You are on page 1of 10

Studi Eksperimental Sudut Nosel Dan Sudut Sudu

Terhadap Kinerja Turbin Cross-flow


Mafruddin1, Amrul2, Amrizal2
1. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Metro,
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116, Kota Metro, Lampung 34111
Email: mafruddin.mawon@yahoo.com
2. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Tenik, Universitas Lampung
Gedung H, Lt. 3 Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro 1, Bandar Lampung 35143

Abstract
Energy has an important role in achieving the goals of social, economic and environmental. In Indonesia,
it is still dominated by the energy based on fossil fuels, which are nonrenewable energy sources. Microhydro
power is one of the solutions to the energy crisis that happened today. The commonly used turbine type in the
Microhydro power is a Cross-flow turbine. This study aims to determine the effect of nozzle angle and blade
angle towards Cross-flow turbine performance. This study is performed experimentally by varying the nozzle
angle (15º, 30º and 45º) and blade angle (14º, 16º, and 18º). The tested turbine has the specifications of outer
diameter of 0.2885 m, the number of blades pieces 18 and nozzle thick is 0,025 m. Discharge of water used for
testing turbine is at 0.02487 m3/ s. The results showed that the nozzle angle and blade angle greatly affect the
performance of the turbine. The highest turbine efficiency of 77% was obtained with a nozzle angle of 15º and
blade angle of 16º. When the Nozzle angle increases, the turbine efficiency decreases. It is based on regression
analysis of empirical equation for turbine efficiency of = 1.00 - (0.00539 * α - 0.0112 * ɸ).
Keywords: Microhydro Power, Nozzle Angle, Blade Angle, Cross-flow Turbine

Abstrak
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan. Energi di
Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi yang berbasis bahan bakar fossil, yang merupakan sumber
energi tak terbarukan. Pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) merupakan salah satu solusi krisis
energi yang terjadi saat ini. Jenis turbin yang umum digunakan dalam PLTMH adalah Turbin Cross-flow.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sudut nosel dan sudut sudu terhadap kinerja turbin Cross-
flow. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan memvariasikan sudut nosel (15º, 30º dan 45º) dan
sudut sudu (14º, 16º, dan 18º). Turbin yang diuji memiliki spesifikasi diameter luar 0,2885 m, jumlah sudu 18
buah dan tebal nosel 0,025 m. Debit air yang digunakan untuk pengujian turbin sebesar 0,02487 m3/s. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sudut nosel dan sudut sudu sangat berpengaruh terhadap kinerja turbin.
Efisiensi turbin tertinggi sebesar 77% diperoleh dengan sudut nosel 15º dan sudut sudu 16º. Sudut nosel
semakin meningkat maka efisiensi turbin semakin menurun. Berdasarkan analisis regresi diperoleh persamaan
empirik untuk efisiensi turbin yaitu = 1,00 – (0,00539*α – 0,0112*ɸ).
Kata Kunci: PLTMH, Sudut Nosel, Sudut Sudu, Turbin Cross-flow

ditargetkan mencapai 4% dari penggunaan energi


nasional pada tahun 2025 [1]. Untuk mencapai
PENDAHULUAN target tersebut maka perlu dimaksimalkan dalam
pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber energi
khususnya untuk pembangkit listrik tenaga mikro
Energi mempunyai peranan penting dalam hidro (PLTMH). Sumber daya air yang dapat
pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan. digunakan sebagai PLTMH yaitu air pembuangan
Kebutuhan energi di Indonesia saat ini masih perusahaan pembuatan tepung tapioka yang berada
didominasi oleh energi yang berbasis bahan bakar di RT 02 / RW 01 desa Bumi Nabung Timur. Air
fossil, yang merupakan sumber energi tak pembuangan tersebut merupakan air limbah yang
terbarukan dan ketersediannya semakin berkurang. sudah dilakukan proses pengendapan dengan sistem
Maka dari itu pemerintah melalui peraturan kolam dan sudah dikakukan proses pemupukan
presiden No. 5 tahun 2006, pemanfaatan energi air

