You are on page 1of 20

LAPORAN ANALISIS INVESTASI

“Usaha Pempek Sambal Hitam”

DISUSUN OLEH :

KLARA ANGGUN PERMATASARI (J1A216034)


RAHMADAYANTI (J1A216062)
DARMAWATI (J1A216046)
LAURA DEVITA HARAHAP (J1A216054)
SURYA PIETER SINAGA (J1A216060)

DOSEN PENGAMPU : YERNISA, S.TP, M.Si

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang serta Pelimpah Kasih Sayang karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya
penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat pada waktunya. Laporan ini berjudul
“Laporan Analisis Investasi Usaha Pempek Sambal Hitam”, yang merupakan salah satu tugas
dari mata kuliah Ekonomi Teknik.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini, tidak sedikit ditemukan
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penyusun tidak menutup diri dari saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini.

Akhir kata penyusun laporan berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca, terutama
dalam menambah wawasan mengenai “Laporan Analisis Investasi Usaha Pempek Sambal
Hitam”

Jambi, 2 November 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah suatu unit usaha kecil atau mikro yang skala
usahanya masih dalam lingkup kecil ataupun kecil menengah dan bisa disebut juga dengan
industri rumah tangga. Apabila seseorang telah memutuskan untuk berwirausaha pada umumnya
adalah karena tidak ingin terikat dengan suatu sistem kerja pada suatu instansi tertentu. Karena
dengan menjadi wirausaha kita dapat menentukan sendiri jam kerja dan cara kerja sesuai kriteria
yang kita inginkan sendiri. Namun, menjadi wirausaha tidaklah semudah itu, dibutuhkan jiwa
wirausahawan yang tidak pantang menyerah, tekun, dan gigih serta kecermatan agar tidak
sampai merugi.
Ekonomi teknik adalah ilmu yang membantu para pelaku ekonomi khususnya para
wirausahawan dalam menghitung pendapatan, pengeluaran, besar keuntungan, maupun
kelayakan usaha yang dilakukan. Wirausahawan sering dihadapkan pada beberapa pilihan
alternatif atas usaha yang dilakukan. Melalui teori manajemen, wirausahawan dapat menghitung
besarnya nilai ekonomis perusahaan pada masing-masing pilihan alternatif yang berbeda dan
dapat menentukan alternatif mana yang paling baik dan layak untuk dijalankan. Penilaian
alternatif juga dapat menentukan solusi usaha lain yang dapat dijalankan seandainya usaha yang
dilakukan dinilai tidak layak dalam perhitungan ekonomi teknik.
Analisa dalam ekonomi teknik dilakukan dengan memperhatikan modal awal (investasi),
pendapatan, dan pengeluaran pada periode tertentu. Selain itu, besarnya suku bunga juga
mempengaruhi nilai keuntungan/kerugian yang terjadi pada masing-masing pilihan alternatif.
Melalui analisa ekonomi teknik, seorang pengusaha dapat mengetahui prospek usaha yang
dilakukan sehingga pengusaha tersebut dapat mengambil keputusan untuk tetap menjalankan
usahanya atau mencari alternatif usaha lain. Oleh sebab itu, analisa ekonomi teknik sangat
penting dipelajari serta dikaji lebih lanjut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah


untuk menganalisis rencana investasi usaha pempek sambal hitam dan untuk
mengetahui kelayakan investasi nya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROFIL PRODUK

2.1.1 Pengertian Pempek

Pempek adalah salah satu makanan tradisional khas dari Palembang yang
populer di Jawa, yang dapat digolongkan sebagai gel ikan. Pempek terbuat dari
adonan ikan dan tepung tapioka lalu diuleni menggunakan air es untuk membuat
tekstur pempek lebih kenyal lalu direbus, namun proses perebusan menyebabkan
pempek mudah berlendir dan tidak tahan lama (Fajri, 1997).

Pempek adalah makanan khas Palembang yang dibuat dari ikan dan sagu.
Penyajian pempek ditemani saus berwarna hitam kecoklatan yang disebut cuka
atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, lalu
ditambah gula merah, cabai rawit tumbuk, bawang putih, asam jawa, ebi dan
garam. Cuko adalah teman makan pempek yang setia, dibuat pedas untuk
menambah nafsu makan. Ada juga cuko manis bagi yang tidak menyukai pedas
(Muchtadi, 1992).

