You are on page 1of 21

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 

Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 

EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA: 
 Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input‐Output 

Sri Subanti 1 dan Arif Rahman Hakim 2 
 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta 
1

Jalan Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126 Telp. (0271) 646994 Fax. (0271) 646655. E‐mail: subanti@uns.ac.id 
 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 
2

Kampus Depok 16424 – Indonesia.  Telp: 021‐786 7222. E‐mail: arif_rhakeem@yahoo.co.id 

Abstrak: Ikhtisar penelitian ini mengkaji ekonomi regional di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Analisis dalam makalah ini menggunakan pendekatan export based dan analisis input-output.
Hasil penelitian ini yaitu (1) sektor pertanian, konstruksi, transportasi & komunikasi, dan
sektor jasa menjadi sektor basis di Sulawesi Tenggara. (2) Sektor listrik, gas, air dan pem-
biayaan sektor memiliki nilai positif dalam industry mix & regional shift. Sedangkan sektor
pertanian dan sektor jasa dapat dikategorikan dalam sektor pertumbuhan lambat dan sektor
berkompetensi tinggi. (3) Sektor pertambangan mempunyai pengganda output tertinggi. (4)
Sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, restoran memiliki indeks keterkaitan ke depan
lebih dari satu. (5) Sektor pertambangan, sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan
restoran memiliki indeks keterkaitan ke belakang lebih dari satu juga. (6) Sektor pertanian dan
sektor perdagangan, hotel, restoran menjadi sektor utama di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sek-
tor ini perlu dikembangkan karena dengan memperluas sektor ini diharapkan dapat men-
dorong sektor ekonomi lain.
Kata kunci: sektor berbasis ekspor, LQ, shift-share, analisis input-output

Abstract: This paper aims to study regional economic in Southeast Sulawesi Province. Ana-
lyse in this paper used export based approach and input-output analysis. This study found
that (1) agriculture sector, construction, transport & communication, and service sector be-
come base sectors in Southeast Sulawesi. (2) Sector electricity, gas, water and sector finance
have positive value in industry mix & regional shift. Otherwise, sector agriculture and sector
services can categorize in slow growth sector and high competence sector. (3) Sector mining
have highest output multiplier. (4) Sector agriculture and sector trade, hotel, restaurant have
forward linkage indeks more than one. (5) Sector mining, sector agriculture, and sector trade
hotel restaurant have backward linkage indeks more than one too. (6) Sector agriculture and
sector trade hotel restaurant become key sectors in Southeast Sulawesi Province. This sectors
which need to be developed because by expanding this sector expected to push another eco-
nomic sector.
Keywords: export based sector, LQ, shift-share, input output analysis

PENDAHULUAN  rencana  rencana  pembangunan  meliputi  ren‐


cana  pembangunan  nasional  dan  rencana 
Pembangunan  nasional  mempunyai  dampak  pembangunan  regional.  Pembangunan  eko‐
atas pembangunan daerah, sebab daerah me‐ nomi  nasional  mempunyai  dampak  atas 
rupakan  bagian  integral  dari  suatu  negara.  struktur  ekonomi  nasional  dan  struktur  eko‐
Indonesia  adalah  negara  kesatuan,  dimana  nomi  daerah.  Pembangunan  yang  berorien‐
tasi pada suatu sektor tertentu, biasanya me‐ ningkatan  perekonomian,  sebaliknya  apabila 
nyebabkan  prestasi  sektor  tersebut  mening‐ negatif  menunjukkan  penurunan  perekono‐
kat  baik  di  tingkat  nasional  maupun  di  ting‐ mian  (Azhar,  dkk;  2001).  Sulawesi  Tenggara 
kat  daerah  selama  kurun  waktu  tertentu  sendiri  merupakan  bagian  dari  region  yang 
(Soepono;  1993).  Meski  demikian,  kegiatan  notabene merupakan salah satu provinsi dari 
pembangunan  seyogyanya  lebih  ditujukan  33  provinsi  yang  terdapat  di  Indonesia. 
pada  urusan  peningkatan  kualitas  masyara‐ Menurut  data  dari  Badan  Pusat  Statistik 
kat,  pertumbuhan  ekonomi  dan  pemerataan  (BPS),  Sulawesi  Tenggara  mencatat  pertum‐
ekonomi  yang  optimal,  perluasan  tenaga  buhan  PDRB  Atas  Dasar  Harga  Konstan  se‐
kerja,  dan  peningkatan  taraf  hidup  masya‐ besar  Rp8.643.330  Juta  setara  7,68  persen  di 
rakat.  tahun  2006  atau  meningkat  dari  sebelumnya 
sebesar Rp8.026.856 Juta setara 7,31 persen di 
Salah  satu  ukuran  untuk  melihat  kinerja 
tahun 2005. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 
pembangunan ekonomi dapat dilihat melalui 
secara  nominal  meningkat  namun  secara 
Produk  Domestik  Bruto.  Bila  konteksnya 
pertumbuhannya  mengalami  penurunan, 
daerah  bernama  Produk  Domestik  Regional 
dimana tahun 2006 sebesar Rp15.270.350 juta 
Bruto.  Produk  Domestik  Regional  Bruto 
setara  17,64  persen  atau  meningkat  secara 
(PDRB) di Sulawesi Tenggara pada dasarnya 
nominal  dari  tahun  sebelumnya  sebesar 
terdiri  dari  sembilan  sektor,  yaitu  sektor 
Rp.12.683.406.798,‐  setara  26,42  persen  di  ta‐
pertanian,  pertambangan  dan  penggalian, 
hun  2005.  Pertumbuhan  PDRB  Sulawesi 
industri  pengolahan,  listrik  dan  air  minum, 
Tenggara  Tahun  2001‐2006  atas  Dasar  Harga 
bangunan,  perdagangan,  hotel  dan  restoran, 
Berlaku  &  atas  Dasar  Harga  Konstan,  dapat 
pengangkutan  dan  komunikasi,  keuangan, 
dilihat pertumbuhannya pada Gambar 1. 
persewaan dan jasa persahaan serta jasa‐jasa. 
Bagi  provinsi  Sulawesi  Tenggara,  terda‐
Dalam rangka melihat fluktuasi perkem‐
pat  tiga  sektor  yang  dapat  menyumbangkan 
bangan kinerja ekonomi tersebut akan terlihat 
PDRB dalam jumlah besar yaitu sektor perta‐
melalui  Produk  Domestik  Regional  Bruto 
nian, sektor perdagangan hotel dan restoran, 
(PDRB)  secara  berkala  yaitu  pertumbuhan 
dan  sektor  jasa.  Kontribusi  masing‐masing 
yang  positif  akan  menunjukkan  adanya  pe‐

30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2001 2002 2003 2004 2005 2006

PDRB ADHB PDRB ADHK 2000


 
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2008, Hasil Pengolahan Data 

Gambar 1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2001‐2006 
Atas Dasar Harga Berlaku & Atas Dasar Harga Konstan 

14  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
sektor  berfluktuasi  tiap  tahunnya,  namun  lokal  untuk  menggerakkan  ekonomi  daerah, 
ketiga  sektor  tersebut  menyumbang  hampir  termasuk  tenaga  kerja  dan  bahan  baku  se‐
lebih dari separuh struktur PDRB di Sulawesi  hingga tidak mengimpor dari luar. Upaya ini 
Tenggara.  Dalam  Tabel  1  dapat  dilihat  kon‐ diharapkan  dapat  menghasilkan  kekayaan 
tribusi  sektor  ekonomi  di  Sulawesi  Tenggara  daerah utamanya bergeraknya perekonomian 
tahun 1995 & 2002‐2006.  lokal  yang  lebih  baik.  Terlebih  lagi  dengan 
diberlakukannya  otonomi  yang  memberi 
Kontribusi sektor ekonomi yang besar ini 
kewenangan yang luas kepada daerah untuk 
tentu diharapkan mampu menjadi penggerak 
lebih bertanggung jawab terhadap perkemba‐
roda  ekonomi  lokal  provinsi  Sulawesi  Teng‐
ngan  daerahnya.  Upaya  ini  menjadi  peluang 
gara  sehingga  kegiatan  ekonomi  yang  dila‐
sekaligus  tantangan  untuk  memacu  perkem‐
kukan  menjadi  lebih  nyata  dan  signifikan. 
bangan  ekonomi  regional  Sulawesi  Tenggara 
Sektor  ini  kemudian  ditopang  sektor  pendu‐
memperhatikan  keserasian  dan  keterpaduan 
kung  yang  menjadi  fungsi  total  dari  pereko‐
perkembangan  ekonomi  lokal  agar  tidak 
nomian.  Jika  perekonomian  makin  besar 
terjadi ketimpangan wilayah.   
maka perlu banyak sektor pendukung dalam 
perekonomian  tersebut.  Idealnya  sektor  pen‐ Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya 
dukung  ini  dapat  dipenuhi  oleh  masyarakat  dilakukan  studi  ekonomi  regional  dalam 
lokal.     perekonomian  di  Sulawesi  Tenggara  sekali‐
gus  pemetaan  sektor  ekonomi  ekonomi  baik 
Oleh  karenanya,  ketika  pertumbuhan 
melalui  pendekatan  sektor  basis  maupun 
suatu  daerah  ditentukan  oleh  eksploitasi 
analisis input output. 
kemanfaatan  alamiah  dan  pertumbuhan 
sektor  ekonomi  daerah  yang  bersangkutan.  Tinjauan  literatur  dalam  penelitian  ini 
Idealnya  suatu  daerah  seyogyanya  mampu  sebagai berikut:  
menyediakan  permintaan  akan  sumberdaya 
Sektor  Basis.  Suatu  perencanaan  pem‐

Tabel 1. Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Sektor Ekonomi (Persen)

