You are on page 1of 40

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

DAYA HANTAR LISTRIK

Nama : Ainul Avida


NIM : 141810301042
Kelompok/Kelas : VI /Kelas B
Fakultas/Jurusan : MIPA/Kimia
Asisten : Ardi Budiyanto

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DHL (daya hantar listrik) dari suatu benda atau zat merupakan kemampuan benda
itu untuk menghantarkan listrik. Daya hantar suatu larutan tergantung dari jumlah ion
yang ada dan kecepatan dari ion pada beda potensial antara kedua elektroda. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan ion adalah berat dan muatan ion, adanya hidrasi,
orientasi atmosfer pelarut, gaya tarik antar ion, temperatur,dan viskositas. Daya hantar
listrik yang dilambangkan dengan “L” sangat erat hubungannya dengan arus listrik,
hambatan listrik dan beda potensial. DHL memiliki hubungan yang berbanding terbalik
dengan hambatan listrik, yakni semakin besar nilai hambatan listrik maka akan semakin
kecil daya hantar listrik suatu zat.
Larutan merupakan campuran homogen dua zat atau lebih yang mana setiap zat
penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri dari pelarut dan zat
terlarut. Zat terlarut dalam larutan biasanya merupakan fraksi yang lebih kecil dari
pelarut dan sebaliknya. Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan
dibedakan menjadi dua macam yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit. Larutan
Elektrolit adalah suatu larutan yang dapat menghantarkan listrik dan nonelektrolit
merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Kemampuan
menghantarkan listrik tersebut karena disosiasi solut (zat terlarut) dalam larutan.
Nilai konduktivitas sering dijadikan salah satu parameter dari kualitas air di dalam
suatu industri, misalnya farmasi. Pengukuran konduktivitas juga digunakan secara
ekstensif untuk memantau kualitas dalam persediaan air publik, di rumah sakit dan
industri yang bergantung pada kualitas air lainnya. Pengukuran konduktivitas listrik
pada suatu fluida dengan menggunakan sensor conductivity di dunia industri berguna
untuk mendeteksi kebocoran zat kimia pada suatu proses yang sedang berjalan.
Percobaan daya hantar listrik ini dilakukan dengan mengamati daya hantar listrik
pada senyawa yang berbeda-beda dengan cara mengukur konduktivitasnya
menggunakan alat konduktometer. Percobaan ini juga mengamati daya hantar listrik
larutan yang sama, tetapi divariasi pada konsentrasi yang berbeda-beda serta
membandingkan daya hantar listrik larutan yang memiliki ion segolongan. Data yang
diperoleh dari pecobaan ini akan dibuat grafik untuk mengetahui hubungan antara daya
hantar listrik dengan konsentrasi larutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dirumuskan masalah berikut ini:
a. Berapa daya hantar listrik berbagai senyawa kimia yang akan diuji?
b. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah:
a. Mengukur daya hantar listrik berbagai senyawa.
b. Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Asam Asetat
Asam asetat merupakan contoh asam lemah dengan rumus molekul dari asam
asetat ini adalah C2H4O2. Nama IUPAC dari asam asetat adalah asam etanoat. Sifat fisik
asam asetat diantaranya yaitu berwujud zat cair yang tidak berwarna, berbau dan berasa
sangat kuat dan tajam serta memiliki massa molar sebesar 60,05 g/mol. Asam asetat ini
termasuk golongan asam karboksilat yang sederhana dan memiliki titik didih pada suhu
118,1°C dan titik lebur pada suhu 16,5°C. Asam asetat memiliki massa jenis 1,05
gram/mL dan dan memiliki pH 2 (asam). Asam asetat berbahaya jika terkena kulit
(iritasi), iritasi mata, tertelan. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan radang pada
kulit dengan ciri-ciri gatal, memerah. Kontak dengan mata harus diperiksa dan dibuka
lensa kontak (jika memakai), segera dibasuh dengan air yang cukup selama 15 menit
menggunakan air yang dingin. Kontak dengan kulit segera dialiri dengan air yang cukup
selama 15 menit dengan air yang dingin (Anonim, 2016).
2.1.2 Akuades
Akuades berwujud cair, tidak berbau dan tidak berwarna. Akuades mempunyai
berat molekul 18,02 g/mol. Akuades mempunyai pH 7 (netral). Titik didih akuades
sebesar 100oC (212F). Akuades mempunyai tekanan uap 2,3kPa pada suhu 20°C dan
mempunyai densitas uap 0,62. Akuades tidak berbahaya apabila terkena kulit, mata,
terhirup maupun tertelan. Akuades tidak korosif untuk kulit dan tidak memyebabkan
iritasi apabila terkena mata. Penanganan khusus apabila terkena akuades tidak ada
(Anonim, 2016).

