You are on page 1of 4

KASUS:

Whistleblowing Case: Toshiba’s Fraud Scandal


By Kartika Sari
September 14, 2017
In Articles, Asia
http://integrity-indonesia.com/blog/2017/09/14/whistleblowing-fraud-scandal-toshiba/

The history of Toshiba Corporation can be traced from 1875 when it built its first factory in
Tokyo to accommodate the government’s needs of modernization. Throughout its long history
including surviving the World War II and several economic crises, Toshiba rapidly increased in
sales and expanded its unique and innovative products across the globe. Toshiba received great
recognition as the pioneer for a number of Japanese discoveries, including radar, microwave
oven, color video phone, MRI system, laptop, and DVD. By 2015, Toshiba had operated business
units on a global scale in diverse industries, including semiconductors, electronics, infrastructure,
home appliances and medical equipment with net worldwide sales of more than $63 billions and
employing more than 200,000 people worldwide. The quality of its products and services put
Toshiba in Japan’s 10 biggest company by market value.

A shocking news broke in May 2015 when the company announced that it was investigating an
accounting scandal and it might have to revise its profits for the three previous years. The
announcement was surprising to all as Toshiba had been perceived as a totem of strong and
virtuous Japanese corporate governance. Upon deeper investigation, it was revealed that Toshiba
Corporation had been struggling to meet its financial targets since 2008 amid the global financial
crisis that cut deeply into Toshiba’s profitability. The enduring struggles finally caused Toshiba
to commit a $1.22 billion accounting fraud, claiming numbers that were up to three times the
actual level. The inappropriate accounting techniques varied between different business units,
which include booking future profits early, pushing back losses, pushing back charges and other
similar techniques that resulted in overstated profits.

On 21 July 2015, CEO Hisao Tanaka announced his resignation amid an accounting scandal that
he called “the most damaging event for our brand in the company’s 140-year history.” Eight
other senior officials also resigned, including two previous CEOs. Toshiba Corp. was removed
from a stock index showcasing Japan’s best companies and in the following months, the
company’s shares fell to their lowest point in two and a half years with $102 million net losses
for the quarterly period. The company also noted poor performances in its televisions, home
appliances, and personal computer businesses. By the end of 2015, Toshiba lost about $8 billion
off its market value with approximately $4.6 billion annual loss.

A whistleblower in early 2015 was the first to highlight the issue, bringing to an end a seven-
year deception by the company’s senior management. The crisis was sparked by the findings of
an independent investigation into the company’s finances. According to investigators, the firm’s
top executives set unrealistic profit targets which systematically led to flawed accounting
practices. Since Toshiba company embraced a principle that failures would not be accepted,
divisional heads learned that the only way to achieve these targets was by skillfully hiding data
through irregular accounting techniques.
Toshiba’s corporate culture, which demanded obedience to superiors, was an important factor
enabling the emergence of fraudulent accounting practices. Toshiba’s corporate governance was
proven weak with a poorly functioning system of internal controls at every level of the Toshiba
executive. The investigation also reported internal control problems in all its finance, auditing,
and risk management divisions, leading to failures in identifying and stopping early inappropriate
behaviors.

Although Toshiba’s management and board of directors have made significant efforts to improve
internal controls and corporate governance programs since its 2015 admission of fraud, new
issues raised in late 2016 and early 2017 show that the organization still struggles with ethical
problems and potential side effects of the 2015 scandal.

Kasus Pelanggaran Kode Etik Akuntansi Perusahaan Toshiba


12/10/2016 adnestamaria

Jika kita membaca ataupun mencari tahu tentang salah satu perusahaan industri teknologi
terbesar didunia pasti Toshiba termaksud kedalamnya, Toshiba sendiri sudah berdiri sejak tahun
1875 yang berarti Toshiba sendiri telah berdiri selama 141 tahun. Toshiba telah mampu mencuri
hati masyarakat di seluruh dunia dengan produk yang berkualitas, brand image yang tangguh,
dan layanan pelanggan yang excellent. Reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya
karena pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit.

