Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. RH
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
No.RM : 135340
2. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak sejak 1 bulan smrs + kehamilan 8 bulan
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan rujukan dari Rumah Sakit Kabupaten Buru, merupakan
kehamilan yang ke-3, kehamilan sebelumnya lahir normal 2x, pasien sudah
1
ditemukan akumulasi cairan pada kedua paru. Pasien memiliki riwayat sakit lupus
pada tahun 2015 dirawat di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon oleh dokter spesialis
penyakit dalam. Pasien sesak saat berbaring, berkurang saat posisi duduk/tegak.
BAK warna kemerahan sejak 1 bulan smrs, tidak nyeri. BAB lancar, dalam batas
12-09-2018, Usia Kehamilan: 36 minggu. Infus dan Kateter urin sudah terpasang
G3P2A0, hamil 36 minggu + SLE, sudah diberikan infus RL, Injeksi Furosemide
Nifedipine 3 x 1 / p.o.
Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama.
Riwayat menstruasi :
Riwayat obstetri :
Pasien memiliki 2 orang anak lahir pervaginam, anak kedua umur 4 tahun (lahir
2
3. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
b) Tanda vital
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Rhinorea -/-
Telinga : Otorea -/-
3
Pemeriksaan Obstetric dan Ginekologi
Pemeriksaan Abdomen
Nyeri tekan (+) pada perut bagian bawah, Leopold 1: Tinggi Fundus Uteri 1 jari
dibawah Processus Xiphoideus (32 cm), Taksiran Berat Janin: 3255 gram,
Leopold 2: Punggung Kanan, Denyut Jantung Janin: 144 x/m, Leopold 3: Letak-
Pemeriksaan Genital
Edema pada Vulva, Vaginal Toucher: Pembukaan 2 cm, Ostium lunak, Ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
Pada tanggal 13 Agustus 2018, di Rumah Sakit Kabupaten Buru telah dilakukan
lain :
Hemoglobin : 9,9 g/dl
Eritrosit : 3,40 juta/ul
Hematokrit : 28,3 %
Leukosit : 7.500 /ul
4
Trombosit : 121 ribu/ul
Golongan Darah : A (+)
Protein Urin : Negatif (-)
HBsAg : Non Reaktif (-)
Anti HIV : Negatif (-)
Pada tanggal 15 Agustus 2018, dari UGD Rumah Sakit Dr. M. Haulussy dilakukan
antara lain :
Eritrosit : 3,77 x 106/mm3
Hemoglobin : 11,1 g/dl
Hematokrit : 32,3 %
MCV : 86 um
MCH : 34,3 pg
MCHC : 34,3 g/dl
Trombosit : 141 x 103 /mm3
Leukosit : 7,0 x 103 /mm3
Hitung Jenis
5
o Neutrofil :73,8 %
o Limfosit : 18,3 %
o Monosit : 4,8 %
o Eusinofil : 2,1 %
o Basofil : 1,0 %
Masa Perdarahan : 1 menit
Masa Pembekuan : 5 menit
Glukosa Darah Sewaktu : 99 mg/dl
Ureum : 32 mg/dl
Kreatinin : 1,5 mg /dl
SGOT : 11 u/L
SGPT : 12 u/L
Albumin : 1,9 mg/dl
HBsAg : Non Reaktif
HIV : Reagen Habis
6
EKG : Kesan: Sinus Takikardi + Pemanjangan interval QT
5. Diagnosis
G3P2A0, Hamil 36 Minggu, Belum Inpartu, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin, Letak
7
6. Tatalaksana
Rencana Diagnosis:
Observasi Keadaan Umum, Tanda-anda vital, Denyut jantung janin
Konsul dokter Spesialis Penyakit Dalam
Terapi Medikamentosa:
Nifedipine 10 mg / oral (extra)
Ivfd RL 12 tpm
Octalbin 2 botol / 24 jam
Terapi Non Medikamentosa:
Rawat di ruang HCU
Atur posisi semifowler
Oksigen Nasal Canule 3 liter per menit
Rencana Terminasi Kehamilan
7. Follow-up
8
Hipoalbuminemia (Dilakukan Operasi Sectio
