You are on page 1of 6

MEKANISME PENGUATAN LOGAM

1. PENGUATAN REGANGAN
Logam akan naik kekerasannya bila logam tersebut mengalami deformasi plastis akibat
pengerjaan dingin (cold work). Fenomena ini disebut pengerasan regangan (strain hardening) atau
penguatan regangan (strain stengthening). Dislokasi pada logam akan sulit bergerak akibat deformasi
plastis.hal ini disebabkan karena kerapatan dislokasi naik akibat terjadi regangan.
Sebelum diilakukan pergerjaan dingin kerapatan dislokasi adalah 108/cm3, namun setelah
dideformasi plastis, kerapatan dislokasi menjadi 1013/cm3.

Penguatan regangan merupakan proses industri penting yang dipakai untuk mengeraskan logam atau paduan yang
tidak bereaksi terhadap perlakuan panas. Laju pengerasan regangan dapat diukur dari kemiringan kurva alir.
Temperature yang dinaikkkan juga merendahkan laju pengerasan regang untuk paduan yang diperkuat oleh
penambahan larutan padat. Laju pengerasan logam dapat meningkat ataupun berkurang dibandingkan dengan
logam murninya. Tetapi, kekuatan akhir paduan logam padat pengerjaan dingin hampir selalu lebih besar daripada
kekuatan akhir logam murni yang mengalami pengerjaan dingin sampai tingkat yang sama.
Gambar di bawah ini memperlihatkan kekuatan dan parameter kekuatan dengan meningkatnya jumlah
pengerjaan dingin. Karena pada sebagian besar proses pengerjaan dingin, satu atau dua ukuran logam berkurang
diiringi dengan peningkatan dengan ukuran lainnya, pengerjaan ingin menghasilkan perpanjangan butir dalam arah
utama kerja. Deformasi yang berat menghasilkan reorientasi butir dalam orintasi pilihan. Di samping perubahan
dalam sifat tarik yang diperlihatkan, pengerjaan dingin menghasilkan perubahan dalam sifat fisik lainnya. Biasanya
ada penurunan kerapatansebanyak kurang lebih beberapa per-sepuluh persen, pengurangan yang lumayan dalam
konduktifitas listrik disebabkan oleh kenaikan koefisien muai thermal. Disebabkan oleh kenaikan energi intern
keadaan pengerjaan dingin, meningkatkan reaktifitas kimia. Ini menjurus ke pengurangan umum tahanan korosi
dan dalam paduan tertentu, kekemungkinan keretakan korosi tegangan laju pengerasan regang yang tinggi
mengisyaratkan adanya rintangan terhadap slip dislokasi pada system yang berpotongan ini dapat terjadi karena :
1. Melalui interaksi medan tegangan dislokasi
2. Melalui interaksi yang menghasilkan kunci permanent
3. Melalui saling susuk suatu system slip oleh yang lain ( seperti menebang pohon di hutan ) yang berakibat
pembentukan jog dislokasi.
Persamaan dasar yang menghubungkan tegangan alir ( pengerasan regang ) dengan struktur ialah

i
σ0 = σ + α.Gb.ρ1/2

Banyak perhatian diberikan untuk mengembangkan teori pengerasan regang yang didasarkan atas model dislokasi.
Dalam logam yang telah dideformasi regang secara plastis beberapa persen, terdapat 50 km atau lebih garis
dislokasi tiap-tiap cm3. selain itu kalau cm3 ini diperluas sampai ukuran ruang diperbesar, dislokasi ini akan tampak
bersusun sebagai jarring laba-laba 3D, tak teratur dan luar biasa halusnya. Dengan jenis struktur ini, dislokasi yang
bergerak hamper tidak dapat menghindari pemotongan dislokasi lainnya dan melewati medan tegangan dislokasi
tegangan lainnya.

2. PENGUATAN DENGAN TRANSFORMASI MARTENSIT


Transformasi martensit adalah transformasi tanpa difusi, oleh karena itu martensit terbentuk tanpa
pertukaran posisi atom bertetangga. Sehubungan dengan itu, hubungan orientasi yang diamati adalah akibat
langsung dari pergerakan atom yang terjadi pada waktu transformasi. Sekalipun martensit terjadi dalam sejumlah
system metalurgis hanya paduan berdasarkan besi dan karbon yang memperlihatkan dampak penguatan menonjol.

