You are on page 1of 13

Dermatitis kontak iritan

Definisi dan nomenklatur

Dermatitis kontak iritan adalah respon kuntaneus terhadap fisikal atau efek toksik dari paparan yang

sering dalam lingkungan. Hal ini dapat berupa dermatitis kontak iritan akut (toksik) atau iritan kronik

Pendahuluan dan deskripsi umum

Cedera selular reversible dapat menjadi penyebab dari urtikaria kontak atau dermatitis tergantung sifat….

Tidak ada nya cedera selular yang nyata, gejala sensorik yang berpariasi seperti pedas, pedih, dan rasa

terbakar/panas mungkin dapat terjadi. Berikut jenis jenis reaksi kontak iritan yang dapat dibedakan :

1. Luka bakar

2. Dermatitis kontak iritan

 Akut (toksik) dermatitis kontak iritan

 Iritan kronik

3. Tipe sementara atau segera/cepat, non-imun, urtikaria kontak

4. Gejala respon iritan

5. Lain lain : pembentukan pigmen dan respon granulomatosus dan itu local pada stuktur

appendageal ( table 129.1)

Ada banyak ragam/macam respon antara satu individu dan individu lainnya, serta pada pasien yang

sama disebabkan berbagai variabel endogen dan eksogen (table 129.2). berbagai zat kimia memiliki sifat

iritan, termasuk tanaman (kotak 129.1 dan 129.2).

Isi table 129.1 respon lain kontak iritan pada kulit dan penyebab nya :

Folikulitis : tar dan minyak, arsenic trioxide, fiberglass

Akne/jerawat : halogenated aromatic, hydrocarbon


Miliaria : aluminium chloride, oklusi

Pembentukan pigmen :

 Hiperpigmentasi : agen pototoksik, metal (arsenic, perak, emas, mercury, bismuth)

 Hipopigmentasi : phenol, dan katekol

Granulomatosa ; silica, talk, beryllium

Alopecia : borak, chloroprene dimmers

Epidemiologi

Insidensi dan prevalensi

Banyak studi epidemiologi dari dermatitis kontak iritan yang samar secara diagnose atau bias

Isi table 129.2 faktor yang mempengaruhi potensial iritan dari zat terhadap kulit manusia :

exogen endogen Co-faktor

karakteristik zat kimia Kerentanan individual Mekanis

struktur molecular Atopi Thermal (suhu)

pH Kebangsaan (etnis)/warna Climatic (cuaca)

pKa kulit/phototype

hidropobik (log p) Usia

inheren toksisitas Hormonal

konsentrasi/dosis Fungsi barier

karakteristik penetrasi kapasitas memperbaiki

vehicle adanya eczema ditempat lain

surasi kontak/lama pajanan penyakit kulit lainya

tipe pajanan yang lain nya yang tidak di


ketahui

lokasi paparan

Kotak 129.1 iritan yang biasa dijumpai :

 Air dan pekerjaan basah : berkeringat dalam kemacetan

 Bahan pembersih rumah tangga : deterjen, sabun, sampo, disinfektan

 Bahan pembersih industry : pelarut dan abrasive (ampelas)

 Bahan yang bersifat alkali : semen

 Zat asam

 Minyak pemotong

 Pelarut organic

 Bahan oksidator : sodium hipocloride

 Agen pereduksi: phenol, hydralazine, aldehydes, thiophosphat

 Tanaman tertentu, misalnya boraginaceae, spurge, ranunculaceae

 Pestisida

 Makanan mentah, enzim dan sekresi dari hewan

 Bubuk pengering, debu, tanah

 Bermacam macam bahan kimia lainya

Studi kuesioner (dengan daftar pertanyaan) pada 20 ribu orang di sebuah kota industry tepat nya di selatan

swedia mengungkapkan prevalensi dari eksim tangan sebanyak 5.4% (dengan prevalensi 11% periode

satu tahun), dan 35% eksim tangan dianggap bersifat alami. Eksim tangan atopi tercatat sebanyak 22%

kasus; munculnya eksim masa kanak kanak meningkatkan prevalensi dermatitis tangan 3 kali lipat

dibandingkan dengan individu yang non-atopi. Dermatitis kontak alergi tercatat ada 19%. Sumber yang

paling sering terpapar adalah zat kimia yang tidak spesifik, air, deterjen, debu, kotoran. Pekerjaan, sabun
(22.0% dari kasus), pekerjaan basah/tukang cuci mobil/apapun pekerjaan yang berhubungan dengan air

