Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate,
Kalimantan Tengah
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural
University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail agronipb@indo.net.id
*Penulis untuk korespondensi: puripb@gmail.com
ABSTRACT
The research was conducted in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan starting February 14
until June 14, 2011. The research was study and understand management of oil palm fertilization. Data was
collected from primary and secondary source. Primary data were analized on the effectiveness (right time,
right type, right dose, right methods), labor effisiency, and nutrient deficiency. Fertilization management in
Pelantaran Agro Estate (PAGE) has generally been implemented in accordance with the standards of the
fertilizing. The garden has been paying attention to the provisions and recommendations that have been
recommended fertilizing and has been referred to the principle of 4 T (right time, right type, right dose, and
right methods) in terms of achieving the effectiveness and efficiency of fertilization. However, in the use of
labor yet efficient which certainly have an impact on the efficiency of the time and cost. Realization of
fertilization has not been fully implemented in accordance with the recommendation. Constraints in the
implementation of the fertilizing still found in the marshy and corrugated area
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Pusat mulai 14 Februari sampai 14
Juni 2011. Penelitian belajar dan memahami pengelolaan pembuahan kelapa sawit. Data dikumpulkan dari
sumber primer dan sekunder. Data primer dianalisis mengenai keefektifan (waktu tepat, jenis kanan, dosis
benar, metode yang benar), efisiensi tenaga kerja, dan kekurangan nutrisi. Pengelolaan pemupukan di
Pelantaran Agro Estate (PAGE) pada umumnya telah dilaksanakan sesuai dengan standar pemupukan.
Taman tersebut telah memperhatikan ketentuan dan rekomendasi yang telah direkomendasikan pemupukan
dan telah mengacu pada prinsip 4 T (waktu yang tepat, jenis hak, dosis tepat, dan metode yang benar) dalam
hal mencapai efektivitas dan efisiensi pemupukan. . Namun, dalam penggunaan tenaga kerja belum efisien
yang tentunya berdampak pada efisiensi waktu dan biaya. Realisasi pemupukan belum sepenuhnya
dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi. Hambatan dalam penerapan pemupukan masih ditemukan di
daerah berawa dan bergelombang.
tanaman yang dipilih dari aplikasi pupuk tiap Estate (PAGE) berada di provinsi Kalimantan
penabur. Jumlah penabur yang diamati sebanyak Tengah dengan letak geografis pada koordinat
10 orang. Penentuan ketepatan cara didasarkan antara 112.95-113.01 °BT dan 2.01-2.11°LS.
pada ketentuan jarak tabur dan kondisi Rata-rata curah hujan 3 100 mm per tahun.
penyebaran pupuk sesuai dengan standar kebun. Grafik curah hujan selama penelitian
Data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan ditampilkan pada gambar 1. Suhu rata-rata
meliputi data kondisi kebun, data kondisi harian adalah 27°C kisalan 23-33°C. PAGE
tanaman, dan standar kebun pada kegiatan terdapat 4 jenis tanah, yaitu ultisol (podsolik),
penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan tenaga inceptisol (Aluvial/Kaolin), histosol (gambut),
kerja. dan entisol (pasir). Kondisi lahan kebun ini
mempunyai topografi datar hingga
HASIL DAN PEMBAHASAN bergelombang. Kelas lereng 0-8 % (datar) dan
9-15 % (begelombang). Berdasarkan kelas
Kondisi umum kesesuaian lahannya sebagian besar lahan di
PAGE tergolong S3 sedangkan sebagian lagi
Kebun kelapa sawit Pelantaran Agro masuk kedalam kelas lahan S2.
Menurut PPKS (2003), biaya per unit menambahkan pupuk tunggal umumnya
hara dalam pupuk tunggal masih lebih rendah mengandung satu hara utama, walaupun
dibandingkan dengan pupuk majemuk atau jenis beberapa pupuk tunggal juga mengandung hara
pupuk lainnya. Akan tetapi biaya aplikasi pupuk lainnya tetapi biasanya dalam jumlah yang
tunggal menjadi lebih mahal karena hanya satu rendah. Selain itu, adanya pupuk tunggal
jenis hara saja yang diaplikasikan pada setiap memungkinkan aplikasi setiap unsur hara sesuai
aplikasi pemupukan. Sutarta et al. (2003) dengan yang diinginkan.