2. Pre Eklampsia
3. Dyspneu ec CHF stadium 3 Caesarea)
Laporan operasi:
a. Diagnosis pre operasi :G3P2A0, hamil 36 minggu JPKTH, KPD, Dyspneu ec CHF fc class III,
Nefropati SLE
d. Laporan operasi :
Supine Spinal
Insisi pfannensteil
Dengan meluksir kepala, lahir bayi, perempuan, Berat lahir 2500 gram, Panjang Lahir 48
Eksplorasi tuba dan adneksa dalam batas normal. Dilakukan tubektomi poomeroy
Diyakini tidak ada perdarahan, alat dan kasa lengkap, dinding abdomen ditutup lapis demi
lapis
Perdarahan 300 cc
9
Instruksi post operasi:
d. Medikamentosa:
Viccilin SX 3 x 1,5 g / iv
Metronidazole 2 x 500 mg / iv
Katopren Supp 3 x 1
10
berkurang pada kedua Konsul dr.Sp,JP
Leu:11.100 /mm3,
11
3. Hipokalemia
4. Dyspneu ec CHF stadium 3
paru c. Medikamentosa:
20/8/2018 S : Sesak P:
paru c. Medikamentosa:
normal Ceftriaxone 1 x 2 gr / iv
12
Ekstremitas: Edema +/+ berkurang KSR 2 x 1
lengkap
21/8/2018 S : Sesak memberat P:
berkurang Ceftriaxone 1 x 2 gr / iv
CHF stadium 3
2. SLE Nefropati
3. Hipoalbuminemia
4. Hipokalemia
13
09.00 wit S : Sesak memberat
P : 32 x/m Ketamin 50 mg
SpO2 80 % Adrenalin 30 mg
10.00 wit O:
TD : 70/palpasi
10.15 wit O:
8. RESUME MEDIS
Pasien datang dengan sesak sejak 1 bulan smrs + kehamilan 8 bulan, rujukan
dari Rumah Sakit Kabupaten Buru, merupakan kehamilan yang ke-3, kehamilan
sebelumnya lahir normal 2x, pasien sudah direncanakan dilakukan tindakan Sectio
Caesarea (SC) sejak 1 hari sebelum dirujuk, tapi dokter spesialis anestesi mengambil
dan pada pemeriksaan ditemukan akumulasi cairan pada kedua paru. Pasien memiliki
riwayat sakit lupus pada tahun 2015 dirawat di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon oleh
14
dokter spesialis penyakit dalam. Pasien sesak saat berbaring, berkurang saat posisi
duduk/tegak. BAK warna kemerahan sejak 1 bulan smrs, tidak nyeri. BAB lancar,
dalam batas normal. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT): 15-12-2017. Taksiran
mmHg. Nadi 108x/menit. Pernapasan 32 x/menit. Suhu 36,5 ºC. Pemeriksaan fisik:
Kepala Normochepal. Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-. Rhinorea -/-. Otorea
-/-. Gigi dan mulut dalam batas normal. Pembesaran KGB leher (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-). Dada Normochest. Bunyi pernapasan vesikuler kanan = kiri. Ronki
+/+ di kedua basal paru, Wheezing -/-. Bunyi Jantung I/II reguler, murmur (-), gallop
(-). Infus sudah terpasang, Edema +/+ kedua extremitas bawah. Kulit Dalam batas
normal. Pemeriksaan Abdomen: Nyeri tekan (+) pada perut bagian bawah, Leopold 1:
Tinggi Fundus Uteri 1 jari dibawah Processus Xiphoideus (32 cm), Taksiran Berat
Janin: 3255 gram, Leopold 2: Punggung Kanan, Denyut Jantung Janin: 144 x/m,
dari kepala yang sudah turun ke Pintu Atas Panggul). His (-). Pemeriksaan Genital:
Edema pada Vulva, Vaginal Toucher: Pembukaan 2 cm, Ostium lunak, Ketuban (+),
Pada tanggal 15 Agustus 2018, dari UGD Rumah Sakit Dr. M. Haulussy
tersebut antara lain. Eritrosit 3,77 x 106/mm3. Hemoglobin 11,1 g/dl. Hematokrit
32,3 %. MCV 86 um. MCH 34,3 pg. MCHC 34,3 g/dl. Trombosit 141 x 103 /mm3.
15
Leukosit 7,0 x 103 /mm3. Hitung Jenis: Neutrofil 73,8 %. Limfosit 18,3 %. Monosit.
