You are on page 1of 11

GAMBARAN RINITIS ALERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU ANGKATAN 2013-2014

Muhammad Rafi
Asmawati Adnan
Huriatul Masdar
rafiemuhammad@gmail.com

ABSTRACT

Allergic Rhinitis is an inflammation reaction at nasal mucous that is


caused by allergic reaction mediated by IgE, its identified by symptoms like
rinore, sneeze, nasal itch, nasal congestion, itchy and watery red eyes. This
research was done to visualizing and evaluating allergic rhinitis among stundents
of Riau University’s Medical Faculty Generation 2013/2014. The design of the
research was desciptive research wih cross sectional approach using total
sampling sample recovery technique. From 293 respondents, 74 was suspected to
having allergic rhinitis based from their questioner, physical examination, and
skin prick test. From the result of the research, prevalention of allergic rhinitis is
74 students (25.25%). Further description of the research revealed that gender
with the most allergic rhinitis suspect is female (19,79%), the most complained
symptom is sneeze (03,24%), followed by nasal congestion (85,13%), the most
common classification of allergic rhinitis to be the intermitten type (64,86%), the
most common degree of allergic rhinitis is moderate-severe (50%). On physical
inspection, allergic shiner (86,48%) is the most common physical findings,
findings from anterior rhinoscope examination is livid mucous (100%). Tyoe of
aeroallergen most commonly found is Dermatophagoides farinae (63,51%)
followed by Dermatophagoides pteronyssinus (60,81%) and Blomia Tropicalis
(58,10%)
Key words : Allergic Rhinits, Nasal mucous inflammation, Skin Prick Test,
aeroallergen.

PENDAHULUAN merupakan suatu peradangan yang


diperantarai oleh Imunoglobulin E
Rinitis alergi merupakan (IgE) yang terlibat menyebabkan
suatu penyakit inflamasi pada suatu peradangan alergi bila terpapar
mukosa hidung yang disebabkan oleh kembali oleh alergennya.1
reaksi alergi pada pasien yang Gejala khas pada rinitis alergi
sebelumnya sudah tersensitisasi yaitu terdapatnya bersin yang
dengan alergen yang sama serta berulang bisa disertai gejala lain
dilepaskannya mediator-mediator seperti rinore yang encer, hidung
kimia pada saat terpapar kembali tersumbat, hidung dan mata gatal
dengan alergen tersebut. Menurut disertai lakrimasi yang banyak,
WHO-ARIA (Allergic Rinitis its biasanya keluhan hidung tersumbat
Impact on Asthma), rinitis alergi sebagai satu satunya gejala.