Tabel 2. Ketepatan dosis untilan pupuk HGFB (High Grade Fertilizer Borate)
Jumlah tenaga kerja
Bobot/Until (Kg) Rataan Tepat Dosis (%)
(orang)
6 6.8 6.63 97.5
6 6.8 6.36 93.52
6 6.8 6.29 92.5
Rata-rata 94.5
Penentuan ketepatan dosis pemupukan faktor antara lain: unsur hara yang terbawa saat
PAGE berdasarkan buku rekomendasi panen, unsur hara yang termobilisasi dalam
pemupukan yang dikeluarkan oleh pihak batang dan pelepah, serta estimasi kehilangan
research. Dasar penyusunan dosis pemupukan unsur hara. Tabel 2 menyajikan data rata-rata
adalah hasil analisa daun, jenis tanah, status hara, ketepatan dosis pemupukan pupuk HGFB
dan potensi produksi. Adiwiganda (2007) sebesar 94.5 %. Tabel 3 menyajikan data rata-
mengemukakan bahwa dosis pupuk yang rata ketepatan dosis pemupukan pupuk RP
direkomendasikan didasarkan pada berbagai sebesar 94.5 %
penguntil memiliki rata-rata ketepatan 94.50 % dosis pupuk. Standar kerja dalam kegiatan
untuk HGFB dan 94.50 % untuk RP (standar penguntilan adalah 1 500 kg/HK. Tabel 4
kebun adalah ≥90 %). Hal ini menunjukkan menyajikan persentase tenaga kerja pemupuk.
bahwa tenaga kerja penguntil sudah terlatih Tenaga kerja pemupuk sudah mencapai standar
dalam menguntil pupuk sesuai dengan jenis dan kebun.
Aplikasi pupuk di lapangan sudah terjadinya deviasi iklim (curah hujan) yang sulit
dilakukan dengan cukup tepat. Pelangsir diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang
meletakkan jumlah karung until sesuai dengan tidak sesuai dengan persyaratan untuk aplikasi
kelipatan dosis per pokok. Pupuk RP dengan pemupukan. Curah hujan PAGE pada Januari-
dosis 2 kg/pokok, pelangsir meletakkan 8 karung Mei 2011 dapat dilihat pada Gambar 2 dan
until, kieserit dengan dosis 1.25 kg/pokok waktu aplikasi pemupukan aplikasi
diletakkan 5 karung until, urea dengan dosis 1 pemupukannya dapat dilihat pada Tabel 5.
kg/pokok diletakkan 4 karung until untuk dua Pemupukan yang optimum dilakukan
baris tanaman sampai pasar tengah (jumlah 34 pada saat curah hujan 100-200 mm/bulan dan
pokok), dan HGFB dengan dosis 0.1 kg/pokok minimum pada curah hujan 60 mm/bulan serta
diletakkan 1 karung until untuk dua baris maksimun 300 mm/bulan. Jika terjadi kemarau
tanaman penuh (jumlah 68 pokok). Selain itu, dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan
pengecer juga telah meletakkan karung until maka pemupukan dihentikan dan dapat
dalam baris tanaman sesuai dengan kelipatan dilaksanakan pemupukan kembali jika sudah
dosis per pokok. Demikian juga untuk penabur turun hujan 50 mm/10 hari. Namun jadwal
telah menggunakan takaran sesuai dengan jenis aplikasi diatas dapat dilaksanakan dengan asumsi
dan pupuk yang diaplikasikan. hanya faktor iklim yang menjadi faktor
Waktu pemupukan di Pelantaran Agro pembatas, sedangkan faktor lain seperti
Estate (PAGE) dilakukan dua kali aplikasi yaitu ketersediaan pemupukan, kesiapan lahan, dan
semester pertama (Januari-Juni) dan semester ketersediaan tenaga kerja dapat dikendalikan.