2.1.3 NaOH
Natium hidroksida (NaOH) memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa
padatan yang tidak berbau dan tidak berasa dengan berat molekul 40 g/mol dan
berwarna putih. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam keadaan
terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3 pada wujud padat.
Bahan ini memiliki titik didih 1388°C dan titik leleh 323°C. NaOH ini memiliki pH
13,5 (basa) dengan titik didih 1388oC dan titik leleh 323oC. NaOH merupakan salah
satu senyawa yang mudah larut dalam air dingin. Penanganan jika terjadi kontak dengan
mata yakni membasuh mata dengan air mengalir dalam keadaan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air
dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Korban pada kasus sistem pernapasan harus
segera dievakuasi ke tempat yang aman. Pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, dan ikat
pinggang, jika sulit bernapas diberikan bantuan oksigen (Anonim, 2016).
2.1.4 HCl
Asam klorida atau HCl berwujud cairan tidak berwana atau kekuningan yang
rasanya sangat asam. HCl memiliki pH 1 sehingga termasuk asam. Titik beku HCl ini
pada suhu yang -46oC dan titik didihnya 51oC. Tekanan uap yang dimiliki HCl sebesar
15 mmHg sedangkan kerapatan uapnya 1,267. HCl tergolong senyawa yang yang
mudah larut dengan air. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi, kemerahan dan
gata-gatal. Kulit segera dicuci dengan air dan sabun. Kontak dengan mata harus segera
menahan kelopak mata terbuka dan dialiri dengan air selama minimal 15 menit. Kontak
dengan sistem pernapasan tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan
laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan
udara segar. HCl jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan
gejala mual, muntah, kram, dan diare (Anonim, 2016).
2.1.5 NaBr
Natrium bromida atau sodium bromide adalah senyawa yang berbentuk padatan
dengan berat molekul 102,91 gra/ mol. NaBr memeiliki pH mencapai 6.5 sampai 8
(basa) jika dilarutkan dalam 1% air. Titik didih dan titik leburnya berturut-turut yaitu
pada suhu 1390 oC atau 2534oF dan 755oC atau 1391 oF. Kelarutannya NaBr dalam air
yaitu 1 gramnya larut dalam 1,1 mL air, larut dalam 16 mL alkohol juga setiap 1
gramnya serta 1 gramnya larut dalam 6 mL methanol. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air
dingin sekurang-kurangnya 15 menit (Anonim, 2016).
2.1.6 NH4OH
NH4OH atau ammonium hidroksida merupakan senyawa yang berwujud cairan,
tidak berwarna dan berbau sangan kuat seperti ammonia. Massa molekul relatifnya
35,05 gram/mol. Titik leburnya yaitu pada suhu -69,2 oC. senyawa ini memiliki tekanan
uap 287.9 kPa pada suhu 20OC. NH4 OH memiliki kadar bau setara dengan 5 sampai 50
ppm ammonia. Senyawa ini termasuk senyawa yang dapat terdisosiasi dalam air.
Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air
mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit
dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Kontak dengan
sistem pernapasan dalam jumlah yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke
tempat yang udaranya lebih segar. Kasus seperti iritasi atau efek yang dihasilkan
semakin parah, sebaiknya segera meminta pertolongan medis (Anonim, 2016).
2.1.7 NH4Cl
Ammonium klorida berwujud solid (padatan) dalam serbuk berwarna putih yang
terasa dingin dan tidak berbau. Massa molekul relatifnya 53,49 gram/mol dan pH nya
5,5 sehingga bersifat asam. Titik didih senyawa ini berada pada 520oC dan titik
leburnya pada suhu 338 oC. NH4Cl larut dalam air dingin, air panas dan methanol.
NH4Cl tidak larut dalam dietil eter dan aseton, hampir tidak larut dalam dietil asetat.
Kelarutan NH4Cl pada etanol yaitu 0,6 gram/100 mL, pada air 29,7 gram/100 mL.
Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air
mengalir dalam keadaan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak
dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit
(Anonim, 2016).
2.1.8 NaCl
Natrium klorida memiliki sifat fisik diantaranya yaitu berwujud kristal padat
berwarna putih, sedikit berbau dan terasa seperti garam. Natrium klorida memiliki berat
molekul 58,44 gram/mol dan pH nya 7 (netral). Natrium klorida dapat terdispersi dalam
air dan larut dalam air dingin, air panas, gliserol dan amonia. NaCl juga sedikit larut
dalam alkohol dan tidak larut dalam asam klorida.Natriun klorida memiliki titik didih
pada suhu 1413˚C dan titik leburnya pada suhu 801˚C. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air mengalir dalam keadaan mata
tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dialiri
dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit (Anonim, 2016).
2.1.9 Minyak tanah
Minyak tanah atau kerosine berwujud zat cair tidak berwarna atau kekuningan.
Minyak tanah tidak stabil karena adanya panas atau percikan api. Minyak tanah
memiliki titik didih pada suhu 149˚C - 325˚C. Minyak tanah merupakan senyawa
hidrokarbon dengan jumlah karbon C10-C15. Tekanan uapnya sebesar 0,1 kPa pada suhu
20˚C dan densitas uapnya 4,5. Minyak tanah tidak larut dalam air dingin dan air panas
tetapi terlarut sebagian dalam pelarut petroleum lainnya. Minyak tanah harus disimpan
dalam tempat yang rapat dan dijaga jauh dari panas. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air
dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Kontak dengan sistem pernapasan dalam jumlah
yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke tempat yang udaranya lebih segar
(Anonim, 2016).
2.2 Dasar Teori
Pengertian dari daya hantar listrik (DHL) yaitu kemampuan suatu penghantar
memindahkan muatan listrik yang besarnya berbanding terbalik dengan hambatan (R).
Daya hantar listrik larutan merupakan ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Istilah daya hantar listrik (konduktivitas) tidak hanya untuk
materi bewujud padat tetapi juga cair maupun larutan. Pemindahan arus listrik
disebabkan oleh perpindahan elektron dari unsur satu ke unsur yang lain, terutama
dalam reaksi kimia seperti reaksi reduksi oksidasi (Alberty, 1992).
Definisi dari larutan elektrolit adalah suatu larutan yang mengandung solut (zat
terlarut) yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik disebut, sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
disebut nonelektrolit. Larutan dapat menghantarkan arus listrik karena terjadi
perpindahan elektron yang terjadi dari tempat satu ke tempat lainnya dengan syarat
terdapat arus listrik yang mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Pemikiran
tersebut dikemukakan oleh Svante August Arrhenius pada tahun 1859-1927 di Swedia.
Pendapat Arrhenius yaitu zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-
partikel berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion.
Peristiwa terurainya zat elektrolit menjadi ion-ionnya merupakan proses ionisasi
(Emerson, 2010).
Larutan elektrolit dibagi menjadi 2 macam yaitu elektrolit kuat dan elektrolit
lemah. Elektrolit kuat memiliki zat terlarut yang terurai sempurna menjadi ion dalam
larutan air atau dalam keadaan lebur. Persenyawaan yang termasuk elektrolit kuat yaitu,
senyawa ion dan senyawa kovalen yang mengion dalam air, misalnya HCl. Zat yang
termasuk elektrolit kuat adalah asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, basa dan garam.
Elektrolit lemah hanya sedikit sekali terurai menjadi ion dalam larutannya. Golongan
elektrolit ini terutama senyawa kovalen yang sedikit sekali mengion dalam air.
Berdasarkan hal tersebut elektrolit lemah merupakan penghantar listrik yang buruk dan
mempunyai derajat disosiasi kecil (Hiskia, 1996).
Kekuatan larutan elektrolit diukur dengan suatu besaran yang disebut derajat
ionisasi (α). Elektrolit kuat memiliki nilai α = 1, artinya semua zat yang dilarutkan
terurai menjadi ion. Elektrolit lemah memiliki nilai α<1, artinya hanya sebagian yang
terurai menjadi ion. Larutan non elektrolit memiliki nilai α = 0, sebab tidak ada yang
terurai menjadi ion (Bird, 1987).
Daya hantar listrik (konduktivitas) memiliki relevansi dengan konsentrasi suatu
larutan yang dapat dituliskan dalam persamaan matematis berikut:
k = C l/A (2.1)
keterangan;
C = konduktansi (ohm-1)
A = Luas elektroda (cm2)
l = Jarak antara elektroda (cm)
k = konduktivitas (ohm-1/cm)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dapat dilakukan dengan cara mengukur konduktivitas larutan tersebut. Konduktansi
dengan nilai 1 mho dalam persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai kemampuan
hantar dari zat cair yang berukuran luas penampang 1 cm2 untuk arus 1 Ampere dengan
tegangan 1 Volt. Konduktansinya lebih besar lagi jika arus yang dapat dihantarkan
lebih besar. Tahanannya akan mengecil jika pada suatu resistor dialirkan arus yang
membesar (Budiman, 2012).
Suhu berpengaruh pada daya hantar listrik, setiap kenaikan suhu 1°C daya hantar
listrik bertambah 2%, oleh karena itu perhitungan DHL distandarkan untuk suhu
tertentu. Suhu yang digunakan standar adalah 25˚C. Pembacaan DHL dikoreksi
pada25˚C dengan menggunakan koreksi untuk setiap 10˚C perbedaan dengan 25˚C,
sehingga:

DHL 25 = DHLt + ∆t x 0,02 . DHLt (2.2)


keterangan;
DHL25 = daya hantar listrik pada suhu air 25˚C
DHLt = daya hantar listrik pada suhu air t˚C
∆t = suhu air ˚C
Daya hantar suatu larutan tergantung dari jumlah ion yang ada dan kecepatan dari ion
pada beda potensial yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan ion
adalah berat dan muatan ion, adanya hidrasi, orientasi atmosfer pelarut, gaya tarik antar
ion, temperature dan viskositas (Taylor, 2009).
Kemampuan hantaran larutan bergantung pada jenis ion, jarak elektroda, luas
kedua elektroda, konsentrasi ion dan suhu. Pengukuran daya hantar berdsarkan pada
salah satu dari dua jenis besaran, yaitu daya hantar jenis dan daya hantar molar.
Potensial elektrode relatif dari elektrode yang digunakan dapat dihitung dengan
mengkombinasikan elektroda dengan elektroda hydrogen standar. Nilai potensial relatif
sama dengan potensial elektroda sebelah kanan dikurangi potensial standar elektrode
sebelah kiri. Hubungan potensial elektrode relatif dituliskan dalam persamaan berikut:

Eo = Eokanan – Eokiri (2.3)


(Alberty, 1992).
Perbedaan potensial yang sama yang dimiliki ujung-ujung tongkat tembaga dan
tongkat kayu yang bentuk geometrinya serupa akan dihasilkan arus listrik yang berbeda.
Arus i untuk semua penampang penghantar, meskipun luas penampang berbeda, arus ini
diperoleh karena muatan harus kekal, muatan tersebut tidak menumpuk terus-menerus
di suatu titik di dalam penghantar tersebut. Karakteristik penghantar yang menyebabkan
hal ini adalah hambatan (resistance). Hambatan dalam sebuah penghantar dirumuskan:
R = V/I (2.4)
keterangan;
R= hambatan (ohm)
V = potensial (volt)
I = arus listrik (Ampere)
(Halliday, 1984).
Arus listrik dapat didefinisikan sebagai arus elektron yang membawa muatan
negatif melewati suatu penghantar. Perpindahan ini dapat terjadi karena diberi beda
potensial antara satu tempat terhadap tempat lain sehingga kemudian arus listrik akan
mengalir dari tempat yang memiliki potensial tinggi ketempat yang berpotensial rendah
(Tim penyusun, 2016).
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas piala 100 mL
- Gelas piala 50 mL
- Pipet volum 15 mL
- Pipet Mohr 10 mL
- Pipet tetes
- Labu ukur 25 mL
- Labu ukur 100 mL
- Gelas ukur 10 mL
- Gelas ukur 50 mL
- Konduktometer
- Spatula
- Botol semprot
- Koduktometer
3.1.2 Bahan
- Minyak tanah
- CH3COOH
- NH4OH
- HCl
- Akuades
- Larutan NaCl
- Kristal NaCl
- NaOH
- NaBr
- NH4Cl
- Asam asetat glasial
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Penentuan daya hantar listrik suatu senyawa
Minyak Tanah