Gambar Kekerasan berbagai produk transformasi dalam baja

Gambar di atas memperlihatkan perubahan kekerasan martensit dengan kadar karbon dan membandingkannya
dengan derajat kekuatan yang dicapai dalam agregat besi dan sementit yang tersebar. Kekuatan tinggi martensit
berarti bahwa dalam sturuktur ini terdapat banyak penghalang kuat terhadap gerakan dislokasi. Kerumitan system
memungkinkan berbagai kontrofersi dan mekanisme pengeras, tetapi tampaknya ada dua kontribusi utam untuk
kekuatan tinggi martensit.
Suatu percobaan mengidentifikasikan dua stuktur dalam dua paduan besi karbon yang dicelup dengan
menggunakan bantuan mikroskop electron transmisi. Martensit konvensional mempunyai struktur pelat dengan
bidang habit yang khas dan struktur intern terdiri dari bentuk kembar sejajar, masing-masing tebalnya kurang lebih
0,1 μm di dalam plat. Jenis lain struktur martensit ialah blok martensit, yang di dalamnya terdapat kerapatan
dislokasi yang tinggi, sebanyak 1011 – 1012 dislokasi tiap cm2 yang dapat dipersamakan dengan logam yang
mengalami deformasi yang sangat banyak. Jadi, sebagian kekuatan martensit yang tinggi timbul dari penghalang
berhasil guna terhadap luncur oleh struktur bentuk kembar halus atau oleh kerapatan dislokasi yang tinggi.
Kontribusi kedua yang penting untuk kekuatan martensit datang dari atom karbon. Gambar yang di atas
memperlihatkan bahwa kekerasan martensit itu sangat peka terhadap karbon di bawah 0,4 %. Sewaktu mengalami
transformasi cepat dari austenit ke perit ketika dicelup, kemampuan larut karbon dalam besi sangat berkurang.
Atom karbon meregangkan kisi perit dan regangan ini dapat ditiadakan dengan redistribusi atom karbon secara
difusi pada temperature kamar. Terdpat suatu ikatan kuat antara dislokasi dan atom karbon. Hasil lainnya ialah
pembentukan kelompok ( cluster ) atom karbon bidang {100}. Kontribusi untuk kekuatan dari penghalang dalam
struktur martensit pada pokoknya tidak bergantung dari kadar karbon, sedang penguatan sebagai akibat
pengelompokkanatom karbon serta interaksi dislokasi, meningkat secara linear bersama dengan kadar karbon.
Suatu bidang yang amat menarik ialah pengembangan proses thermal mekanis dimana martensit dibentuk
dari matriks austenit yang sebelumnya diperkuat oleh deformasi plastis. Proses ini disebut ausformiong. Deformasi
plastis austenit harus dilaksanakan tanpa transformasi ke perlit atau bainit.
Jadi, perlu untuk bekerja dengan baja paduan yang mempunyai daerah austenit yang mantap. Kekuatan
tertinggi dicapai oleh deformasi yang terbesar pada temperature terendah dimana tidak terjadi deformasi.
Kerapatan dislokasi martensit “ausform” sangat tinggi ( 1013 cm-2 ) dan dislokasi biasanya didistribusi secara
merata. Pengendapan lebih penting daripada dalam martensit celup biasa, endapan merupakan tempat untuk
penggandaan dan penjepitan dislokasi. Sebagai hasil mekanisme penguat ini, baja ausform dapat mencapai
kekuatan luluh yang tinggi yaitu 300.000 Psi – 400.000 Psi yang berkisar antara 40 – 20 %.

3. PENGUATAN DENGAN PENGHALUSAN BUTIR


Salah satu metode penguatan pada logam dengan memperkecil atau memperhalus struktur mikronya.
Hubungan antara kekuatan luluh dan diameter butir dijelaskan oleh persamaan hallpetch berikut :
σy = σi + kd-1/2
Dimana σy adalah kekuatan luluh, σi dan k adalah konstanta bahan dan d adalah diameter butir. Jika diameter d
diperkecil maka σy akan meningkat sesuai dengan persamaan diatas.
Butir yang semakin kecil akan memperbanyak batas butir, sehingga batas butir akan menghambat
gerakan dislokasi. Juga akibat banyaknya batas butir akan merubah arah bidang slip sehingga tidak mudah slip
akhirnya tidak mudah terdeformasi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar Penguatan batas butir