(19.8%), produk minyak tanah (8.7%), dan minyak pemotong, serta pendingin (7.8%) adalah penyebab

yang paling sering disebutkan. Keterlibatan individu dalam pertambangan/pabrik, penataan rambut,

pertanian, pekerjaan perawat/medis mempunyai frekuensi tertinggi pada dermatitis (kotak 129.3). Pada

studi besar mengenai reaksi merugikan/efek samping pada penggunaan kosmetik, 16% dianggap sebagai

zat iritan. Pada sebuah studi besar kohort, hingga 98.6 wanita dari 10 ribu pekerja dalam pekerjaan

beresiko tinggi dengan dermatitis kontak iritan. Mereka lebih muda, rata rata, dibandingkan dengan

dermatitis kontak alergi.

Sex

Wanita 2 kali lebih sering terkena dari pada laki laki

Etnis/suku bangsa

Di utara amerika, menunjukan tidak ada perbedaan etnis pada prevalensi dari kulit yang sensitive,

walaupun ada perbedaan rasial tentang bagaimana hal tersebut dipandang. America-eropa mengalami

reaktivitas/respon yang lebih besar terhadap angin dan kurang terhadap kosmetik; afrika amerika telah

mengurangi reaktivitas untuk sebagian besak factor lingkungan; asia mempunyai reaktivitas yang lebih

besar terhadap bumbu bumbu/rempah rempah, perubahan suhu, angin, dan gatal lebih sering; Hispanic

bereaksi kurang terhadap alcohol. Secara keseluruhan, bagaimanapun, ada banyak kemiripan dari pada

perbedaan. Hal ini di konfrimasi oleh suatu studi pada populasi dari asia selatan dengan perbedaan

pigmentasi kulit.

Penyakit yang berhubungan

 Dermatitis kontak alergi

 Ekzim atopi
Patofisiologi

Zat kimia tertentu mempunyai sifat iritan intrinsic hingga berbagai tingkatan, namun factor eksternal bisa

juga mempengaruhi, termasuk suhu (dari zat kimia, lingkungan, atau indiviu). Aliran angin (pecah-

pecah/kering), kelembapan yang rendah (dengan sendirinya berespon terhadap kondisi umum

‘kelembapan rendah, penyakit kulit akibat kerja’ yang mana umumnya menyerang wajah), dan

oklusi/sumbatan. Tidak berfungsi nya barier kulit/system pertahanan kulit adalah sebuah alasan terjadinya

iritasi.

Kulit memberikan pertahanan pertama dan merupakan barisan pertahanan paling penting dalam

menyerang agen eksogen berbahaya, dan ini merupakan satu fungsi fisiologis utama. Pertahanan ini jauh

dari sempurna, karena banyak zat yang menembus denga mudah ke dalam dan melalui epidermis, bahkan

ketika itu masih utuh.

Barier epidermal utama berada hampir diseluruh stratum korneum. Secara normal diperbarui setiap 17-22

hari, tetapi fungsi barrier dapat dikembalikan dalam 2-5 setelah terkelupas atau cedera superficial.

Stratum korneum berfungsi sebagai unit yang homogen, jumlah besar dari penetran selalu di temukan di

layer/lapisan paling luar. Kerusakan pada stratum korneum secara normal diikuti dengan peningkatan

penyerapan perkutaneus dan kehilangan air pada transepidermal/ Transepidermal Water Loss (TEWL),

peningkatan TEWL sebanding dengan berkurangnya ketebalan stratum korneum.

Studi ekstraksi pelarut menunjukan bahwa lemak epidermal adalah kontribusi utama pada barier, terdiri

dari ceramides (45-50%), kolesterol (25%). Asam lemak bebas (10-15%) dan lemak lainya termasuk

kolesterol sulpat. Lemak tersusun seperti lembaran membrane menumpuk di dalam ruang interselular dan

di hasilkan dari granula/butir lamellar/pipih di dalam sel lapisan sel granula epidermis. Dapat dikatakan

bahwa pathway abnormalitas yang diturunkan/diwarisi dapat menghasilkan gangguan fungsi barier yang

umumnya berhubungan dengan iktiosis.


