You are on page 1of 12

79

Muhammadiyah Journal of Nursing

Sakiyan1, Elsye Maria Rosa2 Action Research: Hypnotherapy to


2
1
Akper Serulingmas Cilacap Overcome Pain and Anxiety in Colon
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Cancer Patients

ABSTRACT PENDAHULUAN
Hypnoterapi action research on pain Pasien yang mengalami kanker memperlihatkan
management and anxiety based colon cancer
patients in the problems of pain and anxiety adanya stres dan depresi yang ditunjukkan dengan
often expressed by colon cancer patients who perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak
have undergone surgery and is in the process
of chemotherapy, anxiety will increase when puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan
individuals face the threat of a life change dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya,
as a result of disease and duration of the
treatment process. The root of the problem dan merasa tidak berdaya. Kemungkinan terjadinya
in this research is how hypnotherapy reduce gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan,
pain and anxiety in patients with colon
cancer in a surgical disease inpatient unit kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak berharga
RSU Banyumas. Design a qualitative research dialami antara 23%-66% pasien kanker (Hadjam 2000).
approach action research/action research
using Elliot›s Action Research Model, which Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1109 Tahun 2007,
consists of the process of identifying the initial terapi komplementer bisa dilakukan di sarana kesehatan,
idea, searching and analyzing facts about pain
and anxiety, making planning hypnoterapi, Permenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/148/1/2010
action hypnoterapi, evaluate the success or
failure of interventions hypnotherapy, revise terapi komplementer yang bisa digunakan adalah terapi
ideas, the steps are performed in three cycles. hipnosis atau hypnotherapi, berdasarkan ketentuan
Formulation of the problem in this research is
«How to decrease pain and anxiety in patients di atas maka perawat mempunyai kewenangan
with colon cancermafter hypnotherapy in the memberikan hypnoterapi untuk menangani masalah
inpatient surgical disease RSU Banyumas».
Data processing and data interpretation using pasien. Hasil wawancara pada studi pendahuluan di
NVivo software 9.0.204.0. Based on the data dapatkan informasi tentang masalah keperawatan
obtained during the application of the three
cycles of action showed that hypnotherapy yang sering ditemukan pada pasien kanker kolon yang
is effective in reducing pain and anxiety in menjalani kemoterapi adalah nyeri dan kecemasan,
patients with colon cancer who are undergoing
chemotherapy inpatient unit RSU Banyumas. perawat di RSU Banyumas menggunakan intervensi
Decrease in pain every cycle between 4 to 6.3, kolaboratif farmakologis dengan pemberian analgetik
while the average decrease anxiety between 7
to 15.8. Conclusions in hypnotherapy research dan motivasi spiritual untuk mengatasinya, penggunaan
helpful in reducing pain and anxiety of patients hypnosis sangat jarang dilakukan karena merasa belum
who suffer from colon cancer and is undergoing
chemotherapy in RSU Banyumas. menguasai, serta tidak ada standar operasional prosedur
Researchers hope hypnoterapi intervention penerapannya. Penelitian penggunaan hipnosis sebagai
can be arranged with a standard operating
procedure nursing care in the health facilities terapi untuk nyeri dan kecemasan sudah cukup banyak,
and can be learned by nurses through nursing
education curriculum. tetapi sering dianggap belum mampu menjawab keraguan
masyarakat tentang aspek ilmiah dan kecenderungan
Keywords: hypnotherapy, colon cancer, pain,
anxiety. anggapan bahwa hypnosis sebagai terapi bertentangan
80
Muhammadiyah Journal of Nursing

dengan keyakinan kepercayaan/ agama tertentu, lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat.
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk Setelah impuls saraf sampai di otak, otak
menjawab kebutuhan dan keraguan masyarakat mengolah impuls saraf kemudian akan timbul
tersebut. persepsi dari nyeri juga respon reflek protektif
terhadap nyeri.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hypnoterapi 4. Kecemasan
Hipnosis adalah keadaan dimana fungsi Kecemasan adalah kondisi emosional
analitis logis pikiran direduksi sehingga yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh
memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi perasaan-perasaan subyektif seperti ketegangan,
bawah sadar, dalam kondisi ini dimungkinkan ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai
untuk mengakses beragam potensi internal yang dengan aktifnya system syaraf pusat (Heap et al
dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan 2007).
kualitas hidup (Naibaho 2002). Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu potensi stressor, maturasi
2. Tahapan hypnotherapi/ clinical hypnosis /kematangan, status pendidikan, keadaan fisik,
menurut Heap et al (2007). sosial budaya, sosial ekonomi dan pekerjaan,
a. Persiapan pasien lingkungan, umur, jenis kelamin (Stuart 2005).
b. Induksi dan Deepening pasien Kanker Kolon Ada 3 faktor predisposisi
c. Therapy dari cancer colon menurut Marijata (2006),
d. Alerting yaitu kolitis ulceratifa, tumor jinak, poliposis
e. Diskusi posthypnosis familial. Pemeriksaan diagnostik terdiri dari
endoscopy (anoscopy, protocoscopy, flexible
3. Nyeri sigmoidescopy dan colonoscopy, capsule
Keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai endoscopy), imaging (Plain X-ray dan contras,
apapun yang menyakitkan atau tidak nyaman CT-scan, virtula colonoscopy, MRI, Pasitron
yang dikatakan individu (Perry dan Potter 2007). Emission Tomography, Angiography, Endorectal
Stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, dan Endoanal Ultrasound), physiologic and
kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi Pelvic Floor Investigations (Manometry,
kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Neurophsiology, Evaluasi rectal), pemeriksaan
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor laboratorium (perdarahan feces, pemeriksaan
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang feces, Serum tests, Penanda Tumor, Tes DNA).
nyeri, maka akan timbul impuls saraf yang akan Prinsip penanganan pada karsinoma kolon
dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut saraf menurut Marijata (2006) adalah sebagai berikut:
perifer yang akan membawa impuls saraf ada a. Jika tumor secara kinis tidak bisa
dua jenis, yaitu serabut A - delta dan serabut C. dioperasi dengan ditentukan oleh
Impuls saraf akan di bawa sepanjang serabut perluasan area deposit sekunder, maka
saraf sampai ke kornu dorsalis medula spinalis. terapi menggunakan steroid bebas. Terapi
Impuls saraf tersebut akan menyebabkan kornu intravena dengan kemoterapi florourasil
dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). /12 mg perkg BB/ hari untuk 6 hingga 8
Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapsis minggu kemudian 6 mg/ kg BB/ minggu.
dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal b. Jika tumor dapat diangkat seluruhnya
ini memungkinkan impuls saraf ditransmisikan maka operasi dilakukan dengan
81
Muhammadiyah Journal of Nursing

