Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Kebiasaan Belajar
Jurnal Kebiasaan Belajar
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between study habit with chemistry learning
achievement. The method used is correlation method. The subjects of this study were high
school students class X and XI who from SMAN 105 Jakarta, SMAN 64 Jakarta, SMA PKP
Jakarta, and SMA Bina Dharma Jakarta. Sample were taken by purposive sampling
technique and total students were 650 students with 329 male students and 321 female
students or 340 government school students and 310 private school students. The instruments
used were questionnaire adapted by Study Habits Inventory by Bakare and learning
achievement were taken from the mid score. Correlation technique used is rank spearman.
The results showed that: 1) correlation coefficient value was obtained for 0,244 which means
there is a significant relationship between the study habit with chemistry learning
achievement with categorized as low relationships, 2) male students have relation of study
habit with chemistry learning achievement higher than female students, with correlation
coefficient value of male students is 0,264 and female students is 0,223, and 3) private school
students have relation of study habit with chemistry learning achievement higher than
government school students, with correlation coefficient value of government school students
is 0,253 and private school students is 0,263.
Keywords: Study habit, Chemistry learning achievement, Student gender, Type schools
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
kimia siswa. Metode yang digunakan adalah korelasional. Subjek penelitian yaitu siswa SMA
kelas X dan XI di SMAN 105 Jakarta, SMAN 64 Jakarta, SMA PKP Jakarta, dan SMA Bina
Dharma Jakarta. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dan jumlah sampel yaitu
650 siswa, terdiri dari 329 siswa laki-laki dan 321 siswa perempuan atau 340 siswa di sekolah
negeri dan 310 siswa di sekolah swasta. Instrumen yang digunakan yaitu angket kebiasaan
belajar diadaptasi dari Study Habits Inventory by Bakare serta prestasi belajar kimia siswa
diambil dari nilai ulangan tengah semester. Teknik korelasi berupa rank spearman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) nilai koefisien korelasi siswa sebesar 0,244 yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar kimia
siswa dengan kategori hubungan yang rendah, 2) siswa laki-laki memiliki hubungan
kebiasaan belajar dengan prestasi belajar kimia yang lebih besar dibandingkan siswa
perempuan, dengan nilai koefisien korelasi siswa laki-laki sebesar 0,264 dan siswa
perempuan sebesar 0,223, dan 3) siswa di sekolah swasta memiliki hubungan kebiasaan
belajar dengan prestasi belajar kimia yang lebih besar dibandingkan siswa di sekolah negeri,
dengan nilai koefisien korelasi siswa di sekolah negeri sebesar 0,253 dan siswa di sekolah
swasta sebesar 0,263.
Kata Kunci: Kebiasaan belajar, Prestasi belajar kimia, Jenis kelamin siswa, Tipe sekola
h PENDAHULUAN
Prestasi belajar merupakan tujuan 2002, hlm. 246). Oleh karena itu, peran
pendidikan. Menurut Siahi dan Maiyo guru menjadi sangat penting dalam
(2015) hal utama dari upaya pendidikan membina kebiasaan belajar siswa untuk
adalah untuk melihat tercapainya prestasi
menunjang prestasinya.
pelajar. Seperti yang dikemukakan Chawla
(2016) prestasi mengacu pada derajat atau Tidak hanya guru, peran orang tua
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam sangat berpengaruh dalam pembentukan
belajar. Keberhasilan tersebut diukur dari kebiasaan belajar yang baik. Menurut
nilai siswa yang diberikan guru pada saat Sherafat dan Murthy (2016) orang tua
evaluasi dilaksanakan. bertanggung jawab dalam memahami
Faktor yang mempengaruhi prestasi pentingnya kebiasaan belajar dan
belajar menurut Sudjana (2011, hlm. 39) memantau anak-anak mereka dalam
yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, belajar. Namun peran orang tua dalam
sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, sosial pembentukan kebiasaan belajar kurang
ekonomi, faktor fisik dan psikis. maksimal. Hal ini senada dengan Sinaga
Kebiasaan belajar yaitu cara atau kegiatan (2018) yang menyatakan bahwa orang tua
siswa yang dilakukan secara teratur dan seringkali tidak maksimal menjalankan
berkesinambungan selama proses belajar perannya dalam membentuk dan
(Nurmalia dan Yusuf, 2016). menunjang belajar siswa, sehingga
Peneliti mengambil kebiasaan belajar mempengaruhi kebiasaan belajarnya.
sebagai variabel dalam penelitian karena Kebiasaan belajar tidak dapat dianggap
dari Gudaganavar dan Halayannavar remeh oleh siswa. Menurut Sherafat dan
(2014) muncul anggapan bahwa siswa Murthy (2016) adanya sinergi antara
yang giat belajar dapat gagal dalam sekolah, orang tua dan siswa diharapkan
berprestasi. Sedangkan yang lainnya menghasilkan sesuatu yang ideal berupa
kurang giat belajar tetapi mencapai prestasi akademik yang baik.