Pempek merupakan makanan tradisional masyarakat Palembang yang


terbuat dari bahan dasar daging ikan giling dan tepung tapioka. Pempek memiliki
cita rasa khas dan disukai masyarakat, memiliki nilai ekonomi dan gizi yang cukup
tinggi. Kandungan gizi utama pada pempek adalah protein, lemak, dan karbohidrat
yang diperoleh dari ikan dan tepung tapioka. Kandungan gizi lainnya berupa
vitamin dan mineral. Perbandingan ikan, air, tepung tapioka, dan garam sangat
berpengaruh terhadap nilai gizi, rasa, warna, kekenyalan, serta karakteristik
lainnya. Penggunaan ikan akan mempengaruhi citarasa dan aroma makanan ini
(Winarno, 1993).

2.1.2 Kandungan Gizi Pempek

Komposisi zat gizi pempek berbeda menurut jenis ikan yang


digunakan sebagai bahan baku. Pempek dalam porsi penyajian yang lengkap
memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dalam bentuk satuan.
Perbedaan resep yang digunakan dalam pembuatan epempek juga
mempengaruhi perbedaan kandungan gizinya (Fajri,1997).

Pempek adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat


Indonesia. Secara umum pempek mengandung energi sebesar 182 kilokalori,
protein 9,2 gram, karbohidrat 27,8 gram, lemak 3,8 gram, kalsium 401 miligram,
fosfor 116 miligram, dan zat besi 2,4 miligram. Selain itu di dalam Pempek juga
terkandung vitamin A sebanyak 13 IU, vitamin B1 0,16 miligram dan vitamin C 0
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram
Pempek, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

2.2 Pengertian Biaya


Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh
karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, Akuntansi Biaya,
( 2003 : 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang
merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi
yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas
kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan
tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa:
“Biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran
dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-
jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya
dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang
datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak”.
Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian biaya yang
dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas karena
semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto Akuntansi Untuk
Usahawan ( 2002 : 89), memberikan batasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai
berikut:
“Cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau servis potensial di
waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca.
Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan
prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi di waktu yang akan datang,
maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.”

2.3 Jenis-Jenis Biaya


Dalam suatu proses produksi melibatkan suatu jenis-jenis biaya yang dibebankan
menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi yang dapat digabungkan
ke dalam jenis-jenis biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu
harus sesuai dengan faktor biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut
perusahaan. Sehubungan dengan jenis-jenis tersebut, maka D. Hartanto dalam bukunya
Akuntansi Untuk Usahawan, (2009 : 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan
dan pengawasan, sebagai berikut:
1. Biaya variabel dan biaya tetap
2. Biaya yang dapat dikendalikan
Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya, (2000 : 127)
menghubungkan tingkah laku biaya dengan perusahaan volume kegiatan sebagai berikut:
“Biaya variabel adalah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding dengan
volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain, sedangkan biaya tetap atau
biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan
pada tingkat kapasitas tertentu dengan tetap memperhatikan jenis-jenis biaya apa yang
dipergunakan agar memudahkan dalam pengelompokannya”.
Dari gambaran umum di atas, maka dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1. Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang ikut berubah-ubah untuk mengikuti volume
prouksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya ikut dalam proses produksi,
bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak berubah-ubah walaupun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-
lain sebagainya.
Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk diketahui seorang manajer dalam
perencanaan usahanya, karena dengan demikian suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik
untuk tujuan perencanaan dan pengawasan dalam proses produksi.

2.4 Pengertian Kelayakan Investasi

Pada setiap perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan menyangkut


operasionalnya selalu mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang dapat
disesuaikan dengan ruang lingkup perusahaan itu sendiri, maka diperlukan suatu perencanaan
yang berlandaskan modal serta anggaran. Investasi pada perusahaan mengharapkan kelayakan
pada perusahaan akan memperoleh kembali dana yang diinvestasikan dalam jangka waktu yang
cukup lama.