kecurigaan metastase hepar atau tentorial, dependent-self care agent adalah penyedia dari
kemudian dilanjutkan dengan pemberian self care yang melayani bayi, anak, orang dewasa
kemoterapi. yang tergantung (Orem 2001).
c. Jika tumor dipertimbangkan dapat Self care deficit adalah hubunganantara self
disembuhkan dan tidak menimbulkan care agency dengan therapiutic self care demand
obstruksi, maka resekdi harus mencakup dimana self care agency tidak dapat memenuhi
lesi dan sekurang-kurangnya 5 cm usus kebutuhan therapiutic self care demand, hal
di atasnya dan di bawahnya bersama tersebut menjelaskan kenapa keperawatan
mesenterium yang berisi nodus limphatik dibutuhkan (Alligood dan Tomey 2006).
daerah tersebut.
d. Jika tumor potensial sembuh dan METODE PENELITIAN
ada obstruksi maka penting untuk 1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan
membebaskan daerah obstruksi dengan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan
kolostomi proksimal atau sekostomi penelitian tindakan/action research dengan
sebagai tahap operasi pertama, kemudian mengimplementasikan metode hypnotherapi
ditunggu hingga usus berdeflasi daan sebagai upaya penangan nyeri dan kecemasan
pasien kembali fit untuk dilakukan reseksi pada pasien kanker colon yang mendapatkan
definitif. terapi kemoterapi di RSU Banyumas.
e. Jika terjadi peritonitis umum sebagai
akibat perforasi sekum yang sangat 2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian
terdistensi, tumor atau ulcerasi sterkoral ini adalah :
pada tumor, maka sekostomi atau a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
kolostomi merupakan indikasi bersama hypnotherapi pada pasien kanker kolon.
dengan toilet perotoneal dan drainase. b. Variabel terikat pada penelitian ini ada
dua yaitu nyeri dan kecemasan.
5. Teori keperawatan yang terkait dengan nyeri
dan kecemasan Kolcaba (2003) menyebutkan 3. Populasi dan Sampel Penelitian
tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
dorongan (relief) yaitu kondisi resipien yang kanker kolon yang sudah menjalani operasi
membutuhkan kebutuhan yang spesifik pengangkatan kanker dan mendapatkan
dan segera. Ketenteraman (ease) suatu kemoterapi yang mengalami nyeri dan
kondisi yang tenteram atau kepuasan hati kecemasan di RSU Banyumas. Pengambilan
(Transcedence) kondisi dimana individu partisipan menggunakan teknik purposif
mampu mengatasi masalahnya (nyeri). sampling berdasarkan karakteristik bersedia
Orem dalam teorinya menjelaskan tentang menjadi partisipan yang dinyatakan dalam
therapiutic self care demand yaitu tindakan yang lembar persetujuan dan tidak terdapat gangguan
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self komunikasi verbal maupun nonverbal, setelah
care dengan metode dan tindakan yang benar, dilakukan penelitian di dapatkan partisipan
self care agency adalah kemampuan indifidu sebanyak 6 orang.
untuk memberikan perawatan. Self care, self care
agency dibagi menjadi tiga bagian lagi yaitu : 4. Prosedur Pengumpulan dan Analisa Data
agent adalah orang yang memberikan tindakan, Data dikumpulkan dengan wawancara
self care agent adalah penyedia dari self care, mendalam dan observasi partisipan sebelum dan
82
Muhammadiyah Journal of Nursing

sesudah dilakukan hipnotherapi. Pengolahan menginginkan nyeri dan kecemasannya hilang


