Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
APRICILA FITRIA HASTUTI
1410.721.007
C. TUJUAN
Penggunaan ventilator bertujuan untuk:
1. Memperbaiki ventilasi paru
2. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis
3. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas (Brunner
and Suddarth, 2002)
D. INDIKASI
Ventilator diberikan kepada seseorang yang memiliki (Tanjung, 2003):
1. Gangguan ventilasi
a. Disfungsi otot pernapasan
b. Penyakit neuromuscular (miestania gravis, polymelitis)
c. Sumbatan jalan napas
d. Gangguan kendali napas
e. Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
2. Gangguan oksigen
a. Hipoksemia yang teah dapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada
perbaikan
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
a. RR > 35x/menit
b. Tidal volume <5ml/kgBB
c. Kapasitas vital <10ml/kg/BB
d. Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
e. PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
f. PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
g. PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
h. PaCO2 > 55 mmHg
i. Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
j. Penggunaan otot tambahan pernapasan
4. Indikasi lain
a. Pemberian sedasi berat
b. Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau miokard
c. Menurunkan TIK dan mencegah TIK
E. KONTRAINDIKASI
1. Pemakaian alat ventilasi umumnya sangat membantu pasien yang
menagalami masalah pernapasan. Tidak ditemukan kontraindikasi dalam
penggunaannya, kecuali jika telah terjadi komplikasi lain yang menyertai
perjalanan penyakitnya.
2. Pada pasien dengan fraktur basal tengkorak rentan terpasang ventilator
F. KLASIFIKASI VENTILATOR
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan
ventilator tekanan positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis,
distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis.
Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang
kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus
(Pressure Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled Ventilator),
dan volume bersiklus (Volume Cycled Ventilator).
a. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan
yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan
ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2
G. MODUS OPERASIONAL
1. CMV (Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien
menrima volume dan frekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah diatur.
Sedangkan pasien tidak dapat bernafas sendiri.
2. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas,
tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernapas spontan.
Total jumlah pernapasan dan volume semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
3. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator.
Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernapas sendiri.
4. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan.
Pada saat pasien inspirasii, mesin memberikan bantuan nafas sesuai tekanan
positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat baik untuk digunakan pada
proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
5. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari
ventilator disesuaikan kapan terjadi pernapasan sendiri.
H. PARAMETER VENTILATOR
1. FiO2 (Fraksi oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemberian FiO2 sebaiknya
diberikan serendah mungkim tetapi pemberian PaO2 yang adekuat.
Prinsipnya adalah mendapatkan PaO2 yang lebih besar dari 60mmHg
2. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12 cc/kgBB
3. Frekuensi pernapasan
4. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi (I:E Ratio)
5. Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi.
Normal I:E adalah 1:2
6. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang
diberikan dalam mencapai volume tida;. Pressure limit diberikan 10-15 cm
H2O diatas tekanan yang dikeluarkan oleh pasien
7. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas.
Sensitivitas tidak diberikan jika ventilator dalam modus control. Jika pasien
diharapkan untuk merangsang mesin maka sensitivitas diatur pada
-2cmH2O
8. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi verarti mengindikasikan terjadinya
suatu masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
a. Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan
b. Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-
rata. Alarm akan berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama
masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
· Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan
· Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah
settingan PEEP/CPAP yang digunakan
Penatalaksanaan
Penyebab
Kerusakan pada sirkuit Evaluasi dan koreksi sumber
ventilator kerusakan
c. Volume
· Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
d. Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha nafas Kaji pernapasan pasien.
Jika pasien tidak bernafas, lepas
spontan dari pasien
ventilator dang anti dengan bantuan
nafas manual (bagging). Jika nadi
tidak teraba, cai bantuan dan lakukan
RJP
e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah
1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
J. EFEK VENTILATOR
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke
jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun.
Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat
dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru
juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif
sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output
juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi.
Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan
tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output
(curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-
organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat
tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat
sehingga tekanan intrakranial meningkat.
K. KOMPLIKAIS VENTILATOR
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
Pada paru
1. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler. Atelektasis/ kolaps alveoli diffuse
2. Infeksi paru
3. Keracunan oksigen
4. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
5. Aspirasi cairan lambung
6. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
7. Kerusakan jalan nafas bagian atas
N. METODE PENYAPIHAN
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti
huruf T. pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat
penggunaan ventilator. Pasien dinyatakan siap diekstubasi jika penggunaan
T. Piece lebih banyak dari penggunaan ventilator. Keuntungannya adalah
proses penyapihan lebih cepat
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan caa mengurangi
frekuensi pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan
metode ini pasien dapat metih otot-otot pernapasan, lebih aman dan pasien
tidak merasakan ketakutan, tetapi kerugiannya berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator
O. PROSEDUR PENYAPIHAN
1. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak
pada awal weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang
sudah menggunakan ventilator dalam waktu lama
2. Meminimalkan obat-obat sedasi
3. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU
dan kondisi pasien stabil
4. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semuala
6. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja
nafas, dan saturasi O2
7. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
8. Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon pasien, dan
lamanya weaning
(Brunner and Suddarth, 2002 ; Hudak and Gallo, 1995; Tanjung, 2003)
A. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator
tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung
dan pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan
curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan
pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat
berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu
arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus
memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup,
kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis,
berkeringat dan penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat
harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Jenis ventilator
2. Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3. Pengaturan volume tidal dan frekuensi
4. Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6. Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7. Humidifikasi
8. Alarm
9. PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang
mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau
penyapihan (pengesetan ventilator tak tepat) .