1995*  PDRB Harga Berlaku  PDRB Harga Konstan 


Sektor Ekonomi  Struktur  Nilai 
2002  2004  2006  2002  2004  2006 
Ouput  Tambah 
1  Pertanian  45.69%  43.58%  41.48%  41.13%  40.73%  38.09%  37.41%  36.19% 
Pertambangan & 
2  5.62%  4.35%  3.70%  5.01%  4.05%  3.54%  5.65%  5.01% 
Penggalian 
3  Industri  0.88%  0.69%  7.03%  6.20%  6.85%  8.47%  7.52%  8.75% 
Listrik, gas, dan air 
4  0.87%  0.69%  0.75%  1.12%  1.01%  0.54%  0.64%  0.70% 
bersih 
5  Bangunan/Konstruksi  8.23%  8.09%  7.67%  7.00%  6.72%  8.04%  7.70%  7.77% 
Perdagangan, Hotel, & 
6  19.95%  20.34%  14.90%  14.95%  14.40%  16.11%  15.30%  15.11% 
Restoran 
Pengangkutan & 
7  4.09%  5.41%  6.19%  6.57%  7.61%  6.78%  7.35%  7.59% 
Komunikasi 
Keuangan, sewa, & Js 
8  12.55%  14.94%  3.71%  4.61%  5.31%  3.86%  4.85%  5.55% 
Pershn 
9  Jasa‐Jasa  2.12%  1.89%  14.58%  13.41%  13.33%  14.56%  13.60%  13.32% 
Sumber: BPS Sulawesi Tenggara Tahun 2008 
  * Tabel Input Output 1995 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  15
bangunan  ekonomi  diperlukan  penentuan  paya  untuk  mengenali  aktivitas  ekonomi 
kegiatan  kegiatan  di  antara  sektor‐sektor  wilayah,  kemudian  meramalkan  pertumbu‐
perekonomian.  Pada  dasarnya,  masing‐ma‐ han dan mengevaluasi dampak aktivitas eko‐
sing  sektor  tidak  berdiri  sendiri  melainkan  nominya.  Basis  ekonomi  dari  sebuah  komu‐
saling berkaitan. Kemajuan suatu sektor tidak  nitas  terdiri  atas  aktivitas‐aktivitas  yang 
akan  terlepas  dari  dukungan  yang  diberikan  menciptakan  pendapatan  dan  kesempatan 
oleh  sektor  lainnya  sehingga  sebenarnya  kerja  utama  pada  sektor  yang  menjadi  tum‐
keterkaitan  antarsektor  ini  dapat  dimanfaat‐ puan  perekonomian.  Studi  basis  ekonomi 
kan  untuk  memajukan  seluruh  sektor  yang  menemukenali  sumber  utama  dari  penda‐
terdapat dalam perekonomian. Dengan meli‐ patan  dan  kesempatan  kerja  sebagai  basis 
hat  keterkaitan  antarsektor  dan  memperhati‐ ekonomi  dari  suatu  wilayah.  Semua  pertum‐
kan  efisiensi  serta  efektivitas  yang  hendak  buhan ekonomi ditentukan oleh sektor dasar. 
dicapai  dalam  pembangunan,  maka  sektor  Sebaliknya pendapatan dan kesempatan kerja 
yang  mempunyai  keterkaitan  tinggi  dengan  non  basis  ditentukan  oleh  pendapatan  dan 
banyak  sektor  pada  dasarnya  merupakan  kesempatan kerja sektor basis.    
sektor  yang  perlu  mendapatkan  perhatian 
Meski  perkembangan  tiap  sektor  ekono‐
lebih (Nazara; 2009).     
mi  terus  terjadi  sehingga  berakumulasi  pada 
Teori  ekonomi  basis  mengklarifikasikan  peningkatan  output,  tidak  serta  merta  men‐
seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sek‐ cerminkan pemerataan pendapatan masyara‐
tor  yaitu  sektor  basis  dan  sektor  non  basis.  kat  dan  penciptaan  lapangan  kerja.  Maka 
Deliniasi  wilayah  dilakukan  berdasarkan  sektor  ekonomi  basis  perlu  didorong  untuk 
konsep  perwilayahan  yaitu  konsep  homoge‐ meningkatkan  pemerataan  pendapatan  dan 
nitas, nodalitas, dan administrasi (Hendayana;  penyediaan  kesempatan  kerja.  Oleh  karena‐
2003).  Dijelaskan  oleh  Rusastra,  dkk  bahwa  nya  sektor  ini  mesti  mendapatkan  perhatian 
yang  dimaksud  kegiatan  basis  merupakan  pemerintah karena memiliki dasar yang kuat 
kegiatan  suatu  masyarakat  yang  hasilnya  sebagai  penopang  kegiatan  perekonomian. 
baik  berupa  barang  maupun  jasa  ditujukan  Melalui  upaya  ini,  pemerintah  diharapkan 
untuk  ekspor  keluar  dari  lingkungan  masya‐ mampu  menurunkan  jumlah  pengangguran, 
rakat atau yang berorientasi keluar, regional,  meningkatkan  distribusi  pendapatan,  dan 
nasional, dan internasional (Hendayana; 2003).  mengurangi angka kemiskinan (Yamin; 2005). 
Konsep  efisiensi  teknis  maupun  efisiensi 
Pengertian  sektor  basis  pada  dasarnya 
ekonomis sangat menentukan dalam pertum‐
harus dikaitkan dengan suatu bentuk perban‐
buhan basis suatu wilayah. Sedangkan kegia‐
dingan, baik itu perbandingan berskala inter‐
tan  non‐basis  merupakan  kegiatan  masyara‐
nasional,  regional,  maupun  nasional.  Dalam 
kat  yang  hasilnya  baik  berupa  barang  atau 
kaitannya  dengan  lingkup  internasional, 
jasa  diperuntukkan  bagi  masyarakat  itu  sen‐
suatu  sektor  dikatakan  unggul  jika  sektor 
diri  dalam  kawasan  kehidupan  ekonomi 
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang 
masyarakat  tersebut.  Konsep  swasembada, 
sama dengan negara lain. Sedangkan lingkup 
mandiri,  kesejahteraan,  dan  kualitas  hidup 
nasional,  suatu  sektor  dapat  dikategorikan 
sangat menentukan dalam kegiatan non basis 
sebagai  sektor  unggulan  apabila  sektor  di 
ini.  
wilayah  tertentu  mampu  bersaing  dengan 
Soepono  (1993)  juga  menjelaskan  bahwa  sektor  yang  sama  yang  dihasilkan  oleh 
studi basis ekonomi regional umumnya beru‐ wilayah  lain  di  pasar  nasional  atau  pasar 

16  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
domestik.  Apabila  sektor  tersebut  menjadi  lain yang membutuhkan dari sektor tersebut. 
sektor  basis  maka  sektor  tersebut  harus 
Informasi mengenai transaksi barang dan 
mengekspor  produknya  ke  daerah  lain, 
jasa  yang  terjadi  antarsektor  produksi  di 
sebaliknya  apabila  sektor  tersebut  menjadi 
dalam  suatu  ekonomi  untuk  analisis  input 
sektor  non  basis  maka  sektor  tersebut  harus 
output  disajikan  dalam  bentuk  matriks  (Re‐
mengimpor produk sektor tersebut ke daerah 
sudarmo et.al, 2002). Data yang terdapat dalam  
lain  (Azhar, dkk; 2001 dan  Antara; 2005). 
tabel  I‐O  menunjukkan  hubungan  dagang 
Prospek  pertumbuhan  output  di  sektor  antarsektor  yang  berada  dalam  perekono‐
basis  sangatlah  penting,  selain  dapat  berpe‐ mian suatu negara. Setiap baris menunjukkan 
ngaruh  kepada  proyeksi  kesempatan  kerja  jumlah  penjualan  dari  sebuah  sektor.  Karena 
untuk satu periode di masa yang akan datang  sebuah sektor tidak menjual barangnya kepa‐
pada  sektor  itu  sendiri  maupun  yang  lain.  da  sektor  yang  ada,  maka  umum  dijumpai 
Kondisi  ini  menyebabkan  perlunya  campur  angka nol dalam sebuah baris di dalam tabel 
tangan  pemerintah  guna  menitikberatkan  I‐O. Kolom dalam tabel I‐O mencatat pembe‐
program  pembangunan  pada  sektor  yang  lian  yang  dilakukan  sebuah  sektor  terhadap 
berpotensi  untuk  dapat  menyerap  tenaga  barang  dan  jasa  yang  dihasilkan  oleh  berba‐
kerja  lebih  banyak.  Prioritas  tersebut  diha‐ gai  sektor  yang  ada  dalam  wilayah  tersebut. 
rapkan  dapat  memperluas  kesempatan  kerja  Jika  angka  yang  berada  dalam  kolom  suatu 
untuk  mengurangi  jumlah  pengangguran  sektor  banyak  dijumpai  angka  nol,  hal  ini 
yang  cederung  semakin  meningkat  seiring  karena  sebuah  sektor  tidak  selalu  membeli 
dengan  peningkatan  jumlah  angkatan  kerja,  barang dan jasa dari seluruh sektor yang ada 
serta  meningkatkan  kesejahteraan  masya‐ di  perekonomian  negara  yang  bersangkutan 
rakat.  (Sahara & Resudarmo, 2002). 
Analisis  Input‐Output.  Untuk  mengi‐ Keterkaitan  antarsektor  ini,  selain  mem‐
dentifikasi  sumber  pertumbuhan  output,  pengaruhi  jumlah  produksi  secara  keseluru‐
maka dilakukan analisis input‐output. Analisis  han  di  dalam  perekonomian,  juga  dapat 
input‐output  pertama  kali  diperkenalkan  oleh  mempengaruhi  jumlah  tenaga  kerja  yang 
W. Leontief pada tahun 1930‐an. Baumol (1972)  dibutuhkan  serta  pendapatan.  Hal  ini  terjadi 
dalam Nazara (2005) menyatakan bahwa ana‐ karena  untuk  memproduksi  output  di  sektor 
lisis input‐output sebagai usaha untuk mema‐ tersebut dibutuhkan tenaga kerja, dan tenaga 
sukkan  fenomena  keseimbangan  umum  da‐ kerja  tersebut  akan  mendapatkan  tambahan 
lam analisis empiris sisi produksi. Analisis ini  pendapatannya  dari  kegiatannya  tersebut. 
melihat  keterkaitan  antarsektor  dalam  suatu  Dengan  demikian  adanya  keterkaitan  antar‐
perekonomian.  Dalam  analisis  input‐output  sektor  dalam  perekonomian,  tidak  hanya 
kegiatan  produksi  suatu  sektor  akan  meng‐ akan mempengaruhi hasil produksi di dalam 
hasilkan dampak ekonomi pada sektor‐sektor  sektor‐sektor  perekonomian  secara  keseluru‐
lainnya  di  dalam  perekonomian  tersebut.  Di  han,  tetapi  juga  akan  mempengaruhi  jumlah 
satu sisi jika suatu sektor tertentu melakukan  tenaga  kerja  dan  pendapatan  di  dalam  pere‐
kegiatan  produksi,  hal  ini  berarti  sektor  konomian secara keseluruhan.  
tersebut meningkatkan permintaannya terha‐
Di  Indonesia,  tabel  input  output  dirilis 
dap hasil produksi sektor lainnya. Di sisi lain, 
oleh Badan Pusat Statistik pertama kali tahun 
peningkatan  output  di  sektor  tersebut  juga 
1971  dan  kemudian  secara  berkala  disusun 
menciptakan  penawaran  bagi  sektor‐sektor 
tabel  I‐O  untuk  tahun  1975,  1980,  1985,  1990, 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  17
1995,  2000,  2003,  dan  2005.  Kerangka  dasar  Location Quotient dan Metode Shift‐Share.  
yang  digunakan  pada  setiap  tabel  input  out‐
Berikutnya,  untuk  analisis  input  output, 
put  diusahakan  untuk  konsisten  satu  sama 
data  yang  digunakan  adalah  data  Input‐Out‐
lain. Namun demikian karena jenis dan mutu 
put  Sulawesi  Tenggara  tahun  1995.  Tabel  in‐
data  yang  digunakan  sebagai  bahan  dalam 
put‐output  (I‐O)  tersebut  menggunakan  tran‐
penyusunan  tabel  input  output  juga  berkem‐
saksi  total  pada  harga  produsen.  Tabel  I‐O 
bang,  maka  penyusunan  tabel  input  output 
yang  dipublikasikan  oleh  badan  pusat  statis‐
pun  pada  prakteknya  mengalami  berbagai 
tik  (BPS)  mempunyai  klasifikasi  54  sektor. 
pengembangan  dan  penyempurnaan,  khu‐
Penggunaan  tabel  analisis  input‐output  yang 
susnya  dalam  hal  klasifikasi,  metode  penyu‐
dilakukan  pada  studi  ini  berdasarkan  I‐O 
sunan dan cara penyajian. 
klasifikasi  9  sektor.  Instrumen  yang  dipakai 
Tabel  input  output  ini  sering  digunakan  untuk  mengolah  dan  menganalisis  data 
untuk  memberikan  gambaran  secara  menye‐ dalam studi ini adalah Microsoft Excel. 
luruh mengenai struktur perekonomian yang 
mencakup  struktur  nilai  tambah  masing‐ Metode Analisis Basis Ekspor 
masing sektor, struktur input antara, struktur 
penyediaan  barang  dan  jasa,  struktur  ekspor  Metode  basis  ekspor  menekankan  bahwa 
dan impor, struktur permintaan dan struktur  kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbu‐
keterkaitan  antarsektor  (Virgowansyah  &  han.  Tumbuh  atau  tidaknya  suatu  wilayah 
Nazara, 2007). Selain analisis struktur pereko‐ ditentukan  kinerja  wilayah  itu  sebagai 
nomian  sebagaimana  telah  disebutkan  di  eksportir  ke  daerah  lain  atau  tidak.  Maka, 
atas,  juga  dilakukan  analisis  lain  yang  meli‐ ketika  sektor  pengekspor  merupakan  sektor 
puti  pengganda  output  (output  multiplier),  basis  maka  sektor  lain  harusnya  mampu 
pengganda  pendapatan  (income  multiplier),  menopang  sektor  basis  sehingga  saat  total 
pengganda  tenaga  kerja  (employment  multi‐ perekonomian makin besar maka pendukung 
plier)  dan  analisis  keterkaitan  (linkage  analy‐ di  dalamnya  makin  banyak.  Seyogyanya, 
sis).  pendukung  sektor  basis  ini  mampu  disedia‐
kan oleh perekonomian lokal sehingga rupiah 
yang  diciptakan  tidak  lari  dari  wilayah  yang 
METODE 
bersangkutan.  Secara  matematis  dapat  ditu‐
liskan sebagai berikut (Nazara, 2009): 
Jenis Data dan Sumber Data 
Total Perekonomian = Base+Non Base atau 
Studi  ini  menggunakan  data  runtun  waktu  T=B+N dimana N=nT. 
(2001–2006) yang diperoleh dari Badan Pusat  1 1
Jadi T=B+nT sehingga T= B, dimana   
Statistik  Sulawesi  Tenggara  serta  data  lain  1 n 1 n
yang relevan dengan studi yang tengah dila‐ merupakan  multiplier  export  based  sector. 
kukan.  Data  tersebut  selanjutnya  dianalisis  Untuk menghitung B terlebih dahulu dilaku‐
dengan  melakukan  pendekatan  deskriptif  kan  identifikasi  sektor  basis  melalui  metode 
dan kuantitatif. Pendekatan deskriptif adalah  Location Quotient. 
penyajian  dan  penyusunan  data  ke  dalam 
tabel  dan  grafik,  sedangkan  pendekatan  Metode Location Quotient 
kuantitatif adalah data yang diperoleh kemu‐
dian dianalisis dengan menggunakan metode  Metode  Location  Quotient  adalah  metode 

