You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui


hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun
anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan,
sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko
untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi
yang lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak
segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.

Penyakit menular seksual merupakan penyakit dengan tingkat mortalitas


yang tinggi disetiap tahunnya. Sampai tahun 2012 organisasi kesehatan dunia
(WHO) mencatat jumlah penderita penyakit menular seksual khususnya HIV/AIDS
di seluruh dunia meningkat hingga mencapai 5,2 juta jiwa. Makassar menduduki
peringkat teratas di Sulawesi Selatan. Usaha yang dilakukan pemerintah melalui
Departemen Kesehatan RI dan lembaga-lembaga lainnya dalam mengurangi
penderita PMS dilakukan melalui edukasi dan promosi yaitu penyuluhan melalui
kampanye, media massa dan penyebaran leaflet. Tetapi usaha tersebut masih saja
kurang atau belum menurunkan angka mortalitas Penyakit Menular Seksual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah defenisi Penyakit Menular Seksual ( PMS )


2. Apakah jenis-jenis PMS, gejala, pengobatan dan cara pencegahannya?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi Penyakit Menular Seksual ( PMS )
2. Untuk mengetahui jenis-jenis PMS, gejala, pengobatan dan cara pencegahannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau
kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). Selain itu ada pendapat lain “Penyakit
menular seksual sering terjadi selama kehamilan, khususnya dalam masyarakat kota
karena penyalahgunaan obat dan prostitusi (Karwati, 2011:28).
a. Angka kejadian PMS
 Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
 Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per
100.000 penduduk.
 AIDS :
a) Laki-laki : 64,6 %
b) Perempuan : 31,9 %
c) Lain-lain : 3,5 %
d) Usia 20-29 thn : 45,74 %
e) Usia 30-39 thn : 27,71 %
f) Usia 40-49 thn : 9,35 %
g) Usia < 1 thn : 0,33 %
h) Usia 1-4 thn : 0,33 % (Dewi Pujiati,2011:29)

2.2 Ciri-ciri PMS


Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit
dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin.
Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka,
dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit,
tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007 : 361).

3
2.3 Epidemiologi PMS
a. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang mengharuskan
melaporkan setiap kasus baru PMS yang ditemukan.
b. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
c. Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali
terjadi salah diagnostic dan penanganannya.
d. Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita
wanita.
e. Pengontrolan terhadap PMS ini belum berjalan baik (Adhi Jduanda,2007: 361).

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya PMS


a. Perubahan demografik secara luar biasa
1) Peledakan jumlah penduduk
2) Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya:
pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat, kongres atau seminar
3) Kemajuan sosial ekonomi
b. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografi diatas,
terutama dalam bidang agraris dan moral.
c. Kelalaian beberapa negara dalam pemberian kesehatan dan pendidikan seks
khususnya
d. Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi
e. Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjukyang sebenarnya
f. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium dan
klinik pengobatan (Adhi Jduanda, 2007 : 361)

2.5 Macam-macam penyebab PMS


PMS dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya yaitu :
a. Infeksi bakteri
1) Neisseria gonorroeae (gonore)
2) Chlamidia trachomatis (limfogranuloma venerum)

4
3) Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
4) Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
5) Haemophillus ducrei (chancroid)
6) Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
7) Spesies shigella
8) Gardanela vaginalis (vaginitis)
b. Infeksi virus
1) Virusherper simpleks (HSV)
2) Hepatitis A, B, C
3) Sitomegalovirus (infeksi CMV)
4) Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
5) Moloskum kontangiosum
6) Human immunodeficiency virus (HIV)
c. Infeksi protozoa
1) Trichomonas vaginalis
2) Entamoba histolyca
3) Giardia lambia
d. Parasit
1) Phthirus pubis (kutu kepiting)
2) Sarcoples scabies (tungau scabies) (Karwati,2011:31)

2.6 Macam-macam PMS


Penyakit menular seksual yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, dintaranya
yaitu :
1. HERPES SIMPLEKS / GENITALIS
a) Pengertian
Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan
ditularkan lewat kontak mukokutaneus yang intim (Neville F. Hacker , 2001:
199).