data menggunakan software Nvivo 9.0.204.0. atau berkurang, pernyataan partisipan seperti
Peneliti melakukan analisa data menggunakan diungkapkan sebagai berikut :
metode interpretasi data Speziale, & Carpenter “Nggih niki sakite, ora mari-mari larane,...mbuh kapan
(2007), langkah-langkah interpretasi tersebut marine, ora bisa turu, nek turu ngimpi ketemu karo
meliputi mendeskripsikan fenomena yang sing wis mati...” /Ya ini sakitnya, tidak sembuh-
diteliti, mengumpulkan deskripsi fenomena sembuh, entah kapan sembuhnya, tidak bisa
melalui pendapat partisipan, membaca seluruh tidur, kalau tidur mimpi ketemu sama orang-
deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh orang yang sudah meninggal (Partisipan terlihat
partisipan, membaca kembali transkrip hasil emosional, mata berkaca-kaca...) (P2).
wawancara dan mengutip pernyataan-pernyataan “Nggih sakit sekali niki, kulo manut sing penting
yang bermakna, meneliti membaca kembali sakitnya saged ical... mantun”/ iya sakit sekali, saya
transkrip hasil wawancara, memilih pernyataan- nurut yang penting nyeri ini bisa hilang....sembuh
pernyataan dalam transkrip yang signifikan (P2).
dan sesuai dengan tujuan khusus penelitian
dan memilih kata kunci pada pernyataan yang 2. Induksi dan Deepening
telah dipilih dengan cara memberikan penanda Proses induksi dan deepening dilakukan
dan kode tujuan khusus, menguraikan arti yang bersama-sama, pada proses hypnoterapi I proses
ada dalam pernyataan-pernyataan signifikan, ini menggunakan metode nafas dalam, pada
peneliti membaca kembali kata kunci yang telah hypnotherapi tahap II menggunakan metode
diidentifikasi dan berusaha menemukan esensi nafas dalam dan metode mata berkedip sedangkan
atau makna dari kata kunci untuk membentuk pada hypnotherapi tahap III menggunakan
kategori, mengorganisir kumpulan-kumpulan metode nafas dalam, metode mata berkedip dan
makna yang terumuskan ke dalam kelompok metode imagery oleh terapis.
tema. Dari hasil penelitian di dapatkan data pada
Peneliti membaca seluruh kategori yang induksi dan deepening siklus 1 partisipan
ada, membandingkan dan mencari persamaan merasakan otot terasa kendor, rileks, nyaman, dan
diantara kategori tersebut, dan pada akhirnya tidak terasa sakitnya, pada induksi dan deepening
mengelompokkan kategori-kategori yang serupa siklus 2 di dapatkan data respon partisipan berupa
ke dalam sub-sub tema, sub tema dan tema. mata semakin lama semakin berat, mengantuk,
tidur, lupa semua sakitnya, muncul rasa nyaman,
HASIL PENELITIAN pada induksi dan deepening siklus 3 di dapatkan
Penelitian ini menghasikan 5 kategori tema data partisipan merasakan berada di pantai, di
yang menjelaskan proses hypnotherapi dan gunung dan di hutan, semuanya merasakan bisa
respon partisipan terhadap hypnotherapi yang tidur, badan terasa nyaman, terasa ringan dan
dilakukan dalam tiga siklus. Kategori tema di hati gembira, hal tersebut diungkapkan partisipan
uraikan berdasarkan tujuan khusus sebagai sebagai berikut :
berikut : “Niku sing tarik nafas...teras otote sami kendo...teras
1. Pra Induksi rileks...ngantos turu... sekeca” / yang tarik nafas,
Proses pre-induksi dilakukan 3 kali yaitu semua otot terasa rileks dan tertidur...nyaman
sebelum induksi hypnoyherapi 1,2 dan 3, hasil (P4).
pre induksi di dapatkan data partisipan mengeluh “...dangu-dangu matane kulo abot terus turu...dadi
adanya nyeri yang dirasakan yaitu sangat nyeri, kelalen kabeh larane, karo penyakite” /....... lama-
nyeri berat dan juga kecemasan. Partisipan kelaman mata saya berat mengantuk terus tidur
83
Muhammadiyah Journal of Nursing

dan saya lupa rasa sakite (P2). menggunakan metode relaksasi, metode perintah
“....rasane mripate tambah abot...tambah ngantuk terus paradoks dan metode pemisahan/ disosiasi.
kulo turu....”/... saya rasakan mata saya semakin Pada proses pemberian sugesti terapi yang
berat, semakin mengantuk terus saya tertidur menggunakan metode relaksasi di dapatkan
(P5). hasil semua partisipan merasakan otot menjadi
“Nggih situasi pas teng gunung” /ya situasi di rileks, badan terasa nyaman, nyeri berkurang,
gunung, “.... Nggih niku wau sedoyo rasane mpun tidak terasa nyeri lagi, nyeri terasa lagi dan sakit
sekeca, ndamelaken pikirane tenang”/ semua rasanya belum hilang. Data tersebut di atas dinyatakan
nyaman, membuat pikiran tenang (P2). partisipan sebagai berikut :
“Niku pas jalan-jalan teng alas...hawane seger...akeh “...otote sedoyo kendo, terus rasane awak kepenak....
wit-wit sing ijo, suara manuk pada moni....rasane mandan mengurangi...ning siki malah krasa maning
kepenak”/ itu pas jalan- jalan di hutan...hawanya larane nang weteng”/ ... otot terasa kendor semua,
segar...banyak pohon-pohon hijau.. suara burung rasanya badan nyaman....agak mengurangi,....
berkicau...rasanya enak di badan (P5). tetapi nyerinya sekarang terasa di perut saya (P2).
“.... rileks, otote kendo, ...Sing pas turu....niku rasane
Dari hasil induksi dan deepening ini tingkat kepenak..” / ya itu... rileks, ototnya kendor, lemas,
kerentanan hypnosis partisipan/ scale of hypnotic yang dalam kondisi tidur (P3).
susceptibility di ukur menggunakan Davis- Pada hypnotherapi tahap II dengan
Husband Scale dan di dapatkan data sebagai menggunakan sugesti terapi yang diberikan
berikut : menggunakan metode relaksasi dan metode
perintah paradoks di dapatkan data pasrtisipan
merasakan badan terasa nyaman, semua rasa
hilang, tenang, tidak terasa sakit. Pernyataan
partisipan sebagai berikut:
“Wau niku sing pas ngitung siji sampai seket, ....,
terus kula mboten kraos napa-napa”/ Tadi itu yang
berhitung satu sampai lima puluh,..., terus tidak
terasa apa-apa (P1).
“Nggih niku sing kula ngitung...genah dadi turu terus
kelalen kabeh....kepenak”/ Iya itu tadi pas menghitung
jadi tertidur terus lupa semuanya. “.....Ya pas turu
Grafik 1. Scale of Hypnotic susceptibility siklus 1: krasane kepenak niku, ora krasa sakite”/ Ya pas tidur
hypnoidal 1-5, Light trance 6-12, Medium trance tadi rasanya enak, tidak terasa sakitnya (P2).
13-20, Deep trance/ Somnabulism 21-30 Pada hypnotherapi tahap III sugesti yang
diberikan menggunakan metode relaksasi,
3. Sugesti terapi metode perintah paradoks dan metode pemisahan/
Proses pemberian sugesti terapi dilakukan disosiasi partisipan yang merasakan melihat
setelah proses induksi dan deepening, pada semua rasa sakit dan kecemasan, memasukannya
proses hypnoterapi I sugesti terapi yang diberikan ke dalam botol, badan menjadi nyaman dan
berupa metode relaksasi, pada hypnotherapi kecemasan hilang, seperti data wawncara berikut
tahap II menggunakan sugesti terapi yang : “Nggih pas weruh sakite terus kulo lebetaken teng
diberikan menggunakan metode relaksasi dan botol terus kulo bucal teng jurang....teras rasane
metode perintah paradoks sedangkan pada awak kepenak...tambah kepenak niku”/ Ya tadi pada
hypnotherapi tahap III sugesti yang diberikan saat melihat rasa sakit saya terus saya masukan
84
Muhammadiyah Journal of Nursing

