Professional Documents
Culture Documents
2.1.3 NaOH
Natium hidroksida (NaOH) memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa
padatan yang tidak berbau dan tidak berasa dengan berat molekul 40 g/mol dan
berwarna putih. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam keadaan
terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3 pada wujud padat.
Bahan ini memiliki titik didih 1388°C dan titik leleh 323°C. NaOH ini memiliki pH
13,5 (basa) dengan titik didih 1388oC dan titik leleh 323oC. NaOH merupakan salah
satu senyawa yang mudah larut dalam air dingin. Penanganan jika terjadi kontak dengan
mata yakni membasuh mata dengan air mengalir dalam keadaan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air
dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Korban pada kasus sistem pernapasan harus
segera dievakuasi ke tempat yang aman. Pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, dan ikat
pinggang, jika sulit bernapas diberikan bantuan oksigen (Anonim, 2016).
2.1.4 HCl
Asam klorida atau HCl berwujud cairan tidak berwana atau kekuningan yang
rasanya sangat asam. HCl memiliki pH 1 sehingga termasuk asam. Titik beku HCl ini
pada suhu yang -46oC dan titik didihnya 51oC. Tekanan uap yang dimiliki HCl sebesar
15 mmHg sedangkan kerapatan uapnya 1,267. HCl tergolong senyawa yang yang
mudah larut dengan air. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi, kemerahan dan
gata-gatal. Kulit segera dicuci dengan air dan sabun. Kontak dengan mata harus segera
menahan kelopak mata terbuka dan dialiri dengan air selama minimal 15 menit. Kontak
dengan sistem pernapasan tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan
laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan
udara segar. HCl jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan
gejala mual, muntah, kram, dan diare (Anonim, 2016).
2.1.5 NaBr
Natrium bromida atau sodium bromide adalah senyawa yang berbentuk padatan
dengan berat molekul 102,91 gra/ mol. NaBr memeiliki pH mencapai 6.5 sampai 8
(basa) jika dilarutkan dalam 1% air. Titik didih dan titik leburnya berturut-turut yaitu
pada suhu 1390 oC atau 2534oF dan 755oC atau 1391 oF. Kelarutannya NaBr dalam air
yaitu 1 gramnya larut dalam 1,1 mL air, larut dalam 16 mL alkohol juga setiap 1
gramnya serta 1 gramnya larut dalam 6 mL methanol. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air
dingin sekurang-kurangnya 15 menit (Anonim, 2016).
2.1.6 NH4OH
NH4OH atau ammonium hidroksida merupakan senyawa yang berwujud cairan,
tidak berwarna dan berbau sangan kuat seperti ammonia. Massa molekul relatifnya
35,05 gram/mol. Titik leburnya yaitu pada suhu -69,2 oC. senyawa ini memiliki tekanan
uap 287.9 kPa pada suhu 20OC. NH4 OH memiliki kadar bau setara dengan 5 sampai 50
ppm ammonia. Senyawa ini termasuk senyawa yang dapat terdisosiasi dalam air.
Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air
mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit
dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Kontak dengan
sistem pernapasan dalam jumlah yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke
tempat yang udaranya lebih segar. Kasus seperti iritasi atau efek yang dihasilkan
semakin parah, sebaiknya segera meminta pertolongan medis (Anonim, 2016).
2.1.7 NH4Cl
Ammonium klorida berwujud solid (padatan) dalam serbuk berwarna putih yang
terasa dingin dan tidak berbau. Massa molekul relatifnya 53,49 gram/mol dan pH nya
5,5 sehingga bersifat asam. Titik didih senyawa ini berada pada 520oC dan titik
leburnya pada suhu 338 oC. NH4Cl larut dalam air dingin, air panas dan methanol.
NH4Cl tidak larut dalam dietil eter dan aseton, hampir tidak larut dalam dietil asetat.
Kelarutan NH4Cl pada etanol yaitu 0,6 gram/100 mL, pada air 29,7 gram/100 mL.
Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air
mengalir dalam keadaan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak
dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit
(Anonim, 2016).