24
serta proses pemeriksaan (audit) sehingga dapat Rajab Yassen (2014) melakukan penelitian
dipastikan air limbah tersebut tidak berbahaya dan (CFD) untuk mengoptimalkan kinerja turbin Cross-
aman baik bagi tumbuhan maupun hewan. Setelah flow dengan memvariasikan jumlah sudu, sudut
melalui beberapa proses tersebut, kemudian air nosel, rasio diameter dalam dan diameter luar, profil
limbah dibuang kesungai secara kontinyu, dengan nosel, profil sudu, lebar busur semburan nosel. Hasil
debit sekitar 0,02487 m3/s dan ketika musim penelitian menunjukkan sifat aliran yang sangat
penghujan debit air pembuangan tersebut dapat kompleks dan memberikan wawasan yang sangat
meningkat. Letak kolam air pembuangan berada baik untuk parameter optimasi struktur aliran dan
pada ketinggian (head) lebih dari 2 m. Maka kinerja turbin [7].
didalam air limbah tersebut memiliki energi yang Acharya, et al. 2015 melakukan penelitian
cukup besar jika dimanfaatkan untuk menggerakkan secara numerik (CFD ANSYS) dengan
turbin air yang kemudian digunakan untuk memutar memvariasikan bentuk nozzle, mengubah sudut
generator dan menghasilkan listrik. Namun selama pengarah (guide vane) dan jumlah sudu (blade) [8].
ini air limbah tersebut hanya terbuang sia-sia dan Soenoko (2016) melakukan penelitian dengan
belum termanfaatkan. Untuk itu perlu dilakukan memvariasikan sudut nozzle (30º-75º) dan variasi
pemanfaatan energi air limbah tersebut sebagai laju aliran air terhadap kinerja turbin Cross-flow
PLTMH. pada tingkat pertama. Efisiensi optimal yaitu dengan
Untuk memanfaatkan energi air sebagai sudut nozzel 30º [9].
PLTMH maka diperlukan turbin air yang berfungsi Karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan
sebagai alat konversi energi. Jenis turbin yang desain dan pembuatan turbin yang sesuai dengan
umum digunakan dalam PLTMH yaitu Cross-flow. kebutuhan sendiri dengan memvariasikan sudut
Namun untuk pengadaan turbin tersebut diperlukan nosel dan sudut sudu. Penelitian ini bertujuan untuk
biaya yang cukup besar dibandingkan dengan mengetahui pengaruh sudut nosel dan sudut sudu
mendesain dan membuat turbin sendiri. terhadap kinerja turbin Cross-flow.
Berdasarkan penelitian terdahulu ada beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja turbin Tinjauan Pusataka
Cross-flow diantaranya yaitu sudut nosel (α) dan
Semua mesin turbo atau turbin hubungan disain
sudut sudu (ɸ). Khosrowpanah, et al. 1988
dasar berasal dengan menggunakan hukum
melakukan penelitian dengan memvariasikan
diameter runner, jumlah sudu (blade) runner dan momentum. Hukum kedua Newton menyatakan
busur lengkung semburan nozzle dan variasi head. bahwa jumlah gaya eksternal yang bekerja pada
sistem bergerak adalah sama dengan tingkat waktu
Efisiensi turbin yaitu 80% [2].
perubahan momentum dari sistem [2, 8].
Desai and Aziz, (1994) melakukan penelitian
dengan memvariasikan jumlah sudu (blade) yaitu
15, 20 dan 25, sudut serang air yang masuk kedalam ⃗ = ̇ ⃗ (3)
runner 24º, 28º dan 32º, rasio diameter 0,60, 0,68 Dimana:
dan 0,75. efisiensi tertinggi 88% dengan jumlah ̇ = Laju aliran massa (kg/s)
sudu 25, nozzle 24º, rasio diameter 0,68% [3]. ⃗ = Vektor kecepatan aliran (m/s)
Olgun, (1998) melakukan penelitiaan dengan
memvariasikan rasio diameter, bukaan gate pada dua Sehingga gaya yang terjadi pada runner turbin
nozzle turbin yang berbeda serta pada head yang dalam formulasi kontrol volume menjadi,
berbeda. Efisiensi maksimal turbin yaitu 72% [4].
Choi, et al. 2008 melakukan penelitiaan secara ⃗ =∑ ̇ ⃗−∑ ̇ ⃗ (4)
numerik (CFD) dengan memvariasikan bentuk 
F = Q (V2 cos α2 + V1 cos α1) (5)
nozzle, sudut sudu runner, sudut inlet runner (sudut
nozzle) yaitu 25º, 30º dan 35º, dan jumlah sudu Dimana:
(blade) yaitu 15, 26 dan 30 [5].
Choi and Son, 2012 melakukan penelitiaan
secara numerik (CFD) dengan memvariasikan
bentuk nozzle terhadap kinerja dari turbin Cross-
flow [6].