Selain barier lipid, kekerapan/kerapatan antar sel epidermis juga dapat memblok/mencegah hilang nya air.

Claudin-1 (protein esensial yang berperan pada tight junction/kekerapan (keketatan) antar sel)

mengalahkan perkembangan keriput pada tikus percobaan, dan ssangat meningkatkan TEWL. Mereka

(tikus) mati dalam 1 hari setelah lahir.

Untuk material tertentu, mungkin ada system barier/pertahanan kedua pada atau dekat penghubung

(junction) dermal-epidermal atau pada membran basal, tetapi untuk sebagian besar zat, lapisan tanduk

tetap menjadi barier utama.

Data baru menunjukkan bahwa filaggrin mutasi mungkin merupakan predisposisi pada dermatitis kontak

iritan.

Mekanisme dari aksi iritan

Iritan adalah dari berbagai agen, fisikal atau kimia, mereka mampu memproduksi zat pengganggu selular

jika terpapar dalam waktu yang cukup dan dengan konsentrat yang cukup. Memori imunologi/Ig G tidak

terlibat dan dermatitis terjadi tanpa sensitisasi sebelumnya. Banyak zat kimia terpenetrasi/masuk kedalam

kulit, dan banyak zat akan merubah dan merusak sel kulit. Dermatitis munculketika pertahanan atau

kapasitas perbaikan kulit engalami kelelahan, atau ketika penetrasi/masuknya zat kimia lalu merangsang

keluarnya respon peradangan/inflamasi. Iritan kuat akan menginduksi reaksi klinis pada hampir semua

individu, sedangkan iritan dengan potensi kecil/iritan lemah, respon dapat fisiologis, dermatitis hanya

berkembang dalam situasi di mana ada kontak berulang dengan iritan.

Hubungan antara struktur fisik dan aktivitas sitotoksik harus dijelaskan sepenuhnya, tetapi akan muncul

hidropobik (log P) dan disosiasi konstan (pKa) diantara factor factor yang berkontribusi pada potensi

iritasi. (lihat table 129.2). Pada sodium lauryl shulphate, konsentrasi telah terbukti penentu yang lebih

penting dari dermatitis berikutnya dari pada waktu paparan. Sifat respon sebagian ditentukan oleh iritan.
Secara laboratorium, gangguan/kerusakan barier telah terbukti menginduksi interleukin 1 alfa (IL-1 alfa)

yang dilepaskan dari pool siap pakai pada epidermis tikus dan peningkatan regulasi dari tumor nekrosis

factor alfa (TNF- alfa) dan ganulosit-makropag, factor stimulasi koloni (GM-CSF). Terdapat kenaikan

pada derivate sel langerhans Il-alfa terstimulasi oleh GM-CSF dan produksi IL-1alfa. Bersamaan dengan

itu, hilangnya normal kalsium gradien ekstraseluler menstimulasi sekresi lamellar body dan perbaikan

barrier. Stress oksidatif juga berkontribusi terhadap perkembangan dari inflamasi dengan berbagai iritan.

Deterjen pada exposure yang rendah/tidak sering terutama menyerang lapisan tanduk, menyebabkan kulit

kering, dan kerak dengan menghancurkan enzim lisosomal pada lapisan tanduk, sedangkan dalam

konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan membrane sel dan merusak lisosom. Dengan

paparan berulag, akan tampak tanda inflamasi kronik, dengan peningkatan sintesis DNA, akantosis dan

perubahan metabolism selular.

Deterjen dan iritan lainnya seperti minyak croton dan fenol ester bersifat kemotaktik bagi leukosit

polimorfonuklear pada kadar nontoxic, dan dapat menyebabkan reaksi berjerawat. Pelarut organik seperti

metanol atau kloroform akan merusak pembuluh darah, menyebabkan hiperemi, dan sulfoksida dimetil

(DMSO) merupakan degranulator sel mast yang sangat efektif.

Iritasi menyerang pada setiap orang, meskipun kerentanan individu sehubungan dengan perkembangan

dermatitis itu sendiri bervariasi. Respon kekebalan tubuh yang penting dalam menimbulkan dermatitis,

dan ini telah terbukti dalam respon dilemahkan nya iritan pada tikus percobaan dengan jumlah CD4

mengalami penurunan.