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan
positif .
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh berkaitan dengan penyakit kritis,
kurang kemampuan untuk makan peroral.
4. Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi
endotrakea dan trakeostomi.
5. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan
ventilator.
6. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang
endotrakea dan pemasangan pada ventilator.
7. Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan
dengan ketergantungan pada ventilator.
C. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk
mengoptimalkan pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar
dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari
mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter,
dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien terhadap
pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon
terhadap tindakan.
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan
faktor-faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan
cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan
jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi, fibrasi) adalah strategi
lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup
bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat
ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri.
Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam
temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah
yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak
selang, emboli pulmonal).
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri
pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang
minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan
jumlah sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat
komunikasi lainnya.
6. Dapat mengatasi masalah secara efektif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data : Kriteria Evaluasi : 2. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasiGerakan dada simetris dengan bunyi nafas
§ berubahnya frekuensi § Tanda-tanda vital normal bunyi nafas melalui area paru menunjukan letak selang
dan kedalaman § Suara napas vesikuler, tidak tepat / tak menutup jalan nafas. Obstruksi
pernafasan ada ronchi jalan nafas bawah menghasilkan
§ bunyi nafas tidak § Tidak ada retraksi dinding perubahan pada bunyi nafas seperti Rh
normal dada dan Wh
§ sianosis (+) § Tidak ada sianosis
§ Akral hangat 3. Awasi letak selang endotrakeal Selang endotrakeal dapat masuk ke
bronkus kanan, sehingga menghambat
aliran udara ke kiri dank lien berisiko
mengalami tension pneumotoraks
5. Lakukan suction sesuai kebutuhan, batasiSuction tidak harus rutin, lamanya harus
penghisapan maksimal 10 detik.dibatasi untuk menurunkan bahaya
Pertahankan teknik steril. Sebelumhipoksia. Hiperventilasi 100 % bertujuan
penghisapan, hiperventilasi 100% untuk mencegah atelektasis dan
TUJUAN DAN KRITERIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
EVALUASI
menurunkan hipoksia tiba – tiba
Pola nafas tidak efektif : Tujuan : 1. Kaji etiologi gagal nafas Pemahaman penyebab gagal nafas
ketidakmampuan untuk bernafas Setelah diberikan intervensi memberi dasar untuk pemilihan intervensi
secara spontan b.d penurunan keperawatan 3x24 jam, pasien akan yang tepat bagi klien
ekspansi paru memiliki pola nafas yang efektif
2. Observasi pola nafas. Catat RR, jarak Klien dengan ventilator dapat mengalami
Data : Kriteria Evaluasi : antara pernafasan spontan dengan ventilator hiperventilasi / hipoventilasi, dispnea, dan
§ TV ¯ § Tidak ada penggunaan nafas cepat sebagai kompensasi
§ RR otot bantu pernapasan
§ Takipnea / bradipnea § Tidak ada sianosis atau 3. Hitung pernafasan klien selama 1 menitPernafasan sangat bergantung pada
bila dilepaskan dari hipoksia penuh dan bandingkan untuk menyusunmasalah yang memerlukan bantuan
ventilator § AGD dalam rentang frekuensi di ventilator ventilator, contoh klien mungkin secara
§ PaCO2â normal total bergantung pada ventilator atau
§ Tidak ada takipnea mampu bernafas sendiri diantara nafas
TUJUAN DAN KRITERIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
EVALUASI
yang diberikan oleh ventilator
Gallo dan Hudak (1997). Keperawatan Kritis, ed.6 vol.1 Jakarta: EGC. Buku
asli; Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia:
Lippincott.
LeMone P and Burke KM. (1996). Medical-surgical nursing : critical thinking
in client care. Canada: Cummings Publishing Company Inc.
Nasution AH. (2002). Intubasi, Extubasi dan Mekanik ventilasi.Makalah
pada Workshop Asuhan Keparawatan Kritis; Asean Conference on
Medical Sciences. Medan, 20-21 Agustus 2002.
Nettina SM. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart's textbook of medical-
surgical nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Wirjoatmodjo K. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi: Modul dasar untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI.
Brunner & Suddarth. (2002). Brunner & Suddarth's textbook of medical surgical
nursing, 8th ed. (Agung Waluyo et. al., Penerjemah). Philadelphia: Lippincott
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., and Geissler, A.C. (2000). Nursing care
plans: guidelines for planning and documentating patientcare. (I Made K.
dan Ni Made S., Penerjemah). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Hudak, Gallo. (1995). Keperawatan kritis pendekatan holistik, ed. ke-6. Jakarta
EGC
Pierce, Lynelle N.B. (1995). Guide to mechanical ventilation and intensive
respiratory care, 1st edition. Philadelphia: WB. Saunders Company)
Tanjung, Dudut. (2003). Asuhan keperawatan klien dengan ventilator mekanik.
Style sheet:
http//:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3600/3/keperawatan-
dudut.pdf (diakses tanggal 11 Februari 2013)
Purnawan, I., Saryono. 2010. Mengelola Pasien Dengan Ventilator Mekanik.
Jakarta: Rekatama.