- dimasukkan sebanyak 25 mL kedalam gelas piala 100 mL


- diukur daya hantar listriknya sesuai dengan rangkaian
- ditentukan sifat zat terhadap arus listrik apakah konduktor atau
isolator
- dilakukan langkah yang sama sesuai prosedur pertama sampai ke
tiga untuk bahan asam cuka glasial, akuades, larutan NaCl dan kristal
NaCl
Hasil asam cuka glasial, akuades, larutan NaCl dan kristal NaCl

3.2.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit


CH3COOH

- dibuat 25 mL larutan dengan konsentrasi 0,10 M; 0,15 M; 0,20 M;


0,25 M dan 0.30 M.
- diukur daya hantar listrik masing-masing larutan dan konsentrasinya
- digambarkan grafik daya hantar listrik larutan terhadap konsentrasi
dan
ditentukan mana yang elektrolit kuat dan mana yang elektrolit lemah
- dibandingkan daya hantar listrik kation dan anion dalam satu
golongan
- dilakukan hal yang sama untuk larutan kelompok I yaitu NH4OH,
Hasil
HCl dan
NaOH serta kelompok 2 yaitu NaCl, NaBr, dan NH4Cl
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Daya Hantar Listrik Berbagai Senyawa
No. Senyawa DHL 10-8) Keterangan
1 Minyak tanah 0 Non elektrolit
2 Asam cuka glasial 5,37 Elektrolit
3 Akuades 4,71 Elektrolit
4 Larutan NaCl 94,2 elektrolit
5 Kristal NaCl 0 Non elektrolit

4.1.2 Tabel Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit
a.) Larutan Kelompok 1
CH3COOH NH4OH HCl NaOH
Konse
A L DHL DHL DHL DHL
ntrasi
(10-7) (10-7) (10-5) (10-5)

0,10 5,89 3,60 1,18 0,97

0,15 6,97 4,38 1,41 1,14

0,1413 150 0,20 7,94 4,95 1,56 1,26

0,25 8,44 5,33 1,72 1,30

0,30 9,57 6,17 1,85 1,37

b.) Larutan Kelompok 2


NaCl NH4Cl NaBr
A L Konsentrasi DHL DHL DHL
(10-6) (10-6) (10-6)
0,10 7,42 4,23 3,73
0,1413 150
0,15 8,93 4,62 4,32
0,20 9,85 4,82 4,74

0,25 10,55 5,14 4,93

0,30 11,13 6,35 5,28

Keterangan
A = ½ Luas permukaan bola cm2
L = Panjang (cm)
𝑘̅ = Konduktivitas (ohm-1cm-1)
DHL = Daya hantar listrik (ohm-1)
4.2 Pembahasan
Percobaan keenam pada praktikum kimia fisik II ini yaitu daya hantar listrik yang
bertujuan untuk mengukur daya hantar listrik berbagai senyawa dan melihat pengaruh
konsentrasi terhadap daya hantar listrik pada larutan elektrolit. Daya hantar listrik
merupakan kemampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan listrik yang
nilainya berbanding terbalik dengan hambatan (R), sehingga memiliki satuan Ohm-1.
Percobaan ini terdiri dari dua prosedur utama, prosedur pertama yaitu mengukur daya
hantar listrik beberapa bahan yang tersedia, yaitu minyak tanah, asam asetat glasial,
akuades, larutan NaCl dan kristal NaCl. Prosedur yang kedua yaitu mengukur daya
hantar listrik beberapa larutan yang diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok 1 terdiri dari CH3COOH, NH4OH, HCl dan NaOH. Kelompok 1 merupakan
kelompok larutan asam dan basa. Larutan di kelompok 2 terdiri dari NaCl, NaBr dan
NH4Cl yang merupakan kelompok larutan garam. Setiap larutan diukur daya hantar
listriknya pada konsentrasi yang divariasi, mulai dari 0,1 M; 0,15 M; 0,20M; 0,25 dan
0,30 M. Pengukuran daya hantar listrik larutan dilakukan dengan mengukur
konduktivitas larutan yang diuji dengan menggunakan alat konduktometer.
Prosedur pertama yang dilakukan yaitu pengukuran daya hantar listrik pada
beberapa bahan yang tersedia yaitu minyak tanah, akuades, asam asetat glasial, larutan
NaCl dan kristal NaCl. Pengukuran daya hantar listrik ini dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas menggunakan konduktometer. Konduktometer harus
dikalibrasi dulu menggunakan larutan KCl sebelum digunakan untuk pengukuran.
Kalibrasi menurut dewan standarisasi nasional bertujuan untuk menjaga kondisi
instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. Kalibrasi ini
menggunakan larutan KCl 0,1 M, alasan digunakannya larutan KCl untuk kalibrasi
konduktometer yaitu karena KCl merupakan salah satu garam yang dapat mengion
sempurna dalam bentuk larutannya. KCl juga telah ditetapkan nilai konduktivitasnya
secara internasional dalam beberapa konsentrasi dan suhu tertentu. Tabel konduktivitas
KCl dalam beberapa varian konsentrasi dan suhu dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1. Konduktivitas Larutan KCl (Pratt et al., 2001).


Tahapan yang dilakukan setelah alat terkalibrasi yaitu pengukuran konduktivitas bahan
secara triplo untuk memperoleh data yang akurat. Konduktometer harus dibilas dengan
akuades setiap kali pemakaian untuk pengukuran konduktivitas larutan, tujuannya agar
data yang terukur bukan mewakili konduktivitas larutan yang sebelumnya.
Hasil dari pengukuran konduktivitas pada beberapa bahan menunjukkan bahwa
asam asetat glasial, akuades dan larutan NaCl merupakan larutan elektrolit karena
memiliki konduktivitas ≠ nol. Larutan elektrolit merupakan larutan yang mengandung
ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik yang mana pada percobaan ini ion-ion
tersebut akan menyentuh permukaan elektroda dan terukur sebagai nilai
konduktivitasnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4.1.1 dapat diketahui
bahwa urutan kekuatan larutan elektrolit yang diuji yaitu NaCl>asam asetat
glasial>akuades.
Hasil tersebut sesuai dengan literatur karena NaCl merupakan garam yang akan
mengion sempurna dalam bentuk larutan sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
NaCl(Aq)  Na+(Aq) + Cl-(Aq)
NaCl merupakan senyawa ionik yang terbentuk karena ikatan ion sehingga dapat
mengion sempurna dalam air. Asam asetat glasial (CH3COOH) merupakan asam lemah
yang tidak mengion sempurna menjadi ion H+ dan CH3COO- dalam bentuk larutannya,
artinya masih terdapat molekul asam asetat dalam larutan tersebut atau tidak mengion
semua. Hal tersebut karena CH3COOH merupakan senyawa yang terbentuk karena
ikatan kovalen, namun karena terdapat perbedaan keeletronegatifan antara hidrogen dan
oksigen pada CH3COOH sehingga hidrogen mudah mengalami deprotonasi oleh adanya
air dan lepas menjadi ion hidrogen. Akuades dapat mengion lemah menjadi H+ dan OH-,
tetapi lebih lemah daripada CH3COOH, hal ini didasari oleh nilai konstanta ionisasi
asam (Ka) nya yaitu CH3COOH sebesar 1.75 x 10-5 sedangkan akuades sebesar 1.0 x
10-14 (Kw) (Lide, 2010).
Senyawa yang merupakan non-elektrolit pada percobaan ini yaitu minyak tanah
dan kristal NaCl karena nilai konduktivitasnya sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan
literatur karena menurut effendi (2003), bahan organik (misal glukosa) yang tidak dapat
mengalami disosiasi merupakan penghantar listrik yang jelek sehingga minyak tanah
termasuk dalam golongan non-elektrolit karena merupakan bahan organik. Minyak
tanah merupakan molekul hidrokarbon yang tersusun dari 11-12 atom karbon dan diikat
dengan ikatan kovalen yang bersifat non polar. Karakter ikatan kovalen non polar
adalah sulit untuk terionisasi karena ikatannya sangat kuat sehingga tidak menghasilkan
ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Kristal NaCl berdasarkan hasil percobaan
yaitu tidak dapat menghantarkan listrik karena kristal NaCl ini membentuk kisi kristal
dengan ion-ion tersebut tersusun rapat pada sehingga ion-ionnya tidak bergerak bebas
dan tidak dapat menghantarkan listrik seperti dalam wujud larutannya. Urutan daya
hantar listrik senyawa yang diuji berdasarkan tabel 4.1.1 adalah NaCl, CH3COOH,
akuades, minyak tanah dan akuades.
Prosedur selanjutnya yaitu mengamati pengaruh konsentrasi larutan elektrolit
terhadap daya hantar listriknya. Larutan elektrolit yang diuji ada dua kelompok yaitu
kelompok 1 dan kelompok 2 seperti yang telah dijelaskan diawal. Larutan pada
kelompok 1 diamati pengaruh konsentrasinya terhadap besar daya hantar listrik yang
dihasilkan. Larutan kelompok 1 merupakan larutan elektrolit golongan asam dan basa.
Grafik daya hantar listrik terhadap konsentrasi dari keempat larutan yang diuji adalah
sebagai berikut:
Grafik konsentrasi vs Daya Hantar Listrik Larutan Kelompok 1
0.00002
0 0.1 0.2 0.3 0.4
0.000018