Sedangkan reaksi dermatitis kontak alergi secara histologis hampir selalu eczematous dan agak

monomorfik, hal itu ditimbulkan oleh iritan yang menunjukkan pleomorfisme jauh lebih besar. Perubahan

histologis bervariasi sesuai dengan sifat kimia dan konsentrasi iritan, jenis dan durasi paparan, tingkat

keparahan respon dan waktu sampling. Beberapa reaksi iritasi dapat dibedakan secara histologis dari
dermatitis kontak alergi, sedangkan yang lain mungkin memiliki fitur morfologi karakteristik jenis zat

kimia tertentu. Lebih dari satu bentuk respon dapat ditimbulkan oleh iritan yang sama.

Gejala klinis

Bahan Iritan menimbulkan berbagai Respon pada kulit yang tidak selalu eczematous. Hal ini subjektif,

seperti pedih, perih, terbakar, atau sensasi kering dan sesak, Reaksi urtikaria sementara hingga reaksi

iritan persisten atau dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak iritan memiliki spectrum gejala klinis,

mulai dari kering sedikit, kemerahan atau pecah pecah dalam berbagai macam dermatitis eksema hingga

rasa pedas terbakar akut. Iritan juga dapat menembus kulit melalui struktur appendageal dan

menyebabkan folikulitis dan tipe reaksi lainya.(lihat table 129.1)

Zat kimia serupa dapat menyebabkan reaksi iritasi yang berbeda tergantung konsentrasi; DMSO,

misalnya, mampu memicu baik dermatitis konvensional/tradisional dan segera , nonimmunological,

kontak reaksi urtikaria. pola reaksi beragam antara spesies, sel mast menyediakan komponen penting dari

respon seluler terhadap hewan percobaan namun umumnya kurang tampak pada manusia. Respon

tersebut juga dapat bervariasi menurut lokasi dan cara paparan, sarana dan antar individu (lihat table

129.2)

Dermatitis kontak iritan sering muncul pada tangan. Namun, iritan dan factor alergi sering menyertai.

Walaupun eksem tangan lebih sering pada wanita, hal ini mungkin dihasilkan dari peningkatan exposure

terhadap iritan dan bukannya kerentanan bawaan. Alergi tidak dapat di singkirkan, baik dalam bentuk

dermatitis pathognomonic tangan pada penyebab tunggal.

Bagaimanapun, vesikel kurang umum dijumpai pada dermatitis kontak iritan daripada kontak alergi atau

eksem, dan gejala utama selalu kering atau pecahpecah. Pergelangan tangan dan lengan distal dapat juga

terserang. Dengan meningkatnya penggunaan alat mekanis di rumah dan tempat kerja, meluas nya

penggunaan sarung tangan pelindung dank rim tangan, maka bentuk eksim tangan ini sudah kurang

umum/jarang ditemui dari pada sebelumnya.


Bentuk umum lainya dari eksim tangan iritan adalah “apron/celemek” atau extended fingertip

eczema/eksim jari, dengan gejala kering, kemerahan, terbentuk celah celah/pecah pecah yang menyerang

aspek utama palmar jari dan telapak distal.Bnetuk dermatitis ini umumnya terjadi pada orang yang sering

memegang pakaian basah yang mengandung deterjen atau zat kimia rumah tangga tanpa pelindung

tangan. Gesekan, iritan dan pembasahan berulang/pengawetan denga proses pengeringan memainkan

peran penting. Bentuk mirip dapat dilihat pada pekerjaan dimana para pekerjanya terpapar berulang kali

dengan larutan , gesekan atau komponen makananan yang bersifat iritatif. Bentuk discoid dan numular

pada eksim tangan adalah bentuk lainya yang jarang dari dermatitis kontak iritan, menyerang khususnya

pada dorsal tangan atau jari.

Diferensial diagnosis dari dermatitis tangan mencakup infeksi jamur, yang menstimulasi palmar unilatera

(gambar 129.1) dan dapat menyerupai eksim pada dorsum tangan (gambar 129.2). Kulit terkikis/tergores

terkelupas adalah penting untuk meng ekslusi tinea sebagai penyebab susahnya mengobati sermatitis.