Lebih jelasnya pengertian tentang kelayakan investasi pada perusahaan penulis


mengemukakan dari beberapa ahli ekonomi yang membahas masalah yang ada kaitannya dengan
kelayakan investasi. Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 112)
menyatakan bahwa kelayakan investasi mencakup seluruh proses perencanaan pengeluaran
modal yang hasilnya diharapkan sampai lebih dari satu tahun lamanya. Pengeluaran modal
adalah pengeluaran untuk pembelian tanah, bangunan dan peralatan serta pengeluaran untuk
tambahan aktiva tetap pada modal kerja yang berhubungan dengan peralatan pabrik
(perusahaan).
Pengeluaran modal disini dengan jangka waktu yang cukup lama, sehingga modal yang
tertanam berupa investasi tidak terlalu mengharapkan dalam waktu singkat, artinya modal yang
tertanam itu mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun lama. Penganggaran modal itu
merupakan pengeluaran dana yang berlangsung untuk jangka waktu yang cukup lama, dimana
untuk mengetahui pembelian satu unit kendaraan, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengetahui hasil akhir dari adanya pembelian tersebut. Mengambil keputusan dalam hal ini
diperlukan analisa yang cukup matang, sehingga investasi yang telah dilaksanakan telah
memperhitungkan resiko yang muncul oleh perusahaan.

Charles T. Horngren, Cost Accounting (2001 : 204) memberikan definisi tentang


kelayakan investasi, menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan penanaman investasi
jangka panjang sesuai dengan perencanaan.

Pengertian kelayakan investasi menurut penulis ialah keseluruhan proses dalam


perencanaan dan pengambilan keputusan pengeluaran dana untuk investasi di mana jangka
waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun lamanya. Hal ini mempunyai arti yang
sangat penting bagi kelanjutan hidup perusahaan (kesinambungan). Dana yang dikeluarkan akan
terikat untuk waktu yang cukup lama, artinya perusahaan harus menunggu beberapa tahun
sampai keseluruhan dana yang tertanam dapat diperoleh kembali. Hal ini berpengaruh terhadap
kebutuhan dana untuk keperluan-keperluan lain dalam menutupi kekurangan biaya operasional
perusahaan.

2.5 Metode Penilaian Investasi

Menentukan apakah suatu usul investasi dapat diterima atau tidak, layak atau tidak
dilaksanakannya investasi tersebut, maka analisa secara teliti untuk menyusun usul-usulan
investasi perlu diperhatikan.

Berbagai metode penilaian proyek investasi atau metode untuk menyusun “Rangking” dalam
usul-usul investasi, jadi menurut Sutoyo Siswanto, Studi Kelayakan Proyek (2001 : 118) dalam
hal ini hanya dibicarakan 3 (tiga) metode penilaian investasi dalam penyusunan proyek, yaitu :

a. Net present value


b. Internal rate of return
c. Net Benefit – Cost Ratio
d. Break Even Point
BAB III
BAHAN DAN ALAT

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pempek sambal hitam adalah tepung
tapioka tepung terigu telur bumbu Sambal udang kering cabe rawit minyak goreng kecap plastik
pempek plastik sambal.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam produksi pempek sambal hitam adalah Peralatan
Pencampuran (Mixer), Peralatan Perebusan (Alat Kukus), Peralatan Pembuatan Sambal ( Kuali,
Kompor, Blender), Peralatan Tambahan (Baskom, Solet, Pengaduk), Peralatan Pengemasan
(Vakum, Freezer, box plastic, Transportasi, peralatan kebersihan) .
BAB IV
METODOLOGI

Pada dasarnya metode penilaian investasi akan diuraikan pada masing-masing


tersendiri, sehingga lebih jelas dari masing-masing peranannya, sebagai berikut :

a. Net present value

Net present value, metode ini memperhatikan time value of money, maka proses yang
selalu digunakan dalam menghitung net present value (NPV) adalah merupakan prosentase
atau cash flow yang didiskontokan atau dasar biaya modal (cost of capital), atau rate of
return yang diinginkan. Metode ini pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (persent
value) dari proses yang diharapkan atau dasar discount rate tertentu. Jumlah present value dari
keseluruhan proses selama usianya dapat dikurangi dengan present value dari jumlah
investasinya (initial investment). Disebutkan sebelumnya sebagai rumus perhitungan-perhitungan
investasi dengan memasukkan suku/tingkat bunga di dalamnya.