25
F = Gaya yang terjadi pada runner turbin (N) Karena u = u
 = Berat jenis air (N/m3)
= Grafitasi (m/s2) V2 cos α2 = Vr2 cos β2 – u (8)
V1 = Kecepatan air masuk tahap pertama (m/s) Dimana:
V2 = Kecepatan air keluar tahap kedua (m/s) β2 = Sudut kecepatan relatif (rad)
α1 = Sudut kecepatan absolut masuk (rad) Peningkatan kecepatan air karena perbedaan
α2 = Sudut kecepatan absolut keluar (rad) ketinggian masuk dan keluar runner dapat diabaikan
Daya yang dihasilkan runner turbin berasal maka,
hasil dari besarnya gaya dan kecepatan.
Vr2 =  Vr1 (9)

Po = Q (V2 cos α2+V1 cos α ) u (6)
Dimana: Dimana  adalah koefisien empiris/ Koefisien
kekasaran sudu (0.98 ).
Po = Daya yang dihasilkan runner seacara
Dari diagram kecepatan Gambar 6. diperoleh
teoritis (watt)
persamaan berikut.
u = Kecepatan keliling (m/s)
( )
Aliran air yang melalui sudu runner dan Vr1 = (10)
diagram kecepatan yaitu sebagai berikut.
Sehingga daya turbin secara teoritis yaitu


Po = Q (V1 cos α − u ) 1 +  u (11)

Adapun langkah pengukuran daya air yang


digunakan dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan-persamaan berikut [11].
Kecepatan aliran air di dalam pipa dapat
diketahui dengan persamaan berikut

= (12)

Dimana:
Gambar 5. Air melalui sudu runner dan diagram = Kecepatan aliran air (m/s)
kecepatan = Debit air yang digunakan (m3/s)
= Luas penampang Penstocks (m2)
Dari Gambar 5. maka diperoleh diagram
segitiga kecepatan. Karakteristik aliran atau besarnya bilangan
Reynold dapat diketahui dengan persamaan berikut.

. .
= (13)
Dimana:
= Bilangan Reynold
= Massa jenis air (kg/m3)
Gambar 6. Segitiga kecepatan = Kecepatan aliran air (m/s)
= Diameter dalam pipa (m)
Dari diagram sigitiga kecepatan maka = Viskositas dinamik (N.s/m2)
diperoleh persamaan sebagai berikut.
Mayor losses merupakan kerugian akibat
u = Vr2 cos β2 – V2 cos α2 (7) gesekan antara air dengan dinding pipa.

26
. V1 = 2 H (19)
HL(mayor) = ƒ. (14)
. . Sehingga
Dimana: He = (20)
HL(mayor) = Kerugian head karena gesekan Dimana:
(m) C = Koefisien nozzle (hilangnya energi kinetik
= Diameter dalam pipa (m) yang melalui nozzle) C = (0,98)
= Panjang pipa (m)
= Kecepatan aliran fluida (m/s) Sehingga daya air berdasarkan teoritis yaitu
= Percepatan gravitasi (m/s2) sebagai berikut.
ƒ = Koefisien gesekan 
Pair = (21)
Minor losses merupakan kerugian akibat
adanya nosel. Efisiensi turbin secara teoritis yaitu.
HL (minor) = k . (15)
.
= (22)
Dimana: 
( ) 
HL (minor) = Kerugian head (m) = 
(23)
= Kecepatan aliran fluida (m/s)
= Percepatan gravitasi (m/s2)
k = koefisien kerugian (loss)
Dimana β = β (β dan β sesuai untuk sudut sudu
yang sama)
Head efektif Merupakan head bersih, dimana
faktor gesekan dan belokan pada pipa atau nozzle
sudah dipertimbangkan dengan perhitungan [10]. =2 (1 +  ) cos α − (24)

