Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 14
I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat mencegah
perburukan dan membantu pasien untuk kembali dapar beraktivitas fisik seperti sebelum
mengalami gangguan jantung.
III. Materi.
1. Menjelaskan pengertian gangguan jantung
2. Menjelaskan penyebab gangguan jantung
3. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan jantung
4. Menjelaskan pencegahan gangguan jantung
5. Menjelaskan penatalaksanaan gangguan jantung
6. Menjelaskan manfaat latihan fisikpada penderita gangguan jantung
7. Menjelaskan kontraindikasi latihan fisik
8. Menjelaskan Program Rehabilitatif
Materi penyuluhan : terlampir
IV. Metoda
Ceramah, praktek dan tanya jawab
V. Media
Leaflet, PPT, dan video
VI. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Purwaningsih, S.Kp., M.Kes
2. Pembimbing Ruangan : Sri Purwanti S.Kep., Ns
3. Moderator : Venni Hariani
4. Penyaji : Wahyu Dwi Septinengtias
5. Notulensi : Titin Paramida
6. Fasilitator : Annisha Zuchrufiany
Vony Nurul Khasanah
7. Observer : Tri Agustiningsih
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Pertemuan Ruang Irna 2
Rumah sakit Universitas Airlangga Surabaya
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama proses
penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga pasien mengetahui penyakit jantung serta program latihan fisik
rehabilitasi pada gangguan jantung dengan benar.
b. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang.
1. 3 Pembukaan :
menit a. Menentukan kontrak waktu a. Mendengarkan
dan materi dengan keluarga dan menyetujui kontak
klien sebelum penyuluhan waktu dan materi
dilaksanakan
b. Membuka kegiatan dengan b. Menjawab salam
mengucapkan salam
c. Memperkenalkan diri c. Mendengarkan
d. Menjelaskan tujuan dari dan Memperhatikan
penyuluhan
e. Menyebutkan materi yang d. Memperhatikan
akan diberikan dan
menggambarkan pengetahuan
audien tentang gangguan
jantung dan program latihan
fisik rehabilitative pada
penderita gangguan jantung.
2. 15 Pelaksanaan :
menit a. Menjelaskan a. Mendengarkan dan
tentang pengertian memperhatikan
gangguan jantung b. Mendengarkan dan
b. Menjelaskan memperhatikan
tentang penyebab c. Mendengarkan dan
gangguan jantung memperhatikan
c. Menjelaskan d. Mendengarkan dan
tentang tanda dan memperhatikan
gelaja gangguan e. Mendengarkan dan
jantung memperhatikan
d. Menjelaskan f. Mendengarkan dan
tentang pencegahan memperhatikan
gangguan jantung g. Mendengarkan dan
e. Menjelaskan memperhatikan
tentang h. Mendengarkan dan
penatalaksanaan memperhatikan
gangguan jantung i. Mendengarkan dan
f. Menjelaskan memperhatikan
manfaat latihan fisik j. Bertanya tentang materi yang
pada penderita belum dipahami
gangguan jantung
g. Menjelaskan
kontraindikasi
latihan fisik
h. Menjelaskan
Program
Rehabilitatif
i. Mempraktekkan
program latihan
fisik
j. Memberi
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya dan
mempraktekkan
secara mandiri
program latihan
fisik
3. 10 Evaluasi :
menit a. Menanyakan kepada peserta a. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah b. Praktekkan secara mandiri
diberikan. program latihan fisik
b. Mempraktekkan secara mandiri
program latihan fisik.
4. 2 Terminasi :
menit a. Mengucapkan terimakasih atas a. Mendengarkan
peran serta peserta.
b. Mengucapkan salam penutup b. Menjawab salam
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
a. Diagnosis Normal
Jantung normal merupakan kondisi dimana jantung bekerja secara normal
untuk memompa darah dan menyuplai oksigen keseluruh tubuh.
b. Diagnosis Hypertensive Heart Disease (HHD)
Heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung (theHeart.org, 2014).
c. Diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-
sel tubuh akan nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang
jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke
seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung
hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot
jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat (Udjianti, 2010).
d. Diagnosis Angina Pectoris
Angina pectoris adalah istilah medis untuk nyeri dada atau
ketidaknyamanan akibat penyakit jantung koroner. Hal itu terjadi ketika otot
jantung tidak mendapat darah sebanyak yang dibutuhkan. Hal ini biasanya
terjadi karena satu atau lebih arteri jantung menyempit atau tersumbat, biasa
juga disebut iskemia (American Heart Association, 2016).
Gejala penyakit jantung sangat beragam, tergantung kepada jenis kondisi yang
dialami. Sejumlah gejala yang dapat muncul pada penyakit jantung, antara lain:
Penyakit jantung akan lebih mudah ditangani bila terdeteksi lebih awal. Oleh
karena itu, konsultasikan dengan dokter bila muncul gejala di atas. Konsultasikan
juga mengenai cara yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko terkena
penyakit jantung, terutama bila ada riwayat penyakit jantung pada keluarga.
Sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit jantung, antara lain:
Program latihan inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam setelah gangguan jantung
sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang dilakukan terbatas
pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki dan pengubahan
postur. Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambnulatory yang diawasi.