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


1
Prevalensi rinitis alergi di Indonesia dapat mempengaruhi prestasi dalam
mencapai 1,5-12,4% dan cenderung belajar dan berkurangnya
mengalami peningkatan setiap produktifitas.7
tahunnya.
METODE PENELITIAN
Dari data WHO tahun 2000
mengenai epidemiologi rinitis alergi Desain penelitian yang
di Amerika Utara dan Eropa Barat, digunakan adalah deskriptif dengan
terjadi peningkatan prevalensi rinitis pendekatan crossectional untuk
alergi dari 13-16% menjadi 23-28% mengetahui gambaran rinitis alergi di
dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan kalangan mahasiswa Fakultas
prevalensi rinitis alergi pada usia Kedokteran Universitas Riau
anak sekolah di Eropa Barat menjadi angkatan 2013-2014. Penelitian ini
dua kali lipat. Prevalensi rinitis alergi telah dilaksanakan pada bulan 1 april
seasonal dan perennial di USA 2015 hingga 22 april 2015 di bagian
meningkat mencapai 14,2%, tertinggi poliklinik THT RSUD Arifin
pada usia 18-34 tahun dan 35-49 Achmad Pekanbaru dan
tahun.5 Laboratorium Kering Fakultas
Dari hasil penelitian yang Kedokteran Universitas Riau.
dilakukan di Poliklinik THT-KL Sampel pada penelitian ini adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin seluruh mahasiswa fakultas
Achmad Pekanbaru periode Januari kedokteran angkatan 2013-2014.
2006-Desember 2006. terhadap 221 Data primer merupakan data yang
kasus rinitis alergi menunjukkan diperoleh melalui jawaban kuesioner
kasus rinitis alergi terbanyak pada yang dibagikan kepada responden
umur 15-24 tahun (22,3%) dan lebih mahasiswa sebanyak 293 orang dan
banyak pada perempuan 128 data sekunder diperoleh dari
(57,92%). Gejala klinis rinitis alergi pemeriksaan fisik dan uji kulit (skin
pada kelompok umur 2-14 tahun prick test) di bagian poliklinik THT
adalah rinore sebanyak 29 kasus RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
(50,88%), hidung tersumbat 14 kasus dan Laboratorium Kering Fakultas
(24,56%). Sedangkan gejala klinis Kedokteran Universitas Riau. Hasil
pada penderita dengan kelompok penelitian disajikan dalam bentuk
umur 15-24 tahun hingga kelompok tabel. Penelitian ini menggunakan
umur >65 tahun adalah hidung kuesioner yang dirujuk dari ARIA
tersumbat.6 (Allergic Rinitis its Impact on
Asthma) yang terdiri dari pertanyaan-
Berdasarkan pada penelitian pertanyaan yang menanyakan tanda
mengenai Health-Related Quality of gejala rinitis, onset waktu dan
Life (HRQL) terhadap penderita derajat gejala. Penelitian ini telah
rinitis alergi kelompok usia remaja lolos kaji etik oleh Unit Etika
oleh para ahli di berbagai negara, Penelitian Kedokteran/Kesehatan
rinitis alergi mempengaruhi kinerja Fakultas Kedokteran Universitas
anak-anak dan remaja di sekolah Riau berdasarkan penerbitan Surat
serta memiliki korelasi dengan Keterangan Lolos Kaji Etik nomor:
gangguan ansietas dan depresi yang 29/UN19.1.28/UEPKK/2015.

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


2
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian meliputi prevalensi, jenis gejala,


yang telah dilakukan di bagian klasifikasi, derajat gejala,
Poliklinik THT RSUD AA pemeriksaan fisik dan jenis
Pekanbaru dan Lab.Kering Fakultas aeroallergen yang terdapat di
Kedokteran Universitas Riau periode kalangan mahasiswa Fakultas
1 april hingga 22 april 2015, Kedokteran angkatan 2013-2014.
diperoleh hasi penelitian yang

1. Gambaran umum responden penelitian

Tabel 1. Gambaran rinitis alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Riau angkatan 2013-2014.

Jumlah
Gambaran rinitis alergi Frekuensi Persentase
(n) (%)
Prevalensi
Laki-laki 16 5,46
Perempuan 58 19,79
Total 74 25,25
Jenis gejala
Hidung berair 51 68,91
Bersin 69 93,24
Hidung tersumbat 63 85,13
Hidung gatal 59 79,72
Mata merah 41 55,40
Mata gatal dan berair 45 60,81

Klasifikasi
Intermiten 49 64,86
Persisten 25 47,29
Total 74 100,0
Derajat gejala
Ringan 25 33,78
Sedang-berat 37 50
Sangat berat 12 16,21
Total 74 100,0
Tanda alergi
Allergic shiners 64 86,48
Allergic crease 1 1,35
Allergic salut 0 0
Tak teridentifikasi 9 12,16
Total 74 100,0

Mukosa livide 74 100


Total 74 100,0

Jenis alergen
D.pteronnysinnus 45 60,81
D.farinae 47 63,51
B.tropicalis 43 58,10
Dog dander 37 50