He = H – HL (mayor) – HL (minor) (16)


Dimana: Koefisien kecepatan turbin Cross-flow pada
He = head efektif (m) daya maksimum secara teoritis yaitu
H = Ketinggian/head (m)
HL (mayor) = Kerugian head karena gesekan (m)
HL (minor) = kerugian head akibat belokan pipa = cos α (25)
atau adanya nozzle (m)
Secara teoritis efisiensi maksimal turbin Cross-
Sehingga besarnya daya air yang digunakan
flow dapat diketahui berdasarkan sudut serang
dapat diketahui dengan persamaan berikut [7,10].
nozzle.
Pair = ρ. .He.Q (17)
Pair =  .He.Q (18) = . . (1 + ). α (26)

Dimana: Dimana:
Pair = Daya air (W)  = Efisiensi turbin
ρ = Massa jenis air (kg/m3) = Koefisien kekasaran nozzle (0,98)
= Gaya grafitasi (m/s2) = Koefisien kekasaran blade (0,98)
He = Head efektif atau ketinggian (m) α = Sudut nosel(º)
Q = Debit air (m3/s)
 = Berat jenis air (N/m3) Berdasarkan teorema kontrol volume daya
Sedangkan secara teoritis kecepatan air yang turbin secara teoritis yang dihasilkan untuk setiap
jatuh dari ketinggian tertentu dapat diketahui dengan tahap dapat dimulai dengan konservasi momentum.
menggunakan persamaan berikut [7,10].
M= . ⃗. ⃗ (27)

27
maka Dengan menggunakan diagram kecepatan dan
( . ⃗ . ⃗) diasumsikan koefisien empiris  adalah sama
= ∫. ( ⃗. ⃗) ⃗.dA (28)
dengan satu serta ( = ) dan ( ´ = ´ ) maka,

Momentum linier berasal dari pertimbangan = u + Vr1 cos β1 (37)


lebih jauh untuk sudut momen. = u – Vr2 cos β1 (38)
Asumsi
 ⃗. ⃗ = ∑ ⃗. ⃗ ̇ −∑ ⃗. ⃗ ̇ (29) =u (39)
´ = ´ (40)
Untuk mempermudah pemahaman persamaan ´
´ = (41)
tiga dimensi diatas, maka pada mesin turbo
digunakan koordinat tubuh berputar. Jika diasumsikan = u maka

u = (42)
( )

Dengan menggunakan persamaan berikut

´
= u (43)
Gambar 7. Definisi sketsa untuk sistem koordinat
silinder [12] Maka daya turbin secara teoritis yang
dihasilkan pada tahap pertama yaitu
Bentuk tangensial merupakan produsen torsi
sehingga merupakan hal yang sangat penting 
_ ´ = Q (1 + cos β ) − (44)
r. =∑ ( . ) ̇ -∑ ( . ) ̇ (30)
Dan daya turbin secara teoritis yang dihasilkan
Tetapi pada tahap kedua yaitu
T=r. (31)

´_ = Q − (1 − cos β ) (45)
Sehingga daya yang dihasilkan menjadi

=T (32) Perencanaan atau perhitungan parameter


Air melewati dua tahap dalam turbin Cross- runner turbin cross-flow menggunakan persamaan-
flow sehingga energi diekstrak dari air dengan sudu persamaan berikut [2, 8].
dari runner dalam dua tahap.
1. Diameter luar (D1) dan lebar sudu (L) runner
 ´ ´ turbin
= Q − ´ + ´ − (33) ,
LD = (46)

