You are on page 1of 35

1.

Nama Lembaga : Gerakan Kebangkitan Petani (Gerbang Tani) Jawa Tengah


2. Visi Organisasi : Mewujudkan kemakmuran petani dan mensejahterakan desa
berbasis sumber daya lokal
3. Misi Organisasi : Memberdayakan petani dan potensi desa menuju peningkatan peri
kehidupan petani berbasis kelestarian lingkungan berkelanjutan
4. Alamat : Desa Tambakboyo RT. 04 RW. 01 Kec. Reban Kab. Batang
5. Telp/HP/Fax : (0285) 4486822, (024) 74006005, 70263676, 085226118080
Web: http://www.gerbangtani.wordpress.com
email: gerbangtani@gmail.com dan gerbangtani@yahoo.com
6. Status Hukum :  Akte Notaris : No. 82 Tgl 30 Juni 2009 Notaris & PPAT Widyastuti, SH
 Terdaftar pada Kantor Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa
Tengah No. 220/3210 22 Desember 2009
 Terdaftar pada Departemen Keuangan RI Dirjen Pajak Kanwil DJP
Jateng I Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batang Nomor. PEM-
02404/WPJ.10/KP-1403/2009
 NPWP : 02.770.000.4-513.000
7. Program :  Pengolahan Pupuk Organik “Gumus”
Kemitraan  Budidaya Sorghum (ekspor)
 Budidaya Kina, Coklat, Aren, Atsiri, Kenanga, Nilam, dll
 Budidaya Padi Organik, Jagung, Tebu, dll
 Pembibitan untuk Agropolitan Jawa Tengah
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita, terutama
nikmat iman, islam dan kesehatan. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada uswatun
khasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, para pemerhati, penggiat, dan praktisi pertanian
telah berhasil membentuk wadah perjuangan petani bernama “Gerakan Kebangkitan Petani
(Gerbang Tani) Jawa Tengah” – setelah 2 (dua) tahun kami rencanakan dan koordinasikan bersama
kawan-kawan petani dari berbagai pelosok Jawa Tengah. Pada kesempatan ini pula kami, Gerbang
Tani Jawa Tengah mengucap salam sejahtera kepada Putera Puteri Bangsa yang memiliki kepedulian
terhadap peri kehidupan petani dan perdesaan.
Kita bersama telah mengetahui Indonesia adalah sebuah negara agraris. Namun sebutan itu kadang menjadi
kenyataan yang bertentangan, karena berhadapan dengan realitas bahwa pertanian yang menopang sebutan
negara agraris ini terhadang oleh berbagai persoalan. Sektor pertanian kita, dengan potensi hasil buminya yang luar
biasa para petaninya (yang hingga saat ini masih merupakan konstituen terbesar) belum terlepas dari kemiskinan
struktural.
Dalam sebuah negara agraris, setidaknya kita memiliki faktor yang menopang eksistenasi pertanian sebagai
modal yang bisa diandalkan untuk menopang kehidupan, seperti tersedianya lahan pertanian yang memadai,
tercukupinya fasilitas pendukung produksi pertanian seperti kelancaran pasokan pupuk dan berbagai sarana
penunjang lain, terutama infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi dan sebagainya, disamping, tentu saja,
kebijakan pemerintah yang pro petani, baik dari sisi luar maupun dari sisi dalam. Di sisi dalam negeri petani
membutuhkan kebijakan pemerintah yang memelihara proses kelancaran produksi seperti ketersediaan benih yang
murah dan berkualitas, yang pengaruhnya cukup besar pada produktifitas pertanian. Di sektor luar, pemerintah sudah
seharusnya menerapkan kebijakan pasar yang menguntungkan terhadap hasil bumi yang dihasilkan petani, misalnya
dengan mempersempit keran impor hasil pangan yang bagaimanapun juga mengancam margin penghasilan para
petani.
Hingga kini, kenyataan yang ada di lapangan masih bertolak belakang dengan semua kemungkinan yang
diharapkan mampu menyejahterakan petani. Misalnya lahan pertanian semakin menyempit akibat tergusur oleh
kepentingan ekonomi lainnya yang tidak pro-agraria. Kesejahteraan petani hari demi hari kian merosot akibat harga
berbagai komoditas pertanian yang tidak menguntungkan. Sementara keran impor hasil pertanian semakin
membesar dengan produk pertanian dari luar negeri membanjiri pasaran kita dan menimbulkan perang harga yang
sengit dan mengancam pertahanan ekonomi pertanian kita. Karena selalu merugi sebagai petani hari demi hari
kesejahteraan mereka kian merosot, selalu ada saja petani kita yang kapok, lalu menjual lahan pertaniannya untuk
beralih ke usaha non-pertanian.
Kenyataan ini sebenarnya sangat dilematis, mengingat bahwa peningkatan hasil pertanian sebenarnya
dibutuhkan, terutama bahan pangan, untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk kita. Ketua Himpunan
Kerukunan Tani dan Nelayan Indonesia, Siswono Yudhohusodo bahkan pernah mengingatkan bila besarnya alih fungsi
lahan pertanian di pulau Jawa bisa membahayakan ketahanan nasional kita. Hasil panen yang terjadi di pulau Jawa
selama ini memang cukup signifikan sebagai cermin produk pangan nasional kita. Pulau Jawa memberi kontribusi bagi
produksi pada sebanyak 56%, jagung 60%, kedelai 70%, dan tebu 67%.
Sebenarnya pemerintah sudah menyadari hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono saat menyampaikan sambutan dalam konferensi Dewan Ketahanan Pangan, beberapa tahun silam.
Beliau antara lain menyatakan bahwa 55 persen dari jumlah penduduk miskin kita adalah petani, dan 75 persen
petani miskin ini adalah petani tanaman pangan yang tergolong sebagai petani gurem (dengan pemilikan lahan
kurang dari 0,5 hektar).