Suku bunga dapat juga digunakan pada perhitungan-perhitungan analisa kelayakan


investasi statis dalam perhitungan mencari alternatif investasi terbaik. Dalam penggunaan
metode penilaian sekarang (present value) sebagaimana dilihat di depan, maka V = P (1 + i),
atau rumus secara umum Vn = P ( 1 + i ), yang berarti bahwa n adalah tahun mendatang, nilai
uang sebenarnya P sekarang adalah nilai P dikali faktor pengali bunga berganda yaitu (
1 + i ) faktor ini disebut faktor kompon (Siswanto Sutoyo, 2002 : 15). Sebaliknya bila ada
jumlah uang tertentu di masa depan, misalnya n adalah tahun mendatang, maka dapat dicari nilai
sekarang dengan formula, sebagai berikut:

n CFt

NPV = Σ ---------------- - I0
t-1 (1 + v)

dimana :

CF = aliran kas per tahun pada periode t


I0 = investasi awal pada tahun 0
v = suku bunga (discount rate)
n = jumlah tahun
t = tahun ke

NPV disini sebenarnya adalah singkatan dari Net Present Value (nilai sekarang).
Analisa proyek, rumus dibuat sedemikian rupa sehingga semua pengeluaran dan penerimaan
proyek tercatat dengan teratur, dari tahun ke tahun.
b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return sebagai penilaian usulan investasi lain yang


menggunakan discount cash flow ialah apa yang disebut internal rate of return (IRR).
Pegertian internal rate of return itu sendiri dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga akan
menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV. Of future
proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV. Of capital outlays).
Pada dasarnya internal rate of return harus dicari trian and error dengan serba coba-coba.

Menurut perhitungan P.V. dari proceeds dari suatu internal rate of return (IRR) (Siswanto
Sutoyo, 2002 : 115) dengan formula :

NPV

IRR = i’ + ---------------------------- (i” - i’)

(NPV’ + NPV”)

Penggunaan metode interpolasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dipilih dari discount rate yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang benar, lalu dihitung
NPV dari arus benefit dan biaya.

2. Dalam mengadakan interpolasi hendaknya diantara NPV yang positif dan NPV yang negatif.
Jika positif berarti DF-nya masih terlalu rendah sedangkan bila negatif, berarti DF-nya sudah
terlalu tinggi.

3. Perbedaan antara DF atau bunga yang mengadakan NPV positif dengan DF yang
menghasilkan negatif diusahakan yang melebihi 5 % perbedaan yang lebih besar dari 5 % lebih
banyak mengandung kemungkinan kesalahan dibandingkan dengan yang lima persen atau lima
lebih kecil.

Sesuai dengan rumus di atas, maka dapat dijelasakan sebagai berikut :

NPV’ = NPV yang positif

NPV” = NPV yang negatif

i’ = Tingkat bunga menghasilkan NPV positif

i” = Tingkat bunga menghasilkan NPV negatif

Berdasarkan hasil perhitungan IRR diperoleh jika internal rate of returnsama dengan
nilai i yang berlaku sebagai social discount rate maka Net Present Value proyek itu adalah
sebesar 0, atau sering disebut go preject. Internal rate of return yang diperoleh bila lebih kecil
dari social discount rate maka proyek tersebut tidak fisibel (no go project).

c. Net Benefit – Cost Ratio

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah PV net benefit yang positif dengan jumlah
PV net benefit yang negatif. Jumlah Present value positif sebagai pembilang dan jumlah present
value negatif sebagai penyebut.

Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh
dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang
akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka
proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio
merupakan manfaat bersih tambahan yg diterima proyek dari setiap 1 satuan biaya yg
dikeluarkan.

Bt = Manfaat (Benefit) pada tahun ke-t


Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t
i = Discount Factor
t =Umurproyek

Indikator NET B/C Ratio adalah :


- Jika Net B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan
- Jika Net B/C < 1 , maka proyek tdk layak (not go) untuk dilaksanakan

d. Break Even Point

Titik impas (Break Even Point, BEP) menggambarkan kondisi dimana suatu usaha
berada dalam keadaan impas (break even) atau berada dalam keadaan tidak untung dan tidak
rugi. Titik ini dapat menggambarkan tingkat penerimaan, produksi atau harga yang
menyebabkan penerimaan total (total revenue, TR) sama dengan pengeluaran total (total cost,
TC).

TR = TC  TR = FC + VC
 TR - VC = FC
 (TR-VC)/TR = FC/TR
 1 – VC/TR = FC/TR
FC
TR = ------------
BEP
1 –VC/TR
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
Analisis kelayakan finansial usaha Pempek sambal hitam terdiri dari perkiraan modal
investasi, perkiraan biaya produksi, perhitungan nilai impas (Break Even Point), (Net Present
Value), (Internal Rate of Return), (Pay Back Period, B/C ratio), dan analisis sensitivitas rencana
investasi terhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan pendapatan.