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


3
Cat dander 25 33,78
Cochroach 33 44,59
Yeast mix 32 43,24
Aspergillus mix 18 24,32

Hasil penelitian pada Tabel. 1 (57,92%) dibandingkan pada laki-


. Penelitian ini diikuti oleh seluruh laki (42,08%).6
mahasiswa Fakultas Kedokteran Dalam penelitian ini didapatkan
Universitas Riau Angkatan 2013- gejala terbanyak yang dialami adalah
2014 yang berjumlah 293 orang. bersin yang berjumlah 69 orang
Setelah dilakukan wawancara (93,24%), diikuti dengan hidung
didapatkan responden yang diduga tersumbat yang berjumlah 63 orang
mengalami rinitis alergi berjumlah (85,13%). Hasil penelitian ini mirip
sekitar 109 orang (37,20%). Setelah dengan hasil penelitian yang
itu dari hasil pemeriksaan fisik dan dilakukan di Sub Bagian Alergi
skin prick test didapatkan responden Imunologi di bagian THT
yang terbukti mengalami rinitis FKUI/RSCM dimana gejala
alergi sejumlah 74 orang (25,25%). terbanyak yang ditemukan adalah
Pada penelitian ini didapatkan bersin sebesar 89,80%, rinore
responden perempuan (19,79%) lebih 87,07% dan hidung tersumbat
banyak mengalami rinitis alergi 76,19%.12 Namun sedikit berbeda
dibandingkan laki-laki (5,46%). dengan penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian ini tidak jauh oleh Syamsiyah S yang menyatakan
berbeda dengan hasil penelitian bahwa gejala klinis rinitis alergi
Lumbanraja PLH (2007) yang terbanyak adalah rinore sebanyak 29
menemukan penderita terbanyak kasus (50,88%) dan hidung
adalah perempuan sejumlah 54 orang tersumbat sebanyak 14 kasus
(87,1%) dan laki-laki sejumlah 8 (24,56%).6
orang (12,9%) dari 62 total
responden.41 Selain itu, pada hasil Dalam penelitian yang dilakukan
penelitian yang dilakukan oleh oleh Cruz et al melaporkan bahwa
Denny Satria Utama (2010) juga epitel tidak dapat mengkompensasi
didapatkan perempuan sedikit lebih kehilangan air dikarenakan oleh
banyak mengalami rinitis alergi yaitu pengaruh dari CDA pada mukosa
sekitar 54,1% dibandingkan dengan hidung sehingga menimbulkan
laki-laki sekitar 45,9%.42 Penelitian dampak klinis. Pelepasan metabolit
yang dilakukan oleh Syamsiyah S di asam arakidonat terutama 15-
RSUD Arifin achmad Pekanbaru hidroksieicosatetraenoid pada sel
terhadap 221 kasus rinitis alergi, juga epitel akibat rangsangan hipertonik
menyebutkan rinitis alergi ditemukan mengaktifkan akhiran saraf sensoris
lebih banyak pada perempuan dan memunculkan gejala.47

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


4
Berdasarkan klasifikasinya, yang tidak teridentifikasi berjumlah 9
jenis rinitis alergi paling banyak orang (12,16%).
ditemukan adalah rinitis alergi Allergic shiner merupakan
intermiten (64,86%) dibandingkan tanda alergi diwajah yang ditandai
dengan rinitis alergi persisten yang dengan adanya edema kelopak mata,
(47,29%). Hasil ini cukup berbeda kongesti konjungtiva, lingkar hitam
dengan hasil penelitian yang dibawah mata disebabkan oleh
dilakukan oleh Utama DS (2010) di tertahannya aliran darah disekitar
Sub-Bagian Alergi Imunologi Klinik area tersebut dikarenakan pengaruh
THT-KL RSUP Dr. Kariadi dari mediator-mediator alergi pada
Semarang yang menunjukan hidung. Tanda ini semakin jelas
manifestasi rinitis alergi terbanyak apabila gejala alergi tersebut timbul,
adalah rinitis alergi persisten sementara pada Allergic crease
sejumlah 61 orang (82,4%), merupakan tanda garis melintang
sedangkan rinitis alergi intermiten yang terdapat dihidung disebabkan
hanya ditemukan pada 13 orang oleh kebiasaan menggosok hidung
(17,6%).42 (Allergic salut) secara terus menerus
Derajat gejala yang paling oleh si penderita.12,20
banyak ditemukan adalah dejarat
sedang-berat yaitu sebanyak 37 Seluruh responden dalam
orang (50%), derajat gejala ringan penelitian ini memiliki penampakan
sebanyak 25 orang (33,78%) dan konka livide. Selama penelitian ini
yang paling sedikit adalah derajat ditemukan penampakan konkalivide
sangat berat sebanyak 12 orang terdiri dari konka livide dengan
(16,21%). Hasil penelitian ini hipertrofi maupun konka livide tanpa
memiliki persamaan dengan hipertrofi. Hal ini disebabkan
penelitian yang dilakukan oleh terinteraksinya IgE dengan sel mast
Utama DS (2010) dimana derajat dan basofil memicu pelepasan
gejala rinitis alergi ringan ditemukan mediator-mediator seperti histamin,
sejumlah 20 orang (27%) dan derajat leukotrien, prostaglandin D2, platelet
sedang-berat sejumlah 54 orang activating factor dan kinin menjadi
(73%). Dalam hal ini banyaknya mediator yang bertanggung jawab
jumlah aeroalergen yang sensitif terhadap dilatasi arteriola,
dimiliki oleh penderita rinitis alergi peningkatan permeabilitas vaskular,
dapat mempengaruhi berat gejala gatal, rinore (hidung berair), sekresi
yang dialami penderita, disebabkan mukus dan kontraksi otot polos pada
semakin banyak mediator-mediator konka di cavum nasal,43,44
yang dilepaskan ketika terpapar oleh
alergennya.42