4,8 %. Eusinofil 2,1 %. Basofil 1,0 %. Masa Perdarahan: 1 menit. Masa Pembekuan:
5 menit. Glukosa Darah Sewaktu: 99 mg/dl. Ureum 32 mg/dl. Kreatinin 1,5 mg /dl.
SGOT 11 u/L. SGPT 12 u/L. Albumin 1,9 mg/dl. HBsAg. Non Reaktif. HIV: Reagen
Habis. Pada hari yang sama juga dilakukan pemeriksaan Protein Urin: +++. EKG :
Intra Uterin, Letak Presentasi Kepala, dengan masalah: (1). SLE Nefropati dengan
Medikamentosa: Atur posisi semifowler. Oksigen Nasal Canule 3 liter per menit.
caesarea. Laporan operasi: Diagnosis pre operasi :G3P2A0, hamil 36 minggu JPKTH,
KPD, Dyspneu ec CHF fc class III, Nefropati SLE. Diagnosis post operasi : P3A0,
Post SC. Tindakan operasi : Sectio Caesarea + Tubektomi. Instruksi post operasi:
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
klasifikasi LES: 1. Ruam Malar, 2. Ruam Discoid, 3. Fotosensitifitas Terjadi lesi kulit
sebagai akibat reaksi abnormal terhadap cahaya matahari. Hal ini diketahui melalui
4. Ulkus mulut Ulcerasi di mulut atau nasofaring, biasanya tidak nyeri, diketahui
5. Arthritis Arthritis non erosive yang mengenai 2 sendi perifer ditandai oleh nyeri,
6. Serositis a. Pleuritis: adanya riwayat nyeri pleural atau terdengarnya bunyi gesekan
pleura oleh dokter atau adanya efusi pleura. b. Perikarditis: diperoleh dari gambaran
EKG atau terdengarnya bunyi gesekan perikard atau adanya efusi perikard.
7. Gangguan Renal a. Proteinuria yang selalu > 0,5 g/hari atau >3+ atau b. Ditemukan
8. Gangguan Neurologi a. Kejang yang timbul spontan tanpa adanya obat-obat yang
gangguan keseimbangan elektrolit atau b. Psikosis yang timbul spontan tanpa adanya
17
obat-obatan yang dapat menyebabkan kelainan metabolik seperti uremia, ketoasidosis
kurang dari 4000/mm3 pada 2x pemeriksaan atau lebih atau c. Limfopenia, kurang
dari 1500/mm3 pada 2x pemeriksaan atau lebih atau d. Trombositopenia, kurang dari
10. Gangguan Imunologi a. Adanya sel LE atau b. Anti DNA : antibodi terhadap
native DNA dengan titer abnormal atau c. Anti Sm : adanya antibodi terhadap antigen
inti atau otot polos atau d. Uji serologis untuk sifilis yang positif semu selama paling
sedikit 6 bulan dan diperkuat uji imobilisasi Treponema pallidum atau uji fluoresensi
diukur dengan cara imuno fluoresensi atau cara lain yang setara pada waktu yang
sama dan dengan tidak adanya obat-obat yang berkaitan dengan sindroma lupus
karena obat.
Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria di atas, diagnosis LES memiliki sensitifitas
85% dan spesifisitas 95%.Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA
positif, maka sangat mungkin LES dan diagnosis bergantung pada pengamatan
klinis.Bila hasil tes ANA negatif, maka kemungkinan bukan LES. Apabila hanya tes
ANA positif dan manifestasi klinis lain tidak ada, maka belum tentu LES, dan
18
2. Pengaruh Kehamilan terhadap Lupus Eritematosus Sistemik
Flare LES dapat terjadi kapan pun, termasuk saat hamil dan pasca persalinan tanpa
pola yang pasti. Perubahan hormonal dan fisiologis dapat terjadi selama kehamilan
lupus selama kehamilan, namun umumnya ringan, tetapi jika kehamilan terjadi pada
saat nefritis masih aktif maka 50-60% eksaserbasi, sementara jika nefritis lupus
dalam keadaan remisi 3-6 bulan sebelum konsepsi hanya 7-10% yang mengalami
meningkat pada penderita dengan nefritis lupus dengan faktor predisposisi yaitu
hipertensi dan sindroma anti fosfolipid (APS). Peningkatan respon inflamasi selama
hipertensi, proteinuria, edema dan perburukan fungsi ginjal. Pada renal flare terjadi
pemberian steroid. Sedangkan pada preeklampsia, kadar C3/C4 membaik, tidak ada
dalam mencegah terjadinya penolakan alograf janin. IgG calon ibu dalam kehamilan
normal dapat menghambat sifat limfositotoksis maternal terhadap sel trofoblast janin.