18  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
digunakan  untuk  mengetahui  sektor  basis  nomi  maka  dekomposisi  harus  mempunyai 
dan sektor nonbasis dengan membandingkan  nilai  ekonomi,  perbandingan  wilayah  studi 
persentase sumbangan masing‐masing sektor  dan  wilayah  referensi,  serta  logika  ekonomi. 
dalam PDRB Sulawesi Tenggara dengan per‐ Oleh karenanya, metode shift‐share ini kemu‐
sentase  sumbangan  sektor  yang  sama  pada  dian  dikenal  dengan  shift‐share  analysis 
PDRB Jawa Tengah. Menurut Kadariah (1987),  (Nazara,  2009).  Formula  metode  ini  sebagai 
metode ini memiliki bentuk persamaan seba‐ berikut:      
gai berikut: 
gi = G + (Gi – G) + (gi ‐ Gi )  (2) 
vi
vt
LQ     (1 )  Keterangan;  gi  adalah  pertumbuhan  ekonomi 
Vi regional sektor i, Gi adalah pertumbuhan eko‐
Vt
nomi  nasional  sektor  i,  G  adalah  pertumbu‐
dimana; LQ adalah Location Quotient, vi adalah  han  ekonomi  nasional,  G  adalah  pertum‐
output sektor i di suatu daerah, Vi  adalah out‐ buhan ekonomi regional 
put  sektor  i  nasional,  vt  adalah  output  total  Analisis  ini  memberikan  data  tentang 
daerah  tersebut,  Vt  adalah  output  total  nasio‐ kinerja perekonomian regional dalam 3 (tiga) 
nal   bagian  yang  berhubungan  satu  sama  lain 
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga  yaitu  National  Share  (G),  diukur  dengan  cara 
kriteria yaitu (1) LQ>1; artinya komoditas itu  menganalisis  perubahan  pengerjaan  agregat 
menjadi  basis  atau  menjadi  sumber  pertum‐ perekonomian  secara  keseluruhan,  Industry 
buhan.  Komoditas  memiliki  keunggulan  Mix (Gi–G), mengukur perubahan relatif, per‐
komparatif,  hasilnya  tidak  saja  dapat  meme‐ tumbuhan  atau  penurunan  pada  daerah  di‐
nuhi  kebutuhan  wilayah  bersangkutan  akan  bandingkan  dengan  perekonomian  yang  le‐
tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah, (2)   bih  besar  yang  dijadikan  acuan.  Pengukuran 
LQ=1;  artinya  komoditas  itu  tergolong  non  ini  memungkinkan  kita  untuk  mengetahui 
basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.  apakah  perekonomian  daerah  terkonsentrasi 
Produksinya  hanya  cukup  untuk  memenuhi  pada  industri‐industri  yang  tumbuh  lebih 
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu  cepat  ketimbang  perekonomian  yang  dijadi‐
untuk  diekspor,  (3)  LQ<1;  artinya  komoditas  kan  acuan,  Regional  Shift  (gi‐Gi),  menentukan 
juga termasuk non basis. Produksi komoditas  seberapa jauh daya saing industri daerah (lo‐
di  suatu  wilayah  tidak  dapat  memenuhi  ke‐ kal)  dengan  perekonomian  yang  dijadikan 
butuhan sendiri sehingga perlu pasokan dari  acuan.  Oleh  karena  itu,  jika  pergeseran  dife‐
luar.   rensial  dari  suatu  industri  adalah  positif, 
maka  industri  tersebut  lebih  tinggi  daya 
Metode Dekomposisi Shift‐Share   saingnya ketimbang industri yang sama pada 
perekonomian yang dijadikan acuan.  
Shift‐share  adalah  suatu  metode  dekomposisi 
sehingga kemudian dikenal dengan shift‐share  Metode Input‐Output 
decomposition.  Dekomposisi  itu  melakukan 
pemilahan  suatu  elemen  kedalam  beberapa  Kerangka Dasar Model Input Output 
elemen  sehingga  ketika  disatukan  lagi  akan  Kerangka dasar model I‐O terdiri atas empat 
kembali  ke  angka  awal.  Dekomposisi  yang  kuadran  seperti  disajikan  pada  Gambar  2. 
dilakukan  adalah  angka  pertumbuhan  eko‐ Kuadran  pertama  menunjukkan  arus  barang 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  19
dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh  I‐O  membedakan  antara  sektor  endogen  de‐
sektor‐sektor  dalam  suatu  perekonomian.  ngan  sektor  eksogen.  Output,  selain  diguna‐
Kuadran ini menunjukkan distribusi penggu‐ kan  dalam  sistem  produksi  dalam  bentuk 
naan  barang  dan  jasa  untuk  suatu  proses  permintaan  antara,  juga  digunakan  di  luar 
produksi sehingga disebut juga sebagai tran‐ sistem  produksi  dalam  bentuk  permintaan 
saksi  antara  (intermediate  transaction).  Kua‐ akhir.  Input  yang  digunakan  dalam  sistem 
dran  kedua  menunjukkan  permintaan  akhir  produksi ada yang berasal dari dalam sistem 
(final  demand),  yaitu  penggunaan  barang  dan  produksi  berupa  input  antara  dan  juga  ada 
jasa  bukan  untuk  proses  produksi  yang  yang  berasal  dari  luar  sistem  produksi  yang 
biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga,  disebut  input  primer.  Gambar  2  menyajikan 
pengeluaran  pemerintah,  persediaan  (stock),  kerangka dasar model input output. 
investasi  dan  ekspor.  Kuadran  ketiga  mem‐
Selain transaksi antarsektor, juga tercatat 
perlihatkan  input  primer  sektor‐sektor  pro‐
transaksi lain. Perusahaan dalam suatu sektor 
duksi, yaitu semua balas jasa faktor produksi 
menjual  hasil  produknya  ke  konsumen 
yang  biasanya  meliputi  upah  dan  gaji,  sur‐
rumah  tangga,  pemerintah,  dan  perusahaan 
plus usaha, penyusutan dan pajak tidak lang‐
luar  negeri.  Penjualan  ini  dapat  dikelompok‐
sung.  Kuadran  keempat  memperlihatkan  in‐
kan ke dalam suatu neraca yang disebut kon‐
put  primer  yang  langsung  didistribusikan  ke 
sumsi  akhir  (Resudarmo  et.al,  2002;  Sahara  & 
sektor‐sektor permintaan akhir (BPS, 1995). 
Resudarmo,  2002).  Perusahaan  juga  membu‐
Tiap  kuadran  dinyatakan  dalam  bentuk  tuhkan  jasa  tenaga  kerja  dan  memberikan 
matriks.  Bentuk  seluruh  matriks  menunjuk‐ kompensasi  kepada  pemilik  modal.  Pem‐
kan  kerangka  model  I‐O  yang  berisi  uraian  bayaran jasa kepada tenaga kerja dan pemilik 
statistik  mengenai  transaksi  barang  dan  jasa  modal  disebut  pembayaran  untuk  nilai  tam‐
antarberbagai kegiatan ekonomi dalam suatu  bah.  Selain  itu  perusahaan  membeli  barang 
periode  tertentu.  Kumpulan  sektor  produksi  dan jasa dari luar negri atau dengan kata lain 
pada kuadran pertama, yang berisi kelompok  melakukan  impor.  Untuk  memudahkan  ilus‐
produsen,  memanfaatkan  berbagai  sumber‐ trasinya, Tabel 2 menyajikan simplifikasi dari 
daya  dalam  menghasilkan  barang  dan  jasa  tabel I‐O. 
yang  secara  makro  disebut  sebagai  sistem 
Dari Tabel 2 dapat dibuat dua persamaan 
produksi. Sektor di dalam sistem produksi ini 
neraca berimbang: 
dinamakan  sektor  endogen.  Sektor  di  luar 
Baris:  
sistem  produksi,  yaitu  yang  berada  di  kua‐ n