5
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes
Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok
di atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan (Arif Mansjoer jilid II,
2000 : 151). Sedangkan virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe
I dan II (M. William Schwarts, 2004:701)
b) Gejala klinis Herpes simplek
Masa inkubasi : 3-7 hari.
1) Infeksi Primer
 Berlangsung kira-kira 3 mgg dan sering disertai gejala sistemik,
misalnya :
 Demam
 Malaise
 Anoreksia
 Pembengkakan kelenjar getah bening regional
 Vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi
cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen → ulserasi dangkal
2) Fase Laten
 Tidak ditemukan gejala klinis tetapi VHS dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
 Penularan dapat terjadi pada fase ini,akibat pelepasan virus terus
berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
3) Infeksi Rekuren
Reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis yang dapat dipacu oleh :
 Trauma fisik : demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seks
 Trauma psikis : gangguan emosional
 Obat-obatan : kortikoseteroid, imuno supresif
 Menstruasi
 Makan dan minuman yang merangsang (Arif Mansjoer jilid II,2000:
151 -152)

6
c) Gejala Klinis Herpes Genitalis
1) Vesikel tunggal atau multiple
2) Vesikel pecah spontan setelah 24-72 jam
3) Ulkus merah
4) Nyeri, tetapi sembuh sendiri
5) Lesi pada preputium, glans penis, bokong dan pada paha bagian dalam
6) Disuria
7) Demam
8) Edema
9) Limfadenopati bilateral
d) Dampak pada kehamilan
Pasien yang terkena herpes primer pada kehamilan menghadapi
peningkatan resiko komplikasi obstetric dan neonatal, antara lain :
(1) Aborsi spontan
(2) IUGR
(3) Persalinankurang bulan
(Neville F.Hacker,2001: 199)
Sedangkan kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa :
(1) Ensefalopati
(2) Keratokonjungtivitis
(3) Hepatitis
(4) Lesipadakulit
(Arif Mansjoer, 2000 : 152)
e) Pemeriksaan penunjang
Percobaan Tzantk dengan pewarnaan Gremsa dari bahan vesikel dapat
ditemukan sel datia berinti banyak dan bahan inklusi intranuklear.(Arif
Mansjoer, 2000 : 152)
f) Diagnosa banding
(1) Impetigo vesikobulasa
(2) Ulkusdurum

7
(3) Ulkus mole
(4) Ulkus mikstum
g) Penatalaksanaan
(1) Medikamentosa
(2) Belum ada terapi radikal
(3) Pada episode pertama, berikan :
 Asiklovir 200 mg peroral 5 x/hr selama 7 hr atau
 Asiklovir 5 mg/kgBB. IV tiap 8jam selama7 hr atau
 Preparat isoprinosin sebagai imunomudular atau
 Asiklovir parenteral atau preparat adenine orabinosid → berat →
komplikasi pada alat dalam.
 Pada episode rekurensi → tidak perlu diobati → karena bisa
membalik → tapi dapat diobati dengan krim asiklovir.
(Arif Mansjoer, 2000 : 152).

2. KLAMIDIA TRACHOMATIS
Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering
dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang
aktif secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun (Sri Mujiati,2011:34)
a. Tanda dan gejala
Pada pria
 Timbul rabas uretra mukoid atau mukopurulen
 Disuria
Pada wanita
 Sebagian besar wanita dengan infeksi klamidia di servik tidak
memperlihatkan gejala tetapi sebagian kecil mengeluh rabas vagina dan
disuria
 Mungkin tidak terdapat tanda-tanda spesifik, servik mungkin tampak
normal / mungkin terjadi endoservitis disertai pengeluaran mukopus dari os.