prestasi yang lebih. Padahal keberhasilan Pentingnya kebiasaan belajar untuk
setiap siswa pasti tergantung pada meningkatkan prestasi dibuktikan para ahli
kemampuan, kecerdasan dan usaha siswa. dengan melakukan riset tentang hubungan
Usaha siswa dapat tercermin dalam bentuk kebiasaan belajar dengan prestasi belajar.
kebiasaan belajar yang dimiliki. Lawrence Hasil penelitian Kalaivani dan Babu
(2014) menambahkan bahwa kebiasaan (2011) menemukan bahwa terdapat
belajar dapat membuat perbedaan besar hubungan yang signifikan antara kebiasaan
dalam penetapan tujuan dan kehidupan belajar dan prestasi kimia. Sejalan dengan
seseorang. Keberhasilan individu penelitian Chawla (2016) yaitu adanya
tergantung pada kebiasaan belajarnya hubungan positif antara prestasi kimia dan
Menurut Verma (2016) kebiasaan kebiasaan belajar.
belajar yang buruk seperti membolos, Pada penelitian ini, diteliti hubungan
tidak mengerjakan tugas yang diberikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
dan lain-lain menunjukkan bahwa siswa pada siswa laki-laki dan perempuan. Salah
bermasalah dalam belajar. satu topik penelitian dalam dunia
Ketidakmengertian siswa pada arti belajar pendidikan adalah permasalahan gender.
dapat menyebabkan kebiasaan belajar Permasalahan gender mengakibatkan
buruk yang berdampak pada keberhasilan perbedaan pola pikir dan sikap antara laki-
belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, laki maupun perempuan. Hal ini
mengindikasikan adanya perbedaan Stoneberg (2017) bahwa prestasi belajar
kebiasaan belajar diantara keduanya. kimia siswa SMA cenderung menurun dari
Berdasarkan penelitian Osa-Edoh dan tahun 2015 ke tahun 2016.
Alutu (2012) terdapat perbedaan yang Berdasarkan uraian di atas, peneliti
signifikan pada kebiasaan belajar siswa tertarik untuk melalukan penelitian dengan
laki-laki ataupun perempuan. Pada judul “Hubungan antara Kebiasaan Belajar
penelitian Ossai (2012) kebiasaan belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa”.
siswa perempuan lebih baik daripada laki- METODOLOGI PENELITIAN
laki. Sementara penelitian Gudaganavar Metode penelitian yang digunakan
dan Halayannavar (2014) kebiasaan yaitu metode korelasional yang bertujuan
belajar hanya berpengaruh positif terhadap untuk mencari kontribusi antara satu
hasil belajar pada siswa perempuan, tetapi variabel dengan variabel lain yaitu
tidak pada siswa laki-laki. kebiasaan belajar (variabel bebas) dengan
Selain itu, penelitian ini juga meneliti prestasi belajar kimia siswa (variabel
hubungan kebiasaan belajar dengan terikat). Analisis data menggunakan
prestasi belajar berdasarkan tipe sekolah. analisis kuantitatif.
Hal ini didasari penelitian Singh dan Penelitian dilakukan di empat
Mahipal (2015) adanya hubungan antara sekolah, terdiri dari dua sekolah negeri dan
prestasi belajar dan kebiasaan belajar dua sekolah swasta yaitu SMA Negeri 105
siswa yang bersekolah di sekolah swasta Jakarta, SMA Negeri 64 Jakarta, SMA
maupun di sekolah negeri. Sedangkan PKP Jakarta, dan SMA Bina Dharma
pada penelitian Kalaivani dan Babu (2011) Jakarta. Waktu penelitian pada bulan
tidak terdapat perbedaan antara siswa di Agustus hingga September di kelas X dan
sekolah negeri dan swasta terhadap XI jurusan IPA semester ganjil tahun
kebiasaan belajarnya. pelajaran 2017/2018.