2.1.8 NaCl
Natrium klorida memiliki sifat fisik diantaranya yaitu berwujud kristal padat
berwarna putih, sedikit berbau dan terasa seperti garam. Natrium klorida memiliki berat
molekul 58,44 gram/mol dan pH nya 7 (netral). Natrium klorida dapat terdispersi dalam
air dan larut dalam air dingin, air panas, gliserol dan amonia. NaCl juga sedikit larut
dalam alkohol dan tidak larut dalam asam klorida.Natriun klorida memiliki titik didih
pada suhu 1413˚C dan titik leburnya pada suhu 801˚C. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air mengalir dalam keadaan mata
tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dialiri
dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit (Anonim, 2016).
2.1.9 Minyak tanah
Minyak tanah atau kerosine berwujud zat cair tidak berwarna atau kekuningan.
Minyak tanah tidak stabil karena adanya panas atau percikan api. Minyak tanah
memiliki titik didih pada suhu 149˚C - 325˚C. Minyak tanah merupakan senyawa
hidrokarbon dengan jumlah karbon C10-C15. Tekanan uapnya sebesar 0,1 kPa pada suhu
20˚C dan densitas uapnya 4,5. Minyak tanah tidak larut dalam air dingin dan air panas
tetapi terlarut sebagian dalam pelarut petroleum lainnya. Minyak tanah harus disimpan
dalam tempat yang rapat dan dijaga jauh dari panas. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata yakni dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus
menerus dalam waktu 15 menit. Kontak dengan kulit dapat segera dibasuh dengan air
dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Kontak dengan sistem pernapasan dalam jumlah
yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke tempat yang udaranya lebih segar
(Anonim, 2016).
2.2 Dasar Teori
Pengertian dari daya hantar listrik (DHL) yaitu kemampuan suatu penghantar
memindahkan muatan listrik yang besarnya berbanding terbalik dengan hambatan (R).
Daya hantar listrik larutan merupakan ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Istilah daya hantar listrik (konduktivitas) tidak hanya untuk
materi bewujud padat tetapi juga cair maupun larutan. Pemindahan arus listrik
disebabkan oleh perpindahan elektron dari unsur satu ke unsur yang lain, terutama
dalam reaksi kimia seperti reaksi reduksi oksidasi (Alberty, 1992).
Definisi dari larutan elektrolit adalah suatu larutan yang mengandung solut (zat
terlarut) yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik disebut, sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
disebut nonelektrolit. Larutan dapat menghantarkan arus listrik karena terjadi
perpindahan elektron yang terjadi dari tempat satu ke tempat lainnya dengan syarat
terdapat arus listrik yang mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Pemikiran
tersebut dikemukakan oleh Svante August Arrhenius pada tahun 1859-1927 di Swedia.
Pendapat Arrhenius yaitu zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-
partikel berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion.
Peristiwa terurainya zat elektrolit menjadi ion-ionnya merupakan proses ionisasi
(Emerson, 2010).
Larutan elektrolit dibagi menjadi 2 macam yaitu elektrolit kuat dan elektrolit
lemah. Elektrolit kuat memiliki zat terlarut yang terurai sempurna menjadi ion dalam
larutan air atau dalam keadaan lebur. Persenyawaan yang termasuk elektrolit kuat yaitu,
senyawa ion dan senyawa kovalen yang mengion dalam air, misalnya HCl. Zat yang
termasuk elektrolit kuat adalah asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, basa dan garam.
Elektrolit lemah hanya sedikit sekali terurai menjadi ion dalam larutannya. Golongan
elektrolit ini terutama senyawa kovalen yang sedikit sekali mengion dalam air.
Berdasarkan hal tersebut elektrolit lemah merupakan penghantar listrik yang buruk dan
mempunyai derajat disosiasi kecil (Hiskia, 1996).