8
 Nyeri tekanan adneksa yang ringan (Anna Glasier, 2005 : 309 – 310)
b. Faktor resiko usia muda
1) pasangan seksual yang banyak
2) penggunaan kontrasepsi oral
3) ras (angka pravalensi lebih tinggi pada Afro Amerika)
c. Komplikasi
Pada pria
1) Uretritis
2) Epidedimitis
3) Proktitis
4) Sindromreiter (konjungtivitis, dermatitis, uretritis dan arthritis)
Pada wanita
1) Servisitis
2) Uretritis
3) Penyakit peradangan pelvis
4) Terjadi perinerpatitis, timbul nyeri akut di hipokondrium kanan
semakin terasa apabila pasien menarik napas dalam-dalam, mual,
anoreksia dan demam ringan. (Anna Glasier, 2005 : 310)
d. Penegakan diagnosis
1) Biakan pada sikloheksamid untuk sel Mc. Coy, akan tetapi cara ini
mahal,lambat dan penyediaan terbatas.
2) Uji deteksi antigen yang cepat misalnya chlamidiozyme atau
microtrek telah popular karena dapat dipercaya, tidakmahal dan cepat
(Neville F. Hacker,2001: 203).
e. Dampak clamidia trachomatis pada kehamilan
Ibu hamil yang terkenai nfeksi clamidia trachomatis mempunyai kemungkinan
melahirkan anak dengan konjungtivitis dan pneumonitis.
f. Terapi
1) Pemberian eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus
kalau terjadi pneumonia atau otitis media

9
2) Kontak seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
(Neville F. Hacker,2001: 203)
3) Golongan tetrasiklin dan makrolid (Anna Glasier, 2005 : 311)

3. GONORRHOE
a. Pengertian
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh
bakteri Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal
yang tersusun berpasangan.
(Karwati, 2011:32).
b. Tanda dan gejala
1) Pada Pria
Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan
pasangan yang terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :
(a) Disuria dan rabas uretra mukopurulen dalam jumlah besar.
(b) Uretritis
(c) Keluar nanah di uretra
(d) Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu
berkemih. (Jan Tambayong, 2000: 196)
(e) Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya
asimtomatik tetapi kadang-kadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan
(f) Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada
homoseksual, sering asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran
proktitis (rabas anus,nyeri perdarahan, tenesmus) (Karwati, 2011:32)
2) Pada wanita
(a) Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak
memperlihatkan gejala, namun beberapa mungkin mengeluh
peningkatan rabas vagina dan disuria
(b) Eksudat mukopurulen dari os serviks
(c) Infeksi pada kelenjar pada uretra (Karwati, 2011:33)

10
c. Komplikasi
Pada laki-laki dewasa
1) Hidronekrosis
2) Epididimi
3) Arthritis
4) Endokarditis bakteri
5) Meningitis
6) Konjungtivitis
7) Epididimorchitis
8) Uretritis
9) Prostatitis
Pada perempuan dewasa
1) penyakit radang panggul
2) bartholinitis
3) Vulvovaginitis
4) Pembengkakan dan nyeri pada labia
5) Perih epatitis dan sindrom fitz-hug-curtis

d. Dampak pada kehamilan dan bayi


Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu hamil
yang menderita gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta.
Dampak tersebut antara lain :
1) Aborsi spontan septic
2) Preterm
3) Premature
4) Korioamnionitis
5) Infeksi post partum
(M. William Schwarts, 2004 : 700)

11
Pada 25-50 % kasus gonore ditularkan ke janin pada kelahiran jika ibu
dibiarkan tidak diterapi, sehingga dapat menyebabkan efek negative
terhadapjanin / bayi antara lain :
1) Neonatal gonococal arthritis
2) Septicemia
3) Meningitis
4) Vaginitis
5) Abses pada kulit kepala (Bobak, 2004 : 887-888)
6) Oftalmiagonorea (William Rayburn, 2001: 111)

e. Terapi / pengobatan
Pada dewasa
1) Pennisilline
2) cefriaxone ( untuk gonore tanpa komplikasi pada ibu hamil) IM 125 mg
atau oral cefixime (400 mg)
3) spectinomycin dengan eritromicyn (untuk wanita yang alergi terhadap
penisilin atau antibiotic beta-laktam) 2 gram/12jam.
4) Dipantau selama 24-48jam. Jika ada kemajusn diteruskan dengan :
(a) Cefixime 400 mg /2 kali sehari
(b) Ciprofloxacin (tidak hamil)
5) Untuk gonore dengan endokarditis terapi selama 4 minggu dan untuk
gonore meningitis selama 10-14 hari
Pada neonatus
1) cefriaxone 25-50mg/kg IV/IM
2) Terapimata eritromisin pada saat kelahiran
3) Karioamnitis → ampisilin/seftriaxone (Neville F.Hacker,2001: 201)
4. SIFILLIS
a. Pengertian
Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema
pallidum (Dewi Pujiati,2011:33).

