PERATURAN
PEMBEBANAN INDONESIA
UNTUK GEDUNG
1983
Hak Cipta. _: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
Hak Penerbit &
Percetakan : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
Penerbitan _: Pertama (Stensil), Nopember 1981
Cetakan Kedua (Offset), 300020583
Dilarang mereproduksi maupun memperbanyak dalam bentuk apapun
baik fotocopy dan berbagai teknik cetak lainnya
baik sebagian maupun seluruhnya tanpa seizin
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undangKATA PENGANGANTAR
Dengan dikeluarkannya Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia
Untuk Gedung 1983, maka dengan sendirinya peraturan yang sebelumnya memuai
ketentuan-ketentuan mengenai beban gempa (NI 18) perlu disesuaikan. Di samping
itu, memang sejak beberapa waktu sudah dirasakan bahwa NI 18 ini perlu diper-
baharui dan dilengkapi sesuai dengan perkembangan teknik pembangunan dewasa
ini.
Pertama-tama mengenai istilah "muatan”, dari para akhli bahasa telah dite-
rima saran untuk menggantinya dengan "pembebanan” sebagai terjemahan yang
benar dari istilah Inggris “loading”. Karena itu, NI 18 sekarang diberi judul ”Per-
aturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1981” (disingkat PPI 1981). Untuk
jembatan, bangunan air dan bangunan sipil lainnya, direncanakan untuk dikeluar-
kan peraturan pembebanan tersendiri di waktu yang akan datang.
Penambahan terpenting yang telah diadakan dalam peraturan ini adalah
mengenai beban hidup, yaitu telah ditambahkan beban-beban hidup untuk atap
miring, gedung parkir bertingkat dan landasan helikopter pada atap gedung tinggi,
di samping telah dimuat pula ketentuan-ketentuan mengenai reduksi beban hidup.
Mengenai beban hidup untuk atap miring dengan kemiringan yang lebih
dari 1 : 20, dalam peraturan yang lama memang tidak ada sesuatu ketentuan,
sehingga sering menjurus kepada perencanaan struktur-struktur atap, seperti kuda-
kuda dengan bagian-bagiannya, yang tidak ekonomis karena direncanakan berdasar-
kan beban hidup untuk atap datar yang untuk atap miring terlalu berlebihtebihan.
Mengenai beban hidup gedung parkir bertingkat, dalam peraturan yang lama
hal itu tidak diberikan, sedangkan gedung-gedung demikian semakin banyak di-
bangun, terutama di Jakarta, untuk memenuhi peraturan yang berlaku mengenai
penyediaan ruang parkir pada gedung-gedung tinggi. Dengan diberikannya beban
hidup untuk gedung parkir bertingkat dalam peraturan ini, maka ketidakseragaman
dalam perencanaannya di waktu yang lalu sekarang dapat dihindarkan.
Mengenai beban hidup untuk landasan helikopter, di waktu yang lalu tidak
ada pegangan sama sekali, sehingga dalam perencanaan landasan-landasan helikopter
pada atap gedung-gedung tinggi di Jakarta yang disyaratkan menurut peraturan
DKI, para perencana telah menggunakan kritoria pembebanan menurut penilaian
masing-masing. Dengan dimuatnya ketentuan-ketentuan mengenai beban hidup
untuk landasan helikopter dalam peraturan ini, diharapkan untuk selanjutnya
akan tercapai keseragaman dalam perencanaannya, di samping dapat memberikan
pegangan yang lehih baik bagi para perencana gedung tinggi. Perlu dicatat, bahwa