You are on page 1of 43

PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)

Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga
hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang
bersangkutan.

Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya,
karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

*Rumus GDP*

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor – impor)

GDP = C + I + G + (X – M)

Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasioleh sektor usaha,
pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri. Rumus
ini termasuk rumus pendekatan pengeluaran.

Contoh soal :

Suatu negara mempunyai pendapatan nasional sebagai berikut :

Konsumsi masyarakat Rp. 80.000.000

Pendapatan laba usaha Rp. 40.000.000

Pengeluaran negara Rp. 250.000.000

Pendapatan sewa Rp. 25.000.000

Pengeluaran investasi Rp. 75.000.000

Ekspor Rp. 50.000.000

Impor Rp. 35.000.000

Jawab :

GDP = C + I + G + ( X – M )

GDP = 80.000.000 + 75.000.000 + 250.000.000 + ( 50.000.000 – 35.000.000 )

GDP = 405.000.000 + 15.000.000

GDP = 420.000.000
PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)

PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam
periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat Negara tersebut yang bePrada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi
perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

*Rumus GNP*

GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri

GNP = PDB – PPLN + PPDN

GNP = PDB + PPPN

Contoh soal :

Diketahui Produk Domestik Brutonya (PDB) Indonesia pada tahun 2013 adalah Rp. 131.101,6 milliar.
Pendapatan/ Produk Neto terhadap luar negeri Rp.4.995,7 miliar .

Jawab :

GNP = GDP – PRODUK NETTO TERHADAP LUAR NEGERI

GNP = Rp. 131.101,6 milliar – Rp. 4.995,7 milliar

GNP = Rp. 136.057,3 milliar

Perbedaan PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product) dan PNB/GNP (Produk Nasional
Bruto/Gross Nasional Product)

PDB singkatan dari Produk Domestik Bruto, yakni nilai perkiraan total dari nilai mata uang yang
diproduksi suatu negara pada tahun tertentu, termasuk sektor jasa, penelitian, dan pengembangan. Itu
berarti jumlah dari semua produksi industri, pekerjaan, penjualan, bisnis dan aktivitas sektor jasa di
negara tersebut.

Biasanya PDB ini dihitung selama satu tahun, tapi mungkin ada pula varian analisis mengenai tren jangka
pendek dan jangka panjang yang akan digunakan untuk forecasting ekonom. Produk Domestik Bruto
juga dapat dihitung per kapita ( atau per orang ) dasar untuk memberikan contoh relatif dari
pembangunan ekonomi bangsa.

Adapun PNB singkatan dari Produk Nasional Bruto. Secara umum, PNB berarti total semua produksi
bisnis dan sektor jasa industri di suatu negara ditambah keuntungan pada investasi luar negeri. Dalam
beberapa kasus PNB juga dihitung dengan mengurangi keuntungan modal dari negara asing atau
perusahaan yang diperoleh di dalam negeri. Melalui PNB potret yang akurat tentang ekonomi tahunan
suatu negara dapat dianalisis dan dipelajari dalam tren sejak PNB bisa menghitung total pendapatan dari
semua warga negara dalam suatu negara. PNB dengan demikian memberikan gambaran yang jauh lebih
realistis daripada pendapatan warga negara asing di negara itu karena lebih dapat diandalkan dan
bersifat permanen. Produk Nasional Bruto juga dapat dihitung secara per kapita untuk menunjukkan
daya beli konsumen individu dari suatu negara tertentu , dan perkiraan kekayaan rata-rata, upah, dan
distribusi kepemilikan dalam suatu masyarakat.

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)

transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan,
tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.

Diketahui data ( dalam milyar rupiah)

Produk domestic bruto …. 2.560.755,6

Pembayaran factor produksi netto ke :

Luar negeri ………………….86.425,6

Penyusutan …………………89.299,5

Pajak tidak langsung ………..75.030,5

Transfer payment …………...10,6

Pajak perseoroan …………….20,6

Laba ditahan …………………5,2

Iuran asuransi ………………..2,8

Dari data diatas, besarnya personal income adalah …

A. 2.306.982,0 milyar

B. 2.310.982,0 milyar

C. 2.482.833,2 milyar

D. 2.483.822,2 milyar

E. 2.307.982,3 milyar

Pembahasan :
· PI = PDB +/- Pendapatan Neto ke luar negeri – Penyusutan – Pajak tidak langsung + Transfer
Payment – Pajak perseroan – Laba ditahan – Iuran Asuransi

· PI = 2.560.755,6 + 86.425,6 – 89.299,5 – 75.030,5 + 10,6 – 20,6 – 5,2 – 2,8

· PI = 2.482.833,2

Catatan :

Pembayaran factor produksi keluar negeri ditambahkan, karena nilainya positif. Pembayaran ini
dikurangkan dari PDB bila hasil netonya (pembayaran factor produksi dikurangi pembayaran factor
produksi keluar negeri) negative.