Tiga mata rantai kemiskinan


Penerima nobel ekonomi, Profesor Amrtya Sen menyebutkan setidaknya ada tiga mata rantai persoalan yang
memiskinkan petani di negara berkembang seperti Indonesia, yakni miskin pengetahuan, miskin materi dan miskin
akses. Petani jadi miskin karena tiadanya kemampuan (entitlement) untuk melakukan negoisasi dengan pasar serta tak
memiliki kebebasan untuk mengakses pada semua komponen yang menunjang proses produksi mereka.
Bisa dibayangkan dampak berantai yang terjadi bila petani kehilangan akses penting bagi faktor produksi
pertanian, yang sebelumnya bisa dengan mudah didapatkan. Peningkatan produktifitas pertanian yang terkait
dengan peningkatan kesejahteraan petani pasti menjadi impian belaka. Terlebih upaya perbaikan pada kemampuan
petani untuk meraih tiga akses ini begitu penting, bahkan bisa dibilang sebagai hal yang paling utama dalam dimensi
bisnis pertanian yang mengandalkan kesatuan sistem, tata nilai yang utuh, baik dari bagian hulu, tengah dan hilir,
serta faktor pendukung lainnya seperti akses pasar, pemasaran, perbankan, pendidikan (penyuluhan) serta kebijakan
pemerintah yang relevan.
Pemerintah telah mencanangkan platform pembangunan dengan tiga jalur, yang konon akan memicu
pertumbuhan (Pro-growth), memicu peningkatan tenaga kerja (Pro-employment) dan mengurangi angka kemiskinan
(Pro-poor), dengan penjabaran sebagai berikut: Pertama, peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen
pertahun melalui percepatan investasi dan ekspor. Kedua, melaksanakan pembenahan sektor riil untuk menyerap
pertambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Dan yang ketiga, melakukan revitalisasi sektor
pertanian dan perdesaan agar mampu berkontribusi pada langkah pengentasan masyarakat dari kemiskinan.
Melihat berbagai kenyataan yang saling bertentangan (paradoksial), tentu tak semudah itu mengupayakan
pemberdayaan petani dan sektor pertanian. Tak hanya perluasan lahan dan swasembada pangan yang harus
didengungkan, tapi juga kemampuan petani kita untuk mengekspor tanaman pangan, peningkatan kualitas produk,
serta pengembangan industri pertanian, sehingga desa benar-benar bisa menjadi satuan unit ekonomi yang kuat.
Bukankah bahkan sudah dicanangkan slogan ‘bali ndeso, mbangun ndeso’? Kita menunggu kiprah yang nyata.

Batang, 20 Mei 2010

Wahyudi, A.Md
Hal
J u d u l ………………………………………………………………………………………………………………… i
Resume Profil Organisasi …………………………………………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………….. vi
Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………………… 1
Gerakan Kebangkitan Petani Jawa Tengah (Visi Misi) …………………………………………………...... 4
Program Perjuangan Gerakan Kebangkitan Petani Jawa Tengah ………………………………………... 5
Program Budidaya Pertanian yang Dilakukan Gerbang Tani .............................................……………... 6
(1) Produksi Pupuk Organik Gumus ……………....………………………………………………………..... 6
(2) Budidaya Sorghum ............................................................................................................................. 6
(3) Reboisasi Hutan dan Agroforestry .................................................................................................... 8
(4) Budidaya Cacao / Coklat ................................................................................................................. 11
(5) Budidaya Tanaman Kina ................................................................................................................... 11
(6) Budidaya Tanaman Aren / Enau ....................................................................................................... 12
(7) Agropolitan Jawa Tengah ................................................................................................................. 14
(8) Pengembangan Kemitraan Terus Menerus ..................................................................................... 14
Struktur Organisasi Gerakan Kebangkitan Petani Provinsi Jawa Tengah ……………………………….... 15
Susunan Pengurus Organisasi …………………………………………………………………………………… 16
Skema Kinerja Gerbang Tani Jawa Tengah ............................................................................................... 18
Legalitas Formal Lembaga ……………………………………………………………………………………….... 19
P e n u t u p …………………………………………………………………………………………………………..... 20
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
PENDAHULUAN

NEGARA, bangsa, saat ini sedang mengalami tekanan yang terus menerus dari tiga arah.
Pertama, “dari atas”, melalui globalisasi, dimana kekuasaan beberapa negara pembuat
kebijakan semakin meningkat dengan membagi kekuasaannya melalui institusi internasional untuk
melakukan pengaturan, seperti WTO, IMF dan Bank Dunia. Kedua, “dari bawah”, melalui
desentralisasi yang parsial di bidang politik, fiskal dan kekuasaan administratif dari pemerintah
pusat yang diberikan kepada daerah. Ketiga, “dari samping” melalui privatisasi sebagian fungsi-
fungsi negara (Fox, 2001).

Di tengah-tengah proses tersebut pemerintah pusat tetap memainkan peran penting dalam bidang ekonomi dan
politik di tingkat lokal, nasional dan internasional, meskipun mengalami beberapa perubahan. Ruang lingkup, langkah,
luas dan arah perubahan bentuk ini dilakukan oleh para aktor berbeda yang saling bersekutu atau saling bersaing
satu sama lain di tingkat ekonomi dan politik yang berbeda-beda. Bentuk persaingan dalam proses perubahan ini
terjadi karena luasnya tingkat tanggung jawab yang tidak seimbang dan bervariasinya kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan mengenai globalisasi, desentralisasi dan privatisasi dengan dampak nan beragam di tingkat kelas sosial
yang berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Secara global, mungkin sektor perdesaan adalah sektor yang sangat terpengaruh oleh proses ini. Orientasi
perdagangan pasar dunia neo-liberal terutama yang berhubungan dengan teknologi dan kebijakan fiskalnya telah
secara luas menjangkau dan berdampak (umumnya merugikan) pada mata pencarian dan kehidupan petani –
petani kecil dan miskin. Mulai ditanggalkannya tanggung jawab tradisional negara terhadap nasib masyarakat
perdesaan yang miskin serta derasnya arus privatisasi, sangat mempengaruhi penguasaan masyarakat atas sumber
daya alam dan akses kebutuhan mendasar mereka, mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap petani-petani
kecil dan petani-petani miskin atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh kekuatan pasar yang dikuasai perusahaan
global raksasa. Terakhir, desentralisasi kekuasaan di kebanyakan negara berkembang juga memberikan dampak bagi
kelembagaan negara yang menghubungkan masyarakat miskin perdesaan dengan pemerintah dan para elite.
Dengan demikian, perubahan yang sedang terjadi di tingkat institusi internasional – nasional – lokal dimana struktur
pengaturan di dalamnya melibatkan masyarakat miskin, baik yang bergabung atau yang menentang ekonomi dan
politik global yang dikuasai perusahaan-perusahaan besar, menunjukkan adanya peluang dan ancaman bagi
penduduk perdesaan di dunia. Keberadaan keduanya, peluang dan ancaman, telah mendorong dan menggusarkan
gerakan sosial perdesaan tingkat nasional untuk selanjutnya menyesuaikan gerakan mereka ke tingkat lokal (sebagai
jawaban atas desentralisasi), dan pada waktu yang sama membuat jejaring international (sebagai jawaban atas
globalisasi). Meskipun kerja – kerja advokasi dan lobby, serta aksi-aksi kolektif tetap berpegang pada karakter nasional
mereka. Salah satu hasil penyesuaian tersebut adalah munculnya pusat – pusat gerakan sosial perdesaan yang
beragam (polycentric) yang berjuang membangun koordinasi struktural yang lebih padu dalam integrasi vertikal lebih
besar pada waktu yang bersamaan. Nampaknya kontradiksi dalam proses politik globalisasi dan desentralisasi yang
sangat mempengaruhi negara berimbas juga dalam proses internalisasi politik dan pengorganisasian gerakan sosial
perdesaan.