dran  kedua,  ketiga,  dan  keempat  dinamakan  x j 1


ij  f i  xi ; i  1,2,3,..., n    (3)  
sektor  eksogen.  Maka,  terlihat  bahwa  model 
 

Kuadran I :  
 Kuadran II: Permintaan akhir 
Transaksi antarkegiatan 
(nxn)  (nxm) 
Kuadran III:   Kuadran IV:  
Input primer sektor produksi  Input primer permintaan akhir 
(pxn)  (pxm) 

  Sumber: BPS (1995) 
Gambar 2. Kerangka Dasar Model Input‐Output 

20  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
Tabel 2. Simplifikasi Tabel I‐O

Sektor Pembeli  Permintaan  Total 


Sektor Penjual 
1  2  …  n  Akhir  Produksi 
1  X11  X12  …  X1n  f1  X1 
2  X21  X22  …  X2n  f2  X2 
..  …  …  …  …  …  … 
N  Xn1  Xn2  …  Xnn  Fn  Xn 
Nilai Tambah  V1  V2  …  Vn     
Impor  M1  M2  …  Mn     
Total Masukan  X1  X2  …  Xn     
  Sumber: Resudarmo et.al (2002); Nazara (2005) 

Kolom:  Ax + f = x   (8) 


n
   xij  v j  m j  x j ; i  1,2,3,..., n   (4)  dimana aij   Anxn ; fi  f ; dan xi  xnx1 
i 1

Dengan melakukan parameterisasi lanjut 
dimana  xij  adalah  aliran  nilai  barang  dan  jasa 
persamaan (8) didapat hubungan dasar tabel 
dari  sektor  i  ke  sektor  j;  fi  adalah  total  kon‐
I‐O: 
sumsi  akhir;  Vj  adalah  nilai  tambah;  dan  Mj 
adalah impor.  
I  A1 f  x  (9) 
Definisi neraca berimbang adalah jumlah 
Notasi  I  A
1
produksi  sama  dengan  jumlah  masukan.  f  x   dinamakan  seba‐
Aliran dapat ditransformasikan menjadi koe‐
gai  matriks  kebalikan  Leontief    (matriks  mul‐
fisien‐koefisien  dengan  mengasumsikan  bah‐
tiplier  masukan).  Matriks  ini  mengandung 
wa  jumlah  berbagai  pembelian  adalah  tetap 
informasi  penting  tentang  bagaimana  kenai‐
untuk sebuah tingkat total keluaran dan tidak 
kan  produksi  dari  suatu  sektor  akan  menye‐
ada  kemungkinan  subtitusi  antara  sebuah 
babkan  berkembangnya  sektor  lain.  Karena 
bahan  baku  masukan  dengan  bahan  baku 
setiap  sektor  memiliki  pola  yang  berbeda, 
masukan lainnya. Koefisien‐koefisien ini ada‐
maka  dampak  perubahan  produksi  suatu 
lah: 
sektor  terhadap  total  produksi  sektor  lain 
berbeda  pula.  Matriks  kebalikan  Leontief 
aij = xij / xj  (5) 
merangkum seluruh dampak dari perubahan 
atau  produksi suatu sektor terhadap total produk‐
xij = aij xj   (6)   si sektor lain ke dalam koefisien yang disebut 
multiplier. 
dengan mensubtitusikan persamaan (6) ke (3) 
diperoleh:  Efek  Pengganda  dan  Analisis  Keterkaitan 
n AntarSektor 
a
j 1
ij x j  f i  xi ; i  1,2,3,..., n    (7)  
1.  Efek  Pengganda  Ouput.  Analisis  penggan‐
Dalam  notasi  matriks  persamaan  (7)  da Output (Output Multiplier) bertujuan untuk 
dapat ditulis sebagai berikut:  melihat dampak perubahan permintaan akhir 
suatu sektor terhadap semua sektor yang ada 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  21
tiap  satuan  perubahan  jenis  pengganda.  sektor j ditentukan oleh rumus: 
Peningkatan permintaan akhir di suatu sektor  n

j,  tidak  hanya  akan  meningkatkan  output  m ij


  yj  i 1   (13) 
produksi  sektor  j,  tapi  juga  akan  meningkat‐ vj
kan  output  sektor‐sektor  lain  dalam  pereko‐
nomian.  Peningkatan  output  sektor‐sektor  dimana  yj  adalah  pengganda  pendapatan,  mij 
lain tercipta akibat adanya efek langsung dan  adalah unsur dari matriks dampak pendapa‐
efek  tidak  langsung  dari  peningkatan  per‐ tan baris i kolom j, vj adalah  koefisien penda‐
mintaan akhir sektor j (Miller and Blair, 1985).  patan sektor j 
Prosedur  pengukuran  dimulai  dengan  me‐ Angka  yj  mengandung  arti  berapa  pe‐
rumuskan dampak pendapatan yakni sebagai  nambahan  (pengurangan)  pendapatan  bagi 
berikut:  perekonomian  secara  keseluruhan  jika  pen‐
n dapatan  para  pekerja  di  sektor  j  meningkat           
 Oj =   i
ij   (10)  (berkurang ) sebesar satu satuan uang. 

dimana  Oj  adalah  pengganda  output  sektor  j,  3.  Efek  Pengganda  Kesempatan  Kerja.  Meto‐
 ij adalah elemen matriks kebalikan Leontief.   de  ini  digunakan  melihat  peran  suatu  sektor 
dalam  hal  meningkatnya  besarnya  jumlah 
2.  Efek  Pengganda  Pendapatan.  Metode  ini  tenaga  kerja  yang  dapat  diserap  oleh  suatu 
digunakan  untuk  melihat  besarnya  kenaikan  perekonomian. Suatu sektor dikatakan memi‐
total  pendapatan  masyarakat  untuk  setiap  liki  peran  yang  tinggi  jika  pengukuran  in‐
kenaikan  satu  satuan  output  yang  dihasilkan  deksnya  lebih  besar  dari  satu.  Dampak  ke‐
suatu  sektor.  Sebuah  sektor  dikatakan  mem‐ sempatan  kerja  dapat  dirumuskan  sebagai 
punyai  peranan  yang  tinggi  dalam  menarik  berikut: 
pendapatan  masyarakat  jika  pengukuran  ^
indeksnya  lebih  besar  dari  satu.  Prosedur  E  L(1  A d ) 1   (14) 
pengukuran  dimulai  dengan  merumuskan 
dampak pendapatan yakni sebagai berikut:  dimana;  E  adalah  matriks  dampak  kesempa‐
tan  kerja,  L̂ adalah  matriks  koefisien  tenaga 
^
1
M =  V (1  A )   d
(11)  kerja  yaitu  berisi  rasio  tenaga  kerja  terhadap 
total input tiap sektor.  
dimana;  M  adalah  matriks  dampak  pendapa‐ Matriks  ini  adalah  matriks  diagonal 
tan berukuran nxn;  Vˆ  adalah matriks koefisi‐ dengan komponennya diperoleh dengan  
en pendapatan berukuran nxn;  (1  A d ) 1 adalah 
TK j
matriks pengganda output total.   lj =    (15) 
Xj
Matriks  Vˆ merupakan  matriks  diagonal.  dimana TKj adalah jumlah tenaga kerja sektor 
Dengan  demikian,  dampak  pendapatan  ada‐ j, Xj adalah total input sektor j 
lah perkalian matriks diagonal koefisien pen‐
dapatan  dengan  pengganda  output.  Dampak  Perubahan  jumlah  tenaga  kerja  yang 
perubahan  permintaan  akhir  terhadap  peru‐ dibutuhkan  karena  perubahan  permintaan 
bahan pendapatan menjadi:  akhir  domestik  tiap  sektor  dirumuskan 
^ dengan: 
M  V (1  A) 1 F   (12)  ^
E  L(1  A d )F d   (16) 
Angka  pengganda  pendapatan  untuk 