2. SNMPTN 2009

Diketahui fungsi tabungan S = 0,25Y – 10 dan investasi (I) = 20. Jika tabungan sama dengan investasi,
pendapatan nasional dlam milyar adalah …

A. 150

B. 120

C. 110

D. 100

E. 90

Pembahasan:

Saat S = I, maka

· 0,25Y – 10 = 20 çè 0,25Y = 30

· Y = 120

3. Diketahui data perhitungan

Pendapatan nasional : (dalam miliar)

GNP …………………………Rp. 1.000

Transfer luar negeri ………….Rp. 250

Pajak tidak langsung …………Rp. 100


Laba ditahan …………………Rp. 50

Pajak perseroan ……………….Rp. 25

Pajak langsung ………………..Rp. 50

Berdasarkan data tersebut besarnya Net National Income (NNI) adalah …

A. Rp. 1.250 milyar

B. Rp. 750 milyar

C. Rp. 600 milyar

D. Rp. 500 milyar

E. Rp. 375 milyar

Pembahasan :

NNI = GNP – Depresiasi – Pajak Tidak Langsung

NNI = 1.000 – 150 – 100 = 750

GNP dan GDP

4. Jika diketahui hasil produksi warga Negara dalam negeri 400, hasil produksi warga di luar
negeri 50, dan hasil produksi asing di dalam negeri 90, berapa nilai GDP?

A. 360

B. 440

C. 450

D. 490

E. 540

Pembahasan :

GDP = A + C
GDP = 400 + 90

GDP = 490

5. UN 2009

Harga barang kebutuhan pokok di pasar pada umumnya mengalami kenaikan rata-rata diatas 7%. Hal
yang sangat berdampak bagi masyarakat yaitu …

A. meningkatnya daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa

B. menurunnya daya beli masyarakat terutama berpenghasilan tetap

C. meningkatkan pengalaman real masyarakat

D. meningkatkan daya saing akibat tingginya harga

E. menurunkan tingkat kreativitas masyarakat

Pembahasan :

Bila pendapatan masyarakat bisa mengikuti keaikan harga-harga, inflasi tidak tersa menggangu. Tetapi,
bila pendapatan masyarakat tidak bisa mengimbangi laju inflasi, inflasi akan merugikan. Masyarakat
akan terjatuh pada taraf hidup paling rendah.

Jawaban : B

6. Produk Domestik Bruto/ PDB ( Gross Domestic Product/GDP) sebuah Negara sebesar 100
trilyun rupiah. Dari jumlah tersebut 10 triliyun rupiah dihasilkan oleh factor produksi yang
dimiliki orang asing dan warga Negara domestic yang bekerja diluar negeri menghasilkan nilai
tambah sebesar 10 trilyun rupiah. Produk Nasional Bruto /PNB Negara tersebut sebesar …

A. 80 trilyun rupiah

B. 90 trilyun rupiah

C. 100 trilyun rupiah

D. 110 trilyun rupiah

E. 120 trilyun rupiah


Pembahasan :

Saat R=0 ( Net Factor From Aboard / penerimaan bersih pendapatan factor produksi
dalam hubungan antar Negara) , maka GNP = GDP = 100 trilyun.

INFLASI

7. UN 2010

Indeks hargga konsumen pada tahun 2008 sebesar 134% dan indeks harga
konsumen pada tahun 2009 sebesar 137%. Besarnya laju inflasi pada tahun berjalan adalah …

A. 0,92%

B. 1,02%

C. 2,19%

D. 2,24%

E. 3,0%

Pembahasan :

Inflasi 2009

= IHK 2009 – IHK 2008 x 100%

IHK 2008

= 137 - 134 x 100%

134

= 3 x 100%
4

= 2,238%

8. UN 2011

Indeks harga konsumen pada tahun 2009.

Bulan

IHK

Januari

100,23

Februari

104,69

Maret

107,46

Berdasarkan table diatas laju inflasi bulan Maret adalah …

A. 2,57%

B. 2,65%

C. 4,26%

D. 4,45%

E. 7,21%
Pembahasan :

Inflasi Maret

= IHK Maret – IHK Februari x 100%

IHK Februari

= 107,46 - 104,69 x 100%

104,69

= 2,77 x 100%

104,69

= 2,4659%

9. UN 2012 (Paket C29)

Perhatikan beberapa pernyataan berikut ini :

1) Membantu mengendalikan barang dan jasa dari tahun ke tahun.

2) Menggambarkan perubahan-perubahan harga eceran barang dan jasa.