Proses politik dan pengorganisasian tersebut, seperti dihadapi oleh negara – bangsa, menjadi
sangat dinamis dan mengakibatkan hasil yang bervariasi dan tidak seimbang secara geografis
maupun institusional. Melalui perspektif di atas gerak laju yang mungkin dilakukan secara politis dan
organisasional oleh mereka kemudian dapat dipahami dan dilihat lebih baik. Fenomena jejaring
dan gerakan sosial perdesaan bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan petani, karena
jaringan trans-nasional atau gerakan para petani dan pemilik tanah kecil secara umum telah lama
ada. Walaupun demikian, kehadiran Gerakan Kebangkitan Petani (Gerbang Tani) Jawa Tengah
diharapkan akan memperkaya jejaring petani miskin dan perdesaan sebagai petani produsen dan desa sejahtera.

Kita semua faham, organisasi petani banyak didirikan sejak seratus tahun yang lalu, baik oleh gabungan para petani
kecil hingga petani besar yang umumnya berasal dari negara berkembang, beberapa kemudian menjadi arus utama
dalam organisasi sektor pertanian secara umum yang menjadi perwakilan resmi para pejabat antar pemerintah di
bidang agribisnis. Ketika terjadi perubahan kebijakan oleh kaum Neo-Liberal, bagi para anggotanya tidak banyak
berpengaruh, paling tidak hal keuangan. Kenyataannya, akan banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya
perubahan dalam kebijakan pasar global dan perubahan aturan dalam WTO.
Dalam banyak hal, posisi Gerakan Kebangkitan Petani (Gerbang Tani) Jawa Tengah terhadap isu-isu tertentu dan
bentuk aksi-aksi kolektifnya berbeda secara mendasar dari lawan-lawan utamanya. Gerbang Tani Jawa Tengah, Insya
Allah, muncul menjadi suara alternatif yang penting dari para petani miskin dan kecil. Pada waktu yang sama,
Gerbang Tani Jawa Tengah juga berupaya memasuki gelanggang/arena bagi sejumlah aksi, perdebatan dan tempat
pertukaran ide di antara kelompok-kelompok petani sub nasional yang berbeda. Hal itu membuat Gerbang Tani Jawa
Tengah menjadi khas, karena memiliki dua karakter, tempat bertemunya para aktivis dan tempat untuk melakukan
aksi, dan membuatnya menjadi sebuah ‘Institusi’ penting bagi gerakan petani miskin lokal. Gerbang Tani Jawa Tengah
juga menjadi tempat yang menarik namun kompleks bagi berbagai jejaring gerakan sosial, jaringan Ornop dan
lembaga-lembaga nasional lainnya untuk dipahami, dan khususnya dalam berhubungan dengannya.

Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)


diharapkan akan terus menjadi aktor dan arena aksi yang penting bagi
gerakan petani di seluruh nusantara. Adanya berbagai ancaman terhadap
kehidupan dan mata pencarian kelompok perdesaan yang termarjinalkan
seperti halnya dengan ketersediaan dan kemunculan sejumlah peluang
politik yang terutama dibawa oleh proses dinamis penyusunan ulang
negara secara global akan terus menyediakan konteks yang paling penting
bagi dan menjadi obyek persaingan politik Organisasi Petani Miskin (OPM)
pada tingkat internasional, nasional, regional, dan lokal. Luasan dimana
OPM akan terus menjadi arena yang penting bagi aksi, perdebatan dan
pertukaran antara gerakan nasional dan regional akan sangat bergantung pada kapasitasnya untuk
mempertahankan kerangka kerja ideologis pluralis dan keotonomiannya, seperti halnya dengan kapasitasnya untuk
mengembangkan struktur organisasi yang mampu merespon dinamika gerakan regional, nasional dan lokal yang
selalu mengalami perubahan. Kapasitas OPM untuk memobilisasi kekuatan subyektifnya sendiri dan membentuk aliansi
luas dengan negara pro-reformasi dan aktor dari kalangan non-pemerintah pada tingkat politik internasional, regional,
nasional dan lokal akan menentukan apakah OPM akan terus menjadi aktor penting dalam kampanye global
melawan kebijakan tanah neo-liberal dan dalam advokasi pembaruan agraria pro-kaum miskin yang sejati.
GERAKAN KEBANGKITAN PETANI (GERBANG TANI) PROVINSI JAWA TENGAH

VISI
Terwujudnya petani yang mandiri dan sejahtera serta kemakmuran desa. Tercapainya pelestarian lingkungan hidup
dalam rangka mendukung tujuan pembangunan nasional.

MISI
1. Ideologi
Melakukan upaya peningkatan percepatan peradaban desa, untuk kesetaraan martabat dan harkat bangsa
Indonesia di mata dunia dengan menggunakan ideologi Pancasila serta menerapkan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
2. Politik
Melaksanakan advokasi dan pendidikan politik kepada masyarakat desa serta berpartisipasi dalam penyusunan
perundang-undangan tentang pertanian dan perdesaan sehingga hak berdaulat secara politik masyarakat desa
menjadi penguat terwujudnya demokrasi dalam kerangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Ekonomi
Melakukan pendampingan, penyertaan dan pemberdayaan sistem kegiatan ekonomi petani miskin perdesaan
melalui pengembangan Usaha Petani maupun Usaha Kecil dan Menengah serta Badan Usaha Milik Desa, sesuai
dengan potensi sumberdaya manusia dan desa.
4. Sosial Budaya
Memperjuangan penggalian dan pembiayaan kelembagaan (suprastructure) dalam pengembangan budaya
gotong royong (commitment communal) yang bersendikan delapan dimensi pranata sosial (tata sosio-ekonomi,
tata kesehatan dan kesejahteraan, tata pendidikan lapang, tata infrastruktur, tata informasi dan teknologi tepat
guna, tata keamanan swakarsa, tata seni-budaya dan olah raga dan tata kerukunan beragama) yang berorientasi
pada kemandirian dan perwujudan attitude bangsa berasaskan nilai-nilai luhur Pancasila
5. Lingkungan Hidup dan Teknologi Pertanian
Menyerap teknologi komunikasi dan informasi, teknologi pertanian dan teknologi tepat guna yang lain. Serta
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dalam rangka perwujudan kesejahteraan petani. Berupaya membangkitkan
kesadaran masyarakat desa untuk melestarikan alam dan lingkungan hidup dengan mengurangi penggunaan
pestisida dan bahan kimia, serta kembali dengan pola tanam organik.
PROGRAM PERJUANGAN
GERAKAN KEBANGKITAN PETANI (GERBANG TANI) PROVINSI JAWA TENGAH

