Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi Penyakit Menular Seksual ( PMS )
2. Untuk mengetahui jenis-jenis PMS, gejala, pengobatan dan cara pencegahannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau
kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). Selain itu ada pendapat lain “Penyakit
menular seksual sering terjadi selama kehamilan, khususnya dalam masyarakat kota
karena penyalahgunaan obat dan prostitusi (Karwati, 2011:28).
a. Angka kejadian PMS
Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per
100.000 penduduk.
AIDS :
a) Laki-laki : 64,6 %
b) Perempuan : 31,9 %
c) Lain-lain : 3,5 %
d) Usia 20-29 thn : 45,74 %
e) Usia 30-39 thn : 27,71 %
f) Usia 40-49 thn : 9,35 %
g) Usia < 1 thn : 0,33 %
h) Usia 1-4 thn : 0,33 % (Dewi Pujiati,2011:29)
3
2.3 Epidemiologi PMS
a. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang mengharuskan
melaporkan setiap kasus baru PMS yang ditemukan.
b. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
c. Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali
terjadi salah diagnostic dan penanganannya.
d. Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita
wanita.
e. Pengontrolan terhadap PMS ini belum berjalan baik (Adhi Jduanda,2007: 361).
4
3) Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
4) Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
5) Haemophillus ducrei (chancroid)
6) Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
7) Spesies shigella
8) Gardanela vaginalis (vaginitis)
b. Infeksi virus
1) Virusherper simpleks (HSV)
2) Hepatitis A, B, C
3) Sitomegalovirus (infeksi CMV)
4) Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
5) Moloskum kontangiosum
6) Human immunodeficiency virus (HIV)
c. Infeksi protozoa
1) Trichomonas vaginalis
2) Entamoba histolyca
3) Giardia lambia
d. Parasit
1) Phthirus pubis (kutu kepiting)
2) Sarcoples scabies (tungau scabies) (Karwati,2011:31)
5
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes
Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok
di atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan (Arif Mansjoer jilid II,
2000 : 151). Sedangkan virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe
I dan II (M. William Schwarts, 2004:701)
b) Gejala klinis Herpes simplek
Masa inkubasi : 3-7 hari.
1) Infeksi Primer
Berlangsung kira-kira 3 mgg dan sering disertai gejala sistemik,
misalnya :
Demam
Malaise
Anoreksia
Pembengkakan kelenjar getah bening regional
Vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi
cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen → ulserasi dangkal
2) Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis tetapi VHS dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
Penularan dapat terjadi pada fase ini,akibat pelepasan virus terus
berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
3) Infeksi Rekuren
Reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis yang dapat dipacu oleh :
Trauma fisik : demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seks
Trauma psikis : gangguan emosional
Obat-obatan : kortikoseteroid, imuno supresif
Menstruasi
Makan dan minuman yang merangsang (Arif Mansjoer jilid II,2000:
151 -152)
6
c) Gejala Klinis Herpes Genitalis
1) Vesikel tunggal atau multiple
2) Vesikel pecah spontan setelah 24-72 jam
3) Ulkus merah
4) Nyeri, tetapi sembuh sendiri
5) Lesi pada preputium, glans penis, bokong dan pada paha bagian dalam
6) Disuria
7) Demam
8) Edema
9) Limfadenopati bilateral
d) Dampak pada kehamilan
Pasien yang terkena herpes primer pada kehamilan menghadapi
peningkatan resiko komplikasi obstetric dan neonatal, antara lain :
(1) Aborsi spontan
(2) IUGR
(3) Persalinankurang bulan
(Neville F.Hacker,2001: 199)
Sedangkan kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa :
(1) Ensefalopati
(2) Keratokonjungtivitis
(3) Hepatitis
(4) Lesipadakulit
(Arif Mansjoer, 2000 : 152)
e) Pemeriksaan penunjang
Percobaan Tzantk dengan pewarnaan Gremsa dari bahan vesikel dapat
ditemukan sel datia berinti banyak dan bahan inklusi intranuklear.(Arif
Mansjoer, 2000 : 152)
f) Diagnosa banding
(1) Impetigo vesikobulasa
(2) Ulkusdurum
7
(3) Ulkus mole
(4) Ulkus mikstum
g) Penatalaksanaan
(1) Medikamentosa
(2) Belum ada terapi radikal
(3) Pada episode pertama, berikan :
Asiklovir 200 mg peroral 5 x/hr selama 7 hr atau
Asiklovir 5 mg/kgBB. IV tiap 8jam selama7 hr atau
Preparat isoprinosin sebagai imunomudular atau
Asiklovir parenteral atau preparat adenine orabinosid → berat →
komplikasi pada alat dalam.