4. PENGUATAN LARUTAN PADAT


Pada penguatan ini dimana logam murni yang bersifat sangat lunak. Penambahan atom asing yang larut
padat akan menaikkan kekuatannya. Penguatan ini disebut solid solution strengthening.
Memasukkan atom larut sebagai larutan padat dalam kisi atom pelarut, selalu menghasilkan paduan yang lebih
kuat daripada logam murni. Ada dua jenis larutan padat. Kalau atom larut dan atom pelarut kira-kira sama
besarnya, atom larut akan menduduki tempat kisi ( lattice points ) dalam kisi kristal atom pelarut. Ini disebut larutan
padat substitusi. Kalau atom larut jauh lebih kecil dari pada atom pelarut, atom larut menduduki posisi sisipan
dalam kisi pelarut. Karbon, nitrogen, oksigen, hydrogen dan boron merupakan elem yang biasanya membentuk
larutan padat sisipan atau intertisi ( interstitial solid solution ).
Logam yang tidak memiliki gaya gabung kimia yang kuat satu sama lainnya, cenderung membentuk
larutan padat, sedang logam yang terpisah jauh dalam seri elektromotif cenderung membentuk senyawa antara
logam ( intermetalic compound ). Valensi relative zat yang melarut ( solute ) dan zat pelarut ( solvent ) juga penting.
Larutan logam dengan valensi lebih tinggi dalam zat pelarut dengan valensi lebih rendah, lebih dimungkinkan
daripada untuk situasi sebaliknya. Contohnya seng lebih mudah dilarutkan dalam tembaga dibandingkan tembaga
dalam seng. Untuk logam pelarut tertentu, batas kelarutan terjadi sekitar harga perbandingan electron atom yang
sama untuk atom larut dengan valensi yang berbeda. Akhirnya, untuk kelarutan padat yang sempurna pada
keseluruhan daerah komposisi, atom zat larut dan atom zat pelarut harus mempunyai struktur kristal yang sama.

5. PENGUATAN FASA KEDUA


Penambahan unsur paduan pada suatu logam seringkali menghasilkan fasa kedua yang berupa senyawa.
Contohnya besi yang dipadu dengan karbon akan memiliki fasa ferit ( α ) dan senyawa Fe3C ( sementit ). Ferit
bersifat lunak sedangkan sementit bersifat keras dan rapuh.
Dari aspek mikro maka gerakan dislokasi yang relative mudah pada fasa ferit akan terhambat oleh fasa
sementit sehingga baja dengan kadar karbon yang lebih banyak akan lebih banyak mengandung sementin dan
menjadi lebih keras. Hanya sejumlah panduan terbatas mempunyai kelarutan padat yang luas antara dua elemen
atau lebih dan hanya efek pengerasan yang relative kecil dapat dihasilkan dalam sebagian besar system paduan
oleh tanbahan larutan padat. Karena itu, banyak paduan komersial mempunyai struktur mikro heterogen yang
terdiri dari dua fase metalurgi atau lebih. Dapat dijumpai sejumlah struktur mikro yang berbeda, tetapi pada
umumnya mereka masuk pada dua kelas yang terdapat dalam gambar (a) dibawah ini :
Gambar tersebut menggambarkan jenis bahan struktur dua fase dimana ukuran partikel kedua fase
kurang lebih sama dengan ukuran butir matriks. Ini dilambangkan oleh partikel kuningan beta dalam matriks
kuningan alfa atau oleh koloid perlit dalam matriks ferit dalam baja anil. Jenis umum struktur lainnya ialah dua fase
tersebar seperti yang ditunjukkan dalam gambar (b) dimana tiap tiap partikel dikelilingi oleh matriks oriental tunggal
( butir ). Biasanya, ukuran partikel fase kedua jauh lebih halus untuk struktur tersebar hingga ukuran
submikroskopis pada tahap awal pengendapan; teori penguatan dalam system yang dikeraskan penyebaran telah
dipelajari.
Penguatan yang dihasilkan oleh partikel fase kedua biasanya merupakan tambahan penguatan larutan
padat yang dibuat dalam matriks adanya partikel fasa kedua dalam fase matriks continu, mengakibatkan tegangan
intern yang terlokalisir, yang memodifikasi sifat plastic fase kontiniu. Banyak factor yang harus dipertimbangkan
untuk mendapatkan pengertian lengkap tentang penguatan dari partikel fase kedua. Factor ini mencakup ukuran,
bentuk, jumlah dan distribusi partikel fasa kedua, kekuatan, keuletan dan prilaku pengerasan regang matriks serta
fase kedua, suaian kristalografis antara fase, serta energi bidang pisah dan ikatan bidang pisah antar fase.