Kekuatan larutan elektrolit diukur dengan suatu besaran yang disebut derajat
ionisasi (α). Elektrolit kuat memiliki nilai α = 1, artinya semua zat yang dilarutkan
terurai menjadi ion. Elektrolit lemah memiliki nilai α<1, artinya hanya sebagian yang
terurai menjadi ion. Larutan non elektrolit memiliki nilai α = 0, sebab tidak ada yang
terurai menjadi ion (Bird, 1987).
Daya hantar listrik (konduktivitas) memiliki relevansi dengan konsentrasi suatu
larutan yang dapat dituliskan dalam persamaan matematis berikut:
k = C l/A (2.1)
keterangan;
C = konduktansi (ohm-1)
A = Luas elektroda (cm2)
l = Jarak antara elektroda (cm)
k = konduktivitas (ohm-1/cm)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dapat dilakukan dengan cara mengukur konduktivitas larutan tersebut. Konduktansi
dengan nilai 1 mho dalam persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai kemampuan
hantar dari zat cair yang berukuran luas penampang 1 cm2 untuk arus 1 Ampere dengan
tegangan 1 Volt. Konduktansinya lebih besar lagi jika arus yang dapat dihantarkan
lebih besar. Tahanannya akan mengecil jika pada suatu resistor dialirkan arus yang
membesar (Budiman, 2012).
Suhu berpengaruh pada daya hantar listrik, setiap kenaikan suhu 1°C daya hantar
listrik bertambah 2%, oleh karena itu perhitungan DHL distandarkan untuk suhu
tertentu. Suhu yang digunakan standar adalah 25˚C. Pembacaan DHL dikoreksi
pada25˚C dengan menggunakan koreksi untuk setiap 10˚C perbedaan dengan 25˚C,
sehingga:
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Daya Hantar Listrik Berbagai Senyawa
No. Senyawa DHL 10-8) Keterangan
1 Minyak tanah 0 Non elektrolit
2 Asam cuka glasial 5,37 Elektrolit
3 Akuades 4,71 Elektrolit
4 Larutan NaCl 94,2 elektrolit
5 Kristal NaCl 0 Non elektrolit
4.1.2 Tabel Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit
a.) Larutan Kelompok 1
CH3COOH NH4OH HCl NaOH
Konse
A L DHL DHL DHL DHL
ntrasi
(10-7) (10-7) (10-5) (10-5)
Keterangan
A = ½ Luas permukaan bola cm2
L = Panjang (cm)
𝑘̅ = Konduktivitas (ohm-1cm-1)
DHL = Daya hantar listrik (ohm-1)
4.2 Pembahasan
Percobaan keenam pada praktikum kimia fisik II ini yaitu daya hantar listrik yang
bertujuan untuk mengukur daya hantar listrik berbagai senyawa dan melihat pengaruh
konsentrasi terhadap daya hantar listrik pada larutan elektrolit. Daya hantar listrik
merupakan kemampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan listrik yang
nilainya berbanding terbalik dengan hambatan (R), sehingga memiliki satuan Ohm-1.
Percobaan ini terdiri dari dua prosedur utama, prosedur pertama yaitu mengukur daya
hantar listrik beberapa bahan yang tersedia, yaitu minyak tanah, asam asetat glasial,
akuades, larutan NaCl dan kristal NaCl. Prosedur yang kedua yaitu mengukur daya
hantar listrik beberapa larutan yang diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok 1 terdiri dari CH3COOH, NH4OH, HCl dan NaOH. Kelompok 1 merupakan
kelompok larutan asam dan basa. Larutan di kelompok 2 terdiri dari NaCl, NaBr dan
NH4Cl yang merupakan kelompok larutan garam. Setiap larutan diukur daya hantar
listriknya pada konsentrasi yang divariasi, mulai dari 0,1 M; 0,15 M; 0,20M; 0,25 dan
0,30 M. Pengukuran daya hantar listrik larutan dilakukan dengan mengukur
konduktivitas larutan yang diuji dengan menggunakan alat konduktometer.