19
pertemuan(interface) antara janin dan ibunya. Hormon estrogen dan progesterone
kehamilan diduga bersifat imunosupresif secara lokal pada situs plasenta, sedangkan
kehamilan serum pregnancy blocking factors (SPBF) merupakan salah satu dari
beberapa mekanisme yang telah diketahui berpengaruh dalam melindungi fetus dalam
factor yang disekresi oleh sel T penekan janin yang melintasi plasenta dan masuk ke
dalam sirkulasi ibu untuk menekan antibodi maternal.Selain itu α feto protein (AFP)
juga diduga memiliki sifat imunosupresif dan dapat mengaktivasi sel T penekan
volume cairan, peningkatan laju metabolik, hemodilusi, sel fetal dalam sirkulasi, serta
faktor-faktor lainnya yang terjadi selama kehamilan. Lupus flare biasa terjadi selama
20
Tabel 4. Pengaruh kehamilan terhadap aktivitas LES (dikutip dari Megan 2007)1
Lupus Activity Index in Pregnancy merupakan salah satu alat bantu untuk
mengenali gejala dan tanda aktivitas lupus selama kehamilan yang memiliki
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Aktivitas lupus saat kehamilan dapat berupa
flare yang sangat parah. Terjadi peningkatan risiko aktivitas lupus selama kehamilan
sebesar 2- 3 kali, dibandingkan pasien wanita yang tidak hamil, dimana sebagian
besar mengalami flare ringan, 1/3 kasus mengalami flare sedang hingga
persendian, dan gejala konstitusional. Hal tersebut juga nampak pada kehamilan
aktivitas sel T penolong dan inhibisi sel T penekan akan menyebabkan peningkatan
21
proliferasi dan aktifitas sel B sehingga menimbulkan hiperaktifitas respon imunitas
humoral.6
seperti antibodi terhadap komponen inti sel, struktur sitoplasma, sel mononuclear
C3a dan C5a yang merangsang sel basofil untuk membebaskan amina vasoaktif
terutama pada arteri kecil dan arteriole. Peningkatan permeabilitas vaskuler ini akan
menyebabkan terjadinya pengendapan kompleks imun pada sel endotel arteri dan
membentuk mikrotrombus pada jaringan kolagen membran basalis sel endotel. Sel
radang seperti PMN, MN, basofil, dan sel mast, yang tertarik ke arah lesi oleh peptide
endapan kompleks imun ini dan akan membebaskan enzim lisosomal yang
vaskuler yang lebih jauh. Pada LES aktif dapat dijumpai infiltrasi perivaskuler oleh
sel MN.6
22
Selanjutnya sistem komplemen akan membentuk membrane attack complex
yang akan menyebabkan terjadinya lisis selaput sel sehingga akan memperberat
kerusakan jaringan yang telah terjadi. Pada plasenta proses ini akan menyebabkan
terjadinya vaskulitis desidual. Selain gangguan respon imunitas seluler dan humoral
pada ibu penderita LES, terbentuk pula antibodi maternal seperti antibodi terhadap
membran phospolipid sel yang bermuatan negatif yang lebih dikenal sebagai
antibody antifosfolipid (APL).Terdapat dua jenis APL yang berperan penting pada
LES yaitu lupus anti coagulant (LAC) dan antibodi anti kardiolipin (ACL). Kedua
jenis antibodi ini telah diketahui berhubungan dengan kejadian abortus habitualis
pada wanita hamil tanpa kelainan ginekologis atau gangguan fertilitas yang jelas.7
spontan atau kematian janin sangat mungkin disebabkan oleh vaskulitis desidual
plasenta, diathesis trombotik akibat pengaruh LAC dan ACL, trombositopenia serta
Wanita penderita LES juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi
dengan sindroma lupus neonatal (SLN), bahkan lama sebelum mereka sadari.SLN
protein ribonuklear janin seperti Anti-Ro (SS-A), Anti-La (SSB) dan Anti-RNP.