ke botol terus saya buang ke jurang....setelah itu terjadi pada hypnotherapi tahap 3, rata-rata
rasanya badan saya nyaman...tambah nyaman” penurunan scala nyeri pasca hypnotherapi tahap
(P2) 1 adalah 4, pada hypnotherapi 2 adalah 4,3 dan
“banjur kulo saged weruh werna-werni sakite kulo, pada hypnotherapi 3 sebesar 6,3 ini menunjukan
saged nyekel sakite kulo...lajeng kulo pundhuti... teras bahwa angka rata-rata penurunan nyeri terbanyak
kulo lebokaken teng botol niku....kulo buang teng laut.... pada hypnotherapi tahap 3. Penurunan nyeri juga
kendang adoh pisan...ora keton malih.........bar niku di kemukakan oleh responden sebagai berikut :
kolo raose lega....kepenak awake kulo” /saya juga bisa “Nggih kirang sakite ....Nggih wau pas turu sekeca, ..../
melihat semua rasa sakit dan ketidaknyamanan Iya berkurang sakitnya.... Tadi pas tidur rasanya
saya, saya bisa memegangnya...lalu saya pegang,... nyaman, ...”(P4).
saya masukan ke dalam botol tadi....saya buang “Rasanya enak, sakitnya berkurang, otot tubuh
ke laut....jauh sekali terbawa ombak laut...setelah rileks ya.., di badan terasa semua...”(P6).
itu sata merasa lega...nyaman badan saya (P3). “Nggih alhamdulillah berkurang sanget...” /iya
berkurang,berkurang sekali (P1).
4. Alerting Penurunan nyeri dan kecemasan tergambar
Proses alerting bertujuan untuk membawa dalam grafik berikut :
partisipan kembali ke alam sadar, pada semua
tahap hypnotherapi menggunakan metode
menghitung 1-10, berdasarkan hasil penelitian
di dapatkan data bahwa partisipan menghitung
dan tiap hitungan merasakan badan nyaman,
segar dan hitungan ke sepuluh terbangun. Data
wawancara partisipan pada saat proses alerting
sebagai sebagai berikut:
“....... pas ngitung sampe sepuluh rasane awak kulo
tambah kepenak....terus kulo tangi”/Pada saat
mengantuk dan tidur ya tidak merasakan apa-
apa, pada saat mengitung sampai sepuluh badan
terasa semakin enak.....terus saya bangun (P1).
Grafik 2. Penurunan Nyeri
“Pas ngitung satu sampai sepuluh....teras setiap
hitungan rasane awak tambah seger, kepenak...
lajeng itungan sing kaping sepuluh kulo tangi...” /
ketika menghitung satu sampai sepuluh,...setiap
hitungan badan rasanya segar dan nyaman...terus
saya terbangun ketika hitungan ke sepuluh (P3).

5. Penurunan nyeri dan kecemasan


Penurunan tingkat nyeri dirasakan oleh
semua partisipan setelah proses hypnoterapi
di lakukan terlihat dari penurunan scala nyeri
yang di keluhkan partisipan, walaupun rasa
nyeri muncul lagi sebelum hypnotherapi tahap
berikutnya, penurunan yang paling banyak Grafik 3. Penurunan Kecemasan
85
Muhammadiyah Journal of Nursing

PEMBAHASAN sikap terbuka.