Didasarkan pada situasi nyata kaum tani secara luas, maka menjadi penting dan strategis untuk menyusun
program perjuangan organisasi yang menjadi panduan kerja secara umum bagi semua pengurus dan anggota :

1. Mengkritisi dan memberikan respon terhadap setiap kebijakan dan tindakan pemerintah yang bertentangan
dengan upaya kemakmuran petani dan kemandirian desa;
2. Secara aktif melakukan pendampingan dan advokasi tentang kebijakan Pemerintah dengan menuntut
dilaksanakannya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960;
3. Mendorong kebangkitan kekuatan ekonomi petani dan perdesaan yang mandiri dengan mendukung terwujudnya
upaya peningkatan sosio-ekonomi perdesaan seperti mendukung Badan Usaha Milik Desa, Koperasi, Lembaga
Keuangan Mikro Desa, memediasi pemilik modal dan usaha tani, dan lain sebagainya;
4. Melakukan pendidikan lapang bagi masyarakat desa (petani, buruh tani, peternak, nelayan dan elemen
masyarakat desa lainnya) untuk meningkatkan kualitas SDM di desa dengan kurikuler yang mampu meningkatkan
produktivitas secara langsung;
5. Melakukan berbagai studi, riset, pengkajian, pelatihan penerapan informasi dan teknologi tepat guna dengan
cara meningkatkan partisipasi stakeholder desa dalam bentuk keswakarsaan;
6. Menggalang dan menarik dukungan yang lebih luas dalam membentuk kawasan agropolitan di Kabupaten /Kota
sehingga mampu menarik kekuatan sosial – ekonomi – budaya – politik petani dan desa;
7. Mendukung terwujudnya Forum pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten/Kota menuju pada
terwujudnya front dan aliansi perjuangan petani dan desa untuk kemandirian di bidang pangan, energi, teknologi,
sosial – ekonomi – budaya – politik;
8. Secara aktif terlibat dalam penggalangan sinergitas pemasaran produksi petani baik pada tingkat lokal, regional,
nasional maupun internasional.
9. Menggalang dan menjaga kelestarian lingkungan hidup dari pencemaran, baik bersumber dari pertanian maupun
industri lain.
10. Memberikan penyajian data dan informasi kewaspadaan dini yang bersifat netral, tajam dan dapat berguna
dalam menentukan ambang toleransi suatu keadaan di desa dari gejala yang mengarah pada tingkat konflik/krisis,
dimana kemungkinan adanya bahaya atau terjadinya ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dapat
memiliki daya tangkal dalam memberikan tanggapan awal secara tepat.
PROGRAM BUDIDAYA PERTANIAN YANG DILAKUKAN GERBANG TANI:

(1) PRODUKSI PUPUK ORGANIK GUMUS

Pupuk Gumus merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses perombakan senyawa
yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikro-organisme. Bahan dasar
pembuatan kompos ini adalah kotoran kelelawar dan humus, serta bahan seperti serbuk gergaji
atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam
tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya
kandungan Gumus, selain ditambah serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dapat juga
ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran kelelawar yang sudah lama mengendap di dalam gua
dipilih karena selain tersedia banyak di gua juga memiliki kandungan Nitrogen 5%, K2O, dan P2O5.
Pupuk Gumus mengandung semua unsur atau mineral mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Jika di bandingkan
dengan pupuk kimia buatan, pupuk Gumus tidak mengandung zat pengisi. Pupuk Gumus tinggal lebih lama dalam
jaringan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih lama dari pada
pupuk kimia buatan. Pupuk alami seperti inilah yang saat ini sedang dicari sebagai pengganti pupuk yang terbuat dari
bahan kimia, karena lebih ramah lingkungan juga tidak mengandung efek lain yang ditimbulkan.

Lokasi usaha pembuatan pupuk Gumus ini berada di Kecamatan Reban Kabupaten Batang, dan menyerap 50
relawan Gerbang Tani yang berasal dari berbagai desa. Relawan tersebut diharapkan akan mentranfer keterampilan
pembuatan pupuk organik sehingga pada suatu saat para relawan akan mampu memproduksi sendiri, baik untuk
kepentingan lahan sendiri maupun komersial.

(2) BUDIDAYA SORGHUM

Di banyak negara biji sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan
bahan baku industri. Sebagai bahan pangan dunia, sorgum berada pada urutan ke-5
setelah gandum, padi, jagung dan barley (ICRISAT/FAO, 1996). Di negara maju biji
sorgum digunakan sebagai pakan ternak unggas sedang batang dan daunnya untuk
ternak ruminansia. Biji sorgum juga merupakan bahan baku industri seperti industri etanol,
bir, wine, sirup, lem, cat dan modifikasi pati (modified starch). Terkait dengan energi, di
beberapa negara seperti Amerika, India dan Cina, sorgum telah digunakan sebagai
bahan baku pembuatan bahan bakar etanol (bioetanol). Secara
tradisional, bioetanol telah lebih lama diproduksi dari molases hasil limbah
pengolahan gula tebu (sugarcane). Walaupun harga molases tebu relatif
lebih murah, namun bio-etanol sorgum dapat berkompetisi mengingat
beberapa kelebihan tanaman sorgum dibanding tebu antara lain sebagai
berikut :

 Tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomass yang jauh lebih tinggi
dibanding tanaman tebu.
 Adaptasi tanaman sorgum jauh lebih luas dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam di hampir semua jenis
lahan, baik lahan subur maupun lahan marjinal.
 Tanaman sorgum memilki sifat lebih tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air (water lodging).
 Sorghum memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah daripada tanaman tebu.
 Laju pertumbuhan tanaman sorgum jauh lebih cepat daripada tebu.
 Menanam sorgum lebih mudah, kebutuhan benih hanya 4,5 – 5 kg/ha dibanding tebu yang memerlukan 4500–6000
stek batang.
 Umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 2 – 3 bulan, dibanding tebu yang dipanen pada umur 7 bulan.
 Sorgum dapat diratun sehingga untuk sekali tanam dapat dipanen beberapa kali.

Untuk sekali siklus panen, produksi bioetanol sorgum di Amerika Serikat mencapai 10.000 liter/ha/tahun, di India 3.000 –
4.000 liter/ha/tahun, dan di Cina mencapai 7000 liter/ha/tahun. Di Cina sorgum banyak dibudidayakan dan
dikembangkan dalam kaitan pemingkatan produktivitas lahan-lahan marjinal yang sering terkena wabah kekeringan
dan salinitas tinggi. Di India bioetanol sorgum digunakan sebagai bahan bakar untuk lampu penerangan (pressurized
ethanol lantern) disebut “Noorie” yang menghasilkan 1.250-1.300 lumens (setara bola lampu 100 W), kompor pemasak
(pressurized ethanol stove) yang menghasilkan kapasitas panas 3 kW. Selain itu, pemerintah India telah mengeluarkan
kebijakan mencampur bioetanol sorgum dengan bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor.