3) Membandingkan perkembangan harga dan kuantitas dari tahun ke tahun.

4) Petunjuk yang dapat digunakan dalam mengukur kualitas mesin.

5) Melihat perubahan-perubahan harga yang terjadi dan memberikan suatu kesimpulan.

Dari pernyataan tersebut yang merupakan peranan indeks harga adalah …

A. (1), (2) dan (3)

B. (1), (2) dan (4)

C. (2), (3) dan (5)

D. (2), (4) dan (5)

E. (3), (4) dan (5)


Pembahasan :

Definisi sederhana dari indeks harga adalah harga rata-rata dari sekelompok barang. Dengan
membandingkan indeks harga dari tahun ke tahun. Maka dapat diketahui perkembangan (inflasi atau
deflasi) sekelompok barang tersebut. Pilihan yang sesuai dengan jawaban tersebut adalah (2), (3), dan
(5)

10. UN 2012 (Paket D32)

Berikut ini pernyataan tentang indeks harga:

1) Indeks harga konsumen dihitung dari harga barang untuk dijual

2) Untuk melihat perkembangan perekonomian secara nasional

3) Petunjuk yang dapat digunakan dalam mengukur inflasi

4) Oleh pedagang digunakan dalam kebijakan penetapan harga

5) Indeks harga berguna sebagai deflaktor

Pernyataan yang benar tentang indeks harga adalah …

A. (1), (2), dan (3)

B. (1), (3) dan (4)

C. (2), (3) dn (4)

D. (2), (4) dan (5)

E. (3), (4) dan (5)

Pembahasan :

Pernyataan yang benar dan berhubungan dengan indeks harga adalah jawaban nomor (2), (3), dan (5)

1. Disposible Income adalah selisih perhitungan Personal Income di kurangi…


A. Transfer Pendapatan

B. Depresiasi barang modal

C. Pajak tidak langsung

D. Hutang

E. Pajak Langsung

Jawaban : E

2. Jumlah nilai semua balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi setelah dikurangi pajak tidak
langsung adalah merupakan dari…

A. Produk Nasional Netto

B. Pendapatan Nasional Netto

C. Produk Nasional Bruto

D. Pendapatan Perseorangan

E. Pendapatan bebas

Jawaban : C

3. Diketahui (dalam rupiah)

GNP : 480.000,00

Penyusutan : 30.000,00

Pajak tak langsung : 25.000,00


Transfer Payment : 10.000,00

Pajak langsung : 20.000,00

Besarnya Personal Income dari data di atas adalah…

336.000,00

400.000,00

435.000,00

500.000,00

515.000,00

Jawaban : C

Caranya :

GNP : 480.000,00

Penyusutan : 30.000,00

NNP : 450.000,00

Pajak tak langsung : 25.000,00

NNI : 425.000,00

Transfer Payment : 10.000,00

PI : 435.000,00

Pajak langsung : 20.000,00

DI (Disposible Income) : 415.000,00

Dari Uraian di atas di ketahui Personal Income = Rp435.000,00


4. Disposible Income adalah pendapatan…

A. Yang bebas dari kewajiban pajak

B. Yang siap di belanjakan

C. Perseorangan (-) Pajak Perseoranagan

D. Yang Dialokasikan untuk Konsumsi dan Tabungan

E. Yang siap di Konsumsikan

Jawaban : C

5. Perhatikan data berikut ini (dalam triliun rupiah):

GDP : 1,500.00

Pajak langsung : 260.00

Pajak tidak langsung : 60.00

Laba di tahan : 200.00

Pembayaran Transfer : 160.00

Asuransi sosial : 40.00

Penyusutan : 150.00

GNP : 1,450.00

Besarnya Disposible Income (DI) adalah…

Rp. 900 triliun

Rp. 940 triliun


Rp. 950 triliun

Rp. 1.160 triliun

Rp. 1.240 triliun

Jawaban : A

Caranya :

GNP : 1.450

Penyusutan : 150

NNP : 1.300

Pajak tidak langsung : 60

NNI : 1.240

Laba di Tahan : 200

Asuransi sosial : 40

Transfer Payment : 160

P1 : 1.160

Pajak langsung : 260

D1 : 900

Dari uraian di atas diketahui Disposible Income (DI) = Rp. 900 Triliun

6. Data Pendapatan Nasional (dalam miliar rupiah)


Upah 4.900 Laba 3.100 Sewa 100

Bunga 200 Konsumsi 2.000 Investasi 900

Belanja Pemerintah 1.200 Ekspor 2.000 Impor 500

Pertanian 4.800 Pertambangan 5.000 Industri 3.000

Jasa 500

Berdasarkan data di atas, besar pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan adalah…