kedua (Juli-Desember). Aplikasi pemupukan Hasil pengamatan, rata-rata curah hujan
kebun PAGE dilakukan berdasarkan buku tiap bulan di Pelantaran Agro Estate Januari-Mei
rekomendasi pemupukan 2011 yaitu untuk 2011 yaitu 236 mm/bulan. Pada umumnya waktu
aplikasi pupuk RP dan kieserit dilakukan sekali aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat
dalam setahun pada semester pertama, curah hujan yang ideal untuk aplikasi per
sedangkan aplikasi pupuk urea, MOP, HGFB, bulannya yaitu 60-300 mm/bulan. Namun waktu
dan Chelated Zincoper dilakukan dua kali dalam aplikasi pemupukan HGFB kurang tepat yaitu
setahun. Urutan aplikasi pemupukan yang pada curah hujan 337 mm/bulan (>300
dilaksanakan yaitu RP-HGFB/Chelated mm/bulan). Sesuai dengan rekomendasi dari
Zincoper-kieserit-urea-MOP. research departement, bulan yang curah hujan
Salah satu faktor yang berpengaruh lebih dari 300 mm/bulan aplikasi pupuk Urea,
terhadap waktu aplikasi pemupukan adalah iklim MOP, dan HGFB dihindari untuk meminimalisir
(curah hujan). Adiwiganda (2007) menyatakan pencuncian, aliran air, dan erosi. Pada areal yang
bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat konservasi tanah dan airnya telah dilaksanakan
waktu adalah diakibatkan terutama oleh secara baik, faktor pembatas ini dapat ditiadakan.
pemupukan. Perlu dilakukan penghematan 10, dengan output/HK adalah 450 kg dan
tenaga kerja dengan menyusun organisasi kerja jumlah pupuk 7 650 kg maka jumlah tenaga
yang lebih efektif dan efisien serta melengkapi kerja yang dibutuhkan seharusnya adalah 17
fasilitas lapangan. Adiwiganda (2007) orang, bukan 18 orang. Dari segi waktu kerja
menyatakan bahwa tenaga penabur pupuk harus lebih cepat selesai, sedangkan dari segi biaya
memiliki kualitas dan kapasitas yang memadai. akan bertambah satu HK. Pada pengamatan
Tenaga kerja merupakan karyawan harian tetap penulis saat pemupukan di lapangan, jika jam
(KHT), sehingga pengarahan kerja lebih kerja digunakan dengan baik maka output yang
mudah dilaksanakan. dihasilkan bisa lebih besar daripada standar
Basis untuk tiap tenaga kerja penabur kebun.
adalah 450-500 kg/HK pada hari biasa (7 jam)
kerja, sedangkan pada hari Jumat (5 jam) basis Gejala defisiensi hara
dikurangi yaitu 300-350 kg/HK sesuai dengan
jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan Tabel 9, rata- Darmosarkoro (2003) menyatakan
rata prestasi tenaga kerja penabur berdasarkan bahwa unsur hara yang mendapat perhatian
bobot pupuk yang diaplikasikan di lapangan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit
pada umumnya telah mencapai standar kebun. meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Ketersediaan
Khusus pada hari Jumat prestasi kerja dikurangi hara tersebut dalam tanah yang rendah
dari prestasi kerja hari biasa. Namun terkadang mengakibatkan tanaman mengalami gejala
basis tidak tercapai sesuai dengan standar kebun defisiensi hara. Tanaman yang mengalami gejala
seperti pada tanggal 29 Maret 2011. Hal ini defisiensi hara umumnya menunjukkan gejala-
disebabkan persediaan pupuk di gudang pada gejala yang khas. Adiwiganda (2007)
hari tersebut habis dan berakibat kepada tidak menambahkan bahwa gejala kekahatan atau
efisiennya penggunaan tenaga kerja, waktu dan defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi
biaya. Pemupukan menjadi lebih awal selesai secara visual pada daun. Berikut adalah status
dari waktu kerja biasa. Biaya pemupukan hara daun di PAGE tahun 2010 (Tabel 6).
menjadi lebih besar. Sebagai contoh pada Tabel
Hambatan dan kendala pemupukan bergambut, jumlah titi panen yang kurang dan
tidak layak menjadi kendala bagi tenaga kerja
Permasalahan yang ditemukan selama pengecer dan penabur masuk ke dalam blok.