Nutrisi Sorgum

Sebagai bahan pangan dan pakan ternak alternatif sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan
proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan nutrisi sorgum dibanding sumber pangan/pakan lain disajikan
dalam Tabel berikut:
Kandungan/100 g
Unsur Nutrisi
Beras Jagung Singkong Sorghum Kedelai
Kalori (cal) 360 361 146 332 286
Protein (g) 6.8 8.7 1.2 11.0 30.2
Lemak (g) 0.7 4.5 0.3 3.3 15.6
Karbohidrat (g) 78.9 72.4 34.7 73.0 30.1
Kalsium (mg) 6.0 9.0 33.0 28.0 196.0
Besi (mg) 0.8 4.6 0.7 4.4 6.9
Posfor (mg) 140 380 40 287 506
Vit. B1 (mg) 0.12 0.27 0.06 0.38 0.93
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992).

Pada saat ini, Gerbang Tani Jawa Tengah bermitra dengan lebih dari 2.500 Kepala Keluarga petani di wilayah
Kabupaten Batang dan Grobogan untuk melakukan budidaya Sorghum di atas lahan seluas 160 hektar. Adapun hasil
”malai” nya diekspor ke luar negeri, bulir sorghum dibudidayakan sebagai makanan dan kudapan alternatif, pakan
ternak, dan unsur pupuk organik. Batang pohon sorghum kami manfaatkan untuk bahan baku bio-ethanol dan lok
jamur.

(3) REBOISASI HUTAN DAN AGROFORESTRY

"Sustainable Land Management (SLM) berarti penggunaan sumberdaya lahan, termasuk tanah, air, binatang dan tumbuhan, untuk
memproduksi barang guna memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah-ubah dan secara simultan menjamin potensi
produksi jangka panjang dari sumberdaya-sumberdaya tersebut dan memelihara fungsi-fungsi lingkungannya" (AGENDA 21, yang
dihasilkan oleh Earth Summit di Rio de Jeinero 1992)

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai keanekargaman hayati yang sangat banyak dan memiliki
hutan hujan tropis yang luasnya nomor dua setelah Brazil. Negeri ini memiliki daratan 1,3% dari luas daratan dunia,
namun memiliki 10% keanekaragaman hayati tanaman dunia, 12% jumlah mamalia, 17% reptil dan binatang amphibi
serta 17% species burung dunia. Kekayaan dan keanekaragaman hayati tersebut kini sudah banyak menghilang
sejalan dengan tingginya laju degradasi lahan dibanding laju rehabilitasi. Data WRI tahun 1998 menyatakan sekitar
72% hutan asli Indonesia telah musnah.
Hal itulah yang melatarbelakangi semangat kebersamaan antar pihak yang terkait untuk mengelola Sumber Daya
Alam agar terwujud kelestarian hutan untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera dan memotivasi
Gerakan Kebangkitan Petani Jawa Tengah melakukan Reboisasi Hutan dan Agroforestry yang bertujuan (1)
menyalurkan aspirasi masyarakat desa hutan dalam rangka pengelolaan hutan bersama-sama dengan Perhutani dan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan; (2) meningkatkan rasa kepedulian masyarakat desa hutan terhadap lingkungan
hutan bagi kehidupan kini dan yang akan datang; (3) meningkatkan taraf hidup masyarakat desa hutan; serta (4)
mengadakan kerjasama dengan pihak lain yang berkepentingan dalam pengelolaan hutan.
Reboisasi Hutan dan Agroforestry tersebut diharapkan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat hutan secara
terpadu guna peningkatan daya saing produk agroindustri domestik dan internasional.
Tujuan ini dapat diabstraksikan:

1. Menginisiasi berkembangnya Kawasan Industri Hutan Rakyat Terpadu yang didukung


oleh adanya techno-industrial cluster yang relevan.
2. Pengembangan teknologi pengolahan diversifikasi produk agribisnis empon-empon
seperti : kakao, kopi, kina dan berbagai bentuk olahan, produk tanaman pagar
seperti enau atau aren, pupuk organik, ternak dan pakan ternak.
3. Pengembangan kelembagaan Koperasi Gerbang Tani sebagai pengelola Kawasan
Industri Hutan Rakyat Terpadu.
4. Performance agribisnis di wilayah Kabupaten Batang khususnya dan Provinsi Jawa
Tengah pada umumnya pada saat sekarang dapat diabstraksikan pada Analisa
SWOT berikut ini :
Lima faktor yang menjadi KEKUATAN bagi pengembangan Reboisasi Hutan dan
Agroforestry adalah:
a. Ketersediaan lahan yang didukung keunggulan komparatif kondisi agroekologi
b. Sifat unggul difersivikasi produk empon empon untuk pasar regional, nasional dan
internasional
c. Ketersediaan SDM dan masyarakat untuk mendukung produksi hutan-rakyat yang
unggul
d. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi
terhadap produk agroforestry dan industri pengolahannya
e. Potensi pasar yang sangat besar
Beberapa KELEMAHAN yang menonjol adalah:
a. Kesenjangan hasil-hasil penelitian dengan aplikasi secara komersial
b. Posisi “lembaga pemasaran” sangat dominan
c. Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku (cluster) produk hutan-rakyat & sistem distribusi
produk
d. Produk yang dipasarkan masih terbatas
e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi

Beberapa PELUANG yang dapat diidentifikasi adalah:


a. Pasar domestik (lokal, regional, nasional, dan internasional) sangat terbuka
b. Diversifikasi produk-produk olahan jenis empon – empon sangat potensial
c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster produksi dan cluster distribusi dalam kelembagaan
Kawasan Industri Hutan Rakyat Terpadu
d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi

ANCAMAN yang dianggap serius adalah:


a. Hambatan-hambatan sistem distribusi / perdagangan produk empon – empon
b. Persaingan dengan produk impor
c. Persaingan dengan komoditi lain dalam penggunaan lahan
d. Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan

DAMPAK yang dapat diharapkan adalah :


1. Berkembangnya Kawasan Industri Hutan Rakyat Terpadu dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster
yang ada
2. Terbentuknya Koperasi Gerbang Tani sebagai pengelola Kawasan Industri Hutan Rakyat Terpadu yang mampu
mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk empon – empon
3. Meningkatnya citra dan keunggulan produk tanaman hutan domestik
4. Sinergi antar pelaku agribisnis/agroindustri dalam Kawasan Industri Hutan Rakyat Terpadu
5. Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi tanaman empon – empon
6. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan tanaman hutan
7. Tumbuhnya semangat untuk melestarikan sumberdaya lahan kritis
(4) BUDIDAYA CACAO / COKLAT

Kakao (Theobroma Cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat,
karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan
harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di
daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-
pohon yang besar.

Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang
terletak antara 6º LU – 11º LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Sebagai tananam yang dalam
budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao
tetap diperlukan persiapan naungan. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman
yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.

Gerakan Kebangkitan Petani Jawa Tengah Cabang Kabupaten


Kebumen sedang melakukan proses kemitraan dengan LMDH, Perum
Perhutani, Dinas Perkebunan di Kabupaten Kebumen untuk melakukan
budidaya kakao sebagai tanaman empon-empon di bawah tegakan
(naungan). Adapun daerah hutan yang akan menjadi wilayah kerja
meliputi Kecamatan Karanggayam, Karangsambung, Sadang,
Wadaslintang yang masuk Kabupaten Kebumen, dan DAS Lukula.

(5) BUDIDAYA TANAMAN KINA

Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes
yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada
ketinggian 900 - 3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi
tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia
ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon. Nama daerah : kina, kina merah, kina kalisaya,
kina ledgeriana
Pada tahun 1939 Indonesia merupakan pemasok 90 % kebutuhan kina
dunia dengan luas areal tanam 17.000 ha dengan produksi 11.000 ton kulit
kering/tahun. Akibat terlantarnya kebun kina dan terjadinya penebangan
besar-besaran sejak Perang Dunia II sampai tahun enam puluhan, areal
dan produksi kina Indonesia menurun Kebutuhan kulit kina dirasakan
semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
meningkat pula. Kulit kina merupakan bahan baku obat penyakit malaria
dan penyakit jantung. Obat tersebut sangat diperlukan untuk kesehatan
manusia. Di samping sebagai bahan obat, kina sebagai bahan baku
kosmetika, minuman penyegar dan industri penyamakan. Beberapa dekade yang lalu produksi kina Indonesia kalah
oleh pordusen dari Afrika. Tetapi saat ini produksi di Afrika mengalami penurunan. Saat ini adalah saat yang dianggap
tepat untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi perkebunan kina. Prospek agribisnis kulit kina sangat cerah, dan
permintaan pasar internasionalpun semakin meningkat tetapi belum bisa terpenuhi. Dengan mengingat mutu kina
Indonesia yang sangat prima, Perkebunan kina di wilayah Kabupaten Batang di hamparan seluas 320 hektar akan
menjadi sektor agribisnis yang diperhitungkan.

(6) BUDIDAYA TANAMAN AREN / ENAU

Pohon aren mudah tumbuh, berasal dari wilayah Asia tropis, menyebar alami mulai dari India timur di sebelah barat,
hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, aren tumbuh liar atau ditanam pada
ketinggian 0 m s/d 1.400 m dpl. Banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai, dan biasanya di sekitar tumbuhan
aren selalu terbentuk sumber mata air.

Aren atau enau dapat dikembangbiakkan secara generatif yaitu melalui bijinya. Untuk tujuan Reboisasi Hutan dan
Agroforestry, pada saat ini Organisasi Petani Mandiri Gerakan Kebangkitan Petani Jawa Tengah melakukan
pembibitan aren yang diperoleh dari keturunan benih yang baik.

Pohon aren menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman serbaguna, terutama sebagai
penghasil nira dan gula. Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat
urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti. Buah aren memiliki 2
atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih
lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya,
dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk
menghilangkan getahnya dan setelah dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian
direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di
pasar sebagai buah atap atau kolang-kaling.

Daun pohon aren juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk
daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang
dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya biasa digunakan sebagai
pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar
daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang
anyaman sederhana dan sapu lidi.

Seperti halnya daun, ijuk pohon aren dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini
cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai
bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya,
setelah diolah menghasilkan serat kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali
pancing dan senar gitar Batak.

Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau
empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat
menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk
menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang
dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran
air. Pendek kata, selain sebagai tanaman penahan air dan longsor – mulai dari akar,
batang sampai daun pohon aren memiliki manfaat yang besar bagi manusia.
(7) AGROPOLITAN JAWA TENGAH

Agropolitan adalah konsep pembangunan berdasar-


kan aspirasi masyarakat bawah yang tujuannya tidak
hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi juga
mengembangkan segala aspek kehidupan sosial (pen-
didikan, kesehatan, seni-budaya, politik, pertahanan-
keamanan, kehidupan beragama, kepemudaan, dan
pemberdayaan pemuda dan kaum perempuan).
Agropolitan merupakan bentuk pembangunan yang
memadukan pembangunan pertanian (sektor basis di
perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini secara terpusat
dikembangkan di kabupaten/kota tertentu saja. Secara luas pengembangan Keterangan :
agropolitan berarti mengembangkan perdesaan dengan cara mem-perkenalkan fasilitas Penghasil Bahan Baku

kota/modern yang disesuaikan dengan lingkungan perdesaan. Ini berarti tidak Pengumpul Bahan Baku

mendorong perpindahan penduduk desa ke kota, tetapi mendorong mereka untuk Sentra Produksi
Kota Kecil / Pusat Regional
tinggal di tempat dan menanamkan modal di daerah perdesaan, karena kebutuhan-
Kota Sedang / Besar (outlet)
kebutuhan dasar (lapangan kerja, akses permodalan, pelayanan kesehatan, pendidikan,
Jalan & Dukungan Sarpras
dan kebutuhan sosial-ekonomi lainnya) telah dapat terpenuhi di desa. Dimungkinkan,
Batas Kws Lindung, budidaya, dll
karena desa telah diubah menjadi bentuk campuran yang dinamakan agropolis atau
Batas Kawasan Agropolitan
kota di ladang. Gerbang Tani Jawa Tengah secara terpisah menciptakan konsep
agropolitan Provinsi Jawa Tengah secara terpadu dan menopang satu sama lain.