Pada pelaksanaan hypnotherapi peneliti Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
menggunakan komunikasi terapeutik dengan pra induksi diketahui bahwa partisipan
pendekatan interpersonal agar supaya segala mengalami nyeri dan kecemasan. Patisipan yang
sesuatu yang berkaitan dengan nyeri dan mengalami nyeri dalam kategori sangat nyeri
kecemasan partisipan dapat terungkap dan sejumlah 3 orang dan 3 orang mengalami nyeri
kemudian pesan-pesan hynotherapi dapat berat. Sedangkan yang mangalami kecemasan
diterima sehingga akan membawa manfaat/ terdiri dari 5 orang mengalami kecemasan berat
efektif pada nyeri dan kecemasan yang dialami dan 1 orang mengalami kecemasan sedang hal ini
partisipanhal ini sesuai dengan Nurindra (2008), tidak sesuai dengan Perry & Potter (2010), yang
hypnosis adalah suatu seni komunikasi yang menyatakan bahwa lansia cenderung memendam
persuasif untuk membuka pintu gerbang alam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap
sadar seseorang sehingga sugesti bisa di berikan. nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
Sendjaja (2004) juga menyampaikan bahwa dalam mereka takut kalau mengalami penyakit berat
komunikasi interpersonal memliki karakter atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
humanistik yaitu keterbukaan, empati, perilaku Partisipan mengalami kecemasan karena sakit
suportif, perilaku positif. yang tidak kunjung sembuh, nyeri yang dirasakan
Komunikasi interpersonal akan efektif bila yang menyebabkan terjadinya gangguan tidur
memiliki perilaku positif (Sendjaja 2004). Sikap baik kualitas maupun kuantitasnya, cerita orang-
positif dalam komunikasi interpersonal yang orang tentang penderita penyakit kanker yang
peneliti lakukan adalah dengan memandang tidak berumur panjang, kekhawatiran tidak
positif terhadap diri sendiri sehingga yakin akan bisa beribadah dengan sempurna, serta sering
keberhasilan hypnotherapi dan akan menularkan mengalami mimpi buruk.
keyakinan tersebut kepada partisipan, di samping Kecemasan/ansietas adalah perasaan atau
itu peneliti juga senantiasa menjaga perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
positif terhadap partisipan terkait dengan respon disertai respon autonom (sumber seringkali
partisipan pada saat hypnotherapi dan interaksi tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
lainnya sepanjang waktu penelitian. perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
1. Pra Induksi kewaspadaan yang memperingatkan individu
Tahap pra induksi bertujuan untuk akan adanya bahaya yang memampukan individu
mendapatkan data terkait dengan hal-hal yang untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA
dirasakan oleh partisipan, termasuk harapan 2012). Sejalan dengan hal tersebut Perry dan
dan keinginan terhadap penyelesaian masalah Potter (2010) menyatakan bahwa ansietas/ cemas
yang dihadapi. Informasi mengenai hal tersebut meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri
akan dapat diperoleh jika terjadi hubungan bisa menyebabkan seseorang cemas.
saling percaya antara terapis dengan partisipan, Seseorang yang mengalami kecemasan akan
dalam hal ini adalah peneliti dengan partisipan. menunjukan perilaku penurunan produktifitas,
Interaksi antara peneliti dan partisipan dilakukan gelisah, insomnia, kesedihan yang mendalam,
menggunakan pendekatan komunikasi ketakutan, perasaan ketidakberdayaan, bingung,
terapeutik yaitu dengan berhadapan dengan khawatir, rasa tidak percaya diri. Secara fisiologis
partisipan, menampilkan sikap tubuh yang rileks, juga akan nampak ketegangan di wajah, suara
mempertahankan kontak mata, mempertahanan bergetar, peningkatan ketegangan, hal ini
86
Muhammadiyah Journal of Nursing

tentu saja akan berdampak kepada penurunan sugesti therapi, hal ini juga di dukung dengan
kualitas hidup penderitanya (Sovodka 2010). hasil penurunan nyeri dan kecemasan yang
Kondisi ketidaknyamanan ini tentu saja lebih dirasakan pada hypnotherapi siklus 2 dan
membuat partisipan memerlukan bantuan untuk semakin meningkat pada siklus 3, hal ini sesuai
penanganan keperawatan yang sesuai, dan mau dengan Sovodka (2010) bahwa pada kondisi
bekerja sama dalam upaya mengatasi masalah deep trance pasien akan lebih sugestif terhadap
nyeri dan kecemasan yang dihadapi, dengan dasar sugesti therapi. Ada banyak metode yang dapat
inilah maka peneliti membuat suatu perencanaan digunakan dalam rangka untuk induksi dan
untuk melakukan hipnotherapi sebagai upaya deepening dalam hypnotherapi.
penanganan nyeri dan kecemasan yang dialami Ada banyak ragam metode induksi dan
oleh partisipan. deepening tetapi peneliti hanya menggunakan
metode nafas dalam/deepth breathing, metode
2. Induksi dan Deepening membuka dan menutup mata/mata berkedip dan
Induksi adalah merupakan suatu metode metode imagery oleh terapis, hal ini dilakukan
yang digunakan oleh terapis (peneliti) untuk dengan beberapa pertimbangan yaitu untuk
membimbing pasien (partisipan) untuk keseragaman perlakuan, kondisi latar belakang
mengalami suatu trance hypnotheray. Kondisi ini pendidikan partisipan yang sebagian besar
merupakan proses ini terjadi perpindahan pikiran berpendidikan sekolah dasar, mudah karena
pasien dari pikiran sadar (conscious mind) ke tidak banyak perintah yang rumit sehingga tidak
alam pikiran bawah sadar (sub- conscious mind). memerlukan banyak waktu bagi partisipan untuk
Trance hypnosis adalah suatu kondisi kesadaran mencerna, serta karena tidak adanya masukan
dimana bagian kritis pikiran sadar tidak aktif, dan saran dari partisipan pada masing-masing
sehingga partisipan sangat reseptif terhadap metode karena dirasakan sesuai dengan kondisi
sugesti yang diberikan oleh hypnotist (Smeltzer partisipan.
dan Bare 2006).
Deepening merupakan kelanjutan dari induksi 3. Sugesti therapi
yang bertujuan untuk membawa partisipan Sugesti terapi yang di berikan kepada
pada tingkatan trance hypnosis sehingga akan partisipan pada penelitian ini menggunakan
meningkatkan kemampuan partisipan untuk metode relaksasi, perintah paradoks dan
menerima sugesti. Trance hypnosis dibagi pemisahan/disosiasi, pemberian dilakukan ketika
menjadi beberapa tahap berdasarkan Davis- partisipan sudah memasuki kondisi trance, akan
Husband Scale menjadi Hypnoidal, light trance, lebih efektif apabila sampai pada deep trance
medium trance, deep tranceatau somnambulism atau somnabulism karena pada tahap ini kondisi
(Heap et al 2007). mental atau pikiran pasien menjadi sangat
Berdasarkan pengukuran tingkat sugestifitas sugestif (Smeltzer dan Bare 2006).
setelah dilakukan induksi dan deepening Setelah menjalani semua siklus hypnotherapi
diketahui ada perbedan yang cukup tajam di dapatkan data terjadi penurunan nyeri
terkait dengan tingkat sugestifitas pada masing- dan kecemasan pada masing-masing siklus,
masing tahap siklus hypnotherapi, pada siklus 1 penurunan nyeri dalam kisaran 4 sampai 6,3 dan
diketahui rata-rata partisipan masih berada pada penurunan kecemasan pada kisaran 7 sampai
tahap midle trance, sedangkan pada siklus 2 dan 15,8.
siklus 3 partisipan sudah bisa mencapai tahap Rata-rata penurunan nyeri tertinggi pada
deep trance, sehingga lebih sugestif terhadap siklus hypnotherapi 3 yaitu pada angka 6,3,
87
Muhammadiyah Journal of Nursing