Gejala klinik yang paling sering dijumpai pada SLN adalah lesi kutaneus lupus
23
subakut yang bersifat fotosensitif, sedangkan blok jantung kongenital relatif jarang
dijumpai. Namun demikian, pada beberapa kasus dapat dijumpai pula manifestasi
reproduksinya dan dapat mengalami kehamilan kecuali jika penyakit yang dideritanya
telah sangat berat dan aktif. Gangguan fertilitas pada wanita penderita LES lebih
digunakan sekarang, prognosis penderita LES saat ini jauh lebih baik dibandingkan
masa lalu.Saat ini kemungkinan untuk hamil dan melahirkan normal meningkat.
Prognosis ibu pada penderita LES lebih banyak ditentukan pada saat
konsepsi.Bila konsepsi pada masa tenang, prognosisnya lebih baik. Hal ini bias
Selama ini dilakukan evaluasi klinis dan laboratorium secara ketat. Pada penderita
LES yang ingin hamil, kehamilan ditunda selama minimal 6 bulan dalam kondisi
24
dan meninjau kembali pengobatan lupus.Peninjauan terhadap pengobatan diperlukan
pengobatan baru untuk melindungi ibu dan janin dari efek samping pengobatan
setidaknya 6 bulan sebelum kehamilan agar tercapai luaran kehamilan yang baik.12
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan LES dengan kehamilan
fetus dapat menjadi target dari autoantibodi maternal sehingga dapat berakhir dengan
minggu, setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 28 minggu, dan setiap minggu
hingga persalinan tercapai. Pasien LES yang hamil bisa mencapai luaran kehamilan
yang baik dengan penanganan dan pengobatan lupus yang tepat sebelum maupun
pemberian obat harus dimulai pada dosis serendah mungkin yang masih bermanfaat
25
maupun selama konsepsi diperlukan termasuk meminimalisir risiko efek samping
menyusui:13
Efek OAINS (obat antiinflamasi nonsteroid) pada janin bergantung pada usia
kehamilan itu sendiri. Berbagai studi kohort terkait penggunaan OAINS selama
uterus, agregasi platelet, dan aliran darah renal janin.OAINS dapat berefek pada
26
penurunan produksi urine janin. Jika OAINS memang diperlukan selama trimester
2. Obat Antimalaria
digunakan pada LES.Pada ibu hamil, obat ini juga digunakan sebagai profilaksis
malaria tanpa efek teratogenik. Mekanisme kerja HCQ melibatkan inhibisi proses
antigen dan pelepasan sitokin inflamasi. Obat ini sangat efektif pada discoid lupus
berupa lesi kulit dan mencegah lupus flare.HCQ juga mencegah lupus renal dan
morbiditas mayor pada LES dan efek dari pengobatan LES, terutama hiperlipidemia,
diabetes mellitus, dan thrombosis.Waktu paruh HCQ dalam darah berkisar 8 minggu
dan berakumulasi dalam jaringan tubuh, di mana penghentian HCQ yang segera
dilakukan setelah konsepsi tidak mencegah paparan janin terhadap obat ini. HCQ
3. Kortikosteroid
pemantauan terkait hipertensi pada ibu hamil, diabetes mellitus gestasional, infeksi,
peningkatan berat badan, akne, dan kelemahan otot proksimal. Pencapaian dosis
27
betahydroxy steroid dehydrogenase (II-beta-HSD) yang mengkonversi kortison aktif
menjadi inaktif, sehingga konsentrasi kortikosteroid dalam darah janin sebesar 10%
dari konsentrasi kortikosteroid dalam darah ibu. Hal ini memerlukan pertimbangan
terjadinya kematian janin dan sindrom distress napas pada bayi preterm dapat
setiap minggu selama kehamilan sebaiknya dihindari pada ibu hamil dengan risiko
emergensi.13
infeksi dan pada tindakan perioperatif, termasuk persalinan dan seksio sesaria.13
- Pemberian dosis stress kortikosteroid adalah dua kali atau sampai 15 mg prednisone
atau setaranya.
- Pada tindakan operasi besar dapat diberikan 100 mg hidrokortison intravena pada
untuk 2 atau 3 hari, atau dengan melanjutkan dosis kortikosteroid oral atau setara
28
secara parenteral pada hari pembedahan dilanjutkan dengan 25-50 mg hidrokortison
- Pada bedah minor, cukup dengan meningkatkan sebesar dua kali dosis oral atau
sampai 3 hari.13
farmakokinetiknya.
