Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang sangat potensial dikembangkan di Kabupaten
Bone. Pada tahun 2013 luas panen padi mencapai 46.441 ha dan produksinya sebanyak 299.838
ton atau produktivitasnya sudah mencapai 6,26 ton/ha. Sebagai salah satu lumbung padi di
Sulawesi Selatan, peningkatan produksi hasil panen padi di kabupaten Marso merupakan upaya
yang harus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dikarenakan semakin menyusutnya lahan
persawahan sebagai akibat pertambahan penduduk, sektor industry dan peruntukan lainnya.
Metode pengkajian yang digunakan dengan metode pendampingan melalui introduksi teknologi
VUB Inpari 4. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa teknologi introduksi masing-masing VUB
memberikan produksi sebesar 6,9 ton/ha. Penerimaannya mencapai Rp. 22.080.000,-/ha sehingga
pendapatan bersih yang diterima sebesar Rp. 15.456.000,- per ha. Nilai R/C pada usahatani padi
di desa Lekopancing sebesar 5,8. Dengan demikian jika dikeluarkan biaya sebesar Rp. 1.000,-
maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 5.800,-
.
Kata kunci : Introduksi, Padi, Produktivitas
Pendahuluan
Beras merupakan komoditas pangan terpenting dan mempunyai nilai strategis nasional
yang menyumbang sekitar dua pertiga (60%) jumlah kalori bagi penduduk. Jumlah penduduk
Indonesia sudah mencapai lebih 234,42 juta jiwa (Tahun 2010), sebagian kebutuhan pokoknya
adalah beras. Usaha tani padi mampu menyerap tenaga kerja sekitar 21 juta rumah tangga tani
(Suryana, 2002). Hal tersebut menuntut Pemerintah untuk membuat terobosan dalam upaya
peningkatan produksi beras murah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Program peningkatan
beras sudah terimplementasi dalam program Peningkatan Produksi Beras Nasional atau P2BN
(Anonim, 2008) peningkatan produksi tersebut untuk mencapai pembangunan pertanian. Adapun
Sasaran pembangunan pertanian salah satunya adalah pengembangan sistem dan usaha pertanian
yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Kebutuhan beras mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Simarmata dan Yuwariah
(2008) melaporkan bahwa pada Tahun 2008 kebutuhan beras mencapai 34 juta ton atau setara
dengan 54 juta ton gabah kering giling (GKG). Pada laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,49%,
mengakibatkan untuk Tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk mencapai 296 juta jiwa. Hal
tersebut akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan beras sekitar 41,5 juta ton atau 65,9 juta ton
GKG (Simarmata dan Yuwariah, 2008).
Sulawesi Selatan sebagai salah satu lumbung pangan nasional khususnya dalam memasok
kebutuhan beras di Kawasan Timur Indoensia. Produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan berasal
dari lahan sawah mencapai 4,08 juta ton GKG, yang terdiri dari padi sawah 4,06 juta ton dan padi
ladang 0,02 juta ton. Luas areal pengembangan padi di Sulawesi Selatan mencapai 581.499 ha,
yang tersebar di 23 Kabupaten berupa sawah irigasi seluas 154.423 Ha, sawah setengah teknis
Metodologi
Praktek lapang ini dilaksanakan di Desa Lekopancing Januari-Juni tahun 2016. Penelitian
dilakukan dilakukan untuk kelompok komoditas tanaman pangan yaitu padi Survey berkaitan
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis
kelayakan usahatani, dan analisis deskripsi (Soekatawi, 2002). Adapun formulanya adalah sebagai
berikut: masukkan rumus pendapatn dan R/C.
TR = Y . Py
TC = X . Px
R/C = TR / TC
Keterangan: R/C = Revenue atau penerimaan dibagi cost atau biaya.
TR = Total revenue atau jumlah penerimaan.
TC = Total cost atau jumlah biaya usahatani.
Y = Produksi dari usahatani.
Px = Harga satuan produksi.
X = Jenis Biaya.
Px = Harga jenis biaya per unit.