22  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
Angka  pengganda  kesempatan  kerja  dimana IKDLi adalah indeks keterkaitan lang‐
sektor j ditentukan oleh rumus:  sung  ke  depan  sektor  i,  aij  adalah  koefisien 
n input antara sektor j yang berasal dari sektor i 
e ij
zj  i 1   (17)  Analisis  Keterkaitan  Langsung  Ke  bela‐
lj kang.  Konsep  ini  diartikan  sebagai  kemam‐
dimana zj adalah pengganda kesempatan kerja  puan  suatu  sektor  untuk  meningkatkan  per‐
(employment  multiplier  sektor  j),  eij  adalah  tumbuhan  industri  hulunya.  Tingkat  keter‐
elemen matriks dampak kesempatan kerja (E)  kaitan  langsung  kebelakang  dapat  dilihat 
baris i kolom j, lj adalah koefisien tenaga kerja  dari  jumlah  nilai  koefisien  input  antara  dari 
j.  sektor  j  atau  jumlah  elemen  matriks  A    pada 
Angka  zj  mengandung  arti  berapa  pe‐ kolom  j.  Semakin  besar  angka  ini  ketika 
nambahan  (pengurangan)  kesempatan  kerja  bernilai  lebih  besar  dari  satu  menunjukkan 
bagi  perekonomian  secara  keseluruhan  jika  semakin  besar  keterkaitan  langsung  ke  bela‐
kesempatan  kerja  di  sektor  j  meningkat  (ber‐ kang.  Pengukuran  indeks  ini  adalah  sebagai 
kurang) sebesar satu orang.  berikut: 
n
n aij
4.  Analisis  Keterkaitan.  Melalui  tabel  input    (19) 
IKBL j  i 1
output dapat juga dilihat atau dianalisis keter‐ n n

kaitan  total  antarsektor  (total  sektor  linkage   a


i 1 j 1
ij

effect)  yakni  pertama,  efek  berantai  kepada 


dimana IKBLj adalah indeks keterkaitan lang‐
sektor  lain  yang  menggunakan  output  dari 
sung ke belakang sektor j, aij adalah koefisien 
sektor  pertama  sebagai  inputnya,  yang  dise‐
input  antara  sektor  j  yang  berasal  dari  sektor 
but  indeks  keterkaitan  langsung  ke  depan. 
i. 
baik Kedua, efek berantai kepada sektor yang 
memberi  input  kepada  sektor  tertentu,  yang 
disebut  indeks  keterkaitan  ke  belakang  HASIL DAN PEMBAHASAN 
(Hartono, 2009).   
Analisis Keterkaitan Langsung Ke depan.  Pada  bagian  ini  akan  ditampilkan  hasil  esti‐
Konsep  ini  diartikan  sebagai  kemampuan  masi  dengan  menggunakan  metode  yang  te‐
suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan  lah diuraikan di atas. Berikut penyajian hasil 
produksi sektor lain yang memakai input dari  pengolahan serta pembahasannya. 
sektor  ini.  Tingkat  keterkaitan  langsung  ke 
Metode Analisis Basis Ekspor     
depan  dapat  dilihat  dari  jumlah  nilai 
koefisien  input  yang  sebaris  dengan  sektor  i 
1.  Metode  Location  Quotient.  Metode  ini 
atau  jumlah  elemen  matriks  A  pada  baris  i. 
digunakan  untuk  mengetahui  apakah  ada 
Semakin besar angka ini ketika bernilai lebih 
keunggulan komparatif dalam perekonomian 
besar  dari  satu  menunjukkan  semakin  besar 
daerah  yang  dianalisis  sehingga  dapat  dike‐
tingkat  keterkaitan  langsung  kedepan  sektor 
tahui sektor basis ekonomi wilayah Sulawesi 
i. Penghitungannya sebagai berikut: 
Tenggara.  Hasil  analisis  dapat  dilihat  pada 
n
n aij
Lampiran Tabel L1.  
IKDLi 
j 1   (18) 
n n Berdasarkan  analisis  maka  yang  terma‐
 a
i 1 j 1
ij suk sektor basis di Sulawesi Tenggara adalah 
sektor  pertanian,  sektor  bangunan,  sektor 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  23
pengangkutan & komunikasi, dan sektor jasa.   dan  komunikasi,  serta  keuangan,  sewa,  dan 
Selain  itu  dengan  menggunakan  koefi‐ jasa  perusahaan  menunjukkan  bahwa  per‐
sien  LQ  dapat  juga  diketahui  pengganda  tumbuhan  sektor  ekonomi  tersebut  lebih 
sektor  basis.  Hasilnya  dapat  dilihat  pada  tinggi  daripada  pertumbuhan  ekonomi  di 
Lampiran  Tabel  L2  tampak  nilai  pengganda  tingkat  nasional.  Sebaliknya  industry  mix 
cukup  besar.  Nilai  ini  mengandung  makna  bernilai  negatif  yang  dimiliki  oleh  sektor  in‐
bahwa  sektor  basis  perlu  ditopang  oleh  dustri,  bangunan,  perdagangan,  hotel,  dan 
sektor  non  basis  atau  sektor  pendukung  restoran  serta  jasa  menunjukkan  bahwa  per‐
sehingga keduanya  dapat berkontribusi pada  tumbuhan  sektor  tersebut  lebih  kecil  dari 
total  perekonomian  Sulawesi  Tenggara.  Jika  pertumbuhan ekonomi nasional. Regional shift 
perekonomian  makin  besar  maka  perlu  bernilai  positif  pada  sektor  pertanian,  per‐
banyak  sektor  pendukung  dalam  perekono‐ tambangan  dan  galian,  listrik,  gas,  dan  air 
mian  tersebut  yang  harusnya  mampu  bersih, pengangkutan dan komunikasi, keua‐
disediakan oleh perekonomian lokal.  ngan,  sewa,  dan  jasa  perusahaan  serta  jasa‐
Meski demikian masih ada peluang bagi  jasa  menunjukkan  bahwa  pertumbuhan  sek‐
Sulawesi  Tenggara  untuk  mengembangkan  tor  ekonomi  tersebut  lebih  tinggi  daripada 
sektor lain seperti sektor perdagangan, hotel,  pertumbuhan sektor ekonomi sejenis di ting‐
dan  restoran  karena  potensi  wisata  belum  kat  nasional.  Ini  juga  menunjukkan  bahwa 
digarap  secara  optimal  meski  memiliki  po‐ kontribusi  sektor  ekonomi  tersebut  cukup 
tensi  yang  besar  dan  beragam  seperti  Pulau  besar  dibanding  kontribusi  sektor  sejenis  di 
Wakatobi.  Padahal  sektor  ini  memiliki  kon‐ wilayah  Sulawesi.  Begitu  juga  sebaliknya 
tribusi  cukup  besar  dalam  pembentukan  untuk regional shift yang bernilai negatif.  
PDRB  di  Sulawesi  Tenggara  seperti  terlihat  Kedua,  pada  tahun  2006  pertumbuhan 
pada Tabel 1.  tiap  sektor  ekonomi  di  Sulawesi  Tenggara 
disumbang  oleh  pertumbuhan  ekonomi 
2.  Metode  Dekomposisi  Shift‐Share.  Metode 
nasional  (national  share)  sebesar  5,35  persen. 
ini  digunakan  untuk  mengetahui  perubahan 
Industry  mix  bernilai  positif  yang  dimiliki 
struktur  ekonomi  daerah  studi  bila  diban‐
oleh  sektor  industri,  listrik,  gas,  dan  air  ber‐
dingkan  dengan  daerah  referensi  sehingga 
sih,  konstruksi,  pengangkutan  dan  komuni‐
dapat  ditentukan  kinerja  atau  produktivitas 
kasi,  keuangan,  sewa,  dan  jasa  perusahaan 
ekonomi  daerah  dibanding  dengan  daerah 
serta  jasa‐jasa.  Ini  menunjukkan  bahwa  per‐
yang  lebih  besar.  Hasil  analisis  disajikan 
tumbuhan  sektor  ekonomi  tersebut  lebih 
dalam Lampiran Tabel L3.  
tinggi  daripada  pertumbuhan  ekonomi  di 
Berdasarkan  estimasi  dapat  dijelaskan  tingkat  nasional.  Sebaliknya  industry  mix 
pertumbuhan  tiap  sektor  ekonomi  di  bernilai  negatif  yang  dimiliki  oleh  sektor 
Sulawesi  Tenggara  dari  tahun  2002  hingga  pertanian,  pertambangan  dan  galian,  bangu‐
tahun  2006  yang  dipengaruhi  komponen‐ nan,  perdagangan,  hotel,  dan  restoran  serta 
komponen:  Pertama,  Tahun  2003  pertumbu‐ pengangkutan dan komunikasi menunjukkan 
han tiap sektor ekonomi di Sulawesi Tengga‐ bahwa  pertumbuhan  sektor  tersebut  lebih 
ra  disumbang  oleh  pertumbuhan  ekonomi  kecil dari pertumbuhan ekonomi secara kese‐
nasional  (national  share)  sebesar  4,63  persen.  luruhan  di  tingkat  nasional.  Regional  shift 
Industry  mix  bernilai  positif  yang  dimiliki  bernilai  positif  pada  sektor  pertanian,  indus‐
oleh sektor pertanian, pertambangan dan ga‐ tri,  listrik,  gas,  dan  air  bersih,  keuangan, 
lian, listrik, gas, dan air bersih, pengangkutan  sewa, dan jasa perusahaan serta jasa‐jasa me‐