- Dosis sedang: > 7,5 mg, tetapi ≤ 30 mg prednisone atau setara perhari
- Dosis tinggi: > 30 mg, tetapi ≤ 100 mg prednisone atau setara perhari
- Terapi pulse: ≥ 250 mg prednisone atau setara perhari untuk 1 hari atau beberapa
hari.
Dosis rendah sampai sedang digunakan pada LES yang relatif tenang.Dosis
sedang sampai tinggi berguna untuk LES yang aktif. Dosis sangat tinggi dan terapi
pulse diberikan untuk krisis akut yang berat seperti pada vaskulitis luas, nephritis
29
4. Aspirin
ibu hamil dengan LES, hipertensi, riwayat preeklampsia, dan penyakit ginjal.Aspirin
melewati plasenta dan menyebabkan kelainan kongenital namun hal ini sangat jarang
dan pemanjangan waktu persalinan, serta risiko perdarahan selama persalinan dan
5. Obat Antihipertensi
pertama dan kedua. Batasan tekanan darah serta target tekanan darah selama
hipertensi berat ( TD sistolik ≥160 mmHg dan atau TD diastolic ≥110 mmHg)
antihipertensi yang diteliti terkait efek jangka panjang pada janin. ACE inhibitor dan
ARB sebaiknya dihindari penggunaannya terkait efek samping pada konsepsi dan
30
6. Agen Imunosupresif
a. Siklofosfamid
pertama pada penyakit lupus yang sangat parah dan mengancam jiwa.14,15
b. Azathiopurine (AZA)
AZA merupakan analog purin yang berperan dalam sintesis asam nukleat.
AZA mampu melewati plasenta, namun konsentrasi yang mencapai aliran darah janin
c. Methotrexate (MTX)
bulan penghentian MTX karena metabolit aktifnya masih beredar dalam darah selama
Obat ini digunakan pada lupus renal dan direkomendasikan penggantian atau
terapi pemeliharaaan terhadap lupus nefritis, lupus kulit yang resisten, aktivitas lupus
31
dan manifestasi hematologis.Wanita dengan lupus yang ingin hamil dan menjalani
selama 6 bulan.14,15
e. Siklosforin (CSA)
7. Agen Biologis
a. Anti TNF-α
mengakategorikan anti TNFα sebagai obat ketagori B. Pasien yang diobati dengan
anti TNF-α sebelum maupun setelah terjadinya konsepsi tidak diindikasikan untuk
b. Rituximab
Obat ini merupakan chimeric dari antibody anti CD-20 β cell depleting
deplesi sel beta pada janin yang bersifat reversibel.Sehingga, penjadwalan kehamilan
32
sebaiknya dilakukan setidaknya 12 bulan setelah penghentian pengobatan dengan
rituximab.14,15
8. Terapi lainnya
b. Plasma Pharesis
pemantuan intensif selama pemberiannya. Apheresis dapat ditoleransi pada ibu hamil
1. Diagnosis CHF
Kriteria Farmingham:16
Mayor:
Paroxysmal nocturnal dyspnea
33
Hepatojugular Reflux
S3 Gallop
Radiographic cardiomegaly
Berat badan berkurang 4,5 kg dalam 5 hari (sesudah diberi terapi CHF)
vena)
Minor:
Batuk malam hari
Efusi pleura
Takikardi (hingga >120 kali per menit)
Edema pada kedua pergelangan kaki (angkle edema)
Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari nilai maksimum (menggunakan
spirometri) 16
2. Klasifikasi CHF
34
Klas I : tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktifitas apapun, tidak Muncul
Klas II : mulai ada keterbatasan dalam aktivitas, pasien masih bisa melakukan
Klas III : terdapat keterbatasan dalam melaksanakan berbagai aktivitas, Pasien merasa
Klas IV : keluhan muncul dalam berbagai aktivitas, dan tidak berkurang meskipun
dengan istirahat. 17
3. Terapi CHF
Dapat dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet rendah
2. Terapi Farmakologis
I. Diuretics
_ Nitrate (isosorbide)
diuretic)
_ Ace inhibitors (captopril, enalapril) : obat ini bekerja dengan menghambat conversi
_ ACE2 reseptor blocker (losartan) : obat ini mengeblok reseptor A2, menyebabkan
vasodilatasi dan menghambat proliferasi dari sel otot. Obat ini biasanya digunakan
35
pada pasien yang intolerance terhadap ACE inhibitor, akibat efek samping yang dapat
Obat ini memiliki fungsi untuk memperbaiki fungsi ventrikel kiri, gejala, dan
functional class, serta memperpanjang survival dari pasien CHF.beta blocker juga
(TNF-alpha) dan soluble TNF reseptor (sTNF-R-1 dan R2) pada pasien dengan
kardiomiopati.