Prosedur pertama yang dilakukan yaitu pengukuran daya hantar listrik pada
beberapa bahan yang tersedia yaitu minyak tanah, akuades, asam asetat glasial, larutan
NaCl dan kristal NaCl. Pengukuran daya hantar listrik ini dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas menggunakan konduktometer. Konduktometer harus
dikalibrasi dulu menggunakan larutan KCl sebelum digunakan untuk pengukuran.
Kalibrasi menurut dewan standarisasi nasional bertujuan untuk menjaga kondisi
instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. Kalibrasi ini
menggunakan larutan KCl 0,1 M, alasan digunakannya larutan KCl untuk kalibrasi
konduktometer yaitu karena KCl merupakan salah satu garam yang dapat mengion
sempurna dalam bentuk larutannya. KCl juga telah ditetapkan nilai konduktivitasnya
secara internasional dalam beberapa konsentrasi dan suhu tertentu. Tabel konduktivitas
KCl dalam beberapa varian konsentrasi dan suhu dapat dilihat sebagai berikut:
0.000012
DHL CH3COOH
0.00001
0.000002
0.00001
y = 1E-05x + 3E-06
0.000008 R² = 0.8692
DHL (Ohm -1)
DHL NaCl
0.000006
DHL NaBr
0.000004
DHL NH4Cl
0.000002
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Konsentrasi (M)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan ini, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Daya hantar listrik suatu senyawa dapat diukur dengan cara mengukur konduktivitas
senyawa tersebut menggunakan alat konduktometer. Konsentrasi suatu larutan akan
mempengaruhi daya hantar listriknya. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka
daya hantar listrik larutan tersebut akan besar juga.
2. Larutan pada kelompok 1 yang memiliki daya hantar listrik terbesar berturut-turut
yaitu HCl> NaOH> CH3COOH> NH4OH sedangkan larutan yang mengandung ion
dalam satu golongan yaitu golongan halida yang memiliki daya hantar listrik
tertinggi adalah NaCl > NH4Cl > NaBr.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti lagi dalam membersihkan konduktometer setelah
pemakaian, agar data yang terbaca bukan merupakan hasil larutan yang sebelumnya
diukur. Pada pengukuran konduktivitas kristal NaCl, sebaiknya praktikan benar-benar
memastikan konduktometer telah kering karena jika masih mengandung akuades akan
membuat nilai konduktivitas kristal NaCl yang terbaca tidak sama dengan nol lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.1992. Kimia Fisika jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet acetic acid.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [diakses pada tanggal 12
Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Ammonium chloride.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946797 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Ammonium hydroxide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=6754332 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Aquadest.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946684 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet chloride acid.
http://www.sciencestuff.com/msds/C1498.html [diakses pada tanggal 12 Oktober
2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Kerosine
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946218 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Sodium bromide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9976898 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Sodium Chloride.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9946563 [diakses pada tanggal
12 Oktober 2016]
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet Sodium hydroxide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 [diakses pada tanggal 12
Oktober 2016]
Anonim. 2004. Conductivity Theory and Practice. France: Radiometer Analytical SAS
Basset, J. et al., 1994. Buku ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bird,T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiman, A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan
Terhadap Laju Pelepasan Material Pada Proses Electrochemical Machining. 1
(1), 1-5
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yoyakarta: Kanisius
Emerson. 2010. Theory and Application of Conductivity, Emerson Process
Management . [serial online].http://www.emerson.com/resource/blob/68442.
Diakses pada 10 Oktober 2016
Halliday, R. 1985. Kimia Fisika edisi ketiga. Bandung: Departemen Fisika Institut
Teknologi Bandung
Hiskia, A. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Lide, D.R. 2010. CRC Handbook of Chemistry and Physics. France: Taylor and Farncis
Publisher
Pratt, K et, al., 2001. Pure Application Chemistry. 73 (11).1783-1793
Sjaifullah, A. 2003. Kimia Dasar untuk Universitas. Jember: Universitas Jember
Taylor, J. 2009. Handspring Puppet Company. Johannesburg: David Krut Publishing
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember: FMIPA Universitas
Jember.