A. Rp. 12.900 milyar

B. Rp. 12.100 milyar

C. Rp. 11.600 milyar

D. Rp. 8.300 milyar

E. Rp. 5.500 milyar

Jawaban : D

Caranya :

Y = R + W + I +P

R = Rent (pendapatan sewa)

W = Wages (Upah)

I = Interest (Bunga modal)

P = Profit (laba usaha)

Y = 100 + 4.900 + 200 + 3.100 = 8.300 milyar


7. Jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga negara termasuk warga negara yang
tinggal di luar negeri, tapi tidak termasuk hasil-hasil warga negara asing yang tinggal di negara tersebut
disebut…

A. Pendapatan Nasional

B. Produk Nasional Bruto

C. Pendapatan Perkapita

D. Produk Domestik Bruto

E. Produk Domestik Netto

Jawaban :

8. Pendapatan yang siap di belanjakan adalah…

A. GNP – Penyusutan

B. PI – Pajak langsung

C. NNP – Pajak Perusahaan

D. PI – Pajak tidak langsung

E. NNP – Pajak tidak langsung

Jawaban :

9. Untuk menghitung Pendapatan Nasional Bruto (PNB) dapat dilakukan melalui pendekatan…

A. Produksi

B. Pendapatan

C. Pengeluaran
D. Biaya

E. A, B dan C Benar

Jawaban : E

10. Tabel pendapatan nasional (dalam miliar) dan jumlah penduduk dari beberapa negara terlihat
sebagai berikut:

No.

Negara

Pendapatan Nasional

Jumlah Penduduk

1 Indonesia Rp 120.000.000,00 210.000.000 Jiwa

2 Malaysia Rp 70.000.000,00 80.000.000 Jiwa

3 Brunei Darusalam Rp 40.000.000,00 15.000.000 Jiwa

4 Filipina Rp 90.000.000,00 120.000.000 Jiwa

Berdasarkan data di atas, urutan negara yang mempunyai pendapatan per kapita yang tertinggi adalah…

Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam

Brunei Darusalam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina

Brunei Darusalam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia

Indonesia, Filipina, Brunei Darusalam, dan Malaysia

Malaysia, Brunei Darusalam, Filipina, dan Indonesia

Jawaban : C
11. Di bawah ini adalah komponen-komponen dalam menghitung jumlah pendapatan nasional :

1. Pertanian dan pertambangan

2. Sewa dan Upah

3. Perkebunan dan Perikanan

4. Bank dan Sektor jasa

5. Investasi

6. Bunga

7. Laba

8. Konsumsi

Dari data di atas yang termasuk komponen pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan
adalah…

A. 1, 2 dan 3

B. 1, 2 dan 4

C. 2, 6 dan 7

D. 5, 6 dan 7

E. 4, 5 dan 8

Jawaban : C

12. Pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi
adalah penjumlahan dari……..

A. Upah dan gaji serta profit perusahaan

B. Nilai produksi akhir dari semua perusahaan


C. Sewa,Upah,Gaji,Bunga,Inventasi dan Konsumsi

D. Nilai tambah dari pendapatan

E. Sewa , Upah/Gaji , Bunga dan laba usaha

Jawaban : E

13. Berikut adalah komponen-komponen pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran :

-Konsumsi -Impor

-Investasi -Pengeluaran Pemerintah

-Ekspor -Tabungan

Berdasarkan komponen tersebut, pendapatan nasional dapat dihitung dengan formulasi…

A. Y = C + I + X + M + G

B. Y = C + I + G + ( X – M )

C. Y = C + I + X + ( G – M )

D. Y = C + I + G – ( X + M )

E. Y = r + w + i + p

Jawaban : B

14. Di antara penyebab naik turunnya pendapatan perkapita yang paling tepat adalah…

A. Besarnya tabungan dan investasi

B. Naik turunnya GNP dan populasi

C. Besarnya tingkat konsumsi dan tabungan

D. Banyaknya penduduk

E. Tingginya GNP deflator


Jawaban : B

15. Gambaran keadaan ekonomi suatu negara adalah sebagai berikut : (dalam miliar)

GNP Rp 1.500,00

Penyusutan Rp 150,00

Pajak tak langsung Rp 75,00

Transfer payment Rp 45,00

Pajak penghasilan Rp 60,00

Maka Net Nasional Income (NNI) adalah…

A. Rp 1.350,00

B. Rp 1.320,00

C. Rp 1.275,00

D. Rp 1.260,00

E. Rp 1.230,00

Jawaban : C

Caranya :