5.1.1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan. Investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek/usaha pempek sambal
hitam adalah sebesar Rp 126.602.900 yang terdiri dari investasi peralatan produksi dan peralatan
pendukung. Peralatan tersebut adalah peralatan utama yang dibutuhkan untuk memproduksi
pempek sambal hitam, dan juga dengan peralatan pendukung lainnya seperti pada Tabel.1.

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan Jumlah (Rp)


Modal Tetap
1 Bangunan 323m3 Rp 100.000 Rp 96.900
2 Peralatan Pencampuran :
Mixer 1 buah Rp 6.890.000 Rp 6.890.000
3 Peralatan Pencetakan :
Meja 1 buah Rp 400.000 Rp 400.000
4 Peralatan Perebusan :
Alat Kukus 15 buah Rp 470.000 Rp 7.050.000
5 Peralatan Pembuatan Sambal :
Kuali 2 buah Rp 200.000 Rp 400.000
Kompor 5 buah Rp 450.000 Rp 2.250.000
Blender 1 buah Rp 1.498.000 Rp 1.498.000
6 Peralatan Tambahan :
Baskom 6 buah Rp 20.000 Rp 120.000
Solet 10 buah Rp 1.000 Rp 10.000
Pengaduk 2 buah Rp 40.000 Rp 80.000
7 Peralatan Pengemasan :
Vakum 2 buah Rp 9.300.000 Rp 18.600.000
Freezer 1 buah Rp 2.153.000 Rp 2.153.000
box plastik 7 buah Rp 165.000 Rp 1.155.000
8 Transportasi 1 unit Rp 85.000.000 Rp 85.000.000
9 peralatan kebersihan 1 set Rp 900.000 Rp 900.000
jumlah investasi Rp 126.602.900

Table 1. Biaya Investasi Awal


5.1.2 Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang besarnya ditentukan oleh jumlah produk yang
diproduksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap pada tahun 1 serta
biaya tidak tetap pada tahun ke 2 sampai tahun ke 5 yang diuraikan seperti pada table di bawah
ini.

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan Jumlah (Rp)


Biaya Tidak Tetap Tahun 1
1 Sewa 1 Ha Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
2 Tenaga Kerja
Pencampuran 291 hari Rp 30.000 Rp 8.730.000
Pencetakan 291 hari Rp 200.000 Rp 58.200.000
Perebusan 291 hari Rp 40.000 Rp 11.640.000
Sambal 291 hari Rp 30.000 Rp 8.730.000
penumisan 291 hari Rp 30.000 Rp 8.730.000
Pengemasan 291 hari Rp 120.000 Rp 34.920.000
3 Tenaga Kerja teknis 0
isntalasi mesin dan peralatan 3 orang Rp 500.000 Rp 1.500.000
pembersihan gedung 3 orang Rp 150.000 Rp 450.000
4 bahan baku
tepung terigu 14,55 ton Rp 8.000 Rp 98.940.000
tepung tapioka 29,1 ton Rp 12.000 Rp 203.700.000
telur 291 eggtry Rp 40.000 Rp 11.640.000
bumbu
Sambal
udang kering 3,6 ton Rp 80.000 Rp 288.000.000
cabe rawit 720 kg Rp 30.000 Rp 21.600.000
minyak goreng 3600 kg Rp 13.000 Rp 46.800.000
kecap 405 liter Rp 495.000 Rp 1.485.000
5 Pengemasan
plastik pempek 2000 pcs Rp 60.000 Rp 120.000.000
plastik sambal 2000 pcs Rp 4.000 Rp 8.000.000
6 kebersihan
peralatan 1 set Rp 200.000 Rp 200.000
pekerja 1 set Rp 300.000 Rp 300.000
7 listrik 12 bulan Rp 1.500.000 Rp 12.000.000
jumlah biaya tidak tetap tahun 1 Rp 947.065.000