Psoriasis sering menyerang palmar/telapak tangan, sebagai hasilnya muncul lah hiperkeratosik. Hal ini

dapat mempersulit membedakan dari dermatitis ketika tidak terdapat lesi dimanapun. Selanjutnya,

mungkin terdapat riwayat eksaserbasi/serangan ketika penyakit mengakibatkan terjadinya kobner

phenomenon pada kedua tangan sebagai hasil pekerjaan manual. Munculnya kerak eritema pada sendi

interpalang sering memberikan klu untuk mendiagnosis (gambar 129.3). Skabies pada interdigital/sela jari

dapat menimbulkan dermatitis iritan (gambar 129.4). Jarang, kemunculan dari milia menyebabkan

diagnosis porfiria kutanea tarda (gambar 129.5)

Dermatitis kosmetik

Kosmetik, wewangian, dan produk skincare, termasuk sunscreen, sering menjadi penyebab

berkembangnya reaksi iritan. Pada kebanyakan kasus, reaksi nya dapat ringan atau sementara. dan

kebanyakan konsumen hanya mengubah ke produk alternative. Pada sebagian, reaksi dapat lebih berat,

dengan kemerahan, bengkak, kering, dan berkerak. Eyelid/lipat mata terutama rentan terhadap iritan,
begitu pula individu atopik dan mereka yang yang sangat rentan, rosasea atau seboroic. Menarik nya

bahwa reaksi iritan lebih sering pada wanita muda. Hal itu terjadi karena penggunaan beberapa produk

yang menyebabkan resiko ‘cosmetic exhaustion’ (kelelahan dengan kosmetik), dermatitis kontak iritan

kosmetik kronis. Alergi di ekslusi hanya dengan pemeriksaan uji temple terhadap produk itu sendiri dan

ingrediens/komposisi nya.

Volatile/dermatitis kontak iritan udara

Iritan, maupun alergen, dapat menyebabkan dermatitis kontak volatile. Iritan volatile tidak sering menjadi

penyebab dari dermatitis pada kelopak mata. Pada beberapa lokasi paparan dermatitis, salah satu harus

mempertimbangkan kemungkinan iritan asap yang menguap atau partikel udara. Asap itu dapat berasal

dari asam, alkali, pelarut, resin atau iritan kimia lainnya, seperti amonia atau formaldehyde. Debu iritan

meliputi dari beberapa (kebanyakan tropis) kayu, semen, serat kaca atau rockwool, beberapa logam dan

garam logam, dan bubuk bahan kimia.

Kelitis

Cheilitis adalah masalah yang sering dijumpai, biasanya dengan etiologi berbagai faktor. Eksim atopik

sering menjadi predisposisi perkembangan penyakit ini. Beberapa penyebab yang paling sering

menyebabkan cheilitis adalah dermatitis iritan, disebabkan oleh bibir menjilati, kosmetik dan obat-obatan,

dan alergi dermatitis kontak, terutama dari asam risinoleat dan olahan dari bibir pasien itu sendiri.

Napkin (diaper), dermatitis pristomal dan perianal

dermatitis iritan akan berkembang pada pajanan kronis/berulang atau terlalu sering kontak

dengan urine yang mengalami degradasi atau kotoran / residu feses. Keringat, kemacetan,

pembersih yang mengandung iritan, infeksi sekunder dan alergi obat sekunder merupakan faktor-

faktor penyulit tambahan.Itu paling sering terjadi pada usia sangat muda, atau pada orang tua

dalam situasi inkontinensia urin atau feses. Langkah-langkah untuk mencegah infeksi pada
penggunaan popok pada bayi dan orang tua sangat penting, seperti pembersih ringan dan pasta

pelindung atau krim berbasis silikon. Setiap dermatitis atau infeksi sekunder harus dikontrol

dengan steroid topical yang terpat dan kuat atau steroid-antimikroba kombinasi. Pada dermatitis

popok, infeksi sekunder yang disebabkan candida dapat diberikan pengobatan rutin dengan anti

jamur imidazol.

Hal serupa tergolong ke dermatitis perianal, di mana lendir atau kebocoran feses dapat terjadi

dalam hubungan dengan hemoroid dan / atau buruk nya fungsi sfingter ani. Sebuah bidet, atau

pembersih ‘'basah' menggunakan krim berair atau setara secara rutin sangat lah berguna.