Karakteristik Responden
Responden merupakan salah satu petani yang saat ini sedang mengusahakan komoditas
padi di desa Lekopancing. Riwayat Pendidikan terakhir beliau adalah merupakan lulusan SMA,
bertempat tinggal di Desa Lekopancing Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros dan saat ini beliau
berusia 51 tahun dan pengalaman bekerja sebagai petani hampir 25 tahun. Lahan sawah yang
dikelola adalah milik pribadi. Petani responden adalah ketua kelompok tani di Desa Lekopancing.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi 2009-2013 Kabupaten
Maros.
Luas Panen Produktivitas Produksi
No Tahun Kenaikan / Kenaikan/ Kenaikan /
Ha Penurunan Ton/Ha Penurunan Ton Penurunan
(%) (%) (%)
1 2009 43500 60,5 263578,91
2 2010 46550 6,79 6,24 3,25 290630,50 10,26
3 2011 46492 (0,12) 6,28 0,50 291723,20 0,38
4 2012 48353 4,00 6,71 6,99 324620,73 11,28
5 2013 47220 (2,34) 6,01 (10,53) 283641,42 (12,62)
Rata-rata 46441 2,08 6,26 0,05 290838,95 2,32
Sumber : Data sekunder 2014
Varietas padi yang sudah eksisting di Kabupaten Maros meliputi Varietas Ciherang, Situ
Bagendit dan Cisantana. Rataan produtivitas yang dicapai adalah 6,22 ton/ha. Adapun tingkat
produktivitas beberapa varietas padi yang sudah eksisting disajikan pada Tabel 2.
Rataan
Kisaran Jumlah
No. Varietas Produktivitas KK (%)
(ton/ha) Pengamatan
(ton/ha)
1. Ciherang 6,02 4,18-7,03 18 11,94
2. Situ Bagendit 6,45 5,25-7,40 13 11,74
3. Cisantana 6,20 6,00-6,40 2 4,56
Rataan 6,22 - 11 9,413
Sumber : Data Sekunder, 2016
.Tabel 3. Kendala dan hambatan dalam berusaha tani di Desa Lekopancing, Maros
Adanya
No Uraian kendala/hambatan Keterangan
Ya Tidak
1 Iklim/cuaca √ Ada tudang sipulung sebelum
penanaman
2 Ketersediaan benih √ Jumlahnya sangat sedikit dan sulit
diperoleh VUB
3 Ketersediaan pupuk √ Jumlahnya terbatas, dan setiap lahan
kebutuhannya berbeda-beda tergantung
kepada tingkat kesuburan tanah
4 Ketersediaan pestisida √ Banyak tersedia di toko tani
5 Ketersediaan Tenaga √ Sudah menggunakan mesin
kerja
6 Ketersediaan √ Sangat terbatas karena harus digilir
pengairan sistem pengairannya dengan desa lain
7 Serangan √ Blast, busuk leher
hama/penyakit
8 Harga gabah √ Harga pada semua jenis gabah sama rata,
tidak ada standar harga untuk setiap jenis
varietas padi, sehingga petani lebih
memilih menjual ke pedagang
pengumpul karena harganya sama rata.
Sumber : Data primer 2016
Ketersediaan benih, pupuk, pengairan, serangan hama/penyakit dan tidak ada standar
harga gabah baik yang unggul maupun yang lokal menjadi kendala responden dalam berusaha tani
padi di Kab. Maros. Ketersediaan benih bermutu ditingkat petani sangat kurang padahal benih
menjadi faktor utama dalam keberhasilan usahatani padi. Penggunaan benih bermutu dapat
mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan hama dihan penyakit, tanaman
akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor
tumbuh lainnya. (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Benih yang dibagikan oleh Dinas tidak
mencukupi untuk seluruh anggota Kelompok Tani sehingga petani menggunakan kembali sebagian
hasil panennya untuk musim tanam berikutnya.