pasien dengan gagal jantung berat dan tidak ada kecurigaan adanya renal
dengan atrial fibrilasi, tapi tidak diindikasikan pada pasien yang aktif dan tidak punya
riwayat emboli).18
3. Terapi Infasif
36
c) Reduction ventriculoplasty meliputi eksisi pada bagian dari otot ventrikel kiri yang
diskinetik. Hal ini biasanya dilakukan pada gagal jantung klas akhir.
f) Transplantasi Jantung (terapi paling efektif pada keadaan gagal jantung berat).18
BAB III
DISKUSI
37
Diagnosis CHF berdasarkan Kriteria Farmingham. Kriteria Mayor: 1.Paroxysmal
cardiomegaly, 8.Berat badan berkurang 4,5 kg dalam 5 hari (sesudah diberi terapi
CHF), 9.Central venous pressure (CVP) lebih dari 16 cm H2O (menggunakan catheter
autopsy (untuk kepentingan diagnosis visum). Minor: 1.Batuk malam hari, 2.Efusi
pleura, 3.Takikardi (hingga >120 kali per menit), 4.Edema pada kedua pergelangan
kaki (angkle edema), 5.Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari nilai maksimum
(NYHA): Klas I : tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktifitas apapun, tidak
Muncul gejala dalam aktivitas apapun. Klas II : mulai ada keterbatasan dalam
aktivitas, pasien masih bisa melakukan aktivitas ringan dan keluhan berkurang saat
Pasien merasa keluhan berkurang dengan istirahat. Klas IV : keluhan muncul dalam
berbagai aktivitas, dan tidak berkurang meskipun dengan istirahat. Terapi Non
Farmakologis: Dapat dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet
rendah garam dan rendah kolesterol, tidak merokok, olahraga. Terapi Farmakologis:
ditambah dengan regimen digoxin dan terapi diuretic), Ace inhibitors (captopril,
38
(losartan) : obat ini mengeblok reseptor A2, menyebabkan vasodilatasi dan
menghambat proliferasi dari sel otot. Obat ini biasanya digunakan pada pasien yang
intolerance terhadap ACE inhibitor, akibat efek samping yang dapat ditimbulkan
yaitu batuk. III. Inotropic Drugs: Digitalis glycosides (digoxin). IV. Beta blockers:
Obat ini memiliki fungsi untuk memperbaiki fungsi ventrikel kiri, gejala, dan
functional class, serta memperpanjang survival dari pasien CHF.beta blocker juga
(TNF-alpha) dan soluble TNF reseptor (sTNF-R-1 dan R2) pada pasien dengan
dipertimbangkan pada pasien dengan gagal jantung berat dan tidak ada kecurigaan
dengan atrial fibrilasi, tapi tidak diindikasikan pada pasien yang aktif dan tidak punya
riwayat emboli). 3. Terapi Infasif: a) Coronary Reperfusion, terutama pada akut gagal
c) Reduction ventriculoplasty meliputi eksisi pada bagian dari otot ventrikel kiri yang
diskinetik. Hal ini biasanya dilakukan pada gagal jantung klas akhir.
artificial heart, f) Transplantasi Jantung (terapi paling efektif pada keadaan gagal
jantung berat).
39
Pasien datang dengan Sesak sejak 1 bulan smrs + kehamilan 8 bulan rujukan
dari Rumah Sakit Kabupaten Buru, pasien sudah direncanakan dilakukan tindakan
Sectio Caesarea (SC) sejak 1 hari sebelum dirujuk, tapi dokter spesialis anestesi
mengeluh sesak, dan pada pemeriksaan ditemukan akumulasi cairan pada kedua paru.
Pasien memiliki riwayat sakit lupus. Pasien sesak saat berbaring, berkurang saat
posisi duduk/tegak. BAK warna kemerahan sejak 1 bulan smrs, tidak nyeri. BAB
lancar, dalam batas normal. Tekanan darah : 140/90 mmHg. Nadi: 108x/menit.