NNI = GNP – Penyusutan – Pajak tak langsung

= 1.500 - 150 - 75

= 1.275

16. Di bawah ini adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah :

1. Investasi sector produksi industri

2. Pembayaran cicilan utang luar negeri

3. Subsidi daerah otonom


4. Pemberian dana JPS

Yang termasuk Transfer payment adalah…

A. 1 dan 3

B. 2 dan 4

C. 3 dan 4

D. 1 dan 4

E. 2 dan 3

Jawaban : C

17. Di bawah ini adalah komponen menghitung pendapatan nasional :

1. Konsumsi masyarakat1. Transaksi ekspor dan impor 1. Hasil sewa tanah

2. Upah tenaga kerja 2. Pengeluaran perusahaan 2. Hasil dari investasi modal

3. Pengeluaran pemerintah 3. Keuntungan wirausaha 3. Harga barang produksi

Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan adalah…

A2, B3, C1, C2

A2, A3, B1, C1

A1, B1, C2, C3

A3, B1, B2, C3

A3, B2, C1, C3


Jawaban : A

18. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dinyatakan dengan formulasi
sebagai berikut…

A. Y = C + I + G + (X-M)

B. Y = P1Q1 +P2Q2 + … PnQn

C. Y = r + w + i + p

D. Y = GDP – Pendapatan netto

E. Y = GNP : Populasi

Jawaban : B

19. Berikut ini komponen penerimaan dalam ngeri Negara, kecuali…

A. Pajak penghasilan

B. Bea Masuk

C. Cukai

D. Pinjaman Program

E. Penerimaan negara bukan pajak

Jawaban : E

20. Penerimaan dan pengeluaran APBN menganut prinsip berimbang, yakni…

A. Pertumbuhan ekonomi adalah nol persen

B. Nilai ekspor barang dan jasa sama dengan nilai impor barang dan jasa

C. Pemerintah tidak menganut kebijakan fiskal ekspansif atau kontraktif

D. Selisih penerimaan dalam negeri terhadap pengeluaran rutin dan pembangunan


E. Tabungan pemerintah adalah tetap

Jawaban : D

Dik:

-GDP Rp. 125 miliar

-Produk netto terhadap luar negeri Rp. 5 miliar

-Penyusutan Rp. 10 miliar

-Pajak langsung Rp. 7 miliar

-Transfer payment Rp. 15 miliar

-iuran jaminan sosial Rp. 8 miliar

-pajak perseroan Rp. 5 miliar

-pajak tidak langsung Rp. 11 miliar

-laba tidak di bagi Rp. 3 miliar

Dit:a. GNP

b. NNP

c. NNI

d. PI

e. DI

Tanyakan detil pertanyaan Ikutitidak puas? sampaikan! dari Masfaridz 05.09.2017

Jawabanmu

masfaridz

Andinabilf
Andinabilf

AndinabilfPakar

A. GNP = GDP - NETTO

= 125 - 5 = 120 M

b. NNP = GNP - PENYUSUTAN

= 120 - 10 = 110 M

c. NNI = NNP - PAJAK TDK LANGSUNG

= 110 - 11 = 99 M

Pengertian Dan Konsep Pendapatan Nasional

Pengertian Pendapatan Nasional

Coba kalian amati pembangunan didaerah kalian atau di Indonesia. Seperti pembangunan fasilitas
publik, contohnya pembangunan jalan raya, jembatan, sekolah, dan lain-lain. Kegiatan pembangunan
tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit. Dari manakah dana yang digunakan untuk membiayai
pembangunan tersebut ? Pembangunan yang dilakukan pemerintah didanai dari pendapatan
negara/nasional salah satunya pajak (sumber pendapatan terbesar).

Pendapatan nasional secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah pendapatan masyarakat suatu
negara dalam periode tertentu (biasanya satu tahun).

Masyarakat pelaku kegiatan ekonomi akan terus berusaha memperoleh pendapatan untuk memenuhi
semua kebutuhan sehingga menjadikan masyarakat makmur. Jika seluruh pendapatan atau pengeluaran
yang dilakukan pelaku ekonomi di dalam suatu negara dijumlahkan maka akan terbentuklah pendapatan
nasional. Besarnya pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilakan oleh para
pelaku ekonominya.

Jika dilihat dari jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, produk nasional dikelompokkan menjadi Gross
Domestic Product (GDP) dan Gross National Product (GNP). Dari kedua konsep tersebut melahirkan
konsep Gross Domestic Regional Product (GDRP), Net National Product (NNP), Net National
Income(NNI), Personal Income (PI), dan Disposable Income (DI)

Konsep Pendapatan Nasional

1. Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)

Produk Domestik Bruto (PDB) atau dalam bahasa inggris disebut Gross Domestic Product adalah nilai
barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor- faktor produksi milik warga negara,
negara tersebut dan warga negara asing yang tinggal di negara tersebut dalam periode waktu tertentu
(biasanya satu tahun).

