Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1- 1
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
Republik Indonesia Nomor PM 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraaan Analisis Dampak Lalu Lintas
dan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 96 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Pada Peraturan Menteri Perhubungan
tersebut disebutkan mengenai kriteria ukuran minimal dari kegiatan yang diwajibkan Andalalin, syarat
minimal dokumen, penilaian dokumen, tim evaluasi, dan sanksi-sanksi yang dapat diberikan.
Kajian ini akan membahas dampak lalu lintas Pembangunan DED Underpass Jl. Dustira – Jl.
Sriwijaya beserta rekomendasi yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi dampak tersebut. Kajian
ini juga akan mengakomodir persyaratan-persyaratan pemerintah lokal terkait analisis dampak lalu lintas.
1- 2
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
1.3. Keluaran (Output)
Keluaran dari pekerjaan/kegiatan kajian ini adalah Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalulintas
yang
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015 memuat:
1. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dibangun
2. Perencanaan dan metodologi analisis dampak lalu lintas
3. Analisis kondisi lalu lintas dan angkutan jalan saat ini
4. Analisis bangkitan/tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat pembangunan berdasarkan kaidah
teknis transportasi.
5. Analisis distribusi perjalanan, pemilihan moda, dan pembebanan perjalanan;
6. Simulasi kinerja lalu lintas yang dilakukan terhadap analisis dampak lalu lintas
7. Rincian tanggung jawab Pemerintah dan Pengembang atau Pembangun dalam penanganan dampak
8. Rencana pemantauan dan evaluasi
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dalam Studi Analisis Dampak Lalu Lintas dari
Pembangunan DED Underpass Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya adalah sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Lokasi
Area pekerjaan dibatasi pada kawasan di dalam Pembangunan DED Underpass Jl. Dustira – Jl.
Sriwijaya
2. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dalam Studi Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan DED Underpass Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya yaitu :
a) Ruas jalan yang diprediksi terkena dampak Pembangunan DED Underpass Jl. Dustira – Jl.
Sriwijaya
b) Pengumpulan data sekunder berupa lay out rencana Pembangunan DED Underpass Jl.
Dustira – Jl. Sriwijaya
c) Pengumpulan data primer kondisi prasarana lalu lintas (jalan dan persimpangan) dan
tata guna lahan di sepanjang jalan, pencacahan lalu lintas, pengukuran kinerja lalu lintas
eksisting, serta tingkat bangkitan perjalanan;
d) Analisis kondisi eksisting daerah studi yang meliputi : lokasi rencana pembangunan, kondisi
infrastruktur transportasi, dan kondisi lalu lintas;
1- 3
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
e) Penaksiran kondisi lalu lintas sebelum dan sesudah Pembangunan DED Underpass Jl.
Dustira – Jl. Sriwijaya yang dimulai dengan analisis bangkitan lalu lintas, sebaran lalu lintas,
dan pembebanan lalu lintas serta pendekatan mikro rekayasa lalu lintas;
f) Upaya penanggulangan, berisi penanggulangan kondisi lalu lintas pada persimpangan,
akses keluar masuk dan sirkulasi kendaraan pada lokasi Pembangunan DED Underpass Jl.
Dustira – Jl. Sriwijaya
1- 4
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
kendaraan untuk sementara dan
pengemudi tidak meninggalkan
kendaraannya.
7. Parkir : keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
8. Kapasitas ruas jalan : volume lalu lintas maksimum yang
dapat dilayani oleh suatu ruas jalan
pada kondisi tertentu yang dinyatakan
dalam smp/jam.
9. Volume Jam Perencanaan (VJP) : arus lalu lintas tertinggi pada kondisi
jam sibuk (peak hour) yang digunakan
sebagai dasar analisis perencanaan
(pemodelan lalu lintas).
10. Satuan mobil penumpang (smp) : nilai konversi unit-unit kendaraan ke
dalam satuan mobil penumpang.
11. Nisbah Volume -Kapasitas (V/C : angka banding antara volume lalu
ratio) lintas dengan kapasitas ruas jalan.
12. Kecepatan : angka banding antara jarak dan waktu
tempuh kendaraan pada suatu ruas
jalan.
13. Kecepatan Bebas (FV) : kecepatan optimal pada suatu ruas
jalan tanpa dipengaruhi hambatan
geometrik maupun hambatan samping
lainnya.
14. Ruang Lalu Lintas : Prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah kendaraan, orang
dan/atau barang yang berupa jalan
dan fasilitas pendukung.
15. Rambu Lalu Lintas : Bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang
1- 5
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah
atau petunjuk bagi pengguna jalan.
1.6.1. Peraturan Mentri perhubungan No. 96 tahun 2015 tentang pedoman Pelaksanaan kegiatan
Manajemen dan rekayasa Lalulintas;
a. Pasal 1
1) Manajemen dan Rekayasa lalulintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan
jalan dalam rangka mewujudkan , memdukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalulintas.
2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kegiatan:
a) Perencanaan
b) Pengaturan
c) Perekayasaan
d) Pemberdayaan
e) Pengawasan
3) Kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagaimana yang dimaksud ayat (2)
meurpakan tanggung jawab:
a) Menteri yang bertanggung jawab di bidang saran dan prasarana lalu lintas dan
angkatan jalan untuk jalan nasional;
b) Menteri yang bertanggung jawab di bidang jalan untuk jalan nasional;
1- 6
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
c) Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota,
dan desa;
d) Gubernur untuk jalan provinsi;
e) Bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
f) Walikota untuk jalan kota.