Pada fase ini perlu dilakukan monitoring ECG untuk menilai respon terhadap
latihan. Latihan pada fase ini harus menuntut kesiapan tim yang dapat mengatasi
keadaan gawat darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan jantung. Manfaat
dari latihan fisik pada fase ini adalah sebagai bahan survailance tambahan, melatih
pasien untuk dapat mejalankan aktivitas pada aktivitas sehari-hari, dan untuk
menghindari efek fisiologis dan psikologis negatif pada bedrest. Tujuan dari
latihan fsik fase pertama ini harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pasien
dengan aktivitas rendah mungkin hanya memerlukan latihan fisik untuk
menunjang kegiatan sehari-hari (ADL: activity of daily life). Pasien dengan
kapasitas fisik yang lebih baik dapat menjalankan program letihan untuk
pencegahan tertier dan mengikuti program jangka panjang untuk meningkatkan
ketahanan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas dan ketahanan otot.
Pemantauan lebih lanjut perlu dilakukan pada pasien dengan tanda dan
gejala : peningkatan denyut andi melebihi batas yang ditetapkan, peningkatan
tekanan darah sebagai respon latihan, sesak napas, iskemia myocardial, disritmia,
angina pectoris dan kelelahan berat. Pada fase initial ( 1 sampai 3 hari paska
infark post myocardial atau prosedur bedah) pada pasien di rumah sakit yang
menjalankan program latihan, aktivitas harus dibatasi harus dibatasi dengan
intensitas yang rendah (sekitar 2 sampai 3 METs). Pada umumnya aktivitas
mengurangi resiko timbulnya trombosis. Program latihan meliputi aktivitas
sehari-hari dan latihan pada kaki dan lengan untuk mempertahankan tonus otot,
hipotensi orthostatik dan kapasitas sendi. Pasien dapat memulai latihan dari
berbaring menuju ke duduk dan kemudian berdiri. Latihan ortostatik perlu
dilakukan dalam program latihan. Latihan ortostatik meliputi berdiri dengan
gerakan otot selama1 sampai 2 menit dengan monitor denyut nadi dan tekanan
darah. Respon terhadap latihan ini diperlukan untuk menilai respon tubuh
terhadap berbagai jenis vasodilatator dan beta bloker. Pada hari ke 3 sampai 5
paska infark post cardial atau gangguan kardiovaskular lain, mulai dapat
dilakukan latihan dengan berjalan, treadmill, atau ergometri (Oldridge, 1988:45).
Beberapa contoh aktivitas ringan yang dapat dilakukan oleh penderita terdapat
pada tabel 3.
Perencanaan pemulangan
Pada perencanaan pemulangan pasien jantung beberapa hal harus
diperhitungkan yakni : kondisi klinis, aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas pada
waktu luang, istirahat, bekerja, aktivitas seksual, gejala dan rujukan pada fase
rehabilitasi dengan pengawasan. Pada saat pemulangan, pasien harus
mendapatkan informasi tentang kerja dan karakteristik arteria koronaria jantung
dan gangguan yang dialaminya sehingga dapat memahami gangguan jantung yang
terjadi pada dirinya dan keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
atherosklerosis. Pada saat pemulangan, sebaiknya hal hal perawatan diri
mendasar seperti mandi, mengenakan baju makan dan minum sudah dapat
dilakukan secara mandiri. Pada saat pemulangan pasien juga diberikan pengertian
agar menghindari suhu dan kelembaban udara yang terlalu ekstrim. Jumlah waktu
istirahat juga harus secara jelas disampaikan. Istirahat yang dianjurkan dapat
meliputi tidur dan atau istirahat berbaring atau duduk tenang. Jenis pekerjaan yang
tidak disarankan adalah yang meliputi mengangkat beban dan menahan nafas.
Pasien yang merasakan gejala palpitasi, dyspnea, tidak bisa tidur, kelelahan berat
harus berkonsultasi kepada dokter. Sebelum fase I berakhir, pasien harus sudah
mendapatkan penjelasan tentang fase selanjutnya.
2. Program Out-patient
Pada pmpemeliharaan juga ditunjang dengan DIET yang harus dilakukan pada
penderita gangguan jantung. Berikut tujuan diet ini adalah untuk:
Memberikan makanan yang cukup dan sesuai kebutuhan tanpa
memperberat kerja jantung.
Menurunkan berat badan bila pasien memiliki berat badan berlebih
Mencegah serta menghilangkan edema atau bengkak yang disebabkan oleh
penimbunan garam atau air di dalam tubuh.
Berikut adalah prinsip diet yang harus dijalani oleh pasien penyakit jantung:
1. Cukup energi
5. Batasi garam
Untuk pasien yang mengalami edema (bengkak pada bagian tubuh akibat
timbunan cairan) dan tekanan darah tinggi, maka pemakaian garam yang
dianjurkan yaitu sebanyak 2-3 gram per hari. Perhatikan juga kandungan natrium
pada makanan/minuman yang dimakan, karena maksimal natrium yang boleh
dikonsumsi adalah sebanyak 1500 mg per hari.
6. Serat yang cukup
Lebih baik untuk tidak mengonsumsi makanan serta minuman olahan yang
sudah pasti mengandung banyak natrium di dalamnya. Selain itu, penderita
penyakit jantung juga tidak diperbolehkan untuk minum teh/kopi kental, minuman
bersoda, dan minuman yang beralkohol. Sedangkan untuk bumbu masakan juga
dianjurkan untuk menghindari bumbu-bumbu dapur yang memiliki rasa tajam
seperti rasa pedas dan asam.
DAFTAR PUSTAKA