Dimana:
Persamaan untuk daya turbin yang dihasilkan He = Head efektif (m)
untuk setiap tahap yaitu D1 = Diameter luar runner turbin (m)
L = lebar nozzle (m)
= _ ´ + ´_ (34) 2. Diameter dalam runner turbin (D2)
 ´
D2 = 2 3 D1 (47)
_ ´ = Q − ´ (35)
Dimana:
 ´ D2 = Diameter luar runner (m)
´_ = Q ´ − (36)
3. Kecepatan maksimal runner turbin (n)

28
, . ηt = Efisiensi mekanik turbin
= (48) Pair = Daya air (W)
Dimana: Pturbin = Daya turbin (W)
= Putaran maksimal turbin (rpm) Untuk mengetahui besarnya daya listrik yang
4. Ketebalan semburan nozzle (s1) dihasilkan oleh generator dapat digunakan
s1 = 0,23 (49) persamaan berikut [15]

5. Jarak antar sudu (t1) Pg = V . I (57)


t1 = 0,175 D1 (50) Dimana:
6. Jari-jari kelengkungan sudu (r1) Pg = Daya listrik yang dihasilkan generator (W)
r1 = 0,163 D1 (51) V = Beda potensial/tegangan (Volt)
7. Jumlah sudu (N) I = Kuat arus (Ampere)
. Untuk mengetahui besarnya efisiensi sistem
N= (52)
pembangkit dapat digunakan persamaan berikut.
Untuk mengetahui daya yang dihasilkan turbin
dapat dilakakuan dengan pengujian menggunakan
metode pengeraman (Rope brake) dan untuk ηsp = (58)
mengetahui daya turbin digunakan persamaan
berikut [13]. Dimana:
ηsp = Efisiensi sistem pembangkit
T = Fg . r (53)
Pair = Daya air (W)
Pg = Daya listrik yang dibangkitkan
generator (W)

METODE PENELITIAN

Gambar 8. Rope brake [14] Lokasi pengujian turbin dilakukan pada air
pembuangan (air limbah) perusahaan pembuatan
Dan kecepatan sudut yaitu [8]. tepung tapioka yang berada di RT/RW 02/01 desa
Bumi Nabung Timur kecamatan Bumi Nabung
kabupaten Lampung Tengah propinsi Lampung.
ω= (54) Penelitian ini dilakukan dengan metode
perhitungan secara teoritis dan metode eksperimen
sehingga daya turbin yaitu [8] nyata (true experimental research). Metode
eksperimen meliputi tahap perencanaan, membuat
Pt = T . ω (55) turbin, sampai dengan mengujian kinerja turbin.
Dimana: Penelitian dilakukan dengan memvariasi sudut nosel
Pt = Daya yang dihasilkan turbin (W) (15º, 30º dan 45º) dan sudut sudu yaitu 14º (β1=29º),
T = Torsi yang dihasilkan turbin (Nm) 16º (β1=25º) dan 18º (β1=21º).
Fg = Selisih gaya tarik dan tekan pada putaran
tertentu (N) Langkah penelitian meliputi:
Fg = Fta – Fte atau F1 - F2 (N) 1. Studi pustaka
r = Jari-jari puli pada runner turbin (m) 2. Observasi
ω = Kecepatan sudut runner (rad/s) Dari hasil pengukuran diperoleh data sebagai
n = Putaran turbin (rpm) berikut:
Efisiensi Mekanik Turbin (ηt) [15]. a. Debit air (Q) = 0,02487 m3/s
b. Head = 2,3 m
ηt = (56) c. Luas penampang air = 0,036 m2
3. Desain turbin
Dimana: 4. Perhitungan efisiensi turbin secara teoritis

