academic Adjustment. International
Pendidikan, 2 (2), 1-14. Journal of Humanities, Arts,
Medicine and Sciences, 5(04), 55-60.
Ameyaw, S., & Anto, S. K. (2017). Gender
Variation in Reading Habits in Ehiozuwa, A. O., & Anaso, J. N. (2013).
Schools in Moland: A Case Study of Assessment of Study Habits of
Asantekwaa S.D. A. Junior High Senior Secondary School Science
School. European Journal of Students in North West Zone of
Education Studies, 3(5), 688-704. Nigeria. International Journal of
Current Research, 5(11), 3435-3444.
Aziz Bin Nordin dan Jenne Lee Ling
Huey. (2017). Motivational Factors Gudaganavar, N. V., & Halayannavar, R.
in Learning Chemistry Among B. (2014). Influence of Study Habits
Chinese National Type Secodary on Academic Performance of Higher
School Students on Negeri Sembilan. Primary School Students.
Jurnal Fakulti Pendidikan, International Journal of Science and
Universiti Teknologi Malaysia. Research, 3(2), 277-280.

Chand, S. (2013). Study Habits of Hidayati, A. K. (2016). Hubungan


Secondary School Students in Kebiasaan Belajar dengan Hasil
Relation to Type of School and Type Belajar Siswa Kelas IV SD Se-
of Family. International Journal of Gugus II Piyungan. Jurnal
Social Science & Interdisciplinary Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Research, 2(7), 90-96. 31(5), 2895-2906.

Charles-Ogan, G. (2015). Gender Kalaivani, S., & Babu, R. (2011). Higher


Influences on Study Habits of Secondary Students Achievement in
Mathematics Students’ Achievement. Chemistry Relation to Their Study
International Journal of Academic Habits. International Journal of
Research and Reflection, 3(7), 24-28. Current Research, 3(10), 218-220.

Chawla, J. (2016). Achievement in Lana, A., Abulaban, A. B., Algethami, A,.


Chemistry of IX Graders in Relation Baghlaf, S., Abushanab, J., Merdad,
to Study Habits. International A., & Abulaban, A. (2014).
Education & Research Journal, 2(1), Differences in Studying Habits
15-18. between Male and Female Medical
Students of King Abdulaziz
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan University (KAU), Jeddah, Saudi
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Arabia. Egyptian Dental Journal,
Cipta. 60(2), 1687-1693.
Lawrence, A. S. A. (2014). Relationship Implication for Counselling. Current
Between Study Habits and Academic Research Journal of Social Sciences,
Achievement of Higher Secondary 4(3), 228-234.
School Students. Indian Journal of
Applied Research, 4(6), 143-145. Ossai, M. C. (2012). Age and Gender
Differences in Study Habits: A
Ningtyas, S. A., Kuswana, W. S., & Framework for Proactive
Permana, T. (2015). Hubungan Counselling Against Low Academic
antara Kebiasaan Belajar dengan Achievement. Journal of
Hasil Belajar Sistem Pengapian. Educational and Social Research,
Journal of Mechanical Engineering 2(3), 67-73.
Education, 2(1), 130-135.
Razia, B. (2015). Study Habits of
Nurmalia, & Yusuf, S. (2016). Pengaruh Secondary School Students in
Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Relation to Their Socio-Economic
Hasil Belajar Siswa di Madrasah Status and Gender. International
Aliah Negeri (MAN) Kreueng Journal of Social Sciences and
Geukueh Kabupaten Aceh Utara. Management, 2(1), 68-73.
Jurnal Sains Ekonomi dan Edukasi,
4(1), 58-67. Ristiyani, E., & Bahriah, E. S. (2016).
Analisis Kesulitan Belajar Kimia
Ola, B. A., & Morakinyo, O. (2009). Study Siswa di SMAN X Kota Tangerang
Habits among Nigerian Secondary Selatan. Jurnal Penelitian dan
School Students with Brain Fag Pembelajaran IPA, 2(1), 18-29.
Syndrome. Mental Illness, 2(2), 6-
10. Rosyadi. (2016). Pengaruh Motivasi dan
Kebiasaan Belajar Siswa terhadap
Olasehinde, K. J., & Olatoye R. A. (2014). Hasil Belajar Matematika. Jurnal
A Comparative Study of Public and Matematika dan Pendidikan
Private Senior Secondary School Matematika, 1 (2), 149-162.
Students’ Science Achievement in
Katsina State, Nigeria. Journal of Rosyida, F., Utaya, S., & Budijanto.
Educational and Social Research, (2016). Pengaruh Kebiasaan Belajar
4(3), 203-207. dan Self-Efficacy terhadap Hasil
Belajar Geografi di SMA. Jurnal
Olatoye, R. A. (2009). Study Habit, Self- Pendidikan Geografi, 21(2), 17-28.
Concept and Science Achievement of
Public and Private Junior Secondary Sahni, M. (2016). Study Habits of College
School Students in Ogun State, Students: Differences with Respect
Nigeria. African Research Review an to Gender and Academic Stream.
International Multi-Disciplinary Education India Journal: A
Journal, Ethiopia, 3(4), 492-506. Quarterly Refereed Journal of
Dialogues on Education, 5(4), 122-
Osa-Edoh, G. I., & Alutu A. N. G. (2012). 132.
A Survey of Students Study Habits in
Selected Secondary Schools:
Saputro, M., Ardiawan, Y., & Fitriawan, SMA Kelas X di Propinsi Lampung.
D. (2015). Faktor-Faktor yang Journal Pendidikan MIPA, 10(2), 9-
Mempengaruhi Prestasi Belajar 18.
(Studi Korelasi pada Mahasiswa
Pendidikan Matematika IKIP PGRI Thakor, I. D. (2015). Impact of Gender
Pontianak). Jurnal Pendidikan and Faculty on Study Habits and
Informatika dan Sains, 4(2), 233- Attitudes of College Students. The
246. International Journal of Indian
Psychology, 2(3), 102-105.
Sherafat, R., & Murthy, C. G. V. (2016). A
Study of Study Habits and Academic Verma, A. (2016). A Study of Academic
Achievement Among Secondary and Achievement among High School
Senior Secondary School Students of Students in Relation to Their Study
Mysore City. The International Habits. Impact: International
Journal of Indian Psychology, 3(2), Journal of Research in Humanities,
161-170. Arts and Literature, 4(3), 75-88.

Siahi, E. A., & Maiyo, J. K. (2015). Study


of the Relationship Between Study
Habits and Academic Achievement
of Students: A Case of Spicer Higher
Secondary School, India.
International Journal of Educational
Administration and Policy Studies,
7(7), 134-141.

Sinaga, J. D. (2018). Tingkat Dukungan


Orang Tua terhadap Belajar Siswa.
Indonesain Journal of Educational
Counseling, 2 (1), 43-54.

Singh, B., & Mahipal. (2015). Academic


Achievement of Secondary School
Students in Relation to Their Study
Habits. Bhartiyam International
Journal Of Education & Research,
4(3), 7-13.

Stoneberg, B. D. (2017). Biology and


Chemistry Achievement in Idaho
High Schools, 2015 to 2017. K-12
Research Idaho, 1-9.

Sunyono, I. W. W., Suyanto, E., & Suyadi,


G. (2009). Identifikasi Masalah
Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia

You might also like