kegiatan pemupukan antara lain penyimpanan
pupuk, penguntilan, pelangsiran dan pengecekan KESIMPULAN
serta penaburan pupuk. Gudang penyimpanan
pupuk khususnya pupuk yang telah diuntil belum Secara umum manajemen kebun di PAGE
memadai. Pupuk yang telah diuntil hanya ditutupi telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan
terpal. Pada saat hujan, pupuk akan terkena air standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku
hujan sehingga mengakibatkan pupuk membatu. mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan
Takaran untilan yang digunakan belum dikalibrasi panen. PAGE telah menerapkan program BMS
dengan tepat sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. (Blok Manuring System), BSS (Blok Spraying
Untuk jenis pupuk yang sama kadang System), dan BHS (Blok Harvesting System)
menggunakan takaran yang sama. Kurangnya dalam teknik budidaya kelapa sawit yaitu suatu
pengawasan dalam kegiatan penguntilan. Uji petik program yang dilaksanakan secara simultan
atau penimbangan sampel untilan jarang dengan tenaga kerja yang terorganisir dengan
dilakukan untuk mengontrol ketepatan dosis jelas. Program tersebut diharapkan dapat
untilan. Kesulitan dalam penentuan jumlah pupuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja di
dengan tepat dikarenakan jumlah pohon yang kebun. Produksi TBS di PAGE mengalami
berbeda antara rekomendasi dengan yang ada peningkatan setiap tahun dan rata-rata
dilapangan sehingga pada saat pelangsiran produktivitasnya tidak jauh berbeda dengan
maupun pengeceran pupuk di lapangan jumlah standar produktivitas pada kelas lahan S3. Pihak
untilan kadang lebih atau kurang. Oleh karena itu kebun telah melakukan upaya perbaikan yang
perlu dilakukan sensus pokok secara rutin untuk menjadi faktor pembatas lahan dimana sebagian
menentukan jumlah tanaman dan kondisi blok. besar tergolong pada kelas lahan S3.
Masih terdapat pohon yang tidak teraplikasi Manajemen pemupukan di Pelantaran
khususnya ditengah baris tanaman. Pupuk sering Agro Estate (PAGE) secara umum telah
tercecer di pasar pikul dan di TPH. dilaksanakan sesuai dengan standar pemupukan
Hal yang menjadi kendala dan yang benar. Pihak kebun telah memperhatikan
penghambat dalam pelaksanaan pemupukan ketentuan dan rekomendasi pemupukan yang telah
antara lain: masih ditemukan piringan yang dianjurkan serta telah mengacu pada prinsip 4 T
bergulma pada saat aplikasi pupuk, belum (tepat waktu, jenis, dosis, dan cara) dalam hal
sepenuhnya dilakukan konservasi lahan mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan.
khususnya lahan miring dan daerah genangan. Namun dalam penggunaan tenaga kerja belum
Pada saat musim hujan akses jalan ke beberapa efisien yang tentunya berdampak pada efisiensi
blok tidak dapat dilalui oleh truk mengakibatkan waktu dan biaya. Realisasi pemupukan belum
pemupukan pada blok tersebut tertunda. lahan sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan
Adiwiganda, R. 2007. Manajemen Tanah dan PPKS. 2003. Potensi dan Peluang Kelapa
Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam S. Investasi Industri Kelapa Sawit di
Mangoensoekarjo (Ed.). Manajemen Indonesia. PPKS. Medan.
Tanah dan Pemupukan Budidaya
Tanaman Perkebunan. Yogyakarta (ID) : Riwandi. 2002. Rekomendasi pemupukan kelapa
Gajah Mada University Press. sawit berdasarkan analisis tanah dan
tanaman. Akta Agrosia 5(1):27-34.
Darmosarkoro, W. 2003. Defisiensi dan
Malnutrisi Hara pada Tanaman Kelapa Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro,
Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. dan Winarna. 2003. Peranan Unsur Hara
Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan dan Sumber Hara pada Pemupukan
Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro,
E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan
Direktorat Jenderal Perkebunan 2010. Statistik. dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS.
[Internet] [diunduh 2010 Ags 01]. Medan
.