29
5. Analisis hasil perhitungan teoritis dan hasil 1.00
Sudut

Efsisiensi turbin
eksperimen 0.80 sudu
0.893
Dari hasil perhitungan rancangan turbin Cross- 14°
0.60 0.719
flow diperoleh parameter dimensi turbin yaitu seperti
0.40 0.892
pada Tabel 1. 0.718 0.479 Sudut
0.20 0.479 sudu
Tabel 1. Hasil rancangan turbin Cross-flow 0.890 0.717 0.478 16°
0.00
Parameter Nilai
Nosel (α = Nosel (α = Nosel (α =
Diameter luar (m) 0,2885 15°) 30°) 45°)
Diameter dalam (m) 0,192 Variasi turbin
Lebar sudu (m) 0,1524 Gambar 3. Efisiensi turbin secara teoritis dengan
Jarak antar sudu (m) 0,05 variasi sudut nosel dan sudut sudu
Jari-jari sudu (m) 0,047
Jumlah sudu 18 Dari hasil pengujian putaran turbin tanpa beban
Tebal nozzle (m) 0,025 dengan variasi sudut nosel dan sudut sudu diperoleh
Diameter penstok (m) 0,1524 grafik hasil pengujian pada gambar 4.

Variasi sudut nosel turbin dijelaskan pada 440 Sudut


sudu
gambar 1 dan 2 berikut: Putaran (rpm) 420 14˚
Sudut
400 sudu
16˚
380 Sudut
sudu
360 18˚
15º 30º 45º 15 30 45
Sudut Nosel
Gambar 1. Variasi sudut nosel
Gambar 4. Grafik hasil pengujian putaran turbin
Variasi sudut sudu turbin dijelaskan pada tanpa beban
gambar berikut.
Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa variasi
sudut nosel dan sudut sudu sangat berpengaruh
terhadap putaran turbin. Putaran tertinggi diperoleh
dengan sudut nosel 15º dan sudut sudu 16º.
Perbandingan efisiensi turbin secara teoritis
14º 16º 18º dan hasil pengujian (eksperimen)
Gambar 2. Variasi sudut sudu
1 0.89 0.89 0.89
0.8 0.72 0.72 0.72
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.6 0.73 0.77 0.70 0.70 0.72 0.48 0.48 0.48
Hasil perhitungan daya dan efisiensi mekanik 0.60 0.57 0.58 0.57
0.4
yang dihasilkan turbin secara teoritis dengan variasi
0.2
sudut nosel (α) (15º, 30º, 45º) dan dengan variasi
sudut sudu (ɸ=14º atau β1=29º, ɸ=16º atau β1=25º 0
dan ɸ=18º atau β1=21º) yaitu seperti yang terdapat
pada gambar 3.
TEORITIS PENGUJIAN
Gambar 5. Perbandingan Efisiensi turbin Cross-flow
Keterangan: 15/14 merupakan turbin dengan sudut
nosel 15º dan sudut sudu 14º dan seterusnya.

30
Dari Gambar 5 terlihat bahwa semakin besar tetapi justru membebani sehingga mengakibatkan
sudut nosel efisiensi turbin semakin rendah, baik rendahnya efisiensi turbin.
secara teoritis maupun hasil pengujian (eksperimen). Berdasarkan hasil pengujian diperoleh karakter
Namun terdapat perbedaan efisiensi turbin yaitu daya yang dihasilkan oleh masing-masing turbin
pada sudut nosel 15º dan 45º. Pada sudut nosel 15º yang digambarkan seperti grafik berikut.
efisiensi turbin dari hasil pengujian (eksperimen)
cerderung lebih rendah dibandingkan secara teoritis. 450
Sedangkan untuk sudut nosel 45º efisiensi turbin 15/14
400
hasil pegujian (eksperimen) cenderung lebih besar 15/16
350
dibandingkan teoritis. Dalam pembuatan turbin 15/18
300