0.000016 y = 2E-05x + 8E-06


R² = 0.9339
0.000014

0.000012
DHL CH3COOH
0.00001

0.000008 DHL HCl

0.000006 DHL NH4OH


0.000004

0.000002

Gambar 2. Grafik daya hantar listrik terhadap konsentrasi larutan


kelompok 1
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa semua larutan dikelompok 1
memiliki trend meningkat artinya semakin besar konsentrasi larutan, maka akan
semakin tinggi pula daya hantar listriknya. Hal ini terjadi karena semakin besar
konsentrasi larutan maka akan semakin banyak jumlah partikel dalam larutan yang
mengion sehingga akan semakin banyak yang dapat menghantarkan arus listrik.
Berdasarkan grafik tersebut pula, dapat diketahui bahwa larutan yang daya hantar
listriknya terbesar berturut-turut yaitu HCl, NaOH, NH4OH dan CH3COOH. Larutan
HCl dan NaOH memiliki daya hantar listrik yang besar karena merupakan asam kuat
dan basa kuat yang dapat mengion sempurna dalam air. HCl mengion menjadi H+ dan
Cl-, sedangkan NaOH terdisosiasi menjadi Na+ dan OH-. Asam klorida (HCl)
merupakan senyawa yang terbentuk karena ikatan kovalen polar, dimana terdapat
perbedaan keelektronegatifan yang cukup besar antara hidrogen (H) dan klorin (Cl)
sehingga akan mudah mengion sempurna dalam air menjadi H+ dan Cl-. Sodium
hidroksida (NaOH) merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan ionik sehingga
mudah terdisosiasi sempurna dalam air menjadi Na+ dan OH-.
Asam asetat (CH3COOH) dan HCl merupakan larutan yang tergolong asam dalam
kelompok 1. Daya hantar listrik yang dihasilkan berdasarkan tabel 4.1.1 terlihat nilai
daya hantar listrik HCl lebih besar daripada daya hantar listrik CH3COOH. Hal tersebut
terjadi karena asam asetat merupakan asam lemah, sedangkan HCl merupakan asam
kuat. Asam lemah seperti CH3COOH hanya dapat mengion sebagian dalam air
membentuk H+ dan CH3COO- , sedangkan HCl merupakan asam kuat yang mengion
sempurna dalam air menjadi H+ dan Cl-. Asam asetat merupakan asam lemah yang
terbentuk karena ikatan kovalen, namun dapat mengion dalam air menjadi H+ dan
CH3COO- karena terdapat perbedaan keelektronegatifan yang cukup besar antara
oksigen dan hidrogen pada CH3COOH. Larutan tersebut masih mengandung molekul
CH3COOH didalamnya sehingga ion yang dapat menghantarkan listrik lebih sedikit.
Faktor lainnya yang membuat daya hantar listrik HCl lebih besar daripada CH3COOH
adalah nilai Ka nya. Tetapan ionisasi asam (Ka) juga dapat digunakan sebagai tolak
ukur perbandingan daya hantar listrik yang dihasilkan, karena nilai Ka merupakan hasil
kali dari ion-ion yang ada dalam larutan, Berdasarkan data yang telah ditabelkan
(Anonim), Ka untuk CH3COOH sebesar 1,75.10-5 sedangkan Ka dari HCl besarnya
1,3.106. Hal tersebut berarti HCl mengion lebih banyak daripada CH3COOH.
Senyawa yang akan dibandingkan daya hantar listriknya selanjutnya yaitu NH4OH
dan NaOH. Ammonium klorida (NH4OH) merupakan basa lemah yang menurut
Sjaifullah (2003) memiliki ikatan ionik yaitu terbentuk dari kation NH4+ dan anion OH-
sehingga dapat terdisosiasi dalam air, namun karena merupakan basa lemah, larutan
tersebut tidak terionisasi sempurna melainkan masih mengandung molekul NH4OH
didalam larutan sehingga daya hantar listriknya rendah. NaOH juga merupakan basa
yang terbentuk karena ikatan ionik menurut Sjaifullah (2003), namun NaOH merupakan
basa kuat yang dapat terdisosiasi sempurna dalam larutannya membentuk ion Na+ dan
Cl- . Hal tersebut yang membuat daya hantar listrik NaOH lebih besar dari NH4OH.
Berdasarkan tabel 4.1.1 dapat diurutkan senyawa dengan daya hantar listrik terbesar
berturut-turut adalah HCl>NaOH> CH3COOH>NH4OH.
Larutan yang diklasifikasikan pada kelompok 2 merupakan larutan elektrolit
golongan garam yaitu NH4Cl, NaCl dan NaBr. Larutan ini diamati daya hantar
listriknya pada konsentrasi yang berbeda-beda. Grafik daya hantar listrik terhadap
konsentrasi dari ketiga larutan yang diuji adalah sebagai berikut:

Grafik konsentrasi vs Daya Hantar Listrik Larutan


Kelompok 2
0.000012

0.00001
y = 1E-05x + 3E-06
0.000008 R² = 0.8692
DHL (Ohm -1)

DHL NaCl
0.000006
DHL NaBr
0.000004
DHL NH4Cl
0.000002

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Konsentrasi (M)