Allergic shiner merupakan


hasil inspeksi tanda alergi di wajah
yang paling banyak ditemukan pada
penelitian ini (86,48%), sedangkan
allergic crease hanya ditemukan
pada 1 orang responden (1,35%) dan

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


5
Prevalensi aeroalergen paling mahasiswa Fakultas Kedokteran
banyak ditemukan adalah D.farinae Universitas Riau, dapat diambil
(63,51%) diikuti dengan kesimpulan sebagai berikut:
D.pteronyssinus (60,81%) serta
Blomia tropicalis (58,10%) sebagai 1. Prevalensi rinitis alergi pada
tungau debu rumah yang paling mahasiswa Fakultas Kedokteran
banyak menimbulkan reaksi rinitis Universitas Riau di kalangan
alergi. Pada penelitian yang 2013-2014 adalah berjumlah 74
dilakukan di Departemen THT-KL orang (25,25%) yang positif
FK USU/RSUP H.Adam Malik menderita rinits alergi dari 109
Medan oleh Lumbanraja PLH (2007) orang (37,20%) yang dicurigai
mendapatkan hasil aeroalergen yang mengalami rinitis alergi.
paling banyak ditemukan pada 2. Perempuan (19,79%) lebih
respondennya adalah tungau debu banyak mengalami rinitis alergi.
rumah (38,67%), kecoa (33,84%), 3. Jenis gejala rinitis alergi
dog dander (12,88%) dan cat dander terbanyak yang dialami adalah
(9,96%).41 Penelitian tersebut juga bersin (93,24%), diikuti oleh
memiliki hasil yang hampir sama hidung tersumbat (85,13%)
dengan penelitian yang saya lakukan. serta hidung gatal (79,72%).
4. Klasifikasi rinitis alergi yang
Tungau debu rumah seperti paling banyak ditemukan
D. pteronyssinus (TDR-Dpt) dan D. adalah jenis rinitis alergi
farinae, hidup dengan intermiten yang ditemukan pada
mengkonsumsi kulit ari manusia 49 orang reponden (64,86%).
yang terkelupas dan feses serta tubuh 5. Derajat gejala rinitis alergi yang
dari tungau debu rumah merupakan paling banyak ditemukan
sumber alergen itu sendiri.10,27,28 adalah derajat sedang-berat
Mereka berkembang dengan baik sebesar 50%.
pada tempat bersuhu 21,1-26,60C 6. Berdasarkan dari pemeriksaan
(suhu optimal 250C) dengan inspeksi pada mahasiswa
kelembapan 75% serta tidak Fakultas Kedokteran
ditemukan pada ketinggian 5000 Universitas Riau angkatan
kaki, namun pada suhu kurang dari 2013-2014 yang mengalami
150C ataupun lebih dari 350C rinitis alergi didapatkan tanda
perkembangan tungau debu rumah allergic shiner sebesar 86,48%.
akan menjadi lebih lambat, karena itu Dari hasil pemeriksaan
pada wilayah tropis maupun rinoskopi anterior seluruh
subtropis perkembangan tungau debu responden yang dicurigai rinitis
rumah sangat baik.24,27,30 alergi memilikipenampakan
mukosa hidung livide.
SIMPULAN DAN SARAN 7. Jenis aeroalergen yang
terbanyak ditemukan adalah
Berdasarkan penelitian yang jenis tungau debu rumah yang
telah dilakukan pada kalangan terdiri dari D.pteronyssinus
mahasiswa Fakultas Kedokteran 60,81%, diikuti D.farinae
angkatan 2013-2014 mengenai 63,51% serta tungau (Blomia
gambaran rinitis alergi pada Tropicalis) sebesar 58,10%.

