You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komik dan Animasi telah berkembang di Indonesia, membutuhkan


suatu wadah utnuk menampung kegiatan-kegiatan dari para pelakunya, seperti
para komikus dan animator, sehingga kemampuan mereka dapat lebih
berkembang.
Bangunan ini menjadi salah satu cara untuk mendukung kemajuan dan
kegiatan-kegiatan dari para komikus dan animator. Keberadaan tempat ini dapat
menjadi tempat bagi para komikus, animator, dan masyarakat yang berminat
pada bidang ini untuk berkumpul, berdiskusi, saling bertukar pengalaman antar
sesama komikus dan animator, menjalin hubungan kerjasama yang lebih baik
dengan sesama rekan, penerbit atau produser, berpameran, mengembangkan
kemampuan dan potensi diri serta berkarya menghasilkan karya yang lebih baik.
Bagi masyarakat umum yang belum terlalu mengenal bidang komik dan
animasi ini, tempat ini menjadi tempat tujuan bagi orang-orang yang ingin
mengenal komik dan animasi lebih jauh lagi terutama komik dan animasi di
Indonesia yang belakangan ini kembaki berkembang dan membutuhkan suatu
tempat yang dapat menjadi tempat utama untuk memperoleh informasi
sekaligus sebagai salah satu tempat mewadahi kegiatan untuk mengembangkan
komik dan animasi dengan mengedepankan pengembangan potensi anak
bangsa.
Perkembangan minat terhadap animasi dan komik ini sendiri juga dapat
dirasakan di Indonesia. Sekarang ini telah banyak berkembang studio-studio
produksi yang menghasilkan karya-karya ilustrasi dan komik yang kemudian
diterbitkan di tanah air. Karya animasi anak dalam negeripun bermunculan, baik
yang berupa animasi-animasi pendek yang berupa iklan-iklan sampai yang
berupa animasi panjang yang dilombakan bahkan ada juga yang ditayangkan di
bioskop-bioskop. Minat yang tinggi terhadap bidang animasi dan komik ini
semakin terlihat dengan bermunculannya tempat-tempat pelatihan yang
menawarkan program-program pelatihan dalam bidang animasi dan komik,
baik secara digital maupun secara manual. Machiko manga school, Acolyte,
Comicon dan Digital Studio College adalah beberapa contoh tempat-tempat
pelatihan yang ada di Indonesia.
Jika dikelola dengan baik, maka sebuah komik bisa dikembangkan ke
dalam berbagai media baru mulai dari game, animasi, hingga film layar lebar.
Jika dikelola dengan baik, komik juga memiliki potensi bisnis dalam bentuk
merchandising dan produksi berbagai produk turunannya, seperti bagaimana
karakter komik di Jepang bisa muncul dalam berbagai produk mulai dari mainan
anak-anak hingga clothing.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat diangkat dalam Perencanaan Galeri-Studio


Komik dan Animasi dengan Pendekatan Arsitektur Ekspresionis di Kota
Kendari sebagai berikut :

1. Bagaimana mewujudkan perencanaan gedung Galeri-Studio Komik dan


Animasi yang dapat mewadahi kegiatan dan kebutuhan akan komik dan
animasi bagi masyarakat di Kota Kendari ?
2. Bagaimana merancang ruangan yang dapat mewadahi kegiatan yang
bersifat komunitas ?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan dari penulisan ini yaitu :


a. Mewujudkan Perencanaan gedung Galeri-Studio Komik dan Animasi
yang dapat mewadahi kegiatan yang bersifat komunitas ?
b. Mewujudkan penerapan Pendekatan Arsitektur Ekspresionis dalam
Perancangan Galeri-Studio Komik dan Animasi ?
2. Sasaran Pembahasan :
Mewadahi aktifitas dan kebutuhan masyarakat yang ada di Kota Kendari
akan animasi dan komik dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
pengguna, sehingga kebutuhan ruang dapat memenuhi setiap aktivitas yang
ada. Serta mewujudkan konsep perancangan dengan menggunakan
Pendekatan Arsitektur Ekspresionis.

D. Batasan dan Lingkup Pembahasan

1. Batasan pembahasan, perencanaan Galeri-Studio Komik dan Animasi


dengan Pendekatan Arsitektur Ekspresionis adalah berfokus pada aspek
arsitektural yang ditekankan pada perencanaan Galeri-Studio Komik dan
Animasi dengan Pendekatan Arsitektur Ekspresionis yang mewadahi
kegiatan dan kebutuhan masyarakat akan komik dan animasi di Kota
Kendari.
2. Lingkup pembahasan, meliputi :
a. Perancangan makro, meliputi : pengolahan tapak dan perancangan
ruang luar.
b. Perancangan mikro, meliputi : kebutuhuan ruang, aktifitas yang
diwadahi, dan program ruang.
c. Perancangan fisik, meliputi : bentuk dan tampilan bangunan, sistem
struktur dan konstruksi bangunan, ruang dalam dan pengkondisian
ruang.

E. Metode dan Sistematika Pembahasan

1. Metode pembahasan
a. Menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara peneliti
dilakukan pada pihak komunitas musik, musisi, dan masyarakat di Kota
Kendari untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
b. Pengamatan langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

c. Studi Literatur
Melalui literatur-literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan
pembahasan mengenai bangunan Galeri-Studio Komik dan Animasi
untuk mendapatkan teori aspek-aspek arsitektural yang dapat dijadikan
landasan dalam proses perancangan.

2. Sistematika pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, sasaran
penulisan, batasan judul, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tinjauan umum yang terdiri atas
gambaran umum atas studi literatur atas perancangan
bangunan Galeri-Studio Komik dan Animasi dengan
Pendekatan Arsitektur Ekspresionis, ide rancangan yang
berisi aspek-aspek dan fungsi secara arsitektural.
BAB III : TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
Pada bab ini berisikan tinjauan makro lokasi yang terdiri
atas deskripsi wilayah kawasan potensi fisik dan non fisik
Kota Kendari yang berkaitan dengan Galeri-Studio Komik
dan Animasi atau calon pengguna fasilitas dan rencana tata
ruang kawasan lokasi objek rancangan. Sedangkan
tinjauan mikro lokasi adalah berisi tentang ketentuan teknis
site berdasarkan pada zonasi rencana tata ruang seperti
KDB, garis simpadan dan ketinggian bangunan.

You might also like