Gambar 3.Grafik konsentrasi larutan kelompok 2


vs daya hantar listriknya
Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi
larutan, akan semakin besar pula daya hantar listriknya karena semakin banyak jumlah
partikel yang mengion dalam air dan menghantarkan listrik. Berdasarkan grafik tersebut
pula dapat diketahui bahwa, larutan elektrolit terkuat berturut-turut yaitu
NaCl>NH4Cl>NaBr. Daya hantar listrik larutan yang diuji diurutkan dari yang terbesar
yaitu NaCl>NH4Cl>NaBr.
Larutan NaCl merupakan garam yang terbentuk dari asam konjugat Na+ dan basa
konjugat Cl-. Keduanya merupakan asam lemah dan basa lemah sehingga akan
membentuk garam yang sifatnya netral. NaCl memiliki daya hantar listrik terbesar
karena dalam air akan terionisasi sempurna menjadi Na+ dan Cl- berdasarkan jenis
ikatan yang dimilikinya yaitu ikatan ionik. Hal tersebut membuat lebih banyak ion-ion
yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan NH4Cl merupakan garam yang terbentuk dari asam konjugat kuat NH4+
dan basa konjugat lemah Cl-. NH4Cl yang dilarutkan dalam air, ion Cl- nya tidak akan
mengalami hidrolisis dengan air, melainkan hanya asam konjugat kuat NH4+ saja yang
mengalami hidrolisis sesuai persamaan reaksi berikut:
NH4+ (Aq)  NH4OH (Aq) + H+ (Aq)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa NH4Cl bersifat asam,
karena menghasilkan proton jika dilarutkan dalam air. NH4Cl tidak semua terionisasi
dalam air sehingga hal ini membuat daya hantar listriknya lebih rendah dari NaCl.
Larutan NaBr merupakan garam yang terbentuk dari asam konjugat lemah Na+
dan basa konjugat kuat Br-. NaBr jika dilarutkan dalam air, ion Br- nya dapat
mengalami hidrolisis dengan air, sesuai persamaan reaksi berikut:
Br- (Aq) + H2O (l)  HBr (Aq) + OH- (Aq)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa NaBr bersifat basa,
karena menghasilkan ion hidroksida jika dilarutkan dalam air. NaBr jika dilarutkan
dalam air tidak berubah menjadi ion-ion smeua, melainkan masih terdapat molekul
NaBr yang tidak terionisasi.
Ammonium klorida (NH4Cl) dan sodium bromida (NaBr) merupakan garam yang
memiliki ion segolongan yaitu klorida dan bromida, NH4Cl memiliki daya hantar listrik
yang lebih besar daripada NaBr. Hal tersebut karena klorin memiliki keelektronegatifan
yang lebih besar daripada bromin sehingga perbedaan keelektronegatifan pada NH4Cl
lebih besar daripada NaBr. Hal tersebut membuat ion klorida lebih mudah terionisasi
daripada bromida.
Penentuan daya hantar listrik (konduktansi) menggunakan alat konduktometer
tidak memperoleh hasil secara langsung karena yang tercatat pada konduktometer
merupakan nilai konduktivitasnya. Arus listrik yang dialirkan pada dua elektroda dalam
suatu larutan, daya hantar listrik larutan tersebut nilainya berbanding lurus dengan luas
permukaan elektroda dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda
(Basset, 1994).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan ini, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Daya hantar listrik suatu senyawa dapat diukur dengan cara mengukur konduktivitas
senyawa tersebut menggunakan alat konduktometer. Konsentrasi suatu larutan akan
mempengaruhi daya hantar listriknya. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka
daya hantar listrik larutan tersebut akan besar juga.
2. Larutan pada kelompok 1 yang memiliki daya hantar listrik terbesar berturut-turut
yaitu HCl> NaOH> CH3COOH> NH4OH sedangkan larutan yang mengandung ion
dalam satu golongan yaitu golongan halida yang memiliki daya hantar listrik
tertinggi adalah NaCl > NH4Cl > NaBr.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti lagi dalam membersihkan konduktometer setelah
pemakaian, agar data yang terbaca bukan merupakan hasil larutan yang sebelumnya
diukur. Pada pengukuran konduktivitas kristal NaCl, sebaiknya praktikan benar-benar
memastikan konduktometer telah kering karena jika masih mengandung akuades akan
membuat nilai konduktivitas kristal NaCl yang terbaca tidak sama dengan nol lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.1992. Kimia Fisika jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet acetic acid.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [diakses pada tanggal 12
Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Ammonium chloride.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946797 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Ammonium hydroxide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=6754332 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Aquadest.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946684 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet chloride acid.
http://www.sciencestuff.com/msds/C1498.html [diakses pada tanggal 12 Oktober
2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Kerosine
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946218 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Sodium bromide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9976898 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Sodium Chloride.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946563 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Sodium hydroxide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 [diakses pada tanggal 12
Oktober 2016]
Anonim. 2004. Conductivity Theory and Practice. France: Radiometer Analytical SAS
Basset, J. et al., 1994. Buku ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bird,T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiman, A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan
Terhadap Laju Pelepasan Material Pada Proses Electrochemical Machining. 1
(1), 1-5
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yoyakarta: Kanisius
Emerson. 2010. Theory and Application of Conductivity, Emerson Process
Management . [serial online].http://www.emerson.com/resource/blob/68442.
Diakses pada 10 Oktober 2016
Halliday, R. 1985. Kimia Fisika edisi ketiga. Bandung: Departemen Fisika Institut
Teknologi Bandung
Hiskia, A. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Lide, D.R. 2010. CRC Handbook of Chemistry and Physics. France: Taylor and Farncis
Publisher
Pratt, K et, al., 2001. Pure Application Chemistry. 73 (11).1783-1793
Sjaifullah, A. 2003. Kimia Dasar untuk Universitas. Jember: Universitas Jember
Taylor, J. 2009. Handspring Puppet Company. Johannesburg: David Krut Publishing
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember: FMIPA Universitas
Jember.

LAMPIRAN- LAMPIRAN
A. Menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa
A=1/2 luas permukaan bola = 0,1413 cm2
= ½ x 4 x 3,14 x 0,152 L = 150 cm
𝐿 = 0,05 x 10-3 s/cm
R=ρ
𝐴
k3 = 0,05 ms/cm
1 1 𝐴
DHL = = x = 0,05 x 10-3 s/cm
𝑅 ρ L
1 k1 + k2 + 𝑘3
Karena = k, maka : 𝑘̅ =
ρ 3
(0,05+0,05+0,05 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
DHL = 𝑘 x
𝐴 𝑘̅ =
L 3

dimana; A = Luas penampung (m2) = 0,05 x 10-3 s/cm


𝐴
L = Panjang (m) DHL = 𝑘 x
L
ρ = Resitivitas (ohm. cm) 0,1413 cm2
-1 -1
DHL = 0,05 x 10-3 s/cm x
k = Konduktivitas (ohm cm ) 150 cm

1. Asam cuka glasial 1 M DHL = 0,05 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-4 cm


k1 = 0,06 ms/cm DHL = 4,71 x 10-8 s

= 0,06 x 10-3 s/cm DHL = 4,71 x 10-8 ohm-1


k2 = 0,06 ms/cm 3. Larutan NaCl 1 M
= 0,06 x 10-3 s/cm k1 = 1,0 ms/cm
k3 = 0,05 ms/cm = 1,0 x 10-3 s/cm
= 0,05 x 10-3 s/cm k2 = 1,0 ms/cm
k1 + k2 + 𝑘3 = 1,0 x 10-3 s/cm
𝑘̅ =
3 k3 = 1,0 ms/cm
(0,06+0,06+0,05 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = = 1,0 x 10-3 s/cm
3
k1 + k2 + 𝑘3
= 0,057 x 10-3 s/cm 𝑘̅ =
3
𝐴
DHL = 𝑘 x (1,0+1,0+1,0 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
L 𝑘̅ =
3
-3 0,1413 cm2
DHL = 0,057 x 10 s/cm x = 1,0 x 10-3 s/cm
150 cm
𝐴
DHL = 0,057 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-4 cm DHL = 𝑘 x
L
DHL = 5,37 x 10-8 s 0,1413 cm2
-8 -1
DHL = 1,0 x 10-3 s/cm x
DHL = 5,37 x 10 ohm 150 cm

2. Akuades DHL = 1,0 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-4 cm


k1 = 0,05 ms/cm DHL = 9,42 x 10-7 s
= 0,05 x 10-3 s/cm DHL = 9,42 x 10-7 ohm-1
k2 = 0,05 ms/cm
B. Mempelajari pengaruh konsentrasi a. HCl 0,1 M
terhadap daya hantar listrik larutan
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
elektrolit
Kelompok 1 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿

1. Pengenceran Larutan CH3COOH 𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿


a. CH3COOH 0,1 M
b. HCl 0,15 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
b. CH3COOH 0,15 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 c. HCl 0,20 M

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿

c. CH3COOH 0,20 M 𝑉1 = 5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 d. HCl 0,25 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
d. CH3COOH 0,25 M 𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
e. HCl 0,3 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
e. CH3COOH 0,3 M
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿

2. Pengenceran Larutan HCl


3. Pengenceran Larutan NaOH 𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿

a. NaOH 0,1 M b. NH4OH 0,15 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿

b. NaOH 0,15 M c. NH4OH 0,20 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿 𝑉1 = 5 𝑚𝐿

c. NaOH 0,20 M d. NH4OH 0,25 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 5 𝑚𝐿 𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿

d. NaOH 0,25 M e. NH4OH 0,3 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿 𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿

e. NaOH 0,3 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿

4. Pengenceran Larutan NH4OH


a. NH4OH 0,1 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
Kelompok 2
1. Pengenceran Larutan NaCl 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
a. NaCl 0,1 M
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
b. NaBr 0,15 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
b. NaCl 0,15 M
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
c. NaBr 0,20 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
c. NaCl 0,20 M
𝑉1 = 5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
d. NaBr 0,25 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 5 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
d. NaCl 0,25 M
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
e. NaBr 0,3 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
e. NaCl 0,3 M
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿

2. Pengenceran Larutan NaBr

a. NaBr 0,1 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
3. Pengenceran Larutan NH4Cl

a. NH4Cl 0,1 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿

b. NH4Cl 0,15 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿

c. NH4Cl 0,20 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 5 𝑚𝐿

d. NH4Cl 0,25 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿

e. NH4Cl 0,3 M

𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
Pengukuran DHL (L) DHL =6,97 x 10-7 s
Kelompok 1 DHL = 6,97 x 10-7 ohm-1