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


6
Alergen Dog dander 50%, Ed 6. Jakarta : balai penerbit
alergen kecoa 44,59%, yeast FK UI; 2007.:128-34.
mix 43,24%, kucing 33,78%
dan aspergillus mix 24,32%. 2. World Health Organization,
GA2LEN, AllerGen. ARIA
Saran penulis adalah sebagai (Allergic Rhinitis and its
berikut: Impact on Asthma) report
2008. AllerGen NCE Inc.
1. Kepada mahasiswa Fakultas 2008.
Kedokteran Universitas Riau
yang terkait mengalami rinitis 3. Krause JH, Gordon BR ,
alergi untuk lebih Parker MJ . Inhalant Allergy,
memperhatikan alergen dan In : Allergy and Imunology
mengupayakan menghindari An Otolaryngc Approach.
pemicu alerginya serta Philadelphia : Lippicont
memeriksakan diri ke dokter Williams and Wilkins. 2002 :
untuk perawatan lebih lanjut. 35-49.
2. Kepada Fakultas Kedokteran
Universitas Riau perlu untuk 4. Nurcahyo H. dan Eko V.,
lebih memperhatikan segala 2009. Rhinitis Alergi Sebagai
kondisi fasilitasnya di kampus Salah Satu Faktor Risiko
dari alergen-alergen pemicu Rinosinusitis Maksilaris
yang dapat menimbulkan reaksi Kronik. Tesis, Universitas
alergi pada mahasiswa Fakultas Gajah Mada
Kedokteran.
3. Diperlukan adanya penelitian 5. Nugraha BW, 2005, Validitas
lebih lanjut mengenai alergen Pemeriksaan Sitologi
pada penderita rinitis alergi di Eosinofil Mukosa Hidung
seluruh kalangan sivitas Metode Sikatan untuk
akademika Fakultas Kedokteran Diagnosis Rinitis Alergi,
Universitas Riau yang dapat Tesis, Bagian Ilmu Penyakit
menimbulkan reaksi alergi. Telinga, Hidung dan
4. Diperlukan adanya penelitian Tenggorok, Fakultas
lebih lanjut mengenai populasi Kedokteran Universitas
alergen yang paling banyak Gadjah Mada, Yogyakarta.
ditemukan di fasilitas-fasilitas
dalam Fakultas Kedokteran 6. Syamsiyah S, 2008,
Universitas Riau yang menjadi Karakteristik penderita rinitis
alergen pemicu reaksi alergi. alergi di Poliklinik THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah
DAFTAR PUSTAKA Arifin Achmad Pekanbaru
periode Januari 2006-
1. Irawati N et al. Rhinitis Desember 2006, THT FK UR
Alergi. Dalam: Soepardi EA, , Riau , Skripsi FK UR.
Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD. Buku Ajar Ilmu 7. Sansone, R.A. and Sansone,
Kesehatan Telinga Hidung L.A. 2011. Allergic Rhinitis:
Tenggorok Kepala dan Leher. Relationships with Anxiety

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


7
and Mood Syndromes. Innov Edisi kelima. Jakarta:
Clin Neurosci. 2011;8(7):12– Fakultas Kedokteran
17. Universitas Indonesia. 2003;
101-6
8. Nadraja I , 2010, Prevalensi
Gejala Rinitis Alergi di 14. Putz R, Pabst R. Sobotta
kalangan Mahasiswa Fakultas Atlas Anatomi Manusia,
Kedokteran Universitas Edisi 21, jilid 1. Jakarta:
Sumatera Utara angkatan EGC, 2003;89-91
2007-2009, THT FK USU ,
Medan, Skripsi FK USU. 15. Yuen APW , Cheung S, Tang
KC, et al 2007, The Skin
9. Kanthawatana S , Maturim W Prick Test Result of 977
, Foonan S , et al , 1997 , patients Suffering from
Skin Prick Test Reaction and Chronic Rhinitis in
Nasal Provocation Response Hongkong, Hongkong Med J
in Diagnosis of nasal Allergy , Vol. 13 , 131-6
to The House Dust Mite,
Annals of Allergy , Asthma , 16. Sheikh J. Allergic Rhinitis.
and Imunology , vol . 79 , no. http://www.emedicine.com/
5.428. (diakses 14 november 2014)