GDP merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan, penjumlahan nilai tambah, dan
penjumlahan pendapatan di dalam perekonomian selama periode waktu tertentu.

GDP juga merupakan penjumlahan nilai konsumsi (C), investasi (I), pembelian barang & jasa oleh
pemerintah (G) dan ekspor neto atau nilai ekspor setelah dikurangi nilai impor (X-M).

Peningkatan/pertumbuhan GDP akan meningkatkan pula pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan GDP,


dapat pengaruhi oleh :

1. Perubahan ketersediaan sumber daya

2.Peningkatan produktifitas

GDP dapat diukur dalam 2(dua) cara, yaitu sebagai:

Total nilai dari aliran produk akhir

Total biaya atau penghasilan input yang digunakan untuk memproduksi output

Karena profit/Laba merupakan konsep residu/sisa, maka kedua cara tersebut menghasilkan total GDP
yang sama.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)/ Gross Domestic Regional Product (GDRP)

PDRB adalah jumlah keseluruhan dari nilai bruto yang berhasil diciptakan oleh seluruh kegiatan ekonomi
yang berada pada suatu wilayah selama periode tertentu. Misalnya PDRB DKI Jakarta, PDRB Jawa Barat,
dan PDRB Aceh.

3. Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)

Produk Nasional Bruto (PNB) atau yang dalam bahasa inggris Gross National Product (GNP) adalah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanya barang- barang dan jasa-
jasa yang diproduksi atau dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang dihasilkan warga negara sendiri
baik yang berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri selama suatu periode (biasanya
satu tahun).

Berdasarkan pengertian PNB tersebut, ada tiga hal penting yang perlu diketahui oleh kalian yaitu :

Produksi Nasional Bruto hanya mencangkup barang-barang akhir (final good) dan atau nilai tambah
(value added). Adapun barang antara dan barang setengah jadi (intermediate semifinished goods) tidak
dimasukan dalam komponen PNB. Hal ini karena untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda
terhadap suatu produk.
PNB hanya menghitung atau memasukkan nilai dari barang-barang yang merupakan hasil produksi pada
tahun berjalan (dalam suatu periode dilakukannya perhitungan).

Barang dan jasa atau PNB yang dihasilkan tersebut dinilai menurut harga pasar yang berlaku.

GNP = GDP + Produk Neto terhadap Luar Negeri

Dengan demikian, GNP dapat dirumuskan sebagai berikut :

* Produk Neto terhadap Luar negeri merupakan selisih dari pendapatan atas hasil produksi warga
negara Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri dengan pendapatan atas hasil produksi warga negara
asing (WNA) yang bekerja di Indonesia.

1. Produk Nasional Neto (PNN)/Net National Product (NNP)

Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP) adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan masyarakat selama satu periode (biasanya satu tahun) yang telah dikurangi penyusutan
(depresiasi). Jumlah PNN sama dengan jumlah pendapatan rumah tangga konsumsi sebagai imbalan atas
penyerahan faktor-faktor produksi.

Dengan demikian NNP dirumuskan sebagai berikut :

NNP = GNP- Penyusutan

Jika ada subsidi atas barang/jasa yang dihasilkan maka rumus perhitungan NNP adalah sebagai berikut :

NNP = (GNP- Penyusutan) + Subsidi

Penyusutan merupakan penurunan nilai harga barang/jasa. Contoh : Harga dari Buah Jeruk yang baru
dipetik (buah segar) Rp 10.000/kg namun setelah beberapa waktu harganya jadi turun menjadi Rp
8.000/kg karena hampir mau busuk. Contoh tersebut merupakan penyusutan atau penurunan nilai
barang dikarenakan kondisi yang sudah berbeda.

Subsidi merupakan bantuan dari suatu pihak (contoh: pemerintah) untuk membantu mengurangi beban
atas pihak tertentu. Contohnya pemerintah memberikan subsidi BBM supaya harga BBM yang terlalu
tinggi diberikan ditanggulangi beban harganya oleh pemerintah supaya harga yang dikenakan oleh
masyarakat tidak terlalu tinggi.

2. Pendapatan Nasional Bersih/Net Nasional Income (NNI)

Pendapatan Nasional Bersih/Net National Income adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima
masyrakat dalam suatu periode (biasanya satu tahun) setelah dikurangi pajak tidak langsung.

Dengan demikian NNI dirumuskan sebagai berikut :

NNI = NNP- Pajak Tidak Langsung


* Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak pada saat tertentu/terjadi suatu
peristiwa. Pajak tidak langsung merupakan beban pajak yang dapat digeser kepada wajib pajak yang lain.
Misalnya pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan lain-
lain.

