You are on page 1of 8

Nama/ NIM Anggota Kelompok : Kelas Q04.

2
1. Muhammad ShidqyZainuramdhan (E14150004) Kelompok 3
2. Deny SyaputraSinaga (E241500620 MK :
SosiologiUmum
3. Christyana Henrietta (F24150092) RK : CCR 2.06
4. Sri Elvina Sari Pinem (F24150110)
5. AsaDesyana (F34150039)
6. DewiSulistiani (G74150077)

BPJS SEBAGAI SALAH SATU SEKTOR PUBLIK

Assisten Responsi :
Deni Apriyanto
H14120042

BAB I

PENDAHULUAN

Kelembagaan sosial (social institution) pada prinsipnya berbeda dengan lembaga


sosial yang biasanya merujuk pada suatu badan atau asosiasi atau organisasi. Menurut
Koentjaraningrat (1964), kelembagaan sosial adalah suatu sitem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-
kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Kelembagaan sosial juga
dimaknai sebagai himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat (Soerjono Soekanto, 1990).
Singkatnya, kelembagaan sosial merupakan suatu sistem norma untuk mencapai tujuan
tertentu yang dianggap penting oleh masyarakat. Wujud konkrit dari kelembagaan sosial
itu sendiri adalah asosiasi (association).

Karena dianggap penting, kelembagaan sosial memiliki beberapa fungsi di


masyarakat, diantaranya untuk memberi pedoman berperilaku pada
individuataumasyarakat dalam menghadapi masalah-masalah terutama yang
menyangkut kebutuhan-kebutuhan; menjaga keutuhan karena dengan adanya pedoman
tersebut maka kesatuan dalam masyarakat dapat dipelihara; memberi pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan kontrol sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggotanya; serta memenuhi kebutuhan pokok
manusia/masyarakat.

Uphoff (1992) menggolongkan kelembagaan sosial berdasarkan sektor-sektor


sosial di tingkat lokalitas. Ketiga sektor sosial tersebut adalah sektor publik (public
sector), sektor partisipatori (paticipatory sector), dan sektor swasta (private sector).
Sektor publik di tingkat lokal mencakup administrasi dan pemerintah lokal dengan
birokrasi dan organisasi politik sebagai bentuk organisasi yang mutakhir. Sektor
patisipatori tumbuh dan dibangkitkan oleh masyarakat secara sukarela, seperti
organisasi non-pemerintah. Sektor swasta berorientasi pada mencari keuntungan, yaitu
dalam bidang jasa, perdagangan, dan industri.

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, kelembagaan sektor publik


meliputi seluruh organisasi milik pemerintah yang aktivitasnya berhubungan dengan
penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik. Karena
berfungsi untuk memenuhi kepentingan publik, maka lembaga sektor publik biasanya
tidak berorientasi pada laba sebagai tujuan akhirnya. Salah satu contoh konkrit dari
kelembagaan sektor publik adalah BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). BPJS
tergolong ke dalam lembaga sektor publik karena merupakan organisasi milik
pemerintah dalam bentuk BUMN yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan untuk
masyarakat. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang BPJS, latar
belakang terbentuknya, serta fasilitas kesehatan yang disediakan oleh BPJS.
BAB II

ISI

1. Identitas BPJS

BPJS Kesehatan

Jenis BUMN

Industri/jasa Kesehatan

Didirikan 1968 (sebagai BPDPK)

Kantor Jln. Let. Jend.


pusat SupraptoCempakaPutih Jakarta
Pusat

BPJS Kesehatan
(BadanPenyelenggaraJaminanSosialKesehatan) merupakan Badan Usaha Milik
Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek)
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2014.
2. Latar Belakang Pembentukan BPJS

 1968 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur


pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan
ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230
Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan
Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr.
G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.

 1984 – Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi


peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi
Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta
anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status
badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti.

 1991 – Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan


program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
Di samping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke
badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.

 1992 – Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum


diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan
fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi
untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.

 2005 - PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui Departemen
Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai
Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(PJKMM/ASKESKIN).
o Dasar Penyelenggaraan :
 UUD 1945
 UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
 UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan
Nomor 56/MENKES/SK/I/2005,
o Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :
 Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas sehingga
silang.
 Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
 Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
 Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
 Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta.
 Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan
prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
 2014 – Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama
menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang no. 24 tahun 2011
tentang BPJS.
BAB III
PENUTUP

Sudah banyak kelembagaan sosial yang terbentuk baik dari sektor public yang
bersifat pelayanan yang ditangani pemerintah melalui birokrasi atau politik, sektor
participatory yang bersifat sukarela oleh masyarakat melalui organisasi atau swadaya,
serta sektor private yang bersifat mencari keuntungan berupa jasa dagang industri. Salah
satu kelembagaan sosial yang termasuk sektor public adalah BPJS yang bergerak di
bidang kesehatan masyarakat dan sudah digunakan mayoritas penduduk Indonesia.
Dilihat dari manfaat yang didapat dari kelembagaan tersebut dapat disimpulkan
kesejahteraan masyarakat sudah seharusnya meningkat, karena masyarakat semakin
dapat menjaga dan menjamin kesehatannya tanpa takut biaya yang tinggi.

You might also like