10. Arlian GL and Thomas A.E. 17. Ballenger JJ. Penyakit


The biology of dust mites and Telinga Hidung Tenggorok
the remediation of Kepala dan Leher,edisi
kedua. Binarupa Aksara.
11. mite allergens in allergic Jakarta:1-25.
disease. [on line]. 2009.
[cited on November 14, 18. Adams Gl,Boies LR,Higler
2014]. Available PH. Boies: Buku ajar
from:URL:http// Penyakit THT. Jakarta:
www.ozonowanie.com/alarge EGC,1997.196-9
n-killing-by-ozone.odt
19. Cauwenberge PV, De Belder
12. Brunet C, Bedard P, Lavoie T, Vermeiren J, Kaplan A.
A, Jobin M dan Hebert J. Global Resource in Allergy
Allergic rhinitis to (GLORIA): Allergic Rhinitis
ragweed pollen. Modulation and Allergic conjunctivitis.
of histamine-releasing factor Clin All Rev 2003; 3: 46-50.
production by specific
immunotherapy. J Allergy 20. Kay AB. Mechanisms And
Clin Immunol 1992; 89:87- Treatment Of Allergic
94. Rhinits. In: Scott-Brown’s
Otolaryngology. Kerr AG,
13. Irawati N, Kasakeyan E, Groves J. Editors.Rhinology.
Rusmono N. Buku Ajar Ilmu Mackay IS, Bull TR. Editors.
Kesehatan Telinga Hidung Fifth Edition. Butterworths.
Tenggorok Kepala dan Leher, London. 1987; 93-113.

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


8
www.ozonowanie.com/alarge
21. Mansjoer et al. Kapita n-killing-by-ozone.odt
Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga,Jilid I. Jakarta: Media 26. Kumar S. Fundamental of
Aesculapius Fakultas Ear, nose, and Throat Disease
Kedokteran UI. 2002. 106-8. and Head Neck Surgery, Sixth
Edition. Calcuta: The New
22. Brunet C, Bedard P, Lavoie Book Stall. 1996; 240-3
A, Jobin M dan Hebert J.
Allergic rhinitis to ragweed 27. Becker W, Naumann HH,
pollen. Modulation of Pfaltz CR , Ear Nose , and
histamine-releasing factor Throat Diseases. New York:
production by specific Thieme Medical Publisher,
immunotherapy. J Allergy 1994.208-9
Clin Immunol 1992; 89:87-
94. 28. Javed S. Allergic rhinitis. [on
line]. 2009. [cited on
23. Celikel S, Isik Sr, Demir AU, November 8, 2009].
Karakaya G, Kalyoncu AF. Available
Risk factors for asthma and from:URL:http//www.emedic
other allergic disease in ine.com/med/topic104.htm
seasonal rhinitis. J Asthma.
2008; 45(8):710-4. 29. Badash M. Risk factor for
allergic rhinitis. [on line].
24. Widodo P. Hubungan Antara 2008. [cited on November 7,
Rinitis Alergi dan Faktor- 2009]. Available
faktor Resiko yang from:URL:http//www.mbhs.o
Mempengaruhi pada Siswa rg/healthgate/GetHGContent.
SLTP Kota Semarang Usia aspx
13-14 Tahun Dengan
Mempergunakan Kuesioner 30. David LR. The role of
International Study of cockroach allergy and
Asthma and Allergies in exposure to cockroach
Childhood (ISSAC) [tesis]. allergen in causing morbidity
Bagian Ilmu Kesehatan among inner-city children
Telinga Hidung Tenggorok with asthma. N Engl J Med.
Bedah Kepala dan Leher. 1997; 337: 791-2.
Semarang. Fakultas
Kedokteran Universitas 31. Ashley W, Adnan C. ABC of
Diponegoro ; 2004 allergies. Avoiding exposure
to indoor allergens. BMJ.
25. Arlian GL and Thomas A.E. 1998; 316: 1075.
The biology of dust mites and
the remediation of mite 32. Hommers L. Infectious and
allergens in allergic disease. allergic disease. Eur J Public
[on line]. 2009. [cited on Health. 2007; 17: 278- 84.
November 14, 2014].
Available from:URL:http//