Daya (watt)
sudah dilakukan secara maksimal dengan prosedur 30/14
yang benar. Namun karena keterbatasan dalam 250
200 30/16
proses perencanaan (desain turbin) khususnya dalam
proses penentuan sudut nosel, proses pembuatan 150 30/18
serta pengaruh dari bentuk nosel yang dibuat maka 100 45/14
terjadi perbedaan antara teoritis dan hasil pengujian. 50 45/16
Selain itu pendekatan asumsi teoritis bahwa air 0 45/18
masuk kedalam runner secara terpusat pada suatu
0 100 200 300 400
titik yang pada kenyataannya air yang masuk tidak Putaran (rpm)
terpusat tetapi menyebar, hal ini juga dapat Gambar 6 Grafik perbandingan daya yang
mempengaruhi hasil teoritis dan hasil pengujian. dihasilkan turbin dengan variasi sudut nosel dan
Selain sudut nosel, sudut sudu atau sudut β1 sudut sudu
juga mempengaruhi efisiensi yang dihasilkan turbin.
Seperti halnya sudut nosel sudut sudu atau sudut β1 Dari gambar 6 dapat diketahui karakter daya
juga terdapat perbedaan dari efisiensi yang yang dihasilkan masing-masing turbin. Daya
dihasilkan turbin berdasarkan teoritis dan hasil terbesar yang dihasilkan turbin diperoleh pada
pengujian. Berdasarkan hasil perhitungan secara kisaran putaran 200-250 rpm. Sedangkan untuk
teoritis semakin kecil sudut β1 maka efisiensi yang putaran yang rendah atau lebih tinggi daya yang
dihasilkan turbin semakin besar, sedangkan dari yang dihasilkan turbin lebih rendah.
hasil pengujian efisiensi tertinggi yang dihasilkan
turbin yaitu pada sudut sudu 16º atau β 1 = 25º, Daya Listrik yang dihasilkan generator.
sementara sudut sudu 18º atau β 1 = 21º efisiensi yang Pg = V . I
dihasilkan turbin cenderung lebih rendah Pg = 230 (V) . 0,59 (A)
dibandingkan dengan sudut sudu 16º atau β 1 = 25º Pg = 135,7 Watt.
dan sudut sudu 14º atau β1 29º.
Dengan meninjau kembali diagram segitiga Efisiensi Sistem Pembangkit.
kecepatan maka dapat diketahui bahwa semakin
kecil sudut β1 maka akan berpengaruh terhadap arah ηsp =
aliran air yang masuk runner pada tahap pertama.
,
Dimana sudut β1 yang sangat kecil dapat merubah ηsp =
,
arah aliran air atau bentuk dari diagram segitiga
kecepatan, hal itu berarti bahwa sebagian aliran air ηsp = 0,2527 = 25,27 %.
yang masuk sudu tahap pertama akan membentur
bagian belakang sudu. Sedangkan untuk sudut β1
yang sangat besar akan mempengaruhi bentuk aliran Anasilis regresi pengaruh variasi sudut nosel dan
air keluaran pada tahap pertama, hal tersebut juga sudut sudu terhadap putaran turbin
akan mempengaruhi aliran air masuk pada tahap Dari hasil analisis regresi (Gambar 7) untuk
kedua. pengaruh variasi sudut nosel dan sudut sudu
Semakin besar sudut β1 maka aliran masuk terhadap putaran turbin Cross-flow tanpa beban
pada tahap kedua akan mengenai bagian belakang diperoleh persamaan empirik (regresi) yaitu.
sudu sehingga dapat terjadi kemungkinan bahwa
pada tahap kedua tidak memberikan daya dorong Putaran turbin = 493 – (1,08*α) – (3,43*ɸ)

31
Main Effects Plot (data means) for PUTARAN TURBIN UCAPAN TERIMA KASIH
SUDUT NOZZLE SUDUT SUDU
425
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
420
saudara Saiful Anam atas bantuan dalam proses
Mean of PUTARAN TURBIN

415
pengambilan data.
410

405

400
DAFTAR PUSTAKA
395

390

15 30 45 14 16 18 [1] Sekretariat Negara. Peraturan Presiden No. 5


Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Gambar: 7 Main effects plot untuk putaran turbin Nasional.