1. Larutan CH3COOH c. CH3COOH 0,20 M

a. CH3COOH 0,1 M k1 = 0,84 ms/cm

k1 = 0,62 ms/cm = 0,84 x 10-3 s/cm

= 0,62 x 10-3 s/cm k2 = 0,84 ms/cm

k2 = 0,63 ms/cm = 0,84 x 10-3 s/cm

= 0,63 x 10-3 s/cm k3 = 0,85 ms/cm

k3 = 0,63 ms/cm = 0,85 x 10-3 s/cm


k1 +k2 + k3
= 0,63 x 10-3 s/cm 𝑘̅ =
3
k1 +k2 + k3
𝑘̅ = (0,84 +0,84 + 0,85 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
3 𝑘̅ =
3
(0,62 +0,63 + 0,63) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = = 0,843 x 10-3 s/cm
3
𝐴
= 0,626 x 10-3 s/cm DHL = 𝑘 x
L
𝐴
DHL = 𝑘 x 0,1413 cm2
L DHL = 0,843 x 10-3 s/cm x
150 cm
0,1413 cm2
DHL = 0,626 x 10-3 s/cm x DHL =7,94 x 10-7 s
150 cm

DHL = 5,89 x 10-7 s DHL = 7,94 x 10-7 ohm-1

DHL = 5,89 x 10-7 ohm-1 d. CH3COOH 0,25 M

b. CH3COOH 0,15 M k1 = 0,90 ms/cm

k1 = 0,74 ms/cm = 0,90 x 10-3 s/cm

= 0,74 x 10-3 s/cm k2 = 0,90 ms/cm

k2 = 0,74 ms/cm = 0,90 x 10-3 s/cm

= 0,74 x 10-3 s/cm k3 = 0,89 ms/cm

k3 = 0,74 ms/cm = 0,89 x 10-3 s/cm


k1 +k2 + k3
= 0,74 x 10-3 s/cm 𝑘̅ =
3
k1 +k2 + k3
𝑘̅ = (0,90 +0,90 + 0,89 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
3 𝑘̅ =
3
(0,74 +0,74 + 0,74 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = = 0,896 x 10-3 s/cm
3
𝐴
= 0,74 x 10-3 s/cm DHL = 𝑘 x
L
𝐴
DHL = 𝑘 x 0,1413 cm2
L DHL = 0,896 x 10-3 s/cm x
150 cm
0,1413 cm2
DHL = 0,74 x 10-3 s/cm x DHL =8,44 x 10-7 s
150 cm
DHL = 8,44 x 10-7 ohm-1 DHL = 3,60 x 10-7 ohm-1
e. CH3COOH 0,30 M b. NH4OH 0,15 M
k1 = 1,02 ms/cm k1 = 0,47 ms/cm
= 1,02 x 10-3 s/cm = 0,47 x 10-3 s/cm
k2 = 1,02 ms/cm k2 = 0,47 ms/cm
= 1,02 x 10-3 s/cm = 0,47 x 10-3 s/cm
k3 = 1,01 ms/cm k3 = 0,46 ms/cm
= 1,01 x 10-3 s/cm = 0,46 x 10-3 s/cm
k1 +k2 + k3 k1 +k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
(1,02 +1,02 + 1,02 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 (0,47 +0,47 + 0,46 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
= 1,016 x 10-3 s/cm = 0,466 x 10-3 s/cm
𝐴 𝐴
DHL = 𝑘 x DHL = 𝑘 x
L L
0,1413 cm2 0,1413 cm2
DHL = 1,016 x 10-3 s/cm x DHL = 0,466 x 10-3 s/cm x
150 cm 150 cm

DHL =9,57 x 10-7 s DHL =4,38 x 10-7 s


DHL = 9,57 x 10-7 ohm-1 DHL = 4,38 x 10-7 ohm-1
2. Larutan NH4OH c. NH4OH 0,20 M
a. NH4OH 0,1 M k1 = 0,53 ms/cm
k1 = 0,39 ms/cm = 0,53 x 10-3 s/cm
-3
= 0,39 x 10 s/cm k2 = 0,53 ms/cm
k2 = 0,38 ms/cm = 0,53 x 10-3 s/cm
= 0,38 x 10-3 s/cm k3 = 0,52 ms/cm
k3 = 0,38 ms/cm = 0,52 x 10-3 s/cm
= 0,38 x 10-3 s/cm k1 +k2 + k3
𝑘̅ =
k1 +k2 + k3 3
𝑘̅ =
3 (0,53 +0,53 + 0,52 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ =
(0,39 +0,38 + 0,38 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 3
𝑘̅ =
3 = 0,526 x 10-3 s/cm
= 0,383 x 10-3 s/cm 𝐴
DHL = 𝑘 x
𝐴 L
DHL = 𝑘 x
L 0,1413 cm2
DHL = 0,526 x 10-3 s/cm x
0,1413 cm2 150 cm
DHL = 0,383 x 10-3 s/cm x
150 cm DHL =4,95 x 10-7 s
DHL =3,60 x 10-7 s DHL = 4,95 x 10-7 ohm-1
d. NH4OH 0,25 M 3. Larutan HCl
k1 = 0,57 ms/cm a. HCl 0,1 M

= 0,57 x 10-3 s/cm k1 = 12,59 ms/cm

k2 = 0,57 ms/cm = 12, 59 x 10-3 s/cm

= 0,57 x 10-3 s/cm k2 = 12,45 ms/cm

k3 = 0,56 ms/cm = 12, 45 x 10-3 s/cm

= 0,56 x 10-3 s/cm k3 = 12,46 ms/cm


k1 +k2 + k3 = 12, 46 x 10-3 s/cm
𝑘̅ =
3 k1 + k2 + k3
𝑘̅ =
(0,57 +0,57 + 0,56 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 3
𝑘̅ =
3 (12,59 +12,45 + 12,46) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ =
= 0,566 x 10-3 s/cm 3
37,5 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚
DHL = 𝑘 x
𝐴 𝑘̅ =
L 3

0,1413 cm2 = 12,50 x 10-3 s/cm


DHL = 0,566 x 10-3 s/cm x
150 cm 𝐴
DHL = 𝑘 x
DHL =5,33 x 10-7 s L
0,1413 cm2
DHL = 5,33 x 10-7 ohm-1 DHL = 12,50 x 10-3 s/cm x
150 cm