Kasus ini bermula atas inisiatif Pemerintahan Perdana Menteri Jepang yaitu Shinzo Abe
yang mendorong transparansi yang lebih besar di perusahaan-perusahaan Jepang untuk menarik
lebih banyak investasi asing. Atas saran pemerintah tersebut, Toshiba menyewa panelis
independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara untuk menyelidiki masalah transparansi
di Perusahaannya. Betapa mengejutkannya bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan
panel independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam
menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun /
US$ 1,2 miliar) sejak tahun 2008.

Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa eksekutif
perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal computer sampai ke
unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang tidak realistis.
Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum akhir kuartal/tahun
fiskal. Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya. Laporan
itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-menerus dilakukan
sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk melawannya,
sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.

Akibat laporan ini CEO Toshiba, Hisao Tanaka, mengundurkan diri, disusul keesokan harinya
pengunduran diri wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki. Selain itu Atsutoshi Nishida, chief executive
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang sekarang menjadi penasihat Toshiba juga
mengundurkan diri, total ada delapan pejabat Toshiba mengundurkan diri. Panel tersebut
mengatakan bahwa Tanaka dan Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas praktik penggorengan
laporan keuangan ini. Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April 2015 ketika isu
akuntansi ini terungkap. Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar ¥ 1,67 triliun (setara dengan
RP174 triliun).
Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso mengatakan, penyimpangan pembukuan di Toshiba sangat
disesalkan. Pasalnya skandal tersebut terjadi pada saat Perdana Menteri Shinzo Abe sedang
mencoba untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor global dengan pedoman tata kelola
perusahaan yang lebih baik. Aso menolak berkomentar ketika ditanya apakah Toshiba akan
menghadapi denda. Salah seorang narasumber mengatakan regulator mulai melihat pembukuan
Toshiba.

Integritas auditor eksternal Ernst & Young ShinNihon dan induk perusahaan Toshiba di
Jepang yang menjadi sorotan media adalah overstated profit 1,2 Miliar US Dollar sejak tahun
fiskal 2008! Yang lebih memprihatinkan keadaan tersebut memang direstui oleh petinggi Toshiba sendiri.

Sanksi terhadap Toshiba:

• Dec7, SECS memberikan sanksi administratif sebesar 7.373.500.000 yen/870M rupiah. Toshiba
menggugat kepada pihak eksekutif yang terlibat sebesar 3,2M yen.
• compensation2.pdf

Sanksi terhadap KAP:

• Japanese regulator merekomendasikan untuk memberikan sanksi pada Ernst & Young
ShinNihon setelah gagal melihat skandal akuntansi Toshiba Corp.
• The Certified Public Accountants and Auditing Oversight Board, a unit of the Financial
Services Agency (FSA) merekomendasikan untuk memberikan sanksi administratif pada Ernst
& Young ShinNihon,meskipun tidak ada indikasi atas keterlibatan E&Y dengan toshiba untuk
melakukan skandal tersebut.
• September 2015,The Certified Public Accountants and Auditing Oversight Board melakukan
investigasi pada E&Y dan mengakui adanya kelemahan dalam audit perusahaan klien termasuk
Toshiba.
• berdasarkan Pasal 34-21-2 (1) (ii) dari Akuntan Publik UU, untuk memulai prosedur sidang
mengenai perintah pembayaran denda moneter administrasi 2.111 juta yen terhadap Ernst &
Young ShinNihon LLC ("perusahaan").
• Alasan untuk tindakan ini adalah bahwa mitra dari perusahaan memiliki, kelalaian perawatan
karena, dibuktikan bahwa laporan keuangan TOSHIBA CORPORATION untuk TA 2011 dan
TA 2012 (untuk tahun yang berakhir 31 Maret, 2012 dan 2013) yang mengandung salah saji
material seakan mereka tidak mengandung salah saji material.
• Sanksi termasuk suspensi tiga bulan dari mengambil kontrak bisnis baru dan perintah perbaikan
operasional.
• pengunduran diri dari enam direktur, CEO dan pejabat eksekutif.
• Mereka juga menarik diri dari perikatan audit untuk tahun fiskal berikutnya.

https://adnestantiabenedith.wordpress.com/2016/10/12/kasus-pelanggaran-kode-etik-akuntansi-
perusahaan-toshiba/

You might also like