Table 2. Biaya tidak tetap tahun 1


No. Uraian Banyaknya Harga Satuan Jumlah (Rp)
Biaya Tidak Tetap Tahun 2 sampai 5
1 Sewa 1 Ha Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
2 Tenaga Kerja
Pencampuran 291 hari Rp 30.000 Rp 8.730.000
Pencetakan 291 hari Rp 200.000 Rp 58.200.000
Perebusan 291 hari Rp 40.000 Rp 11.640.000
Sambal 291 hari Rp 30.000 Rp 8.730.000
penumisan 291 hari Rp 30.000 Rp 8.730.000
Pengemasan 291 hari Rp 120.000 Rp 34.920.000
3 bahan baku
tepung terigu 14,55 ton Rp 8.000 Rp 98.940.000
tepung tapioka 29,1 ton Rp 12.000 Rp 203.700.000
telur 291 eggtry Rp 40.000 Rp 11.640.000
bumbu
Sambal
udang kering 3,6 ton Rp 80.000 Rp 288.000.000
cabe rawit 720 kg Rp 30.000 Rp 21.600.000
minyak goreng 3600 kg Rp 13.000 Rp 46.800.000
kecap 405 liter Rp 495.000 Rp 1.485.000
4 Pengemasan
plastik pempek 2000 pcs Rp 60.000 Rp 120.000.000
plastik sambal 2000 pcs Rp 4.000 Rp 8.000.000
5 kebersihan
peralatan 1 set Rp 200.000 Rp 200.000
pekerja 1 set Rp 300.000 Rp 300.000
7 listrik 12 bulan Rp 1.500.000 Rp 12.000.000
biaya tidak tetap pertahun (tahun 2 - 5) Rp 945.115.000

Table 3. Biaya tidak tetap tahun 2 – 5

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan Jumlah (Rp)


1 GAJI
sopir/pekerja distribusi 1 x 12 bulan Rp 1.500.000 Rp 18.000.000
petugas kebersihan 3 x 12 bulan Rp 1.300.000 Rp 46.800.000
2 penyusutan
gedung 10% Rp 96.900 Rp 9.690
peralatan 15% Rp 40.606.000 Rp 6.090.900
3 penyusutan
gedung 10% Rp 96.900 Rp 9.690
peralatan 15% Rp 40.606.000 Rp 6.090.900
4 bunga modal 30% Rp 126.602.900 Rp 37.980.870
jumlah biaya tetap per tahun Rp 114.982.050

Table 3. Biaya tetap


5.1.3 Proyeksi Penerimaan

Berdasarkan asumsi dan parameter teknis yang telah ditentukan sebelumnya, kapasitas
produksi pempek sambal hitam/ bulan sebesar 195000 kemasan, dengan harga jual/kemasan Rp.
20.000. Penentuan harga jual tersebut dihitung dari harga pokok produksi ditambah dengan
persen keuntungan dari harga pokok produksinya. Dari hasil perhitungan penjualan produk
pempek sambal hitam, diperoleh pendapatan/bulan Rp. 19.500.500.

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan Jumlah (Rp)


1 tahun 1
produk 195000 pcs Rp 20.000 Rp 3.900.000.000
2 tahun 1
produk 195000 pcs Rp 20.000 Rp 3.900.000.000
3 tahun 1
produk 195000 pcs Rp 20.000 Rp 3.900.000.000
4 tahun 1
produk 195000 pcs Rp 20.000 Rp 3.900.000.000
5 tahun 1
produk 195000 pcs Rp 20.000 Rp 3.900.000.000
jumlah Rp 19.500.000.000

Table 4. Penerimaan

5.1.4 Aliran Kas ( Cash Flow )

Aliran kas ( cahs flow ) merupakan perhitungan total pengeluaran dikurangi dengan
total pemasukan yang dimana jika hasilnya positif akan didapatkan kuntungan, dan pada usaha
pempek sambal hitam ini didapatkan cash flow sebesar Rp. 2.711.350.050.

uraian tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5

penerimaan Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000


Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000
pengeluaran
1. investasi Rp 126.602.900 0,0 0,0 0,0 0,0
2. biaya operasional
biaya tidak tetap Rp 947.065.000 Rp 945.115.000 Rp 945.115.000 Rp 945.115.000 Rp 945.115.000
biaya tetap Rp 114.982.050 Rp 114.982.050 Rp 114.982.050 Rp 114.982.050 Rp 114.982.050
Rp 1.188.649.950 Rp 1.060.097.050 Rp 1.060.097.050 Rp 1.060.097.050 Rp 1.060.097.050
keuntungan Rp 2.711.350.050 Rp 2.839.902.950 Rp 2.839.902.950 Rp 2.839.902.950 Rp 2.839.902.950