Prestasi belajar yang diteliti yaitu Teknik pengumpulan data berupa
kimia. Kimia merupakan mata pelajaran angket kebiasaan belajar kimia dan data
yang dianggap sulit oleh sebagian siswa. dokumentasi berupa nilai Ujian Tengah
Sejalan dengan Ristiyani dan Bahriah Semester (UTS) kimia. Angket diadopsi
(2016) yang menyatakan bahwa materi dari Study Habits Inventory developed by
kimia berisi konsep abstrak, akibatnya Bakare. Angket berisi 36 pertanyaan dan
siswa sulit memahaminya. Hal ini disusun dengan skala likert berisi 4
mengakibatkan kurangnya minat siswa alternatif jawaban, yaitu selalu, sering,
terhadap mata pelajaran kimia. Sejalan kadang-kadang, dan tidak pernah.
dengan Sunyono, Suyanto dan Suyadi Teknik analisis data meliputi
(2009) dalam proses pembelajaran kimia deskripsi data, uji prasyarat dan uji
di beberapa sekolah terlihat kurang hipotesis dengan menggunakan SPSS versi
menarik, suasana kelas cenderung pasif. 22.0. Data yang diperoleh disajikan dalam
Akibatnya siswa kurang memiliki minat bentuk deskripsi data dari masing-masing
pada pelajaran kimia. Kurangnya minat variabel, selanjutnya diklasifikasi untuk
siswa terhadap kimia menyebabkan mengetahui tingkat kategori
kebiasaan belajar siswa kurang baik dan kecenderungan variabel. Uji prasyarat
berdampak pada prestasi belajar kimia berupa uji normalitas dengan teknik
yang belum maksimal. Sejalan dengan kolmogorov smirnov. Data yang tidak
berdistribusi normal dianalisis dengan sebagai indikator terkuat dalam kebiasaan
statistik nonparametris. Statistik belajar siswa. Adapun indikator teacher
nonparametris dalam uji korelasi dapat consultation sebagai indikator kebiasaan
berupa korelasi spearman rank. belajar terlemah dalam penelitian. Menurut
Ola dan Morakinyo (2009), concentration
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah kebiasaan siswa dalam menghindari
Hasil kebiasaan belajar siswa secara gangguan saat belajar, sedangkan teacher
umum dianalisis dengan tujuan consultation adalah aspek yang menilai
mengetahui kebiasaan belajar siswa pada kebiasaan siswa dalam berinteraksi dengan
sampel yang diteliti. Secara rinci dapat guru mengenai pembelajaran yang efektif.
dilihat pada Tabel 1 berikut. Concentration sebagai indikator terkuat
Tabel 1. Kebiasaan Belajar Kimia dalam kebiasaan belajar siswa dapat
Secara Umum disebabkan karena siswa termotivasi dan
Data Hasil memiliki kesadaran untuk bersungguh-
Jumlah Siswa 650 sungguh dalam belajar. Menurut Aziz dan
Nilai Tertinggi 137 Jenne (2017), motivasi merupakan salah
Nilai Terendah 61 satu variabel kunci dalam proses belajar
Mean 102,96 siswa. Ketika siswa memiliki motivasi
SD 12,320
yang tinggi dalam belajar, maka siswa
akan tekun belajar dan memusatkan
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
perhatiannya saat belajar. Sementara itu,
kebiasaan belajar kimia pada siswa secara
teacher consultation sebagai indikator
keseluruhan memiliki nilai rata-rata
kebiasaan belajar terlemah dalam
sebesar 102,96 termasuk kategori baik.
penelitian dapat disebabkan karena tidak
Indikator kebiasaan belajar dianalisis
adanya hubungan yang baik antara siswa
untuk mengetahui aspek kebiasaan belajar
dengan guru. Hubungan antara guru
terkuat dan terlemah yang dimiliki siswa.
dengan siswa diharapkan mampu
Gambaran indikator kebiasaan belajar
mengatasi berbagai masalah dalam belajar
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
dan dapat meningkatkan prestasi
Tabel 2. Indikator Kebiasaan Belajar
belajarnya. Menurut Ill (2010), prestasi
Kimia Secara Umum
belajar siswa dapat disebabkan adanya
Indikator Hasil
hubungan yang baik antara siswa dengan
Homework and assignments 12,94%
Time allocation 12,18% guru. Siswa dapat meminta saran kepada
Reading and note taking 12,03% guru mengenai kebiasaan belajar yang baik
Study Period Procedures 12,55% dan dapat berkonsultasi mengenai materi
Concentration 13,19% yang belum dipahami.
Written work 13,06% Sementara itu, kebiasaan belajar
Examination 12,20% berdasarkan gender dapat dilihat pada
Teacher consultation 11,85% Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kebiasaan Belajar Kimia
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
Berdasarkan Gender
indikator concentration memiliki nilai
Gender
tertinggi dibandingkan indikator lainnya. Data
Laki-laki Perempuan
Hal ini menunjukkan bahwa concentration Jumlah Siswa 329 321
Nilai Tertinggi 137 137 dikembangkan dengan memfasilitasi
Nilai Terendah 61 71 prestasi belajar siswa.