3. Pendapatan Perseorangan (PI)/Personal Income (PI)

Pendapatan Perseorangan adalah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar
jatuh ke tangan masyarakat. Tidak semua NNI diterima oleh masyarakat, karena masih harus dikurangi
dengan laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan sosial, pajak perseorangan dan ditambah dengan
pembayaran pindahan (transfer payment).

Dengan demikian PI dirumuskan sebagai berikut :

PI = ( NNI +Transfer Payment) – (iuran Jaminan Sosial+iuran Asuransi+Laba Ditahan+Pajak Perseorangan)

Keterangan :

Transfer Payment adalah adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi
tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana
pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan
sebagainya. Transfer Payment juga merupakanpenambahan pada perhitungan turunan pendapatan
nasional. Penambahan tersebut karena Transfer Payment merupakan pengeluaran pemerintah untuk
membayar jasa yang diberikan oleh pegawai swasta atau karyawan pemerintah diluar pendapatan gaji.
Oleh karena itu, transfer payment menambah pendapatan bagi tenaga kerja atau karyawan instansi
pemerintah dan swasta.

Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba
perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi/Laba
ditahan (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu
misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap
tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja
tersebut tidak lagi bekerja).

4. Pendapatan Disposible (Disposable Income/DI)

Pendapatan Disposible (DI) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan
jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income
ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax)
adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung
oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Jadi DI merupakan pendapatan yang benar-benar menjadi hak penerimanya.


Dengan demikian DI dirumuskan sebagai berikut :

DI = PI – Pajak langsung

* Pajak Langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak setelah muncul atau terbit Surat
Pemberitahuan/SPT Pajak atau Kohir yang dikenakan berulang-ulang kali dalam jangka waktu tertentu.
Contoh dari pajak langsung adalah pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak
penerangan jalan, pajak kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.

Untuk penjelasan tentang pengertian dan konsep dari pendapatan nasional, coba kalian perhatikan peta
konsep dibawah ini :

Dilihat dari metode perhitungannya seperti Metode Produksi, Metode Pengeluaran, dan Metode
Pendapatan, Pendapatan Nasional diartikan sebagai jumlah dari seluruh pendapatan dan pengeluaran
yang dilakukan oleh pelaku ekonomi di dalam suatu Negara dalam periode tertentu (biasanya satu
tahun).

Besar kecilnya pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh para pelaku
ekonominya. Dilihat dari jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, Pendapatan Nasional dikelompokan
menjadi :

Produk Nasional Neto (PNN)/Net National Product (NNP)

Pendapatan Nasional Bersih(PNB)/Net Nasional Income (NNI)

Pendapatan Perseorangan (PI)/Personal Income (PI)

Pendapatan Disposible (Disposable Income/DI)

Contoh Soal

1). Dik: Produk domestic bruto (PDB) Indonesia sebesar 130.100,6 milyar

Pendapatan Netol Luar Negeri Rp 4.955,7 M

Pajak tidak Langsung Rp 8.945,6 M Penyusutan Rp 6.557,8 M Iuran Asuransi Rp 2 M

Laba ditahan Rp 5,4 M Transfer Payment Rp13 M

Pajak Langsung Rp12 M Konsumsi Rp100.000 M

Hitunglah: GNP, NNP, NNI, PI, DI, dan Tabungan

Jawab :

GNP = GDP + Produk Neto terhadap Luar Negeri

= 130.100,6 M + 4.955,7 M
= 135.056,3 M

NNP = GNP – Penyusutan

=135.056,3 M – 6.557,8 M

= 128.498,5 M

NNI = NNP – Pajak tidak langsung

=128.498,5 M – 8.945,6 M

= 119.552,9 M

PI = ( NNI – Transfer Payment) – (iuran Jaminan Sosial+iuran Asuransi+Laba Ditahan+Pajak


Perseorangan)

= (119.552,9 – 13 M) – (2 M + 5,4 M)

= 119.539,9 M – 7,4 M

= 119.532,5 M

DI = PI – Pajak Langsung

= 119.532,5 M – 12 M

= 119.520,5 M

Tabungan = DI- Konsumsi

= 119.520,5 M – 100.000 M

= 19.520,5 M

2). Jika diketahui Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2004 adalah Rp 131.101,6 Miliar.
Pendapatan/Produk neto terhadap Luar Negeri Rp 4.955,7 Miliar, Pajak tidak Langsung Rp 8.945,6
Miliar, Penyusutan Rp 6.557,8 Miliar, Iuran Asuransi Rp 2,0 Miliar, Laba ditahan Rp 5,4 Miliar, Transfer
Payment Rp 6,2 Miliar dan Pajak Langsung Rp 12,0 Miliar. Hitunglah :

