You are on page 1of 75
PEDOMAN PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA pM Tere) SSP lS ately er Hien nant ey! fel Pre er a nee KATA PENGANTAR, Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka kesakitan dan kematian maleria di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan trend menurun. Walaupun demikian kemungkinan besar penyakit ini meningkat bahkan hingga mewabah, apabila tidak dilakukan penanganan yang memadai, Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat miskin yang hidup di daerah terpencil. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor : 7 tanun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004 — 2009 yang intinya malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi. Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, dan kematian serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal upaya preventif dan kuratif tersebut harus dilakukan dengan berkualitas dan terintegrasi dengan program lainnya. Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaen beberapa obat anti malaria, bahkan terdapat resisten terhadap obat klorokuin . Hat ini dapat disebabkan antara lain oleh beragamnya pengobatan malaria. Sejak tahun 2004 obat pilihan utama untuk malaria falciparum digunakan obat kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin Combination Therapy (ACT) Regimen yang dipakai saat ini adalah Artesunate dan Amodiaquin serta injeksi Artemeter untuk malaria berat di samping injoksi Kina. Pesatnya kemajuan dalam penemuan kombinasi obat malaria menyebabkan banyaknya kombinasi obat malaria di dunia, indonesia juga aktif dalam penelitian obat kombinasi malaria tersebut, melalui Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) hasilnya menunjukkan kombinasi dengan Artesunat lebih efektif dan efisien. Pada buku ini sudah dicantumkan rencana penggunaan obat malaria Kombinasi yang tebih efektif yaitu Dihydroartemisinin — Piperaquin dalam sediaan fixed dose, pemilihan obat kombinasi ini sebagai obat malaria utama telah melewati proses yang panjang seperti penelitian operasional, pembahasan di Komisi Ahli dan pertemuan dengan Ibu menteri Kesehatan tanggal 12 Juni 2007. Penitikberatan pada pelayanan kesehatan yang berkualitas diharapkan ak: memberikan kontribus' langsung dalam pengobatan yang efektif. Buku pedoman i menjadi standar rujukan teknis para tenaga kesehatan yang melakukan pengobatan malaria, merupakan bagian dari peningkatan dan penjagaan kualitas pelayanan. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam pengobatan malaria, Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan pedoman ini. Jakarta, Januari 2008 ektur Jenderal PP&PL Dr Nyoman Kandun, MPH NIP. 140066762

You might also like