Pada episode rekurensi → tidak perlu diobati → karena bisa
membalik → tapi dapat diobati dengan krim asiklovir.
(Arif Mansjoer, 2000 : 152).
2. KLAMIDIA TRACHOMATIS
Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering
dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang
aktif secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun (Sri Mujiati,2011:34)
a. Tanda dan gejala
Pada pria
Timbul rabas uretra mukoid atau mukopurulen
Disuria
Pada wanita
Sebagian besar wanita dengan infeksi klamidia di servik tidak
memperlihatkan gejala tetapi sebagian kecil mengeluh rabas vagina dan
disuria
Mungkin tidak terdapat tanda-tanda spesifik, servik mungkin tampak
normal / mungkin terjadi endoservitis disertai pengeluaran mukopus dari os.
8
Nyeri tekanan adneksa yang ringan (Anna Glasier, 2005 : 309 – 310)
b. Faktor resiko usia muda
1) pasangan seksual yang banyak
2) penggunaan kontrasepsi oral
3) ras (angka pravalensi lebih tinggi pada Afro Amerika)
c. Komplikasi
Pada pria
1) Uretritis
2) Epidedimitis
3) Proktitis
4) Sindromreiter (konjungtivitis, dermatitis, uretritis dan arthritis)
Pada wanita
1) Servisitis
2) Uretritis
3) Penyakit peradangan pelvis
4) Terjadi perinerpatitis, timbul nyeri akut di hipokondrium kanan
semakin terasa apabila pasien menarik napas dalam-dalam, mual,
anoreksia dan demam ringan. (Anna Glasier, 2005 : 310)
d. Penegakan diagnosis
1) Biakan pada sikloheksamid untuk sel Mc. Coy, akan tetapi cara ini
mahal,lambat dan penyediaan terbatas.
2) Uji deteksi antigen yang cepat misalnya chlamidiozyme atau
microtrek telah popular karena dapat dipercaya, tidakmahal dan cepat
(Neville F. Hacker,2001: 203).
e. Dampak clamidia trachomatis pada kehamilan
Ibu hamil yang terkenai nfeksi clamidia trachomatis mempunyai kemungkinan
melahirkan anak dengan konjungtivitis dan pneumonitis.
f. Terapi
1) Pemberian eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus
kalau terjadi pneumonia atau otitis media
9
2) Kontak seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
(Neville F. Hacker,2001: 203)
3) Golongan tetrasiklin dan makrolid (Anna Glasier, 2005 : 311)
3. GONORRHOE
a. Pengertian
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh
bakteri Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal
yang tersusun berpasangan.
(Karwati, 2011:32).
b. Tanda dan gejala
1) Pada Pria
Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan
pasangan yang terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :
(a) Disuria dan rabas uretra mukopurulen dalam jumlah besar.
(b) Uretritis
(c) Keluar nanah di uretra
(d) Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu
berkemih. (Jan Tambayong, 2000: 196)
(e) Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya
asimtomatik tetapi kadang-kadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan
(f) Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada
homoseksual, sering asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran
proktitis (rabas anus,nyeri perdarahan, tenesmus) (Karwati, 2011:32)
2) Pada wanita
(a) Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak
memperlihatkan gejala, namun beberapa mungkin mengeluh
peningkatan rabas vagina dan disuria
(b) Eksudat mukopurulen dari os serviks
(c) Infeksi pada kelenjar pada uretra (Karwati, 2011:33)
10
c. Komplikasi
Pada laki-laki dewasa
1) Hidronekrosis
2) Epididimi
3) Arthritis
4) Endokarditis bakteri
5) Meningitis
6) Konjungtivitis
7) Epididimorchitis
8) Uretritis
9) Prostatitis
Pada perempuan dewasa
1) penyakit radang panggul
2) bartholinitis
3) Vulvovaginitis
4) Pembengkakan dan nyeri pada labia
5) Perih epatitis dan sindrom fitz-hug-curtis
11
Pada 25-50 % kasus gonore ditularkan ke janin pada kelahiran jika ibu
dibiarkan tidak diterapi, sehingga dapat menyebabkan efek negative
terhadapjanin / bayi antara lain :
1) Neonatal gonococal arthritis
2) Septicemia
3) Meningitis
4) Vaginitis
5) Abses pada kulit kepala (Bobak, 2004 : 887-888)
6) Oftalmiagonorea (William Rayburn, 2001: 111)
e. Terapi / pengobatan
Pada dewasa
1) Pennisilline
2) cefriaxone ( untuk gonore tanpa komplikasi pada ibu hamil) IM 125 mg
atau oral cefixime (400 mg)
3) spectinomycin dengan eritromicyn (untuk wanita yang alergi terhadap
penisilin atau antibiotic beta-laktam) 2 gram/12jam.