4) Pelaksanaan kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan oleh pejabat dan petugas yang mempunyai kompetensi di bidang
manajemen dan rekayasa lalu lintas
b. Pasal 4
1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal (3) dilakukan
dengan cara:
a) Penetapan prioritas angkutan missal;
b) Pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki;
c) Pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d) Pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas;
e) Pemaduan berbagai moda angkutan;
f) Pengendalian lalu lintas pada persimpangan;
g) Pengendalian lalu lintas pada ruas jalan; dan/atau
h) Perlindungan terhadap lingkungan.
Tata cara pelaksaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
1.6.2. Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan;
a. Pasal 99
1. Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastukrtur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertibab, dan kelancaran lalu lintas
dan angkutan jalan wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas.
2. Analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat:
a. Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan;
1- 7
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
b. Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. Tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam penanganan
dampak; dan
e. Rencana pemantauan dan evaluasi.
3. Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah
satu syarat bagi pengembang untuk mendapatkan izin Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah menurut peraturan perundang-undangan.
b. Pasal 100
1) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (3) harus
mendapatkan persetujuan dari instansi yang terkait di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan.
1.6.3. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak
serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;
a. Pasal 47
Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas.
b. Pasal 48
1) Pusat kegiatan sebagaiaman dimaksud dalam Pasal 47 berupa bangunan untuk:
a) Kegiatan perdagangan
b) Kegiatan perkantoran
c) Kegiatan industry
d) Fasilitas pendidikan
e) Fasilitas pelayanan umum; dan/atau
f) Kegiatan lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu lintas.
2) Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa:
a) Pembangunan dan permukiman;
b) Rumah susun dan apartemen; dan/atau
c) Permukiman lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/tarikan lalu lintas.
1- 8
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
3) Infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa:
a) Akses ke dan dari jalan tol;
b) Pelabuhan;
c) Bandar udara;
d) Terminal;
e) Stasiun kereta api;
f) Pool kendaraan;
g) Fasilitas parker untuk umum; dan/atau
h) Infrastruktur lainnya
4) Kriteria pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang dapat menimbulkan gangguan
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintaqs angkutan jalan diatur oleh
menteri yang bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan setelah mendapat pertimbangan dari:
a) Menteri yang bertanggungjawab di bidang jalan; dan
b) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c. Pasal 49
Hasil analisis dampak lalu lintas merupakan salah satu persyaratan pengembang atau
pembangun untuk memperoleh:
1) Izin lokasi;
2) Izin mendirikan bangunan; atau
3) Izin pembangunan bangunan gedung dengan fungsi khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.
d. Pasal 50
1) Pengembang atau pembangun melakukan analisis dampak lalu lintas dengan menunjuk
lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.
2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh menteri yang bertanggung
jawab di bidang saran dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh sertifikasi
analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh menteri yang
bertanggungjawab di bidang dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
e. Pasal 51
1- 9
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
1) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 disusun dalam
bentuk dokumen hasil analisis dampak lalu lintas.
2) Dokumen hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
a) Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat pembangunan;
b) Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c) Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d) Tanggung jawab pemerintah dan pengembang datau pembangun dalam penanganan
dampak;
e) Rencana pemantauan dan evaluasi; dan
f) Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan.
3) Tanggung jawab pengembang atau pembangun dalam penanganan dampak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan dalam lokasi pusat kegiatan,
pemukiman, atau infrastruktur yang dibangun atau dikembangkan.
1.6.4. Peraturan Menteri Perhubungan No. 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Analisis
Dampak Lalu Lintas;
a. Pasal 2
1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, infrastruktur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas
dan angkutan jalan wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
2) Rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pembangunan baru atau pengembangan.
3) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa bangunan untuk:
a) Kegiatan perdagangan;
b) Kegiatan perkantoran;
c) Kegiatan industri;
d) Fasilitas pendidikan;
e) Fasilitas pelayanan umum;
f) Stasiun pengisian bahan bakar umum;
1- 10
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
g) Hotel;
h) Gedung pertemuan;
i) Restoran;
j) Fasilitas olahraga;
k) Bengkel kendaraan bermotor;
l) Pencucian mobil;
m) Bangunan lainnya;
Kriteria ukuran minimal rencana pembangunan pusat kegiatan, pemukiman, dan
infrastruktur yang wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
b. Pasal 7
1) Rencana pengembangan pusat kegiatan dan pemukiman sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat (2) lebih besar 30% (tiga puluh per seratus) dari kondisi awal wajib dilakukan
Analisis Dampak Lalu Lintas.
2) Rencana pengembangan infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) lebih
besar 50% (lima puluh per seratus) dari fasilitas utama atau pokok wajib dilakukan Analisis
Dampak Lalu Lintas.
c. Pasal 8
1) Pengembang atau pembangun pusat kegiatan, pemukiman, dan infrastruktur
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 wajib melakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
2) Dalam melakukan Analisis Dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengembang menunjuk konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.
3) Lembaga konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbadan hukum.
d. Pasal 9
Kegiatan Analisis Dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),
hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen hasil Analisis Dampak Lalu Lintas.
1.6.5. Ketentuan – ketentuan lainnya sebagai dasar hukum pendukung studi Andalalin sebagai
berikut;
a. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
1- 11
DED Pembangunan Underpass
Jl. Dustira – Jl. Sriwijaya
c. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Guna Lahan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan;
e. Peraturan Menteri Perhubungan No. 11 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga Atas Peraturan
Menteri Perhubungan No. 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas;
f. Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas;
g. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
i. Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan;
j. Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
k. Peraturan Menteri Perhubungan No. 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas
Kecepatan;
l. Keputusan Menteri PUPR No. 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Statusnya Sebagai Jalan Nasional;
m. Keputusan Menteri PUPR No. 248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan
Jalan Primer menurut Fungsinya sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1);
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Pemanfaatan dan
Penggunaan Bagian-Bangian Jalan;
o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;
1- 12