6. PENGUATAN DENGAN DISPERSE


Penguatan dispersi terjadi pada peroses metalurgi serbuk/powder metalurgi dimana proses komposisi
yang diikuti oleh proses sintering dilakukan pada pencampuran serbuk kertas kepada serbuk matriks yang bersifat
ulet. Akibatnya partikel keras tadi akan memicu gerakan dislokasi dan menghambat gerakannya. Akibatnya terjadi
dislokasi dan terjadilah perbanyakan dislokasi sehingga kekerasan dan kekuatannya meningkat. Sebagai contoh
adalah SAP ( Sintered Aluminium Product ), yang dibuat dari serbuk aluminium yang dicampur dengan partikel
H2O3 yang kemudian diperoses lagi dengan metalurgi serbuk. Sehingga sifat mekanik Al kompaksi, lalu disinter.
Maka difusi atom pada antar butir yang halus dari serbuk akan menghalangi pergerakan dislokasi dan
meningkatkan kekerasan logam.
Pada pengerasan dispersei, dianggap bahwa presipitat tidak mengikuti perubahan bentuk matriks dan
tegangan yang diperlukan untuk merentang roop disloksi antara ppresipitat. Besarnya adalah sama dengan
tegangan Orowan,
τ = αμb/L
Dimana L adalah jarak presipitat. Sesui dengan pemmbahasan diatas, proses ini penting artinya pada tahapan
terakhir dari presipitasi ketika presipitat berubah menjadi inkoheren dan regangan ketidak cocokan lenyap.
Dislokasi yang bergerak akan mampu melewati hambatan, dan bergerak didaerah kristal yang bersih , diantara
partikel presipitat. Jelaslah, bahwa tegangan alir akan berkurang apabila jarak antara hambatan bertambah,
dengan demikian efek ini dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan lewat-aging yang terjadi pada paduan
tersebut. Namun, meskipun disperse presipitat kasar akan diperlukan tegangan luar yang lebih besar untuk
memaksakan pergerakan dislokasi melalui matrik yang bersih.
7. PENGUATAN ENDAPAN
Usaha penguatan dengan fasa kedua dapat ditingkatkam lagi dengan mengusahakan agar fasa kedua
yang terjadi berbentuk halus dan tersebar merata sehingga kekuatannya meningkat. Penguatan jenis ini paling
banyak dilakukan pada paduan Cu dan Al. bila pemanasan Cu dan Al melewati garis kelarutan maka CuAl2 akan
terurai dan larut padat bila pemanasan tersebut didindinkan cepat, maka atom-atom Cu tidak sempat berdifusi
keluar dari fasa alpha dan dalam kondisi lewat jenuh (Super Saturated Solid Solution). Kondisi lewat jenuh ini tidak
stabil pada suhu kamar (300 K). atom- atom Cu berdifusi keluar dan membentuk endapan yang halus dan tersebar
merata. Endapan dari presipitat ini mengalami dislokasi sehingga kekerasan meningkat. Oleh karena itiu penguatan
cara ini disebut dengan precipitation hardening.
Penguatan dengan adanya endapan jenuh pada suatu paduan seperti Al-Cu atau tembaga-berillium.
Dimana larutan padat jenuh sebagai fasa kedua akan terjadi bila suatu paduan tersebut dipanaskan pada suatu
temperature elevasi dan kemudian di quench ke dalam air. Seperti pada Al-Cu, endapan jenuh CuAl2 terbentuk
dalam keadaan jenuh.

8. PENGUATAN DENGAN TEXTURE


Proses deformasi seperti Roling Extrusi dan proses penarikan kawat akan menyebabkan butir-butir logam
mengarah pada orientasi tertentu. Kondisi ini disebut freferet orientasi. Orientasi-orientasi butirnya tidak acak lagi,
melainkan mengrah pada orientasi tertentu. Logam yang orientasi kristal-kristalnya mengarah dikatakan memiliki
textur kristalografi. logam yang pernah mengalami deformasi atau seperti dirol atau ketika penarikan kawat, akan
mengembangkan oreantasi pilihan atau texture, dimana bidang kristalografis tertentu cenderung mengoreintasikan
dirinya dengan cara yang diutamakannya terhadap arah regangan maksimum. Kecendrungan klip kristal tunggal
berotasi sejajar dengan sumbu regangan utama. Situasi itu juga terdapat dalam agregat polikristalin, tetapi interaksi
rumit antara system slip ganda membuat analisa situasi polykristalin menjadi lebih sulit karena butir individual
dalam agregat polykristalin tidak dapat bergerak dengan bebas, akan terjadi pelengkungan kisi dan fragmentasi.

You might also like