Mean 102,64 103,28 Indikator kebiasaan belajar dianalisis
SD 13,319 11,215 untuk mengetahui aspek kebiasaan belajar
terkuat dan terlemah yang dimiliki siswa
Pada Tabel 3 diketahui bahwa laki-laki dan perempuan. Gambaran lebih
kebiasaan belajar kimia pada siswa laki- jelas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
laki lebih rendah daripada perempuan. Tabel 4. Indikator Kebiasaan Belajar
Sejalan dengan Ossai (2012) yaitu Kimia Berdasarkan Gender
kebiasaan belajar siswa perempuan lebih
Laki-
baik daripada laki-laki, siswa perempuan Indikator Perempuan
laki
lebih baik dalam penjadwalan, konsentrasi, Homework and
mendengarkan, mencatat dan membaca. 12,87% 13%
assignments
Pada Tabel 3 kebiasaan belajar kimia Time allocation 12,25% 12,12%
pada siswa laki-laki dan perempuan Reading and
12,10% 11,96%
dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan note taking
masing-masing individu baik itu siswa Study Period
12,59% 12,50%
laki-laki maupun perempuan memiliki Procedures
kelebihan dan kekurangan terkait aspek Concentration 13,15% 13,25%
kebiasaan belajar yang dimiliki. Seperti Written work 12,88% 13,22%
penelitian Sahni (2016) menunjukkan Examination 12,46% 12,14%
Teacher
bahwa siswa perempuan cenderung lebih 11,70% 11,81%
consultation
baik dalam hal konsentrasi, recording
(rekaman) dan drilling (latihan). Adapun
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
siswa laki-laki lebih baik dalam
indikator concentration memiliki nilai
comprehension (pemahaman), task
tertinggi dibandingkan indikator lainnya,
orientation (penugasan) dan supports
baik untuk siswa laki-laki maupun
(dukungan).
perempuan. Namun, konsentrasi siswa
Dalam penelitian ini, terdapat satu
perempuan lebih baik dibandingkan laki-
siswa laki-laki yang dikategorikan
laki. Hal ini sejalan dengan penelitian
memiliki kebiasaan belajar kimia kurang
Sahni (2016) yang menyatakan bahwa
baik atau buruk. Menurut Verma (2016)
siswa perempuan relatif lebih mudah
kebiasaan belajar yang buruk dapat
berkonsentrasi dalam jangka waktu yang
dipengaruhi oleh campur tangan dari luar
lama sehingga dapat berlatih secara terus
seperti lingkungan, pendidik maupun
menerus dan mampu mempersiapkan
sarana prasarana yang dimiliki. Oleh
catatan yang baik. Sementara itu, indikator
karena itu dibutuhkan upaya dari berbagai
teacher consultation sebagai indikator
pihak untuk dapat meningkatkan kebiasaan
terlemah pada siswa laki-laki dan
belajar siswa. Seperti yang dinyatakan
perempuan, tetapi indikator teacher
Chawla (2016) bahwa dibutuhkan peran
consultation pada perempuan lebih baik
guru dan orang tua untuk mengadopsi
dibandingkan laki-laki. Lemahnya
metode baru dan inovatif pengajaran
indikator teacher consultation dapat
dimana kebiasaan belajar dapat
disebabkan siswa masih ragu-ragu untuk
meminta bantuan dan penjelasan dari guru
terkait materi-materi yang belum dipahami (2015), kebiasaan belajar berkontribusi
siswa. Padahal peran guru sangat penting penting bagi prestasi belajar siswa.
dalam meningkatkan kebiasaan belajar Gambaran lebih jelas mengenai
siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Razia indikator kebiasaan belajar yang dimiliki
(2015) juga menambahkan bahwa guru siswa di sekolah negeri dan swasta dapat
memainkan peran penting dalam dilihat pada Tabel 6 berikut.
mengidentifikasi siswa yang kurang dalam Tabel 6. Indikator Kebiasaan Belajar
belajar dan memotivasi mereka untuk Kimia Berdasarkan Tipe Sekolah
mengadopsi kebiasaan belajar yang baik.
Sekolah Sekolah
Adapun kebiasaan belajar kimia Indikator
Negeri Swasta
berdasarkan tipe sekolah dapat dilihat pada Homework and
Tabel 5 berikut. 12,45% 13%
assignments
Tabel 5. Kebiasaan Belajar Kimia Time allocation 12,12% 12,25%
Berdasarkan Tipe Sekolah Reading and note
12,11% 12,20%
Tipe Sekolah taking
Data Sekolah Sekolah Study Period
12,56% 12,54%
Negeri Swasta Procedures
Jumlah Siswa 340 310 Concentration 13,38% 13,33%
Nilai Tertinggi 129 137 Written work 13,06% 12,71%
Nilai Terendah 61 68 Examination 12,36% 12,03%
Mean 103,01 102,90 Teacher
SD 12,191 12,479 11,96% 11,94%
consultation