Table 5. Cash Flow


5.2. Pembahasan
5.2.1. NPV (Net Present Value)

Dari hasil perhitungan diperoleh NPV bernilai positif > 0 yaitu sebesar
Rp2.711.350.050. Nilai tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam sampai 5 tahun
mendatang akan diperoleh manfaat bersih dinilai saat ini sebesar Rp 8.648.261.750 . pada i = %
seperti hasil perhitungan pada table berikut :
uraian tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
penerimaan Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000 Rp 3.900.000.000
1. PV (i = 20%) Rp 3.250.000.000 Rp 2.708.333.333 Rp 2.256.944.444 Rp 1.880.787.037
2. PV (i= 30%) Rp 3.000.000.000 Rp 2.307.692.308 Rp 1.775.147.929 Rp 1.365.498.407
3. PV (i= 40%) Rp 2.785.714.286 Rp 1.989.795.918 Rp 1.421.282.799 Rp 1.015.201.999
4. PV (i= 50%) Rp 2.600.000.000 Rp 1.733.333.333 Rp 1.155.555.556 Rp 770.370.370
5. PV (i= 60%) Rp 2.437.500.000 Rp 1.523.437.500 Rp 952.148.438 Rp 595.092.773
pengeluaran Rp 1.188.649.950 Rp 1.060.097.050 Rp 1.060.097.050 Rp 1.060.097.050 Rp 1.060.097.050
1. PV (i = 20%) Rp 883.414.208 Rp 736.178.507 Rp 613.482.089 Rp 511.235.074
2. PV (i= 30%) Rp 815.459.269 Rp 627.276.361 Rp 482.520.278 Rp 371.169.444
3. PV (i= 40%) Rp 757.212.179 Rp 540.865.842 Rp 386.332.744 Rp 275.951.960
4. PV (i= 50%) Rp 706.731.367 Rp 471.154.244 Rp 314.102.830 Rp 209.401.886
5. PV (i= 60%) Rp 662.560.656 Rp 414.100.410 Rp 258.812.756 Rp 161.757.973

keuntungan Rp 2.711.350.050 Rp 2.839.902.950 Rp 2.839.902.950 Rp 2.839.902.950 Rp 2.839.902.950

1. PV (i = 20%) Rp 2.366.585.792 Rp 1.972.154.826 Rp 1.643.462.355 Rp 1.369.551.963

2. PV (i= 30%) Rp 2.184.540.731 Rp 1.680.415.947 Rp 1.292.627.651 Rp 994.328.963

3. PV (i= 40%) Rp 2.028.502.107 Rp 1.448.930.077 Rp 1.034.950.055 Rp 739.250.039


4. PV (i= 50%) Rp 1.893.268.633 Rp 1.262.179.089 Rp 841.452.726 Rp 560.968.484
5. PV (i= 60%) Rp 1.774.939.344 Rp 1.109.337.090 Rp 693.335.681 Rp 433.334.801

Table 6. Present Value

i perhitungan NPV hasil


0% (2.711.350.050) 2.839.902.950 + 2.839.902.950 + 2.839.902.950 + 2.839.902.950 Rp 8.648.261.750
20% (2.711.350.050) 2.366.585.792 + 1.972.154.826 + 1.643.462.355 + 1.369.551.963 Rp 4.640.404.886
30% (2.711.350.050) 2.184.540.731 + 1.680.415.947 + 1.292.627.651 + 994.328.963 Rp 3.440.563.241
40% (2.711.350.050) 2.028.502.107 + 1.448.930.077 + 1.034.950.055 + 739.250.039 Rp 2.540.282.227
50% (2.711.350.050) 1.893.268.633 + 1.262.179.089 + 841.452.726 + 560.968.484 Rp 1.846.518.882
60% (2.711.350.050) 1.774.939.344 + 1.109.337.090 + 693.335.681 + 433.334.801 Rp 1.299.596.865

Table 7. Net Present Value

5.2.2. IRR (Internal Rate Return)

Dari perhitungan menggunakan rumus didapatkan IRR sebesar 79,2 % yang artinya
usaha ini dapat mengembalikan modal hingga tingkat bunga pinjaman 79,2% per tahun. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada table berikut :
i perhitungan NPV hasil
90% (2.711.350.050) 1.494.685.763 + 786.676.717 + 414.040.378 + 217.915.988 Rp 201.968.796
98% (2.711.350.050) 1.434.294.419 + 724.391.121 + 365.854.101 + 184.774.799 -Rp 2.035.610
Table 8. Internal Rate Return

5.2.3. NBC (Net Benefit – Cost Ratio)

Rasio B/C merupakan perbandingan antara total nilai saat ini dari penerimaan yang
bersifat positif (net benefit positif) dengan total nilai saat ini. Perhitungan dapat dilakuka dengan
menggunakan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya.