hal ini kemungkinan disebabkan karena pada Gunawan (2007) menjelaskan saat seseorang
tahap induksi dan deepening siklus 3 ini semua terhipnosis, fungsi analitis logis pikiran
partsipan bisa memasuki level deep trance yang direduksi sehingga memungkinkan individu
lebih dalam sehingga partisipan lebih sugestif masuk ke dalam kondisi bawah sadar, dimana
terhadap sugesti terapi yang peneliti berikan, tersimpan beragam potensi internal yang dapat
hal ini sesuai dengan Sovodka (2010). Berbeda dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas
dengan penurunan kecemasan yang berdasarkan hidup. Individu yang berada pada kondisi
pengukuran dengan menggunakan HARS hypnotic trance lebih terbuka terhadap sugesti
ternyata di dapatkan penurunan kecemasan angka dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut
rata-rata tertinggi pada siklus 1 disusul siklus 3 berlebih, trauma ataupun rasa sakit. Individu
dan paling sedikit penurunan kecemasan pada yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari
siklus 2, hal ini dimungkinkan karena sebelum apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan
siklus 1 parisipan banyak mengalami gangguan berbagaistimulus yang diberikan oleh terapis.
tidur/ insomnia dan setelah hypnotherapi siklus Kolcaba (2003) menyatakan seseorang
1 partisipan menyatakan bisa tidur walaupun yang mengalami nyeri berarti tidak terpenuhi
masih belum puas tidurnya, hal tersebut dijelaskan kebutuhan rasa nyaman dari partisipan, seseorang
oleh Stuart (2005) dan Sundeen (2007) bahwa yang nyeri akan mencari pertolongan untuk
kecemasan akan menimbulkan respon fisiologis memenuhi kebutuhan rasa nyamannya, dengan
terhadap tubuh, di mana akan menimbulkan hipnosis peneliti dapat memenuhi kebutuhan
respon neuromuscular berupa insomnia, gelisah, rasa nyaman partisipan sejak tahap prainduksi,
wajah tegang, kelemahan umum dll, selain itu yaitu dengan menggali permasalahan yang
hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian melatar belakangi nyeri kemudian membantu
Wahyu dan Arif (2008) yang menyatakan bahwa menyelesaikannya sehingga partisipan merasa
ada hubungan antara kecemasan lansia dengan terbebas dari permasalahan dan tentram (ease),
kecenderungan insomnia di Panti Wredha partisipan juga merasa mampu mengatasi
Dharma Bakti Surakarta. permasalahannya (transendece) karena ada orang
Partisipan mengungkapkan bahwa mereka yang akan membantunya, hal tersebut terbukti
bisa memenuhi kebutuhan tidur mereka dengan saat penelitian, partisipan menyatakan nyerinya
hypnosis, lebih rileks dan nyaman serta tidak berkurang langsung setelah selesai sesi hipnosis,
lagi mengalami mimpi buruk yang mengganggu partisipan juga merasa lebih lega dan lebih segar
kualitas tidur mereka. Hal ini didukung oleh saat terbangun dari hipnosis, partisipan tampak
penelitian Iriana (2014) Analisa menunjukkan lebih bersemangat dan lebih bugar.
ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas Kondisi ketidaknyamanan berupa nyeri
tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas dan kecemasan yang dialami akan membawa
Helvetia Medan Tahun 2013. partisipan untuk mendapatkan tipe-tipe kenya-
Pada Penelitian Schnur et al (2009), menggu- manan didefiniskan sebagai dorongan (relief)
nakan pendekatan RCT dengan menggabungkan berupa kondisi partisipan yang membutuhkan
terapi perilaku (Cognitive-Behavioral Therapy kebutuhan yang spesifik dan segera, ketenteraman
and Hypnosis Intervention/CBTH) pada pasien (ease) yaitu kondisi yang tenteram atau kepuasan
kanker payudara yang menjalani radiotherapi hati dan transcedence yaitu suatu kondisi
di dapatkan hasil bahwa CBTH memiliki potensi dimana individu mampu mengatasi nyeri dan
untuk meningkatkan motivasi dari perempuan kecemasanya.
yang menjalani kanker payudara radioterapi.
88
Muhammadiyah Journal of Nursing