Pupuk yang dibagikan secara gratis oleh pemerintah kepada petani untuk usahataninya
dianggap kurang karena tidak sesuai dengan jumlah luasan lahan yang ditanami dengan jumlah
Berdasarkan Tabel diatas diperoleh jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usahatani padi lahan sawah sebesar Rp. 3.805.000,-/ha. Komponen biaya terbesar adalah untuk
pengeluaran biaya tenaga kerja baik dari tenaga rumah tangga maupun tenaga kerja luar keluarga
mencapai Rp. 6.624.000,-/ha. Tingginya biaya tenaga kerja karena untuk berbagai kegiatan
usahatani seperti pengolahan lahan, tanam, panen umumnya dilakukan oleh tenaga kerja luar
keluarga baik yang dibayar upahan, borongan ataupun natura. Tenaga kerja dalam keluarga
umumnya digunakan pada tahapan pemeliharaan dan pascapanen. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Andriati dan Sudana (2007) yang memperoleh hasil bahwa komponen biaya tenaga
kerja pada usahatani padi sawah relatif lebih besar dibanding komponen biaya lainnya yaitu
sebesar 77% dari total biaya produksi.
Penerimaan sebagai perkalian antara hasil produksi dari usahatani dengan harga satuan
unitnya. Produksi padi rataannya mencapai 6,9 kg/ha. adapun harga gabah kering panen mencapai
Rp. 3.200/kg, dengan demikian penerimaannya mencapai Rp. 22.080.000,-/ha sehingga
pendapatan bersih yang diterima sebesar Rp. 15.456.000,- per ha. Nilai R/C pada usahatani padi
di desa Lekopancing sebesar 5,8. Dengan demikian jika dikeluarkan biaya sebesar Rp. 1.000,-
maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 5.800,-
Kesimpulan
1. Wilayah Kabupaten Maros mempunyai potensi pengembangan padi sawah. Hal tersebut
didukung oleh sumberdaya lahan dan sumberdaya manusia (petani).
2. VUB jenis Inpari 4 di wilayah Kabupaten Maros mampu memberikan peningkatan
produktivitas. Produktivitas padi eksisting dari 6,2 ton/ha menjadi 6,9 ton/ha.
3. Usahatani padi pada VUB mampu memberikan penerimaan Rp. 15.456.000,- per ha. Nilai
R/C pada usahatani padi sebesar 5,8.
Saran
1. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh petani sebaiknya di atasi segera oleh pemerintah
setempat sehingga produksi padi dapat ditingkatkan
2. penyuluhan terhadap kelompok-kelompok tani rutin dilaksanakan sehingga pengetahuan
petani semakin bertambah
Andriati dan W. Sudana. 2007. Peningkatan Keragaan dan Analisis Finansial Usahatani Padi
(kasus desa Prima Tani, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.10: 2.p. 105-117. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian.
Andrianto, Tuhana Taufiq. 2014. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta : Global Pstaka Utama.
Bouman, B.A.M., S. Peng, A.R. Castaneda, and R.M. Visperas. 2005. Yield and water use of
irrigated tropical aerobic rice systems. Agric. Water Man. J. 74: 87-105.
Bouman, B.A.M., R.M. Lampayan, and T.P. Tuong. 2007. Water management in irrigated rice,
coping with water scarcity. International Rice Research Institute. http://www.irri.org. [6
Februari 2010].
Darwis, D. 2006. Sterilisasi Produk Kesehatan (Health Care Product) dengan Radiasi Berkas
Elektron. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Ahelerator dan
Aplikasinya. Jakarta, Juli 2006. hal. 78-86.
Husaini, Muhammad. 2012. Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Tingkat Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Barito Kuala. Agribisnis Pedesaan , 2(4):
320-332.
Naibaho, Tota Totor., L. Fauzia, dan Emalisa. 2012. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani
Terhadap Produksi Usaha Tani Sawi. Jurnal Ilmiah Universitas Sematera Utara.
Soekartawi, 2002. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, Universitas
Indonesia. Press, Jakarta.
Surtarto. 2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi
Komoditas Jagung di Sidoharjo Wonogiri. Agritexts, nomor 24; 1-12.
Wirawan, B., dan Sri Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya,
Jakarta.