DHL = 1,18 x 10-5 s


e. NH4OH 0,30 M
DHL = 1,18 x 10-5 ohm-1
k1 = 0,66 ms/cm
b. HCl 0,15 M
-3
= 0,66 x 10 s/cm
k1 = 14,83 ms/cm
k2 = 0,65 ms/cm
= 14, 83 x 10-3 s/cm
= 0,65 x 10-3 s/cm
k2 = 14,90 ms/cm
k3 = 0,65 ms/cm
= 14,90 x 10-3 s/cm
-3
= 0,65 x 10 s/cm
k3 = 15,05 ms/cm
k1 +k2 + k3
𝑘̅ = = 15,05 x 10-3 s/cm
3
k1 + k2 + k3
𝑘̅ =
(0,66 +0,65 +0,65 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 𝑘̅ =
3 3
(14,83 +14,90 + 15,05) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
= 0,656 x 10-3 s/cm 𝑘̅ =
3
𝐴
DHL = 𝑘 x 44,78 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚
L 𝑘̅ =
3
-3 0,1413 cm2
DHL = 0,656 x 10 s/cm x = 14,93 x 10-3 s/cm
150 cm
𝐴
DHL =6,17 x 10-7 s DHL = 𝑘 x
L
DHL = 6,17 x 10-7 ohm-1
0,1413 cm2 𝐴
DHL = 14,93 x 10-3 s/cm x DHL = 𝑘 x
150 cm L
DHL = 1,41 x 10-5 s DHL = 18,22 x 10-3 s/cm x
0,1413 cm2
150 cm
DHL = 1,41 x 10-5 ohm-1
DHL = 1,72 x 10-5 s
c. HCl 0,20 M
DHL = 1,72 x 10-5 ohm-1
k1 = 16,57 ms/cm
e. HCl 0,30 M
= 16,57 x 10-3 s/cm
k1 = 19,57 ms/cm
k2 = 16,49 ms/cm
= 19,57 x 10-3 s/cm
= 16,49 x 10-3 s/cm
k2 = 19,47 ms/cm
k3 = 16,50 ms/cm
= 19,47x 10-3 s/cm
= 16,50 x 10-3 s/cm
k3 = 20,02 ms/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ = = 20,02 x 10-3 s/cm
3
(16,57+16,49+ 16,50 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
49,56 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚 (19,57 +19,47+ 20,02) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
= 16,52 x 10-3 s/cm 59,06 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ =
3
𝐴
DHL = 𝑘 x = 19,69 x 10-3 s/cm
L
0,1413 cm2 𝐴
DHL = 16,52 x 10-3 s/cm x DHL = 𝑘 x
150 cm L
DHL = 1,56 x 10-5 s DHL = 19,69 x 10-3 s/cm x
0,1413 cm2
150 cm
DHL = 1,56 x 10-5 ohm-1
DHL = 1,85 x 10-5 s
d. HCl 0,25 M
DHL = 1,85 x 10-5 ohm-1
k1 = 18,20 ms/cm
4. Larutan NaOH
= 18,20 x 10-3 s/cm
a. NaOH 0,1 M
k2 = 18,26 ms/cm
k1 = 10,63 ms/cm
= 18,26 x 10-3 s/cm
= 10,63 x 10-3 s/cm
k3 = 18,20 ms/cm
k2 = 10,54 ms/cm
= 18,20 x 10-3 s/cm
= 10,54 x 10-3 s/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = k3 = 10,58 ms/cm
3
(18,20 +18,26+ 18,20) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 = 10,58 x 10-3 s/cm
𝑘̅ =
3 k1 + k2 + k3
𝑘̅ =
54,66 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚 3
𝑘̅ =
3 (10,63 +10,54+ 10,58) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ =
= 18,22 x 10-3 s/cm 3
31,75 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚 (13,43 +13,32+ 13,30) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
-3 40,05 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚
= 10,58 x 10 s/cm
𝑘̅ =
𝐴 3
DHL = 𝑘 x
L = 13,35 x 10-3 s/cm
0,1413 cm2 𝐴
DHL = 10,58 x 10-3 s/cm x DHL = 𝑘 x
150 cm L
-5 0,1413 cm2
DHL = 0,97 x 10 s
DHL = 13,35 x 10-3 s/cm x
150 cm
DHL = 0,97 x 10-5 ohm-1
-5
DHL = 1,25 x 10 s
b. NaOH 0,15 M
DHL = 1,26 x 10-5 ohm-1
k1 = 12,09 ms/cm
d. NaOH 0,25 M
= 12,09 x 10-3 s/cm
k1 = 13,85 ms/cm
k2 = 12,11 ms/cm
= 13,85 x 10-3 s/cm
= 12,11 x 10-3 s/cm
k2 = 13,79 ms/cm
k3 = 12,10 ms/cm
-3
= 13,79 x 10-3 s/cm
= 12,10 x 10 s/cm
k3 = 13,75 ms/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = = 13,75 x 10-3 s/cm
3
(12,09 +12,11+ 12,10) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
36,30 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚 (13,85 +13,79+ 13,75) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
-3 41,39 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚
= 12,10 x 10 s/cm
𝑘̅ =
𝐴 3
DHL = 𝑘 x
L = 13,80 x 10-3 s/cm
0,1413 cm2 𝐴
DHL = 12,10 x 10-3 s/cm x DHL = 𝑘 x
150 cm L
-5 0,1413 cm2
DHL = 1,14 x 10 s
DHL = 13,80 x 10-3 s/cm x
150 cm
DHL = 1,14 x 10-5 ohm-1
-5
DHL = 1,30 x 10 s
c. NaOH 0,20 M
DHL = 1,30 x 10-5 ohm-1
k1 = 13,43 ms/cm
e. NaOH 0,30 M
= 13,43 x 10-3 s/cm
k1 = 14,52 ms/cm
k2 = 13,32 ms/cm
= 14,52 x 10-3 s/cm
= 13,32 x 10-3 s/cm
k2 = 14,53 ms/cm
k3 = 13,30 ms/cm
-3
= 14,53 x 10-3 s/cm
= 13,30 x 10 s/cm
k3 = 14,51 ms/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = = 14,51 x 10-3 s/cm
3
k1 + k2 + k3 = 9,42 x 10-3 s/cm
𝑘̅ =
3
k3 = 9,31 ms/cm
(14,52+14,53+ 14,51) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = = 9,31 x 10-3 s/cm
3
43,56 𝑥 10−3 𝑠/𝑐𝑚 k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
(9,37 +9,42 + 9,31) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
= 14,53 x 10-3 s/cm 𝑘̅ =
3
𝐴
DHL = 𝑘 x = 9,48 x 10-3 s/cm
L
0,1413 cm2 𝐴
DHL = 14,52 x 10-3 s/cm x DHL = 𝑘 x
150 cm L
0,1413 cm2
DHL = 1,37 x 10-5 s DHL = 9,48 x 10-3 s/cm x
150 cm
DHL = 1,37 x 10-5 ohm-1
DHL = 9,48 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
Kelompok 2
DHL = 8,93 x 10-6 s
1. Larutan NaCl
DHL = 8,93 x 10-6 ohm-1
a. NaCl 0,1 M
c. NaCl 0,20 M
k1 = 7,96 ms/cm
k1 = 10,51 ms/cm
= 7,96 x 10-3 s/cm
= 10,51 x 10-3 s/cm
k2 = 7,86 ms/cm
k2 = 10,43 ms/cm
= 7,86 x 10-3 s/cm
= 10,43 x 10-3 s/cm
k3 = 7,82 ms/cm
k3 = 10,46 ms/cm
= 7,82 x 10-3 s/cm
= 10,46 x 10-3 s/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = k1 + k2 + k3
3 𝑘̅ =
3
(7,96 +7,86 + 7,82 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = (10,51 +10,43 + 10,46 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
3 𝑘̅ =
3
= 7,88 x 10-3 s/cm
= 10,46 x 10-3 s/cm
𝐴
DHL = 𝑘 x 𝐴
L DHL = 𝑘 x
0,1413 cm2
L
DHL = 7,88 x 10-3 s/cm x 0,1413 cm2
150 cm
DHL = 10,46 x 10-3 s/cm x
150 cm
DHL = 7,88 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
DHL = 10,46 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
DHL = 7,42 x 10-6 s
-6 -1
DHL = 9,85 x 10-6 s
DHL = 7,42 x 10 ohm
DHL = 9,85 x 10-6 ohm-1
b. NaCl 0,15 M
d. NaCl 0,25 M
k1 = 9,37 ms/cm
k1 = 11,08 ms/cm
= 9,37 x 10-3 s/cm
= 11,08 x 10-3 s/cm
k2 = 9,42 ms/cm
k2 = 11,02 ms/cm k1 = 3,97 ms/cm
= 11,02 x 10-3 s/cm = 3,97 x 10-3 s/cm
k3 = 11,02 ms/cm k2 = 3,97 ms/cm
= 11,02 x 10-3 s/cm = 3,97 x 10-3 s/cm
k1 + k2 + k3 k3 = 3,96 ms/cm
𝑘̅ =
3
= 3,96 x 10-3 s/cm
(11,08 +11,02 + 11,02 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = k1 + k2 + k3
3 𝑘̅ =
3
= 11,20 x 10-3 s/cm
(3,97+3,97 + 3,96 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝐴 𝑘̅ =
DHL = 𝑘 x 3
L -3
= 3,96 x 10 s/cm
-3 0,1413 cm2
DHL = 11,20 x 10 s/cm x 𝐴
150 cm DHL = 𝑘 x
L
DHL = 11,20 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
0,1413 cm2
DHL = 10,55 x 10-6 s DHL = 3,96 x 10-3 s/cm x
150 cm
-6 -1 -3
DHL = 10,55 x 10 ohm DHL = 3,96 x 10 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
e. NaCl 0,30 M DHL = 3,73 x 10-6 s
k1 = 11,82 ms/cm DHL = 3,73 x 10-6 ohm-1
= 11,82 x 10-3 s/cm b. NaBr 0,15 M
k2 = 11,83 ms/cm k1 = 4,57 ms/cm
= 11,83 x 10-3 s/cm = 4,57 x 10-3 s/cm
k3 = 11,82 ms/cm k2 = 4,61 ms/cm
= 11,82 x 10-3 s/cm = 4,61 x 10-3 s/cm
k1 + k2 + k3 k3 = 4,59 ms/cm
𝑘̅ =
3
= 4,59 x 10-3 s/cm
(11,082+11,83 + 11,82 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ = k1 + k2 + k3
3 𝑘̅ =
3
= 11,82 x 10-3 s/cm
(4,57+4,61 + 4,59 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝐴 𝑘̅ =
DHL = 𝑘 x 3
L
= 4,59 x 10-3 s/cm
0,1413 cm2
DHL = 11,82 x 10-3 s/cm x 𝐴
150 cm DHL = 𝑘 x
L
DHL = 11,82 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
0,1413 cm2
DHL = 11,13 x 10 s-6 DHL = 4,59 x 10-3 s/cm x
150 cm