24  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
nunjukkan  bahwa  pertumbuhan  sektor  eko‐ Berdasarkan  Lampiran  Tabel  L4,  terlihat 
nomi  tersebut  lebih  tinggi  daripada  pertum‐ bahwa  konsumsi  rumah  tangga  memiliki 
buhan  sektor  ekonomi  sejenis  di  tingkat  kontribusi  paling  besar  yakni  Rp1.213.500 
nasional  Ini  juga  menunjukkan  bahwa  kon‐ juta  setara  46,72  persen  kemudian  diikuti 
tribusi  sektor  ekonomi  tersebut  cukup  besar  oleh  pos  ekspor  barang,  investasi,  pengelua‐
dibanding  kontribusi  sektor  sejenis  di  wila‐ ran pemerintah, dan impor. Tingginya kontri‐
yah  Sulawesi.  Begitu  juga  sebaliknya  untuk  busi  nilai  ekspor  dan  investasi  menunjukkan 
regional shift yang bernilai negatif.  bahwa  potensi  lokal  daerah  ini  mampu 
Selain  itu,  dalam  rentang  periode  ini  menarik  minat  investor  selain  produksinya 
sektor  yang  mempunyai  industry  mix  dan  cukup  baik  sehingga  gerak  ekonomi  lokal 
regional shift yang positif adalah sektor listrik  tidak  begitu  didominasi  oleh  pemerintah 
gas  dan  air,  serta  keuangan,  sewa,  dan  jasa  daerah sebagaimana yang jamak terjadi pada 
perusahaan.  Kedua  sektor  ini  dapat  dikate‐ beberapa  daerah  di  Indonesia.  Kondisi  ini 
gorikan  sebagai  sektor  tumbuh  cepat  serta  juga ditunjukkan oleh rendahnya impor yang 
mempunyai daya saing tinggi.   berarti bahwa ekonomi lokal mampu menye‐
Sektor dengan industry mix bernilai posi‐ diakan  barang  atau  jasa  yang  dibutuhkan 
tif  dan  regional  shift  bernilai  negatif  adalah  oleh  perekonomian.  Bandingkan  dengan 
sektor  pengangkutan  dan  komunikasi.  Maka  menggunakan  tabel  input‐output  tahun  1995 
sektor ini dapat dikategorikan sebagai sektor  tingkat  nasional  sebagaimana  dalam  Lampi‐
yang mampu tumbuh cepat namun memiliki  ran Tabel L5. 
daya  saing  rendah.  Kemudian,  sektor  yang  Tabel  L5  memperlihatkan  dominasi  sek‐
lain  masuk  kategori  sektor  yang  tumbuh  tor konsumsi cukup tinggi baik untuk tingkat 
lambat  namun  punya  daya  saing  tinggi  region  di  Sulawesi  Tenggara  maupun  nasio‐
seperti  sektor  pertanian  dan  sektor  jasa.  nal.  Berikutnya  sama,  diikuti  oleh  pos  inves‐
Sisanya  berupa  sektor  yang  masuk  kategori  tasi dan konsumsi yang persentase kontribu‐
tumbuh lambat dan daya saing rendah yakni  sinya  mencapai  lebih  dari  dua  puluh  persen. 
sektor  pertambangan  &  galian,  bangunan,  Perbedaan  terlihat  pada  pos  impor  dimana 
serta perdagangan, hotel, & restoran.  kontribusi  impor  di  Sulawesi  Tenggara  lebih 
kecil  daripada  tingkat  nasional.  Sebaliknya 
Metode Analisis Input‐Output   pada  pos  pengeluaran  pemerintah  dimana 
1.  Struktur  Pendapatan  Nasional.  Melalui  kontribusi  pengeluaran  pemerintah  di  Sula‐
analisis  input‐output  tahun  1995  akan  diurai‐ wesi Tenggara lebih besar daripada nasional. 
kan struktur pendapatan nasional di provinsi  2.  Efek  Pengganda.  Analisis  input‐output 
Sulawesi Tenggara baik dari sisi pengeluaran.   tahun  1995  dibahas  dengan  efek  pengganda 
Struktur  pendapatan  nasional  berdasar  baik  efek  pengganda  output,  efek  pengganda 
pengeluaran,  menunjukkan  struktur  penda‐ pendapatan, maupun efek pengganda tenaga 
patan  nasional  sebagai  penjumlahan  dari  se‐ kerja. 
luruh  pengeluaran  agregat  yang  dilakukan  Efek Pengganda Output. Pengganda Out‐
oleh  pelaku  ekonomi  dalam  suatu  perekono‐ put  (Output  Multiplier)  bertujuan  untuk  meli‐
mian.  Komponen  pengeluaran  agregat  yaitu  hat  dampak  perubahan  permintaan  akhir 
konsumsi  rumah  tangga,  investasi  perusaha‐ suatu sektor terhadap semua sektor yang ada 
an, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan im‐ tiap satuan perubahan jenis pengganda. Tabel 
por.  L6  menyajikan  analisis  efek  pengganda  out‐
put. 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  25
Sektor  pertambangan  &  penggalian  me‐ yang  dihasilkan  oleh  sektor  pertambangan 
miliki  pengganda  output  tertinggi  (3,01425),  dan penggalian, total pendapatan masyarakat 
kemudian diikuti sektor pertanian dan sektor  di  Sulawesi  Tenggara  akan  meningkat 
industri  pengolahan  yang  masing‐masing  sebesar  Rp0,30322  milyar.  Nilai  ini  termasuk 
bernilai  2,36691  dan  2,01438.  Hal  ini  berarti  paling  kecil  jika  dibandingkan  dengan  nilai 
setiap  kenaikan  permintaan  output  sektor  ini  pengganda sektor lain. 
sebesar  Rp1,  berdampak  meningkatkan  out‐
Efek  Pengganda  Kesempatan  Kerja. 
put  perekonomian  secara  keseluruhan  ma‐
Metode  ini  digunakan  melihat  peran  suatu 
sing‐masing  sebesar    Rp  3,01425;  Rp  2,36691; 
sektor  dalam  hal  meningkatnya  besarnya 
dan  Rp  2,01438.  Tiap  sektor  ini  berkekuatan 
jumlah  tenaga  kerja  yang  dapat  diserap  oleh 
besar  dalam  menstimulir  pertumbuhan  dan 
suatu  perekonomian.  Suatu  sektor  dikatakan 
dibutuhkan oleh sektor lain. Sedangkan, sek‐
memiliki  peran  yang  tinggi  jika  pengukuran 
tor yang memiliki pengganda bernilai rendah 
indeksnya lebih besar dari satu.  
yakni  sektor  transportasi  dan  sektor  keua‐
ngan,  sewa,  dan  jasa  perusahaan  menunjuk‐ Hasil  pengganda  kesempatan  kerja  sek‐
kan  sektor  ini  tidak  banyak  membutuhkan  tor‐sektor perekonomian di Sulawesi Tengga‐
input dari sektor lain.  ra  disajikan  pada  Lampiran  Tabel  L8  menun‐
jukkan  bahwa  sektor  industri  pengolahan 
Efek Pengganda Pendapatan. Metode ini 
memberi  nilai  terbesar  jika  dibanding  sektor 
digunakan  untuk  melihat  besarnya  kenaikan 
lain. Adapun sektor berikutnya yang menyu‐
total  pendapatan  masyarakat  untuk  setiap 
sul adalah sektor jasa‐jasa; pertanian; pertam‐
kenaikan  satu  satuan  output  yang  dihasilkan 
bangan  &  penggalian;  listrik,  gas,  &  air 
suatu  sektor.  Tabel  L7  menyajikan  data  efek 
minum;  perdagangan,  hotel,  &  restoran; 
pengganda pendapatan. 
bangunan;  transportasi  &  komunikasi;  serta 
Hasil  dari  dampak  dan  pengganda  pen‐ keuangan, sewa, dan jasa perusahaan.  
dapatan sektor‐sektor perekonomian di Sula‐
Nilai  pengganda  kesempatan  kerja  di 
wesi  Tenggara  menunjukkan  bahwa  sektor 
sektor  industri  pengolahan  sebesar  0,97147. 
keuangan,  sewa,  dan  jasa  perusahaan  mem‐
Dengan  asumsi  ada  keterkaitan  antarsektor 
beri  nilai  terbesar  jika  dibanding  sektor  lain. 
maka  jika  terjadi  peningkatan  output  sektor 
Adapun sektor berikutnya adalah sektor per‐
industri  pengolahan  sebesar  1  milyar,  ber‐
tambangan  dan  penggalian;  perdagangan, 
dampak pada penambahan kesempatan kerja 
hotel,  dan  restoran;  jasa‐jasa;  bangunan;  per‐
bagi  perekonomian  secara  keseluruhan  sebe‐
tanian;  transportasi,  dan  komunikasi;  listrik, 
sar 971 orang. Dampak kesempatan kerja ter‐
gas, & air serta industri.  
hadap  sektor  industri  pengolahan  sendiri 
Nilai  pengganda  pendapatan  di  sektor  adalah naik sebesar 761 orang  sesuai dengan 
keuangan, sewa, dan jasa perusahaan sebesar  koefisien teknisnya. 
0,75565.  Nilai  tersebut  mengandung  arti 
Begitu  juga  untuk  sektor  keuangan, 
bahwa  untuk  setiap  kenaikan  satu  satuan 
sewa,  dan  jasa  perusahaan  dengan  nilai 
output  yang  dihasilkan  sektor  jasa‐jasa,  total 
sebesar  0,10195.  Dengan  asumsi  yang  sama, 
pendapatan  masyarakat  Sulawesi  Tenggara 
jika  terjadi  peningkatan  output  sektor  keua‐
akan meningkat sebesar Rp 0,75565 milyar.   
ngan,  sewa,  dan  jasa  perusahaan  sebesar  1 
Begitu juga untuk sektor industri dengan  milyar,  berdampak  pada  penambahan  ke‐
nilai sebesar 0,30322 mengandung arti bahwa  sempatan  kerja  bagi  perekonomian  secara 
untuk  setiap  kenaikan  satu  satuan  output  keseluruhan sebesar 9 orang. Dampak kesem‐

26  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
patan  kerja  terhadap  sektor  keuangan,  sewa,  bangan  &  penggalian  dan  sektor  pertanian 
dan  jasa  perusahaan  sendiri  begitu  kecil.  Ini  memiliki  nilai  yang  tinggi  dibandingkan 
menunjukkan bahwa sektor ini kurang sensi‐ sektor  lainnya.  Hal  tersebut  dapat  dilihat 
tif  dalam  menciptakan  lapangan  kerja.  Nilai  dalam Tabel L10. 
ini  termasuk  paling  kecil  jika  dibandingkan 
Selain  sektor  pertambangan  &  pengga‐
dengan nilai pengganda sektor lain. 
lian,  sektor  pertanian,  serta  sektor  perdaga‐
3.  Analisis  Keterkaitan.  Analisis  tabel  input  ngan  hotel  &  restoran  juga  memiliki  nilai 
output dapat juga dilihat atau dianalisis keter‐ yang  lebih  besar  dari  satu.  Nilai  tersebut 
kaitan  total  antarsektor  (total  sektor  linkage  mengandung  arti  bahwa  sektor  pertamba‐
effect)  yakni  indeks  keterkaitan  langsung  ke  ngan  &  penggalian,  sektor  pertanian,  serta 
depan,    indeks  keterkaitan  kebelakang,  serta  sektor  perdagangan,  hotel  &  restoran  mem‐
analisis keterkaitan antarsektor.   punyai  kemampuan  yang  kuat  untuk  mena‐
rik  pertumbuhan  sektor  hulunya  karena 
Analisis Keterkaitan Langsung Ke depan. 
setiap  satu  satuan  peningkatan  permintaan 
Hasil  analisis  keterkaitan  langsung  ke  depan 
akhir  pada  setiap  lima  sektor  tersebut  akan 
menunjukkan  bahwa  sektor  pertanian  dan 
mendorong  peningkatan  output  pada  sektor‐
perdagangan  hotel  &  restoran  memiliki  nilai 
sektor  yang  menggunakannya  sebagai  input 
yang tinggi dibandingkan sektor lainnya. Hal 
dimana  peningkatannya  sektor  hulunya 
tersebut  dapat  dilihat  dalam  Lampiran  Tabel 
masing‐masing  sebesar  1,57147  untuk  sektor 
L9. 
pertambangan  &  penggalian;  1,23398  untuk 
Sektor  pertanian  dan  perdagangan  hotel  sektor  pertanian;  serta  1,0233  untuk  sektor 
&  restoran  memiliki  nilai  keterkaitan  lang‐ perdagangan, hotel & restoran. 
sung kedepan masing‐masing sebesar 2,83369 
Analisis  Keterkaitan  Total  AntarSektor 
dan  1,27585.  Nilai  ini  yang  dihasilkan  oleh 
dan  Penentuan  Sektor  Prioritas.  Melalui  Ta‐
kedua  sektor  menunjukkan  bahwa  sektor 
bel  L11  terlihat  bahwa  sektor  pertanian  dan 
pertanian  dan  perdagangan  hotel  &  restoran 
sektor perdagangan hotel & restoran menjadi 
mempunyai kemampuan kuat untuk mendo‐
sektor  prioritas  dalam  perekonomian  Pro‐
rong  pertumbuhan  output  industri  hilirnya. 
vinsi Sulawesi Tenggara karena kedua sektor 
Selain  itu,  output  yang dihasilkan  dari  kedua 
ini  memiliki  nilai  keterkaitan  kedepan  dan 
sektor di atas merupakan komoditas interme‐
nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar 
dier,  dalam  artian  menjadi  komponen  bahan 
dari  satu.  Sektor  ini  dalam  jangka  panjang 
baku  bagi  industri  dan  sektor  perekonomian 
dapat  mendorong  tumbuhnya  sektor  lain 
lainnya. 
dalam perekonomian, strategi jangka panjang 
Analisis  Keterkaitan  Langsung  Ke  bela‐ umumnya  ditujukan  untuk  menciptakan 
kang.  Hasil  analisis  keterkaitan  langsung  ke  pertumbuhan  ekonomi  yang  berkelanjutan. 
depan  menunjukkan  bahwa  sektor  pertam‐ Dalam kuadran keterkaitan antarsektor pere‐