Berdasarkan teori Orem, maka praktek dari Dalam konteks permasalahan nyeri dan
aktivitas yang dimulai individu untuk menjaga kecemasan yang di hadapi oleh partisipan, ketika
kehidupan dan kesehatannya dalam hal ini adalah partisipan berada pada kondisi sangat nyeri,
kegiatan partisipan untuk penanganan masalah nyeri berat, kecemasan berat maka patisipan
nyeri dan kecemasannya disebut self care. Hal berada pada wholly compensatory sehingga
yang dibutuhkan untuk menjaga kegiatan Self membutuhkan secara total pelayanan keperawatan
care adalah self care requisites, yang terdiri untuk mengatasinya, dan hypnotherapi layak
tiga bagian, yaitu universal self care requisites, menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi
developmental self care, health deviation self care masalah nyeri dan kecemasan, ketika sudah
requisites. sampai pada nyeri sedang, kecemasan sedang
Kebutuhan universal self care requisites maka partisipan pada posisi partly compensatory
yaitu kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia system, partisipan hanya membutuhkan sebagian
berupa udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas pelayanan keperawatan, partisipan masih
dan istirahat, menyendiri dan bersosialisasi serta bekerjasama dengan peneliti untuk memenuhi
pencegahan bahaya, sedangkan developmental kebutuhannya, dan pada kondisi ini perawat bisa
self care requisites adalah kebutuhan tumbuh memulai mempertimbangkan untuk memberikan
kembang dari manusia sepanjang perjalanan pembelajaran tentang self hypnotherapi kepada
kehidupan, sedangkan health deviation self care pasien untuk mengatasi masalahnya, ketika
requisites adalah ketika seseorang sakit dan sudah berada pada level nyeri ringan, kecemasan
menggangu fungsi seseorang maka dia akan ringan, partisipan berada pada situasi Supportive
membutuhkan bantuan seseorang (Alligood dan educative system dimana partisipan bisa
Tomey 2006). memenuhi sebagian kebutuhannya namun masih
Berdasarkan data penelitian kebutuhan membutuhkan bimbingan, ketika pasien sudah
universal self care requisites yang belum berada pada kondisi nyeri ringan dan kecemasan
terpenuhi oleh partisipan adalah kebutuhan akan ringan maka pasien sudah bisa melakukan self
istirahat, aktifitas dan pencegahan dari bahaya hypnosis.
nyeri sehingga mendorong health deviation self
care requisite untuk meminta dukungandan 4. Alerting
bantuan orang lain sehingga kebutuhan self care/ Alerting sering disebut juga dengan
menjaga kehidupan dan kesehatannya terpenuhi awakening merupakan tahap akhir dari seluruh
(March et al 2009). proses terapi. Nurindra (2008) menyebutkan
Nursing system dibagi menjadi tiga bagian pengakhiran adalah tahap untuk mengakhiri
yaitu wholly compensatory nursing system hipnotis dan membawa partisipan kembali ke
yaitu orang yang membutuhkan pelayanan kondisi normal. Pada tahap ini pasien perlahan-
keperawatan secara total, Partly compensatory lahan dibangunkan dari tidur hypnosis
system yaitu orang yang membutuhkan pelayan dan mengembalikan sepenuhnya kepada
keperawatan sebagian, perawat dan pasien kesadaran, tahap yang paling menyenangkan
bekerja sama untuk memenuhi kebutuhannya, dari serangkaian tahap hypnotherapi adalah
Supportive educative system, adalah situasi ketika partisipanterbangun, membuka mata dan
dimana pasien dapat memenuhi kebutuhannya tersenyum kepada therapis, hal ini menandakan
namun masih membutuhkan bimbingan (Orem proses hypnosis telah memberikan manfaat
2001). kepada pasien. Pada pelaksanaan alerting pada
3 siklus hypnotherapi peneliti menggunakan
89
Muhammadiyah Journal of Nursing