Belum Inpartu, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin, Letak Presentasi Kepala, dengan
24 jam. Terapi Non Medikamentosa: Rawat di ruang HCU, Atur posisi semifowler,
40
N = 104x/m Pulmo: Rhonki +/+ kedua basal Octalbin 1 flc / 24 jam
Laporan operasi:
Instruksi post operasi: Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, perdarahan, Posisi
semifowler, Oksigen nasal canule. IVFD NaCl 0,9 % + Oxytocin 10 IU Amp 21 tpm,
lain sesuai dri bagian Penyakit Dalam, Ganti Balut (Verband) : H3, a/i dr.Sp.An:
Rawat ICU.
41
21/8/2018 S : Sesak memberat P:
mmHg Cor: murmur (-), gallop (-) e. Posisi semifowler, Oksigen non
CHF stadium 3
6. SLE Nefropati
7. Hipoalbuminemia
8. Hipokalemia
S : Sesak memberat
P : 32 x/m Ketamin 50 mg
SpO2 80 % Adrenalin 30 mg
10.00 wit O:
TD : 70/palpasi
42
10.15 wit O:
adanya riwayat nyeri pleural atau terdengarnya bunyi gesekan pleura oleh dokter atau
adanya efusi pleura. b. Perikarditis: diperoleh dari gambaran EKG atau terdengarnya
bunyi gesekan perikard atau adanya efusi perikard. 7.Gangguan Renal a. Proteinuria
yang selalu > 0,5 g/hari atau >3+ atau b. Ditemukan silinder sel, mungkin eritrosit,
Hematologi, 10. Gangguan Imunologi a.Adanya sel LE atau b. Anti DNA : antibodi
terhadap native DNA dengan titer abnormal atau c. Anti Sm : adanya antibodi
terhadap antigen inti atau otot polos, 11. Antibodi antinuclear positif(ANA).
43
untuk mencegah efek teratogenik, penghentian obat-obat tertentu dan memulai
pengobatan baru untuk melindungi ibu dan janin dari efek samping pengobatan
setidaknya 6 bulan sebelum kehamilan agar tercapai luaran kehamilan yang baik. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan LES dengan kehamilan yaitu:
dapat menjadi target dari autoantibodi maternal sehingga dapat berakhir dengan
koordinasi yang baik serta follow-up yang meliputi bidang rematologi dan obstetri
yang berpengalaman terkait kehamilan risiko tinggi serta nefrologis terkait gangguan
ginjal. Saat kehamilan sudah dipastikan, pemantuan serta evaluasi basal terkait
20 minggu, setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 28 minggu, dan setiap minggu
hingga persalinan tercapai. Pasien LES yang hamil bisa mencapai luaran kehamilan
yang baik dengan penanganan dan pengobatan lupus yang tepat sebelum maupun
influenza dan vaksin pneumokokus. Modalitas utama dalam pengobatan LES adalah
44
terdapat kecenderungan untuk tidak memberikan pengobatan secara polifarmaka dan
pemberian obat harus dimulai pada dosis serendah mungkin yang masih bermanfaat
pada kehamilan dan menyusui: 1. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid), 2. Obat
b.Plasma Pharesis.
DAFTAR PUSTAKA
1725.
2. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Lupus Eritematosus sistemik . Diagnosis
45
3. Calvo-Alen J, Bastian HM, Straaton KV, Burgard SL, Mikhail IS, Alarcon GS.
2001; 77 : 157-65.
6. Kwok LW, Tam LS, Zhu TY, Leung YY and Li EK. Predictors of maternal and
Wallace DJ, Hanh BH, editors. Duboi’s lupus erythematosus. 7th ed. Philadelphia.
1832-35.
9. Cervera R, Espinosa G, D’Crus D. Systemic Lupus Erythematosus : pathogenesis,
BMJ Publishing Grup and European League Against Rheaumatism 1st edition
2009; 1112-30.
10. Kasitanon N, Louthrenoo W, Sukitawut W, Vichainun R. Caused of death and
46
12. Lee YH, Lee HS. Management of Pregnancy in Woman with systemic lupus
Guideline for Diagnosis and Management in Primary and Secondary Care: 2010.
34–47.
47