LAMPIRAN- LAMPIRAN
A. Menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa
A=1/2 luas permukaan bola = 0,1413 cm2
= ½ x 4 x 3,14 x 0,152 L = 150 cm
𝐿 = 0,05 x 10-3 s/cm
R=ρ
𝐴
k3 = 0,05 ms/cm
1 1 𝐴
DHL = = x = 0,05 x 10-3 s/cm
𝑅 ρ L
1 k1 + k2 + 𝑘3
Karena = k, maka : 𝑘̅ =
ρ 3
(0,05+0,05+0,05 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
DHL = 𝑘 x
𝐴 𝑘̅ =
L 3
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
c. CH3COOH 0,20 M 𝑉1 = 5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 d. HCl 0,25 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
d. CH3COOH 0,25 M 𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
e. HCl 0,3 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
e. CH3COOH 0,3 M
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿 𝑉1 = 5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿 𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
e. NaOH 0,3 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
Kelompok 2
1. Pengenceran Larutan NaCl 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
a. NaCl 0,1 M
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
b. NaBr 0,15 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
b. NaCl 0,15 M
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
c. NaBr 0,20 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
c. NaCl 0,20 M
𝑉1 = 5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
d. NaBr 0,25 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 5 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
d. NaCl 0,25 M
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
e. NaBr 0,3 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
e. NaCl 0,3 M
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
a. NaBr 0,1 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
3. Pengenceran Larutan NH4Cl
a. NH4Cl 0,1 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
b. NH4Cl 0,15 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,15𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 3,75 𝑚𝐿
c. NH4Cl 0,20 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,2 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 5 𝑚𝐿
d. NH4Cl 0,25 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,25 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 6,25 𝑚𝐿
e. NH4Cl 0,3 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,3 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿
Pengukuran DHL (L) DHL =6,97 x 10-7 s
Kelompok 1 DHL = 6,97 x 10-7 ohm-1
DHL = 11,13 x 10-6 ohm-1 c. DHL = 4,59 x 10-3 s/cm x 9,42 . 10-6 cm
2. Larutan NaBr DHL = 4,32 x 10-6 s
a. NaBr 0,1 M d.
DHL = 4,32 x 10-6 ohm-1
c. NaBr 0,20 M DHL = 4,93 x 10-6 ohm-1
k1 = 5,03 ms/cm e. NaBr 0,30 M
= 5,03 x 10-3 s/cm k1 = 5,61 ms/cm
k2 = 5,04 ms/cm = 5,61 x 10-3 s/cm
= 5,04 x 10-3 s/cm k2 = 5,63 ms/cm
k3 = 5,04 ms/cm = 5,63 x 10-3 s/cm
= 5,04 x 10-3 s/cm k3 = 5,60 ms/cm
k1 + k2 + k3 = 5,60 x 10-3 s/cm
𝑘̅ =
3
k1 + k2 + k3
(5,03 +5,04 + 5,04 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚 𝑘̅ =
𝑘̅ = 3
3
(5,601+5,603 + 5,60 ) 10−3 𝑠/𝑐𝑚
= 5,03 x 10 -3
s/cm 𝑘̅ =
3
𝐴 = 5,61 x 10-3 s/cm
DHL = 𝑘 x
L
𝐴
0,1413 cm2 DHL = 𝑘 x
DHL 5,03 x 10-3 s/cm x L
150 cm
0,1413 cm2
DHL = 5,03 x 10 -3
s/cm x 9,42 . 10 cm-6 DHL = 5,61 x 10-3 s/cm x
150 cm
Grafik Kelompok A
0.000012
DHL CH3COOH
0.00001
0.000002
2. Kelompok B
Daya Hantar Listrik (DLH)
Konsentrasi
NaCl NaBr NH4Cl
0,10 7,42 x 10-6 3,73 x 10-6 4,23 x 10-6
Grafik Kelompok B
0.00001
y = 1E-05x + 3E-06
0.000008 R² = 0.8692
DHL (Ohm -1)
DHL NaCl
0.000006
DHL NaBr
0.000004
DHL NH4Cl
0.000002
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Konsentrasi (M)