DHL = 11,13 x 10-6 ohm-1 c. DHL = 4,59 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
2. Larutan NaBr DHL = 4,32 x 10-6 s
a. NaBr 0,1 M d.
DHL = 4,32 x 10-6 ohm-1
c. NaBr 0,20 M DHL = 4,93 x 10-6 ohm-1
k1 = 5,03 ms/cm e. NaBr 0,30 M
= 5,03 x 10-3 s/cm k1 = 5,61 ms/cm
k2 = 5,04 ms/cm = 5,61 x 10-3 s/cm
= 5,04 x 10-3 s/cm k2 = 5,63 ms/cm
k3 = 5,04 ms/cm = 5,63 x 10-3 s/cm
= 5,04 x 10-3 s/cm k3 = 5,60 ms/cm
k1 + k2 + k3 = 5,60 x 10-3 s/cm
𝑘̅ =
3
k1 + k2 + k3
(5,03 +5,04 + 5,04 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 𝑘̅ =
𝑘̅ = 3
3
(5,601+5,603 + 5,60 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
= 5,03 x 10 -3
s/cm 𝑘̅ =
3
𝐴 = 5,61 x 10-3 s/cm
DHL = 𝑘 x
L
𝐴
0,1413 cm2 DHL = 𝑘 x
DHL 5,03 x 10-3 s/cm x L
150 cm
0,1413 cm2
DHL = 5,03 x 10 -3
s/cm x 9,42 . 10 cm-6 DHL = 5,61 x 10-3 s/cm x
150 cm

DHL = 4,74 x 10-6 s DHL = 5,61 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm


DHL = 4,74 x 10-6 ohm-1 DHL = 5,28 x 10-6 s
e.
d. NaBr 0,25 M DHL = 5,28 x 10-6 ohm-1
k1 = 5,22 ms/cm 3. Larutan NH4Cl
= 5,22 x 10-3 s/cm 4. NH4Cl 0,1 M

k2 = 5,25 ms/cm k1 = 4,49 ms/cm

= 5,25 x 10-3 s/cm = 4,49 x 10-3 s/cm

k3 = 5,22 ms/cm k2 = 4,48 ms/cm

= 5,22 x 10-3 s/cm = 4,48 x 10-3 s/cm


k1 + k2 + k3 k3 = 4,49 ms/cm
𝑘̅ =
3 = 4,49 x 10-3 s/cm
(5,22+5,25 + 5,22 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3
-3
= 5,23 x 10 s/cm (4,49 +4,48 + 4,49 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
𝑘̅ =
𝐴 3
DHL = 𝑘 x
L = 4,49 x 10-3 s/cm
0,1413 cm2
DHL = 5,23 x 10-3 s/cm x 𝐴
150 cm DHL = 𝑘 x
L
-3 -6
DHL = 5,23 x 10 s/cm x 9,42 . 10 cm 0,1413 cm2
DHL = 4,49 x 10-3 s/cm x
DHL = 4,93 x 10-6 s 150 cm
DHL = 4,49 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm DHL = 5,12 x 10-3 s/cm x
0,1413 cm2
150 cm
DHL = 4,23 x 10-6 s
-6 -1
DHL = 5,12 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
DHL = 4,23 x 10 ohm
DHL = 4,82 x 10-6 s
5. NH4Cl 0,15 M f.
DHL = 4,82 x 10-6 ohm-1
k1 = 4,92 ms/cm
7. NH4Cl 0,25 M
= 4,92 x 10-3 s/cm
k1 = 5,47 ms/cm
k2 = 4,95 ms/cm
= 5,47 x 10-3 s/cm
= 4,95 x 10-3 s/cm
k2 = 5,48 ms/cm
k3 = 4,87 ms/cm
-3
= 5,48 x 10-3 s/cm
= 4,91 x 10 s/cm
k3 = 5,43 ms/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = = 5,43 x 10-3 s/cm
3
(4,92 +4,95 + 4,87 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3

= 4,91 x 10-3 s/cm (5,47 +5,48 + 5,43 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚


𝑘̅ =
3
𝐴
DHL = 𝑘 x = 5,46 x 10-3 s/cm
L
0,1413 cm2 𝐴
DHL = 4,91 x 10-3 s/cm x DHL = 𝑘 x
150 cm L
-3 -6 0,1413 cm2
DHL = 4,91 x 10 s/cm x 9,42 . 10 cm DHL = 5,46 x 10-3 s/cm x
150 cm
DHL = 4,62 x 10-6 s
-6 -1
DHL = 5,46 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
DHL = 4,62 x 10 ohm
DHL = 5,14 x 10-6 s
6. NH4Cl 0,20 M g.
DHL = 5,14 x 10-6 ohm-1
k1 = 5,16 ms/cm
8. NH4Cl 0,30 M
= 5,16 x 10-3 s/cm
k1 = 6,71 ms/cm
k2 = 5,11 ms/cm
-3
= 6,71 x 10-3 s/cm
= 5,11 x 10 s/cm
k2 = 6,72 ms/cm
k3 = 5,10 ms/cm
-3
= 6,72 x 10-3 s/cm
= 5,10 x 10 s/cm
k3 = 6,79 ms/cm
k1 + k2 + k3
𝑘̅ = = 6,79 x 10-3 s/cm
3
(5,16 +5,11 + 5,10) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 k1 + k2 + k3
𝑘̅ = 𝑘̅ =
3 3

= 5,12 x 10-3 s/cm (6,71 +6,712+ 6,79 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚


𝑘̅ =
3
𝐴
DHL = 𝑘 x = 6,74 x 10-3 s/cm
L
𝐴
DHL = 𝑘 x
L
0,1413 cm2
DHL = 6,74 x 10-3 s/cm x
150 cm

DHL = 6,74 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm


DHL = 6,35 x 10-6 s
DHL = 6,35 x 10-6 ohm-1
C. Kurva Kalibrasi
1. Kelompok A
Daya Hantar Listrik (DLH)
Konsentrasi
CH3COOH HN4OH HCl NaOH

0,10 5,89 x 10-7 3,60 x 10-7 1,18 x 10-5 0,97 x 10-5

0,15 6,97 x 10-7 4,38 x 10-7 1,41 x 10-5 1,14 x 10-5

0,20 7,94 x 10-7 4,95 x 10-7 1,56 x 10-5 1,26 x 10-5

0,25 8,44 x 10-7 5,33 x 10-7 1,72 x 10-5 1,30 x 10-5

0,30 9,57 x 10-7 6,17 x 10-7 1,85 x 10-5 1,37 x 10-5

Grafik Kelompok A

Grafik konsentrasi vs Daya Hantar Listrik Larutan Kelompok 1


0.00002
0 0.1 0.2 0.3 0.4
0.000018

0.000016 y = 2E-05x + 8E-06


R² = 0.9339
0.000014

0.000012
DHL CH3COOH
0.00001

0.000008 DHL HCl

0.000006 DHL NH4OH


0.000004

0.000002

2. Kelompok B
Daya Hantar Listrik (DLH)
Konsentrasi
NaCl NaBr NH4Cl
0,10 7,42 x 10-6 3,73 x 10-6 4,23 x 10-6

0,15 8,93 x 10-6 4,32 x 10-6 4,62 x 10-6

0,20 9,85 x 10-6 4,74 x 10-6 5,12 x 10-6

0,25 10,55 x 10-6 4,93 x 10-6 5,14 x 10-6

0,30 11,13 x 10-6 5,28 x 10-6 6,35 x 10-6

Grafik Kelompok B

Grafik konsentrasi vs Daya Hantar Listrik Larutan


Kelompok 2
0.000012

0.00001
y = 1E-05x + 3E-06
0.000008 R² = 0.8692
DHL (Ohm -1)

DHL NaCl
0.000006

DHL NaBr
0.000004
DHL NH4Cl
0.000002

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Konsentrasi (M)

You might also like