You are on page 1of 4

31.

Ruang Emergensi : Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di
rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya
pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis
dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa
dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009)

ICU : Suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staff khusus dan perlengkapan
yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi paisen pasien yang
menderita penyakit,cedara atau penyulit- penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia (Kepmenkes 1778/Menkes/SK/XII/2010).

Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU :


- Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa
dan dapat menimbulkan kematian dalam bebrapa menit sampai beberapa hari.

- Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan
spesifik problema dasar

- Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit atau iatrogenik.

- Memberikan bantuan psikologis pada psien yang kehidupannya sangat tergantung pada
alat/mesin lain.

HCU : Unit pelayanan di rumah sakit bagi pasien dengan kondisi respirasi, hemodinamik,
dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan pengobatan, perawatan dan observasi
secara ketat. (Kepmenkes Nomor 834/Menkes/SK/VII/2010)

32. Obat : Bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi. (UU No.36 Tahun 2009)

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X


/1993.
Terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (obat keras
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, diserahkan oleh apoteker), obat keras,
psikotropika, dan narkotika.

1. Obat bebas : obat yang dapat dijual bebas kepada masyarakat tanpa resep dokter,
tidak termasik dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, dan obat bebas
terbatas, dan sudah terdaftar di Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Obat
bebas disebut juga obat OTC (Over The Counter).
2. Obat bebas terbatas : obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Obat
bebas terbatas atau obat yang termasuk dalam daftar “W”, Menurut bahasa belanda
“W” singkatan dari “Waarschuwing” artinya peringatan. Tanda khusus pada kemasan
dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

3. Obat keras : obat daftar “G”, yang diambil dari bahasa Belanda. “G” merupakan
singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakainnya tidak berdasarkan resep dokter.

Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.


02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras Daftar “G” adalah
“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi”.
4. Obat psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan narkotik yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP (Susunan Saraf Pusat) yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.

Untuk penandaan psikotropika sama dengan penandaan untuk obat keras, hal ini
sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, maka obat-
obat psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada di bawah ordonansi.

5. Obat Narkotika : Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 obat narkotika adalah obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam Ordonansi Obat Bius
yaitu “Palang Medali Merah”

33. Hemiparesis Duplex : Kelemahan atau gangguan fungsi motorik sebagian pada dua sisi
tubuh dalam waktu yang tidak bersamaan (Dorland)

34. Perdarahan Intraserebral : Adanya perdarahan ke dalam parenkim otak akibat pecahnya
arteri penetrans langsung pada bagian atau substansi otak. (Caplan, 2009)
3. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada Zardi?
- TD : 150/90 mmHg --> hipertensi Stage 1 (JNC VII)
- Nadi : 56x/ menit --> Bradikardi
- Suhu : 37,5oC --> Normal

4. Bagiamana Interpretasi Pemeriksaan Neurologi pada Zardi?


- Kesadaran Soporous --> kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna
dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
- GCS : E3, V3, M4 --> Stupor
- Kaku kuduk, brudzinski I dan II (+), Kerniq (+) --> tanda tanda meningeal --> (+) meningitis
- Tidak ditemukan lateralisasi

INTERPRETASI
Masing-masing pemeriksaan E,V,M dijumlahkan, dan di masukan dalam kriteria cidera otak
berikut:
1. berat, dengan GCS ≤8
2. sedang, GCS 9-12
3. ringan ≥ 13
Jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :
a. Skor 14-15 : compos mentis
b. Skor 12-13 : apatis
c. Skor 11-12 : somnolent
d. Skor 8-10 : stupor
e. Skor < 5 : koma
Derajat Kesadaran
– Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi
– Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal
kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.
– Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran
dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau
dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
– Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar
(contoh menghindari tusukan).
– Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

You might also like