Kuadran II :  Kuadran I : 
   Pertanian, Perdagangan, Hotel, & Restoran 
Kuadran III :  Kuadran IV : 
Listrik & Air Bersih, Angkutan & Komunikasi  Pertambangan 
Bangunan, Jasa, Bank, Lemb. Keuangan, dan lainnya  Industri Pengolahan 

Gambar 3. Kuadran Keterkaitan AntarSektor Ekonomi di Sulawesi Tenggara 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  27
konomian  Sulawesi  Tenggara  terlihat  jelas  sektor bangunan/konstruksi. 
bahwa  kedua  sektor  memegang  peran  Ketujuh, Sektor pertambangan dan peng‐
penting (Gambar 3).  galian  memiliki  pengganda  output  tertinggi, 
sedangkan  sektor  keuangan,  sewa,  dan  jasa 
KESIMPULAN  perusahaan  mempunyai  pengganda  output 
terendah. 
Melalui  analisis  yang  dilakukan  dengan  Kedelapan,  Sektor  pertanian  dan  perda‐
menggunakan  metode  LQ,  SS,  dan  analisis  gangan hotel & restoran memiliki nilai keter‐
input‐output untuk Sulawesi Tenggara dipero‐ kaitan  langsung  ke  depan  lebih  besar  dari 
leh  temuan  sebagai  berikut:  Pertama,  Sektor  satu. 
pertanian,  sektor  bangunan/konstruksi,  sek‐ Kesembilan,  Sektor  pertambangan  & 
tor  pengangkutan  &  telekomunikasi,  serta  penggalian, sektor pertanian, serta sektor per‐
sektor  jasa  menjadi  sektor  basis  di  Sulawesi  dagangan hotel & restoran juga memiliki nilai 
Tenggara,  keterkaitan  langsung  ke  belakang  yang  lebih 
Kedua,  Pengganda  sektor  basis  yang  ber‐ besar dari satu.    
nilai  besar  ada  pada  sektor  pengangkutan  Terakhir, Sektor pertanian dan sektor per‐
dan komunikasi serta sektor jasa‐jasa,   dagangan, hotel, dan restoran menjadi sektor 
Ketiga,  Sektor  yang  mengalami  industry  kunci  dalam  perekonomian  di  Sulawesi 
mix dan regional shift positif adalah sektor lis‐ Tenggara. 
trik  gas  dan  air,  serta  keuangan,  sewa,  dan  Pemprov  tetap  perlu  memperhatikan 
jasa  perusahaan.  Kedua  sektor  ini  dapat  di‐ sektor  lain  seperti  sektor  pengangkutan  & 
kategorikan  sebagai  sektor  tumbuh  cepat  komunikasi  serta  sektor  jasa  meski  sektor 
serta mempunyai daya saing tinggi.   pertanian  dan  perdagangan  hotel  &  restoran 
Keempat,  Sektor  dengan  industry  mix  menjadi  sektor  unggulan.  Karena  ketergan‐
bernilai positif dan regional shift bernilai nega‐ tungan  antarsektor  ada  sehingga  jika  tidak 
tif  adalah  sektor  pengangkutan  dan  komu‐ diperhatikan  dapat  mengganggu  kegiatan 
nikasi.  Maka  sektor  ini  dapat  dikategorikan  ekonomi lokal di Sulawesi Tenggara. 
sebagai  sektor  yang  mampu  tumbuh  cepat 
Pemerintah  provinsi  Sulawesi  Tenggara 
namun memiliki daya saing rendah.  
haruslah  menciptakan  kebijakan  yang  dapat 
Kelima,  Sektor  yang  lain  masuk  kategori  mendorong  tumbuhnya  sektor  basis  di 
sektor  yang  tumbuh  lambat  namun  punya  samping  memberdayakan  potensi  sektor 
daya saing tinggi seperti sektor pertanian dan  pendukung  dalam  hal  ini  sektor  non  basis. 
sektor jasa.   Pengganda  sektor  nonbasis  cukup  besar 
Keenam, Sektor yang masuk kategori sek‐ bahkan lebih tinggi daripada sektor basis, jika 
tor yang tumbuh lambat dan daya daing ren‐ mampu  dikelola  dengan  baik  dimana  ketika 
dah  yakni  sektor  pertambangan  dan  galian,  perekonomian berkembang dan memerlukan 
bangunan,  serta  perdagangan,  hotel,  dan  sektor  pendukung  dalam  hal  ini  sektor  non 
restoran.sektor  industri,  listrik  gas  dan  air,  basis.  Upaya  ini  harusnya  dapat  dipenuhi 
bangunan dan konstruksi, perdagangan hotel  oleh  ekonomi  lokal  sehingga  dapat  membe‐
dan  restoran,  angkutan  dan  komunikasi,  ke‐ rikan  manfaat  bagi  warga  Provinsi  Sulawesi 
mudian  jasa‐jasa.  Selain  itu,  hampir  semua  Tenggara. 
sektor  mempunyai  daya  saing  tinggi  kecuali  Pemerintah  provinsi  Sulawesi  Tenggara 

28  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
perlu memperhatikan kabupaten yang masuk  dan  Non  Basis  di  Provinsi  Nangroe  Aceh 
dalam  kategori  kabupaten  potensial  seperti  Darussalam. Makalah. 
Kabupaten Wakatobi dan Kota Bau‐Bau yang  Badan Pusat Statistik. 1995. Kerangka Teori dan 
masuk  dalam  kategori  kabupaten  berkem‐ Analisis  Tabel  Input  Output.  Jakarta: 
bang cepat yang pada akhirnya berkontribusi  Badan Pusat Statistik.  
dalam  peningkatan  pendapatan  di  Sulawesi 
BPS  Sulawesi  Tenggara.  2007.  Produk  Domes‐
Tenggara pada umumnya.  
tik  Regional  Bruto  Sulawesi  Tenggara  Ta‐
Pemerintah  perlu  melakukan  perenca‐ hun 2000‐2006. Sulawesi Tenggara.  
naan  menyeluruh  bila  alan  mengembangkan 
BPS  Sulawesi  Tenggara.  2008,  Sulawesi  Teng‐
sektor  prioritas.  Karena  strategi  yang  dipilih 
gara  dalam  Angka  2008.  Sulawesi  Teng‐
akan  menimbulkan  perdebatan  dimana  sek‐
gara: Badan Pusat Statistik.  
tor  prioritas  yang  dipilih  tidak  membahaya‐
kan  lingkungan  atau  sebaliknya.  Alternatif  Hartono, Djoni. 2009. Bahan Kuliah Model Eko‐
perencanaan  dapat  dengan  menerapkan  tek‐ nomi.  Bahan  Ajar  Kuliah  Model  Eko‐
nologi  yang  sesuai  sehingga  dapat  menghe‐ nomi  PPIE  Fakultas  Ekonomi  Universi‐
mat sumberdaya alam dan mengurangi inten‐ tas Indonesia. 
sitas  polusi  sehingga  tidak  merusak  lingku‐ Hendayana,  Rachmat.  2003,  Aplikasi  Metode 
ngan  dan    keberlangsungan  dapat  lebih  ter‐ Location  Quotient  (LQ)  dalam  Penentuan 
jaga.  Komoditas  Unggulan  Nasional.  Informa‐
tika Pertanian, Vol 13, Desember. 
Pemerintah  perlu  meningkatkan  daya 
saing  produk  domestik  terhadap  komoditi  Kadariah. 1987. Perhitungan Pendapatan Nasio‐
yang  akan  diperdagangkan  jangan  hanya  nal. Jakarta: LP3ES.  
melakukan  kegiatan  perdagangan  yang  ko‐ Miller, Ronald E. & Peter D Blair. 1985. Input‐
moditinya  tidak  memberikan  nilai  tambah.  Output  Analysis:  Foundations  and  Exten‐
Salah  satunya  melalui  perbaikan  infrastruk‐ sions. New Jersey: Prentice Hall.  
tur  setidaknya  mendekati  dengan  yang  di‐ Nazara,  Suahazil.  2005.  Analisis  Input‐Output 
miliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan.   Edisi  Kedua.  Jakarta:  Lembaga  Penerbit 
Keterbatasan  dalam  studi  adalah  data  Fakultas  Ekonomi  Universitas  Indone‐
input‐output  yang  digunakan  tahun  1995.  sia.  
Studi  ke  depan,  diharapkan  menggunakan  Nazara,  Suahazil.  2009. Bahan  Kuliah  Ekonomi 
data  yang  lebih  baru  selain  menambah  Regional.  Bahan  Ajar  Kuliah  Ekonomi 
metode yang sering digunakan maupun yang  Regional  PPIE  Fakultas  Ekonomi  Uni‐
tengah  dikembangkan  dalam  analisis  regio‐ versitas Indonesia. 
nal. 
Resudarmo,  Budi  P,  Djoni  Hartono,  Tauhid 
A,  Nina  I.L.S,  Olivia,  dan  Anang  N. 
DAFTAR PUSTAKA  2002.  Analisis  Penentuan  Sektor  Prioritas 
di  Kelautan  dan  Perikanan  Indonesia.  Pe‐
Antara,  Made.  2005.  Kebutuhan  Investasi  sisir dan Lautan, Vol 4 No 3. 
Sektor Basis dan Non Basis dalam Pere‐ Sahara,  dan  Budi  P  Resudarmo.  2002.  Peran 
konomian Regional Bali. Makalah.   Industri  Pengolahan  terhadap  Perekono‐
Azhar,  Syarifah,  Lies,  Fuaidah  dan  M  Nassir  mian  DKI:  Analisis  Input  Output.  Work‐
Abdussamad.  2001.  Analisis  Sektor  Basis  ing Paper.  