4) Dipantau selama 24-48jam. Jika ada kemajusn diteruskan dengan :
(a) Cefixime 400 mg /2 kali sehari
(b) Ciprofloxacin (tidak hamil)
5) Untuk gonore dengan endokarditis terapi selama 4 minggu dan untuk
gonore meningitis selama 10-14 hari
Pada neonatus
1) cefriaxone 25-50mg/kg IV/IM
2) Terapimata eritromisin pada saat kelahiran
3) Karioamnitis → ampisilin/seftriaxone (Neville F.Hacker,2001: 201)
4. SIFILLIS
a. Pengertian
Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema
pallidum (Dewi Pujiati,2011:33).
12
b. Tanda dan gejala
1) Sifilis primer (masa inkubasi 10hr-3bln)
Pada laki-laki :
Timbul ulkus(Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian timbul dan
keras ( seperti kancing)
Mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional tapi tidak nyeri.
Ulkus primer ini akan sembuh spontan, meninggalkan parut seumur
hidup.
Pada perempuan : timbul ulkus (chancre) pada serviks
2) Sifillis sekunder (4-10mgg)
Timbul kelainan kulit makulo-papuler → telapak tangan dan kaki
Pada genetalia → plak lebar agak meninggi → condilomaakuminata
Limfadenopati umum
Adenopati, demam, faringitis, malase
3) Sifilis tersier
Semua organ dapat terserang, terutama otak (neurosifilis → dinensia
dan perubahan perilaku) dan jantung
Interval dari infeksi menjadi neurosifilis berkisar antara 20-30 tahun
Terjadi gumma (daerah nekrotis luas) di hati, tulang-tulang dan testes
13
6) Ruam
7) Ostertis
8) Periostitis
9) Pneumonia
10) Hepatitis
Sifilis bawaan pada masa-masa akhir di diagnosa setelah umur 2 thn)
merupakan penyakit multisistem yang ditandai dengan :
1) Kelainan gigi
Gigi-gigi Hutchinson,’mulberry molars’
Saber shine (tulang kering pedang)
2) Kerusakan pada septum nasal yang menyebabkan suatu hidung
sadel : kerakitis, interstisial, tuli saraf delapan
3) Kegagalan pertumbuhan (Neville F.Hacker,2001: 199)
d. Penegakan diagnosa
Diagnosa serologic sifilis umumnya ditegakkan dengan melakukan 2 tipe
pemeriksaan yaitu :
1) Pemeriksaan antibody non treponema → VDRL atau RPN dilakukan
dengan pemeriksaan dilusi serum serial, hal ini penting karena terdapat lesi
klinis yang berkaitan dengan peningkatan titer pada pemeriksaan
nontreponema.
2) Pemeriksaan anti bodi treponema → FTA-ABS, MHA-TP
e. Terapi
1) Terapi sifilis pada kehamilan sama seperti terapi pada keadaan
tidak hamil (terapi yang dipilih adalah penisilin G).
2) Pada pasien dengan sifilis primer, sekunder atau laten yang
berlangsung < dari 12 bulan menggunakan terapi dosis tunggal benzatin
penisilin : 2,4 juta unit yang dilakukan secara intramuscular (IM)
3) Pasien dengan sifilis laten yang lebih lama dari satu tahun diberi
terapi mingguan ini selama 3 minggu.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS
dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak
diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit
berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk
terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang
lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.
3.2 Saran
Dengan mengetahui bagaimana PMS itu dampaknnyna bagi diri sendiri dan orang
lain, sebaiknya kita melakukan pencegahan dengan tidak melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Dan
sebagai petugas kesehatan hendaknya melakukan pencegahan dengan cara
memberikan konseling, penyuluhan dan berbagai cara pencegahan lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Malik SR, Amin S, Anwar AI. Amiruddin. Penyakit Menular Seksual. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC.
Jakarta;1998.
Nugroho, Taupan. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanana. Muha Medika. Yogyakarta.
2010
16