Dengan dermatitis peristomal, terdapat komplikasi tambahan dari kebutuhan untuk

mempertahankan penutup pelindung antara kantong stoma dan kulit. Penggunaan lotion yang

mengandung kortikosteroid, baik berair atau alkohol, telah terbukti efektif tanpa mengganggu

daya rekat stoma. Dermatitis, selain juga sebagai akibat pembocoran, juga mungkin karena

oklusi yang terus menerus serta pengelupasan kulit berulang. Pada penyakit erosif, penggunaan

sukralfat topikal telah terbukti meningkatkan penyembuhan penyakit tetapi tidak untuk erosi

peristomal dari penyebab lain. Sukralfat berfungsi baik sebagai barier fisik serta disarankan,

berikatan dengan faktor pertumbuhan fibroblast untuk mencegah degradasi, sebagai stimulus

penyembuhan.

Gejala klinis :

Diferensial diagnosis

 eksim atopi

 dermatitis kontak alergi

 urtikaria kontak
 cedera panas

 cedera tidak disengaja pada anak

klasifikasi derajat keparahan

Pada praktek sehari hari,tidak ada cara objektif untuk meng klasifikasi kan derajat keparahan

dan reaktivitas dinilai dengan derajat eritema dan perubahan pada permukaan kulit. Alat

bantu penilaian yang tidak spesifik seperti “the physician global assessment or the

dermatology life quality index (DLQI; kuesioner pasien terpadu)” mungkin dapat digunakan.

Sejumlah alat bantu penelitian yang ada dapat mengukur respon iritan dengan mengukur

eritema, TEWL, hidrasi dan ketebalan kulit. Metode optimal menggunakan berbagai macam

sifat iritan.

Eritema

Di antara gejala klinis reaksi iritasi/iritan yang paling jelas adalah eritema, yang mungkin

penilaianta dapat menggunakan sejumlah pendekatan yang berbeda. Laser Doppler fl

owmetry (LDF) mampu mengukur aliran darah superfisial dengan mmenggunakan cahaya

monokromatik dari laser helium-neon melalui serat optik pada kulit permukaan. Cahaya dari

Doppler-shifted memindahkan sel darah di dermis atas, sisanya tidak mengalami perubahan

pada sekitar jaringan. Dengan perbedaan detektor sinyal dan proses penyusunan sinyal, back-

scattered atau cahaya yang dipantulkan dapat ditafsirkan. Hasil akhir, yang berhubungan

secara linier dengan produk dari jumlah sel darah dan kecepatan rata-rata volume diukur,

dinyatakan dalam satuan relatif dan tak berdimensi. Studi oleh sejumlah peneliti telah

menunjukkan bahwa LDF umumnya berkorelasi baik dengan penilaian eritema secara visual

dan mampu membedakan antara reaksi iritan negatif dan positif-lemah.


Metode alternatif secara obyektif unutk mengukur eritema dengan mengandalkan

peningkatan secara keseluruhan sel darah merah yang dihasilkan baik dari peningkatan aliran

darah dan dilatasi pembuluh darah. Didasarkan pada spektroskopi remittance yang

memancarkan cahaya warna merah dan hijau dari lampu halogen tungsten atau LED.

Oksihemoglobin dalam pembuluh darah menyerap bagian cahaya hijau, dan sebagian besar

merefleksikan/memantulkan cahaya merah. Perubahan jumlah oksihemoglobin secara

signifikan mengubah jumlah cahaya hijau diserap, tetapi memiliki sedikit pengaruh

padacahaya merah. Oleh karena itu Indeks eritema dapat dihitung dari perbandingan antara

pantulan cahaya merah dan hijau yang dipantulkan, sehingga lebih besar eritema, semakin

tinggi nilai indeks eritema.

Eritema juga dapat diukur menggunakan colorimeters tristimulus, hampir semua yang

menggunakan sistem untuk definisi warna diketahui sebagai Komisi Internationale de

l'Eclairage (CIE) L * a * b *

sistem warna. Ini memberikan koordinat tiga dimensi

sistem di mana L * merupakan sumbu untuk kecerahan, a * merupakan

hijau-merah axis dan b * mewakili sumbu kuning-biru.

You might also like