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  29
Soepono,  Prasetyo.  1993.  “Analisis  Shift  Yamin,  Muhammad.  2005.  “Analisis  Penga‐
Share:  Perkembangan  dan  Penerapan”.  ruh Pembangunan Sektor Pertanian ter‐
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Sep‐ hadap  Distribusi  Pendapatan  dan  Pe‐
tember.   ningkatan  Lapangan  Kerja  di  Provinsi 
Sumatera  Selatan”.  Jurnal  Pembangunan 
Virgowansyah,  Cheka  dan  Suahazil  Nazara. 
Manusia. 
2007. “Analisis Sumber Perubahan Out‐
put  Sektoral  Perekonomian  Indonesia   
1975–2003”.  Jurnal  Kebijakan  Ekonomi, 
 
Vol 2 No 3, April.  
 

LAMPIRAN 

Tabel L1. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun  
Sektor Ekonomi  Rerata  Keterangan 
2002  2003  2004  2005  2006 
1  Pertanian  2.3624  2.3320  2.3851  2.4438  2.4277  2.3902  Basis 
2  Pertambangan & Penggalian  0.2997  0.5411  0.5560  0.5769  0.5208  0.4989  Non Basis 
3  Industri  0.2900  0.2704  0.2521  0.2444  0.2984  0.2711  Non Basis 
4  Listrik, gas, dan air bersih  0.7918  0.8032  0.9240  1.0079  1.0023  0.9058  Non Basis 
5  Bangunan/Konstruksi  1.3681  1.2981  1.2591  1.2367  1.2084  1.2741  Basis 
Perdagangan, Hotel, & 
6  0.9516  0.8841  0.8893  0.8797  0.8489  0.8907  Non Basis 
Restoran 
7  Pengangkutan & Komunikasi  1.2793  1.2233  1.1948  1.1383  1.0697  1.1811  Basis 
8  Keuangan, sewa, & Js Pershn  0.4215  0.4721  0.5056  0.5068  0.5701  0.4952  Non Basis 
9  Jasa‐Jasa  2.9684  2.9547  2.9628  3.0364  3.0463  2.9937  Basis 

Sumber: BPS Sulawesi Tenggara Tahun 2008, Hasil Pengolahan Data  
 
Tabel L2. Hasil Perhitungan Pengganda 

Tahun  Multiplier  n 
2002  4.49846  0.77770 
2003  3.97851  0.74865 
2004  3.91541  0.74460 
2005  3.87265  0.74178 
2006  3.85706  0.74073 
Rerata  4.02442  0.75069 

Sumber: BPS Sulawesi Tenggara Tahun 2008, Hasil Pengolahan Data 
 
 
 
 

30  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
Tabel L3. Hasil Perhitungan dengan Metode Shift‐Share di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 
Sektor Ekonomi  2003  2006 
G  (Gi‐G)  (gi‐Gi)  G  (Gi‐G)  (gi‐Gi) 
1  Pertanian  4.63%  1.52%  2.36%  5.35%  ‐0.77%  1.59% 
2  Pertambangan & Penggalian  4.63%  79.90%  85.90%  5.35%  ‐11.04%  ‐7.90% 
3  Industri  4.63%  ‐2.86%  ‐3.57%  5.35%  25.24%  25.95% 
4  Listrik, gas, dan air bersih  4.63%  5.60%  5.35%  5.35%  2.26%  1.74% 
5  Bangunan/Konstruksi  4.63%  ‐0.33%  ‐1.80%  5.35%  3.49%  ‐0.13% 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  4.63%  ‐3.12%  ‐3.94%  5.35%  ‐0.65%  ‐1.44% 
7  Pengangkutan & Komunikasi  4.63%  6.52%  ‐1.04%  5.35%  3.82%  ‐4.48% 
8  Keuangan, sewa, & Js Pershn  4.63%  19.21%  17.11%  5.35%  16.13%  15.83% 
9  Jasa‐Jasa  4.63%  ‐0.52%  3.16%  5.35%  1.27%  2.65% 
Sumber: BPS Sulawesi Tenggara Tahun 2008, Hasil Pengolahan Data  
 
Tabel L4. Struktur PDB Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasar Pengeluaran 

Pos  Nilai  % terhadap Total PDB 


1. Konsumsi Rumah Tangga  1,213,500  46.72% 
2. Pengeluaran Pemerintah  441,643  17.00% 
3. Investasi  570,694  21.97% 
4. Ekspor   593,594  22.85% 
5. Impor  222,006  8.55% 
Total PDB  2,597,425  100.00% 
Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data 
 
Tabel L5. Struktur PDB Negara Indonesia Berdasar Pengeluaran

Pos Nilai % terhadap Total PDB


1. Konsumsi Rumah Tangga  322,968,977  60.30% 
2. Pengeluaran Pemerintah  34,783,511  6.49% 
3. Investasi  124,230,288  23.20% 
4. Ekspor Barang dan Jasa  122,359,619  22.85% 
5. Impor  68,777,578  12.84% 
Total PDB  535,564,816  100.00% 
Sumber: Tabel I‐O Indonesia Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data
 
Tabel L6. Pengganda Output Provinsi Sulawesi Tenggara 

Kode dan Kelompok Sektor  Multiplier Output 
1  Pertanian  2.36691 
2  Pertambangan & Penggalian  3.01425 
3  Industri Pengolahan  2.01438 
4  Listrik, Gas, dan Air Minum  1.66479 
5  Bangunan  1.79399 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  1.96280 
7  Transportasi & Komunikasi  1.24959 
8  Keuangan, Sewa, & J. Perusahaan  1.45038 
9  Jasa‐Jasa  1.74588 
Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  31
Tabel  L7. Pengganda Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 

Kode dan Kelompok Sektor  Pengganda  Koefisien  Rasio 


Pendapatan  Pendapatan 
1  Pertanian  0.32830  0.12864  2.55209 
2  Pertambangan & Penggalian  0.46901  0.15204  3.08487 
3  Industri Pengolahan  0.30322  0.13237  2.29075 
4  Listrik, Gas, dan Air Minum  0.30869  0.17608  1.75315 
5  Bangunan  0.33283  0.19223  1.73147 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  0.40015  0.24249  1.65013 
7  Transportasi & Komunikasi  0.32721  0.27177  1.20400 
8  Keuangan, Sewa, & J. Perusahaan  0.75565  0.66638  1.13398 
9  Jasa‐Jasa  0.34342  0.18600  1.84639 
  Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data
 
Tabel  L8. Pengganda Kesempatan Kerja Provinsi Sulawesi Tenggara
Kode dan Kelompok Sektor  Pengganda  Koefisien  Rasio 
Kesempatan Kerja  Kesempatan Kerja 
1  Pertanian  0.40389  0.17403  2.32080 
2  Pertambangan & Penggalian  0.32046  0.00836  38.32566 
3  Industri Pengolahan  0.97147  0.76126  1.27613 
4  Listrik, Gas, dan Air Minum  0.25819  0.16263  1.58757 
5  Bangunan  0.22514  0.05898  3.81712 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  0.25097  0.09458  2.65358 
7  Transportasi & Komunikasi  0.21240  0.16722  1.27023 
8  Keuangan, Sewa, & J. Perusahaan  0.08739  0.00476  18.37795 
9  Jasa‐Jasa  0.95694  0.80135  1.19416 
  Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data
 
Tabel L9. Indeks Keterkaitan Langsung Kedepan 

Kode dan Kelompok Sektor  Indeks Keterkaitan Depan 
1  Pertanian  2.83369 
2  Pertambangan & Penggalian  0.69621 
3  Industri Pengolahan  0.63790 
4  Listrik, Gas, dan Air Minum  0.69256 
5  Bangunan  0.79685 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  1.27585 
7  Transportasi & Komunikasi  0.89615 
8  Keuangan, Sewa, & J. Perusahaan  0.54081 
9  Jasa‐Jasa  0.62998 
  Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data 

 
 

32  Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 ‐ 33 
Tabel L10. Indeks Keterkaitan Langsung Ke belakang 

Kode dan Kelompok Sektor  Indeks Keterkaitan Belakang 
1  Pertanian  1.23398 
2  Pertambangan & Penggalian  1.57147 
3  Industri Pengolahan  1.05019 
4  Listrik, Gas, dan Air Minum  0.86793 
5  Bangunan  0.93529 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  1.02330 
7  Transportasi & Komunikasi  0.65147 
8  Keuangan, Sewa, & J. Perusahaan  0.75615 
9  Jasa‐Jasa  0.91021 
Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data 
 
Tabel L11. Total Keterkaitan AntarSektor dan Penentuan Sektor Prioritas 

Kode dan Kelompok Sektor  Indeks  Indeks  Kuadran  Keterangan 


Keterkaitan  Keterkaitan 
Belakang  Depan 
1  Pertanian  1.23398  2.83369  1  Key Sector 
Orientasi 
2  Pertambangan & Penggalian  1.57147  0.69621  4 
Kebelakang 
3  Industri Pengolahan  1.05019  0.63790  4  Less Important 
4  Listrik, Gas, dan Air Minum  0.86793  0.69256  3  Less Important 
5  Bangunan  0.93529  0.79685  3  Less Important 
6  Perdagangan, Hotel, & Restoran  1.02330  1.27585  1  Key Sector 
7  Transportasi & Komunikasi  0.65147  0.89615  3  Less Important 
8  Keuangan, Sewa, & J. Perusahaan  0.75615  0.54081  3  Less Important 
9  Jasa‐Jasa  0.91021  0.62998  3  Less Important 
Sumber: Tabel I‐O Sulawesi Tenggara Tahun 1995, Hasil Pengolahan Data 

 
 
 
 
 
 

Studi Ekonomi Regional ... (Sri Subanti dan Arif Rahman H.)  33

You might also like