12
b. Tanda dan gejala
1) Sifilis primer (masa inkubasi 10hr-3bln)
Pada laki-laki :
 Timbul ulkus(Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian timbul dan
keras ( seperti kancing)
 Mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional tapi tidak nyeri.
Ulkus primer ini akan sembuh spontan, meninggalkan parut seumur
hidup.
Pada perempuan : timbul ulkus (chancre) pada serviks
2) Sifillis sekunder (4-10mgg)
 Timbul kelainan kulit makulo-papuler → telapak tangan dan kaki
 Pada genetalia → plak lebar agak meninggi → condilomaakuminata
 Limfadenopati umum
 Adenopati, demam, faringitis, malase
3) Sifilis tersier
 Semua organ dapat terserang, terutama otak (neurosifilis → dinensia
dan perubahan perilaku) dan jantung
 Interval dari infeksi menjadi neurosifilis berkisar antara 20-30 tahun
 Terjadi gumma (daerah nekrotis luas) di hati, tulang-tulang dan testes

c. Dampak pada kehamilan


Infeksi ibu dapat menyebabkan penularan transplasental ke janin pada
setiap gestasi. Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin
menularkan infeksi dengan manifestasi lebuih berat yang terjadi pada
janin. Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara lain :
1) Hidrops yang tidak imun
2) Hipatosplenomegali
3) Anemia
4) Trombositopenia yang hebat
5) Lesi kulit

13
6) Ruam
7) Ostertis
8) Periostitis
9) Pneumonia
10) Hepatitis
Sifilis bawaan pada masa-masa akhir di diagnosa setelah umur 2 thn)
merupakan penyakit multisistem yang ditandai dengan :
1) Kelainan gigi
 Gigi-gigi Hutchinson,’mulberry molars’
 Saber shine (tulang kering pedang)
2) Kerusakan pada septum nasal yang menyebabkan suatu hidung
sadel : kerakitis, interstisial, tuli saraf delapan
3) Kegagalan pertumbuhan (Neville F.Hacker,2001: 199)
d. Penegakan diagnosa
Diagnosa serologic sifilis umumnya ditegakkan dengan melakukan 2 tipe
pemeriksaan yaitu :
1) Pemeriksaan antibody non treponema → VDRL atau RPN dilakukan
dengan pemeriksaan dilusi serum serial, hal ini penting karena terdapat lesi
klinis yang berkaitan dengan peningkatan titer pada pemeriksaan
nontreponema.
2) Pemeriksaan anti bodi treponema → FTA-ABS, MHA-TP
e. Terapi
1) Terapi sifilis pada kehamilan sama seperti terapi pada keadaan
tidak hamil (terapi yang dipilih adalah penisilin G).
2) Pada pasien dengan sifilis primer, sekunder atau laten yang
berlangsung < dari 12 bulan menggunakan terapi dosis tunggal benzatin
penisilin : 2,4 juta unit yang dilakukan secara intramuscular (IM)
3) Pasien dengan sifilis laten yang lebih lama dari satu tahun diberi
terapi mingguan ini selama 3 minggu.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS
dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak
diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit
berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk
terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang
lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.

3.2 Saran
Dengan mengetahui bagaimana PMS itu dampaknnyna bagi diri sendiri dan orang
lain, sebaiknya kita melakukan pencegahan dengan tidak melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Dan
sebagai petugas kesehatan hendaknya melakukan pencegahan dengan cara
memberikan konseling, penyuluhan dan berbagai cara pencegahan lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Intan. Andyantoro, Iwan. Kesehatan Reproduksi untuk Kebidanan dan


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2012

Malik SR, Amin S, Anwar AI. Amiruddin. Penyakit Menular Seksual. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.

Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC.
Jakarta;1998.

Nugroho, Taupan. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanana. Muha Medika. Yogyakarta.
2010

Nurrachma, Elly. Jurnal Faktor Pencegahan HIV/AIDS. Fakultas Kesehatan jurusan


Keperawatan. Universitas Indonesia.2009

Widyatun, Diah. Penyakit Menular Seksual. Jurnal Bidan Diah. 2012

16

You might also like