i B-c perhitungan B/C hasil NISBAH B/C


0% B Rp 3.900.000.000 + Rp 3.900.000.000 + Rp 3.900.000.000 + Rp 3.900.000.000 + Rp 3.900.000.000 Rp19.500.000.000
C Rp 1.188.649.950 + Rp 1.060.097.050 + Rp 1.060.097.050 + Rp 1.060.097.050 + Rp 1.060.097.050 Rp 5.429.038.150 3,5918
20% B Rp 3.900.000.000 + Rp 3.250.000.000 + Rp 2.708.333.333 + Rp 2.256.944.444 + Rp 1.880.787.037 Rp13.996.064.815
C Rp 1.188.649.950 + Rp 883.414.208 + Rp 736.178.507 + Rp 613.482.089 + Rp 511.235.074 Rp 3.932.959.829 3,5587
30% B Rp 3.900.000.000 + Rp 3.000.000.000 + Rp 2.307.692.308 + Rp 1.775.147.929 + Rp 1.365.498.407 Rp12.348.338.644
C Rp 1.188.649.950 + Rp 815.459.269 + Rp 627.276.361 + Rp 482.520.278 + Rp 371.169.444 Rp 3.485.075.302 3,5432
40% B Rp 3.900.000.000 + Rp 2.785.714.286 + Rp 1.989.795.918 + Rp 1.421.282.799 + Rp 1.015.201.999 Rp11.111.995.002
C Rp 1.188.649.950 + Rp 757.212.179 + Rp 540.865.842 + Rp 386.332.744 + Rp 275.951.960 Rp 3.149.012.675 3,5287
50% B Rp 3.900.000.000 + Rp 2.600.000.000 + Rp 1.733.333.333 + Rp 1.155.555.556 + Rp 770.370.370 Rp10.159.259.259
C Rp 1.188.649.950 + Rp 706.731.367 + Rp 471.154.244 + Rp 314.102.830 + Rp 209.401.886 Rp 2.890.040.277 3,5153
60% B Rp 3.900.000.000 + Rp 2.437.500.000 + Rp 1.523.437.500 + Rp 952.148.438 + Rp 595.092.773 Rp 9.408.178.711
C Rp 1.188.649.950 + Rp 662.560.656 + Rp 414.100.410 + Rp 258.812.756 + Rp 161.757.973 Rp 2.685.881.745 3,5028

Table 9. Net Benefit – Cost Ratio

5.2.4. BEP (Break Even Point )

BEP pada usaha pempek sambal hitam dapat dihitung dengan menggunakan
rumus yang telah di tetapkan sebelumnya dimana :

114.982.050
BEP Penerimaan = 1−1945.115.000/ 3.900.000.000 = 151.758.865

Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat penerimaan Rp.151.758.865 per tahun, usaha pempek
sambal hitam berada pada titik impas

biaya total
BEP Harga = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat harga Rp.5.436 per tahun, usaha pempek sambal hitam
berada pada titik impas

1.060.097.050
= = 5,436
195.000

Dan BEP Produksi dihitung dengan membagikan bep penerimaan dengan harga dimana didapat
hasil sbb:

151.758.865
BEP Produksi = = 7.588
20.000
Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat produksi 7.588 pcs per tahun, usaha pempek sambal
hitam berada pada titik impas.
BAB VI

PENUTUP

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis terhadap pengembangan pembuatan usaha


pempek sambal hitam dari praktikum yang telah dilakukan sebelumnya didapat kesimpulan
sebagai berikut :

Dari analisa finansial diperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar sebesar
Rp 8.648.261.750 . pada i = % selama 5 tahun. Internal Rate of Return sebesar 79,2%
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang
ditentukan. Rasio Net Benefit – Cost Ratio lebih dari 1 dan Break Even Point pada tingkat
penerimaan Rp.151.758.865 per tahun, BEP harga Rp.5.436 per tahun dan BEP produksi 7.588
pcs per tahun . Sehingga jika dilihatdari segi finansial rencana usaha pempek sambal hitam
layak dijalankan selama usaha berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, M.Y. (1997). Kajian Mutu Empek-empek Palembang dari Ikan Belida. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haryadi. (1995). Kimia dan
Teknologi Pati. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
Muchtadi, T.R. dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal TinggiPusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Sutoyo, Siswanto, 2002, Studi Kelayakan Proyek, Konsep dan Tehnik, Seni Management, No. 66,
Jakarta, PT. Pustaka, Binaman Presindo, Jakarta.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka

You might also like