metode menghitung 1- 10 secara perlahan-lahan dalam, mata berkedip, dan imagery oleh
dengan memberikan ucapan yang menguatkan terapis, sugesti terapi menggunakan
terhadap proses sugesti, hal ini sesuai dengan metode relaksasi dan perintah paradoks,
Sovodca (2010) bahwa untuk mengakhiri dan metode pemisahan/ disosiasi, proses
proses hypnotherapi, seorang therapis boleh alerting/ awakening menggunakan
mengucapkan kata-kata yang semakin membuat metode menghitung satu sampaisepuluh
pasien bersemangat dan yakin bahwa masalahnya diiringi dengan kata-kata penguatan
sudah terselesaikan. Hal yang paling banyak sugesti.
ditemukan adalah ekspresi senyum partisipan, f. Penurunan tingkat nyeri dirasakan oleh
yang menunjukan bahwa nyeri dan kecemasannya semua partisipan setelah hypnoterapi di
berkurang atau hilang. lakukan pada masing-masing siklus.
g. Penurunan tingkat nyeri yang paling
besar dirasakan pada hypnotherapi tahap
PENUTUP 3, rata-rata penurunan scala nyeri pasca
1. Simpulan hypnotherapi siklus 1 adalah 4, pada
Penelitian ini mendapatkan gambaran tentang hypnotherapi siklus 2 adalah 4,3 dan pada
manfaat hypnotherapi untuk mengatasi nyeri hypnotherapi siklus 3 sebesar 6,3.
dan kecemasan pada pasien dengan kanker kolon h. Penurunan tingkat kecemasan dirasakan
yang sedang menjalani kemotherapi, gambaran oleh semua partisipan setelah dilakukan
tersebut sebagai berikut : pada masing-masing siklus.
a. Pemberian hypnoterapi dilakukan tiga i. Pada penurunan kecemasan paling besar
kali/ tiga siklus pada masing- masing terjadi pada siklus 3, dengan rata-rata
partisipan. rata-rata penurunan kecemasan pada
b. Proses hypnotherapi dilakukan melalui hypnotherapi tahap 1 adalah sebanyak
tahap pra induksi, induksi dan deepening, 15,8 pada tahap 2 sebanyak 7, pada tahap
pemberian sugesti terapi dan alerting. hypnotherapi 3 sebanyak 9,83.
c. Hypnoterapi siklus 1 proses induksi
dan depeening menggunakan metode 2. Saran
nafas dalam, proses sugesti terapi Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas,
menggunakan metode relaksasi, proses peneliti memberikan saran sebagai berikut :
alerting/awakening menggunakan metode a. Diharapkan pemberian hypnotherapi
menghitung satu sampai sepuluh diiringi menjadi salah satu intervensi keperawatan
dengan kata-kata penguatan sugesti. yang diatur dengan standar operasional
d. Hypnoterapi siklus 2 proses induksi yang berlaku pada tataran pelayanan
dan depeening menggunakan metode kesehatan.
nafas dalam dan mata berkedip, sugesti b. Penguasaan terapi hypnosis untuk
terapi menggunakan metode relaksasi mengurangi nyeri dan kecemasan
dan perintah paradoks, proses alerting/ hendaknya dimasukan dalam kurikulum
awakening menggunakan metode pendidikan keperawatan sehingga
menghitung satu sampai sepuluh diiringi perawat akan belajar menguasai teknik
dengan kata-kata penguatan sugesti. ketrampilan hypnotherapi mulai dari
e. Hypnoterapi siklus 3 proses induksi dan proses pendidikan.
depeening menggunakan metode nafas
90
Muhammadiyah Journal of Nursing

c. Bagi para perawat, pemberian intervensi Nurindra, Y. (2008). Panduan Self Hypnosis.
hypnotherapi bisa menjadi salah satu Jakarta: www.hipnotis.net.
pilihan untuk menurunkan nyeri dan Naibaho, D. (2002). Karakteristik Penderita
kecemasan. Kanker Kolorectal yang dirawat inap di
d. Perlu penelitian lebih lanjut tentang RSUP H. Adam Malik Medan. Medan:
penggunaan metode-metode hypnothe- USU Repositori.
rapi sebagai salah satu intervensi non Orem, D. (2001). Nursing Concept of Practical. St.
farmakologis pada manajemen nyeri dan Louis: The CV. Mosby Company.
kecemasan. Perry, A. G; Potter , P. A;. (2007). Fundamental of
Nursing (6th ed.). Italy: Elsevier Health
3. Keterbatasan Science Division.
Keterbatasan penelitian terdapat pada Sendjaja, D.S. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi.
distribusi partisipan yang hanya berjenis kelamin Jakarta : Universitas Terbuka
laki-laki sehingga belum diketahui bagaimana Smeltzer, S. C; Bare, B;. (2006). Buku Ajar
manfaat hypnotherapi untuk penurunan nyeri dan Keperawatan Medikal Bedah Brunner
kecemasan pada pasien wanita yang menderita & Suddarth (8 ed., Vol. III). (M. Ester,
kanker kolon dan sedang menjalani kemoterapi Penyunt., A. Hartono, H. Y. Kuncara, E.
S. Siahaan, & A. Waluyo, Penerj.). Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA EGC.
Alligood, MR; Tomey, AM;. (2006). Nursing theory Sovodka, P. (2010). Secret of Hypnotherapy.
utilization & application, third edition. ST Jogjakarta: FlashBooks.
Louis: Mosby, Inc. Speziale, H., Streubert, H., & Carpenter, D.
Hadjam, M. (2000). Tinjauan Psikologis Tentang (2007). Qualitative Research in Nursing.
Kanker. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Advancing the Humanistic Imperative.
UGM. London: Lippincoot Williams & Wilkins.
Heap, Michael; Aravind, Kottiyattil K;. (2007). Stuart, G. W. (2005). Principles and Practice of
Hartland›s Medical and Dental Hypnosis. Psychiatric Nursing. (9th ed.). Canada:
London: Churchill Livingstone. Mosby Elsevier.
March, Angela ; Cormack, Dianne Mc;. (2009). Wahyu, W. Arif, W. (2008). Hubungan antara
Modifying Kolcaba’s Comfort Theory as tingkat kecemasan dengan kecenderungan
an institution. Holistic Nursing Practice, Insomnia Pada Lansia di Panti Whreda
78. Dharma Bakti Mulia. Surakarta; tidak
Marijata. (2006). Pengantar Dasar Bedah Klinis. dipublikasikan
Yogyakarta: UPK- FK UGM.

You might also like