(8) PENGEMBANGAN KEMITRAAN TERUS MENERUS


Dalam mewujudkan cita-cita besar itu, Gerakan Kebangkitan Petani Jawa Tengah telah melakukan program
kemitraan dan pembinaan komunitas petani secara langsung dengan prinsip keterpaduan, produktivitas, efektivitas,
kemandirian, dan kelangsungan sumber daya daerah. Dukungan menyeluruh diberikan dalam bentuk kemitraan
usaha dengan mengelola jaringan produksi pertanian dengan Koperasi Petani maupun Perkebunan yang membeli
hasil produksi petani, agar terangkat harganya. Program pendampingan dan advokasi kaum tani yang terlangggar
haknya juga kami diprioritaskan.
STRUKTUR ORGANISASI
GERAKAN KEBANGKITAN PETANI (GERBANG TANI) PROVINSI JAWA TENGAH

DEWAN
KETUA PENDIRI

BENDAHARA SEKRETARIS
UMUM UMUM

LITBANG &
TIM AUDIT
KOMINFO

BIDANG BIDANG PENGUATAN/ BIDANG BIDANG


PENINGKATAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
SDM LEMBAGA/POKTAN
ADVOKASI
EKONOMI USAHA

KOPERASI KOPERASI UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA


PERTANIAN PERKEBUNAN PERTANIAN PETERNAKAN PERIKANAN

KORLAP KORLAP KORLAP KORLAP


DEMAK BATANG SRAGEN GROBOGAN

POKJA POKJA POKJA POKJA POKJA POKJA


SORGHUM KINA JAGUNG PUPUK TERNAK KELAUTAN

PL-PL & ADMIN


SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI
GERAKAN KEBANGKITAN PETANI JAWA TENGAH

PELINDUNG : Gubernur Provinsi Jawa Tengah


PEMBINA : 1. Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Jawa Tengah
2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Prov . Jawa Tengah
3. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
4. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah
5. Balai Pelayanan Peternakan Terpadu Provinsi Jawa Tengah
6. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah
7. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
8. Badan Kesbangpol dan Linmas Prov. Jawa Tengah
9. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Tengah
10. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten/Kota se Jawa Tengah
PENASEHAT : Bupati / Walikota se Provinsi Jawa Tengah

DEWAN PENDIRI : 1. Supriyono, S.Ag 3. Irwan H. Prasetya, SS


2. Wahyudi, A.Md 4. Chadziq
PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Muhaimin, S.Kom
Sekretaris Umum : Wahyudi, A.Md, CHA
Bendahara Umum : Supriyono, S.Ag
Koord. Tim Audit : Ahmad Zubair, SQ
Litbang & Kominfo : 1. Widio Nirwono, SE, M.Kom 2. Ritchie Muslim, S.Kom
PENGURUS BIDANG ORGANISASI
 Peningkatan SDM : 1. M. Aminudin, S.Sos  Pengembangan Lembaga : 1. Abu Khaeri BA
2. Joko Gunadi, S.Pd 2. Rudi Suparto
 Penguatan Lembaga : 1. Mugiyono  Advokasi : 1. Agus Dharmawan, SH
2. Achmad Mukri 2. Sudardjojo, SH
 Pengembangan Ekonomi Usaha : 1. Ikhwanudin, S.Ag
2. Edy Siswoyo, S.Pd
PENGURUS UNIT USAHA
 Usaha Pertanian : 1. M. Aliq Mufid  Usaha Perikanan : 1. Chadiq, SE
2. Fredy Corsel 2. Sunarto
 Usaha Peternakan : Faridul Wujdan

PENGURUS KABUPATEN / KOTA


 Korlap Kab. Batang : Triyuara  Korlap Kab. Grobogan : Moch. Hasan, B,Sc.
Pokja Budidaya Shorgum : 1. Sadar Pokja Budidaya Shorgum : 1. Afif Saeful Bachri, SHi
2. Santosa 2. Ir. S. Imam Rochyuli
Pokja Budidaya Jagung : Abdul Kadir Pokja Budidaya Jagung : Sudarmadi
 Korlap Kab. Demak : Fandil, S.Pd  Korlap Kab. Sragen : Sigit Aribowo, SE
Pokja Budidaya Rumput Laut : Ahmad Mutohar, S.Ag  Korlap Kab. Karanganyar : Hari Hendro S., A.Md
 Korlap Kab. Kebumen : Riyanto, A.Md

 Penanggung Jawab Koperasi Perkebunan : Triyuara


 Penanggung Jawab Koperasi Petani : Wahyudi, A.Md, CHA

Kantor Sekretariat Cabang Kabupaten Kebumen : Kantor Sekretariat Cabang Kabupaten Sragen :
Jl. Tentara Pelajar No. 53, Panjer RT. 04/08 Kabupaten Kebumen Dk Ngagel Ds Tenggak RT.18 Kec. Sidoharjo Kab. Sragen.
Telp. 081215764361, 085291214141, 085226118080, (024) 70263676 Telp. (0271) 8018975, (024) 74006005, 081229818069

Kantor Sekretariat Cabang Kabupaten Grobogan : Kantor Sekretariat Cabang Kabupaten Karanganyar :
Desa Saban RT. 003 RW. 001 Kecamatan Gubug Kab Grobogan Temuireng 02/12 Ds Tegalgede RT. 003/001 Kab. Kr Anyar
(0292) 25135527, (024) 74006005, 70263676, 085866912003 Telp. (0271) 5870359, (024) 74006005, 085226118080

Kantor Sekretariat Cabang Kabupaten Batang : Kantor Sekretariat Cabang Kabupaten Demak :
Desa Sukomangli RT. 04 RW. 01 Kec. Reban Kab. Batang Desa Tambakbulusan RT. 07 RW. 03 Kec. Karangtengah
HP. 085226818475, 081326456767 Kabupaten Demak. Telp. 081326109379
SKEMA KINERJA GERBANG TANI JAWA TENGAH

Pemberdayaan Sistem Kebersamaan MANAJEMEN

ASPEK
Petani dan Ekonomi (Logis, BERDASARKAN KEMITRAAN
Kelembagaan Ekonomis, Harmonis)

SDM LEMBAGA BUDIDAYA KEUANGAN KEMITRAAN

MENGGUNAKAN

STRATEGI METODE
Berdasarkan akumulasi aset, modal,
keterampilan, gagasan, kebutuhan, dan
komitmen petani

 Petani dikembangkan dalam kesatuan ekonomi PARTISIPATIF


 Kelompok produktif menciptakan wadah kebersamaan ekonomi POD
SPIRIT KEMITRAAN
 Seluruh poktan bekerjasama dalam Koperasi Primer

OUTPUT

Pandai & Kuat dan Profitable dan Hubungan


Produktif dan
Transparan kerjasama
Profesional Berfungsi Berkualitas
harmonis
LEGALITAS FORMAL LEMBAGA

 Akte Notaris : No. 82 Tanggal 30 Juni 2009 Notaris & PPAT Widyastuti, SH di Limpung Kabupaten Batang
 Terdaftar Kantor Kesbangpol dan Linmas Prov. Jawa Tengah No. 220/3210 tanggal 22 Desember 2009
 Terdaftar Depkeu RI Dirjen Pajak Kanwil DJP Jateng I Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batang No. PEM-
02404/WPJ.10/KP-1403/2009
 NPWP : 02.770.000.4-513.000
PENUTUP

“Mengembalikan kedudukan petani sebagai aktor pembangunan, bukan lagi obyek yang mudah diperdaya dan diperas.
Memajukan prinsip kemandirian, kesejahteraan, dan keberlanjutan agar ditegakkan dalam dunia pertanian.”