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


9
33. Behrman, Kliegman, Arvin. Thrid Edition. Philadelpia:
Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Lippincott Williams and
Volume 2. Edisi 15. Jakarta: Wilkins. 2001;281-90.
EGC, 2000. 773-5.
39. Irawati N, 2002. Panduan
34. Liusen J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini
Penatalaksanaan Rinitis Rinitis Alergi, Dalam :
Alergi Persisten Sedang- Kumpulan Makalah
Berat [serial on the internet]. Simposium “Current Opinion
2011 [cited 2014 des 17]. In Allergy andClinical
Available from: Immunology”, Divisi Alergi-
https://id.scribd.com/doc/101 Imunologi Klinik FK
913669/Diagnosis-Dan- UI/RSUPN-CM, Jakarta:55-
Penatalaksanaan-Rinitis- 65.
Alergi-Persisten-Sedang-
Berat 40. Hidayati WB. Nasacort
Pengobatan Baru Rinitis
35. Rusmono N. Rinitis Alergi. Alergi. Jurnal Kedokteran
Dalam: soepardi EA, Hadjad dan Farmasi 2001;3:198.
F, Iskandar N.
Penatalaksanaan Penyakit dan 41. Bousquet J. Penatalaksanaan
Kelainan Telinga Hidung Rinitis Alergi dan
Tenggorok, edisi Kedua. Dampaknya pada Asma.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Dalam: Panduan Saku untuk
Universitas Indonesia. Dokter dan Perawat. UCB
2001;123-7 Pharma. 2011

36. Tanjung A. prosedur 42. Lumbanraja PLH , 2007,


Diagnostik Penyakit Alergi. Distribusi Alergen Pada
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penderita Rinitis Alergi di
Penyakit Dalam. Jilid II. Departemen THT-KL, RSUP
Edisi Ketiga. Jakarta.: H. Adam Malik, Medan,
Fakultas Kedokteran Tesis FK USU.
Universitas Indonesia.
2001;16-20 43. Utama DS, 2010, Hubungan
antara Jenis Aeroalergen
37. Lawrens M, Stephen J, Maxin dengan Manifestasi Klinis
A. Diagnosis dan Terapi Rinitis Alergi, Tesis, Bagian
Kedokteran Penyakit Ilmu Penyakit Telinga,
Dalam,Buku 2. Edisi I. Hidung dan Tenggorok,
Jakarta: Salemba Medika, Fakultas Kedokteran
2003.167-173 Universitas Diponegoro,
Semarang.
38. Mabry R. Allergic
Rhinosinusitis, In: Baylay BJ, 44. Naclerio RM, Bachert C,
Calhoun KH, Healy GB, et al. Baraniuk JN.
Head and Neck Surgery- Pathophysiology of nasal
otolaryngology. Volume One,

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


10
congestion. Int J Gen Med
2010;3:47-57

45. Salib RJ , Haries PG, Nair


SB, Howart PH. Mediators of
nasal symptomps in allergic
rhinitis. Clin Exp Allergy
2008;38:393-404.

46. Nursanti A, 2011, Ketepatan


Visual Analog scale
Terhadap Peak Nasal
Inspiratory Flow pada
Pengukuran Sumbatan
Hidung Penderita Rinitis
Alergi Persisten, Tesis,
Bagian Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung dan
Tenggorok, Fakultas
Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.

47. Assanasen P, Naclerio RM.


Cold, dry air and
hyperosmolar challenges in
rhinitis [online]. 2008 Jun 15
[cited 2014 jun 7]; Available
from:
http://www.springerlink.com/
content/p5n6q22310615512/

48. Cruz AA, Naclerio RM,


Proud D, Togias A.
Ephithelial shedding is
associated with nasal reaction
to cold, dry air. J Allergy Clin
Immunol 2006; 117:1351-81

49. Togias AG, Naclerio RM,


Proud D, Fish JE, Adkinson
NF, Norman PS, et al. Nasal
challenge with cold, dry air
results in release of
inflammatory mediators. J
Clin Invest 1985; 76(4):1375-
81

Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015


11

You might also like