[2] Khosrowpanah, S., Fiuzat, A.A., and


Anasilis pengaruh variasi sudut nosel dan sudut Albertson, M.L., 1988. Experimental study of
sudu terhadap efisiensi turbin cross-flow turbine. Journal hydraul
engineering (114:299-314).
Dari hasil analisis regresi (Gambar 8) untuk
pengaruh variasi sudut nosel dan sudut sudu [3] Desai and aziz,. 1994. An experimental
terhadap efisiensi turbin Cross-flow diperoleh investigation cross-flow turbine efficiency.
persamaan empirik (regresi) yaitu. Journal of fluids engineering (Vol. 116/545).

Efisiensi turbin = 1,00 – (0,00539*α) – (0,0112*ɸ) [4] Olgun, H. 1998. Investigation of the
performance of a cross-flow turbine.
Main Effects Plot (data means) for EFISIENSI TURBIN International journal of energy research,
SUDUT NOZZLE SUDUT SUDU
0,75 (22,953-964).
Mean of EFISIENSI TURBIN

0,70 [5] Choi, Y.D., Lim, J.I., Kim, Y.T., and Lee,
Y.H., 2008. Performance and internal flow
0,65
characteristics of a cross-flow hydro turbine by
the shapes of nozzle and runner blade. Journal
0,60
of fluid science and technology (Vol. 3 No. 3).
0,55
15 30 45 14 16 18 [6] Choi, Y.D., and Son, S.W., 2012. Shape effect
of inlet nozzle and draft tube on the
Gambar 8. Main effects plot untuk efisiensi turbin performance and intenal flow of cross-flow
hydro turbine. Journal of the korean society of
marine engineering Vol. 36. No 3 (351-357).
KESIMPULAN
[7] Rajab Yassen, S. 2014. “Optimization of the
Performance of Micro Hydro-Turbines for
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat Electricity Generation”. The programme of
disimpulkan bahwa sudut nosel (α) dan sudut sudu research was carried out in the School of
(ɸ) sangat berpegaruh terhadap kinerja turbin. Engineering & Technology, University of
Efisiensi turbin tertinggi sebesar 77% diperoleh Hertfordshire, Hatfield, UK.
dengan sudut nosel 15º dan sudut sudu 16º. Sudut
nosel semakin meningkat maka efisiensi turbin [8] Acharya, N., Kim C.G., Thapa, B., and Lee,
semakin menurun. Berdasarkan analisis regresi Y.H., 2015. Numerical analysis and
diperoleh persamaan empirik untuk efisiensi turbin performance enhancement of a cross-flow
yaitu = 1,00 – (0,00539*α– 0,0112*ɸ). hydro turbine. Renewable Energy xxx 1-8.

32
[9] Soenoko, R. 2016. First Stage Cross Flow
Turbine Performance. International Journal of
Applied Engineering Research. ISSN 0973-
4562 Volume 11, Number 2 pp 938-943.
Research India Publications.

[10] Mockmor, C.A. and Merryfield, F. 1984. “The


Banki Water Turbin”, Oregon State College,
Bulletin Series, No.25.

[11] Munson, Bruce R., Okiishi, Theodore H.,


Huebsch, Wade W., and Rothmayer, Alric P.,
2013. Fundamentals of Fluid Mechanics. Edisi
7.

[12] Loots, I., Dijk, M.V., Barta, B., Vuuren, S.J.V.,


and Bhagwn, J.N., 2015. A review of low head
hydropower technologies and applications in a
South African context. Renewable and
Sustainable Energy Reviews 50 1254–1268.

[13] Arismunandar, W. 2004. Penggerak Mula


Turbin. ITB. Bandung

[14] Tohari M. dan Ibrahim Lubis H. 2015.


Pengujian Unjuk Kerja Turbin Crossflow Skala
Laboratorium Dengan Jumlah Sudu 20. Jurnal
Teknik Mesin.

[15] Poernomo Sari, S., dan Fasha, R. 2012.


Pengaruh Ukuran Diameter Nozzle 7 Dan 9
mm Terhadap Putaran Sudu Dan Daya Listrik
Pada Turbin Pleton. Jurnal Teknik Mesin,

33

You might also like