Sebagai negeri agraris, Indonesia memiliki keunggulan sumber daya pertanian, yakni lahan produktif yang luas (12 juta
hektare/tahun) sebenarnya mampu mendukung swasembada pangan. Sumber daya petani amat besar, terdiri dari 20 juta
keluarga tani, tenaga penyuluh, dan himpunan kerukunan tani.

Namun, kenyataannya Indonesia merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia (2 juta ton/tahun), termasuk
pengimpor kedelai (0,8 juta ton/tahun), jagung (1 juta ton/tahun), gandum (4,5 juta ton/tahun), dan gula (1,6 juta
ton/tahun). Nilai tukar produk pertanian rendah, sedang pasar domestik dikuasai produsen asing, sehingga masyarakat
petani terpinggirkan. Dengan lahan sempit, modal minim, teknologi tertinggal, dan akses pasar terbatas, maka posisi tawar
kaum tani amat lemah. Lembaga tani yang mandul tak dapat mengakses kebijakan pemerintah.

Lemahnya kondisi petani Indonesia merupakan konsekuenasi kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pengusaha
besar dan membiarkan manuver tengkulak. Dalam diri petani sendiri terjangkit rendahnya profesionalisme dan semangat
berjaringan. Lingkungan eksternal berpengaruh lewat gebyar hidup perkotaan, segingga memancing arus urbanisasi dan
gaya hidup konsumtivisme. Selain itu, permainan harga yang mengurangi pendapatan rutin setiap panen. Demikian pula
faktor internasional menekan dengan suasana pasar bebas, politik dumping, dan pemberlakuan hak paten. Bila semua itu
tak diantisipasi dengan arif mungkin terjadi kepunahan kaum tani domestik.

Sumber daya lahan dan populasi petani yang besar mungkin ditinggalkan, atau diserahkan kepada kekuatan kapitalis
global. Jika itu terjadi, dampak kerusakan lingkungan dan keresahan sosial akan merebak. Pangan dan pertanian
merupakan kebutuhan asasi manusia. Jika proses pengadaan pangan tidak diserahkan kepada petani domestik, maka kita
akan bergantung kepada petani mancanegara.
Padahal petani sebagai penyedia pangan nasional berposisi sejajar dengan prajurit TNI/Polri, guru, dan pegawai negeri.
Fungsi ketahanan pangan sama pentingnya dengan ketahanan sosial-politik lainnya, karena itu petani patut mendapat
“gaji” (pendapatan) dan penghargaan memadai. Arah pembangunan pertanian mestinya berdasarkan kesejahteraan
petani dan keadilan sistem pertanian, dengan perangkat undang-undang dan fasilitas kebijakan yang propetani.

Karena itulah, Gerakan Kebangkitan Petani (Gerbang Tani) Jawa Tengah memelopori strategi perjuangan baru dalam
rangka pemberdayaan petani, melalui konsolidasi sistem dan suprastruktur pertanian. Pembelaan pemerintah kepada
petani dilakukan dengan Pembaharuan Kebijakan Pertanahan dan Pertanian (land and agrarian policy reform) berupa:
jaminan penguasaan lahan produktif, subsidi langsung, pembatasan impor pangan, kemudahan akses modal, dan jaminan
keamanan resiko. Disamping itu juga dilakukan revitalisasi lembaga petani, pembenahan tata niaga yang berkeadilan, dan
stabilitas harga berbasiskan kekuatan lumbung desa. Peran dan posisi Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai penjamin
ketersediaan bahan pangan dan stabilisator harga pangan harus diawasi publik.

Pemosisian petani sebagai aktor pembangunan menghajatkan penumbuhan jiwa profesionalisme, dengan penguatan
orientasi pasar dan peningkatan mutu produk. Selain itu, faktor strategis berupa kepastian pemilikan tanah dan hak
permodalan harus dipenuhi dengan dukungan teknologi tepat guna dan jaringan distribusi. Kaum petani gurem mesti
bersatu dengan membentuk syarikat pertanian yang kuat dan mandiri (corporate farming), sehingga mampu menembus
kendala permodalan dan pemasaran.

Dalam mewujudkan cita-cita besar itu, Gerbang Tani Jawa Tengah telah melakukan program pembinaan komunitas petani
secara langsung dengan prinsip keterpaduan, produktivitas, efektivitas, kemandirian, dan kelangsungan sumber daya
daerah. Dukungan tak langsung diberikan dalam bentuk kemitraan usaha dengan mengelola jaringan koperasi konsumen
yang membeli gabah petani, agar terangkat harganya. Program pendampingan dan advokasi kaum tani yang
terlangggar haknya juga diprioritaskan.

Salam Juang Petani !!!


Lampiran – Lampiran
1. Foto Penyuluhan Gerbang Tani Jawa Tengah kepada Petani di Wilayah Provinsi Jawa
Tengah, tahun 2010.
2. Foto Penandatanganan MoU Kerjasama antara Gerbang Tani Jawa Tengah dengan
Organisasi Difable Batang (Penyandang Cacat) dalam rangka pemberdayaan
penyandang cacat di bidang pertanian, tahun 2010.
3. Foto Kunjungan Lapangan Gerbang Tani Jawa Tengah, Mitra Kerja, dan Pemprov Jawa
Tengah, maupun Pemkab Batang. Dan Foto lahan budidaya tanaman Sorghum dan padi
organik di Desa Sukomangli, Rebang – Batang, tahun 2010.
4. Foto Toko dan Gudang Pupuk dan Obat-obatan Pasar Limpung Mitra Gerbang Tani Jawa
Tengah
5. Lokasi Gudang dan Kandang Ayam
6. Foto Eksisting Gudang dan Kandang Ayam Gerbang Tani Jawa Tengah
Foto Penyuluhan Gerbang Tani Jawa Tengah kepada Petani 2010
Foto Penandatanganan MoU Kerjasama antara Gerbang Tani Jawa Tengah dengan Organisasi Difable Batang
(Organisasi Penyandang Cacat se Kabupaten Batang yang beranggotakan 1.200 orang) dalam rangka
pemberdayaan penyandang cacat di bidang pertanian.
Foto Kunjungan Lapangan Mitra Usaha dan Pemprov Jawa Tengah maupun Pemkab Batang di demplot Sorghum.
Foto lahan budidaya tanaman Sorghum dan demplot padi organik di atas lahan 68 hektar.
Foto Toko dan Gudang Pupuk dan Obat – Obatan Pasar Limpung Mitra Gerbang Tani Jawa Tengah
100 m

Keterangan : 50 m
 Gudang : 9 X 15 m
 Kandang A : 7 x 21 m
 Kandang B : 7 x 21 m
 Kandang C : 7 x 21 m
 E : Sumur
Foto Eksisting Gudang dan Kandang Gerbang Tani Jawa Tengah

You might also like