a). GNP

b). NNP

c). NI

d). PI

e). DI
Jawab ;

a). GNP = GDP + Produk Neto terhadap Luar Negeri

= Rp 131.101,6 Miliar + Rp 4.955,7 Miliar

= Rp 136.057,3 Miliar

b). NNP = GNP – Penyusutan

= Rp 136.057,3 Miliar – Rp 6.557,8 Miliar

= Rp 129.499,5 Miliar

c). NI = NNP – Pajak tidak Langsung

= Rp 129.499,5 Miliar – Rp 8.945,6 Miliar

= Rp 120.553,9 Miliar

d). PI = (NI + Transfer Payment) – (iuran asuransi + iuran jaminan sosial + Laba di tahan + Pajak
Perseorangan)

= (Rp 120.553,9 Miliar + Rp 6,2 Miliar) – (Rp 2,0 Miliar + Rp 5,4 Miliar)

= Rp 120.560,1 Miliar – Rp 7,4Miliar

= Rp 120.552,7 Miliar

e). DI = PI – Pajak Langsung

= Rp 120.552,7 Miliar – Rp 12,0 Miliar

= Rp 120.540,7 Miliar

Metode Perhitungan Pendapatan Nasional

Dalam menghitung pendapatan nasional, diperlukan metode atau cara. Metode tersebut disesuaikan
dengan objek yang akan dihitung. Metode perhitungan pendapatan nasional dibagi menjadi tiga
metode, yaitu sebagai berikut :

1. Metode Produksi

Menurut metode produksi (production approach), produk nasional atau Produk Domestik Bruto
diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
sektor di dalam perekonomian dalam periode tertentu. Dengan demikian, PNB atau GDP menurut
metode ini, jumlah dari harga setiap masing-masing barang dan jasa dikalikan dengan jumlah atau
kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan.
Pendapatan nasional menurut metode produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y=

Keterangan :

Y = Produk Nasional atau Produk Domestik Bruto (PNB atau GDP)

P = Harga Barang dari unit ke-I hingga unit ke-n

Q = Jumlah barang dari jenis ke-I hingga jenis ke-n

PNB atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh
berbagai sector perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang terlalu tinggi atas
output yang diproduksi dengan perhitungan ganda (double accounting), baik barang jadi dan jasa jadi
maupun barang setengah jadi dan jasa yang masih harus diolah. Untuk itu hanya nilai tambah pada
setiap tahap proses produksi tersebut yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional. Dalam
hal ini, GDP atau PNB merupakan penjumlahan dari nilai tambah sektor pertanian ditambah nilai
tambah di sektor manufaktur dan seterusnya. Jika dirumuskan akan menjadi sebagai berikut :

Y=

Keterangan :

VA = Nilai tambah (Value Added) sektor-sektor perekonomian (mulai dari sektor ke-I sampai sektor ke-n)

Pendapatan nasional menurut metode produksi dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
produksi masyarakat dari seluruh lapangan usaha di dalam satu tahun diukur dengan nilai uang.

Komponen-komponen pembentuk pendapatan nasional menurut metode produksi terdiri atas sebelas
sektor, yaitu :

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan penggalian

Industri dan pengolahan

Listrik, gas, dan air minum

Bangunan

Perdagangan, hotel, restoran

Pengangkutan dan telekomunikasi

Bank dan Lembaga keuangan lainnya

Pemerintahan dan Pertahanan


Jasa-jasa lainnya

1. 2. Metode Pengeluaran

Menurut metode pengeluaran, pendapatan nasional adalah penjumlahan seluruh pengeluaran yang
dilakukan seluruh rumah tangga ekonomi (RTP, RTK, RTG, dan Rumah Tangga Luar Negeri) di dalam
suatu negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun.

Pendapatan nasional menurut metode pengeluaran dapat dihitung dengan cara menjumlahkan
pengeluaran yang dilakukan seluruh rumah tangga ekonomi. Dengan demikian, komponen-komponen
pendapatan nasional menurut metode pengeluaran terdiri atas empat komponen, yaitu sebagai berikut
:

Konsumsi (Consumption), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen, yang ditulis dalam
rumus dengan lambang C.

Investasi (Investment), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen, yang ditulis dalam
rumus dengan lambang I.

Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
pemerintah, , yang ditulis dalam rumus dengan lambang G.

Ekspor dan Impor (Export-Import), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga Luar Negeri, yang
ditulis dalam rumus dengan lambang X dan M.

Komponen pembentuk pendapatan nasional tersebut menurut pendekatan pengeluaran dapat


dicerminkan dalam rumus sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X – M)

Keterangan :

Y = Pendapatan Nasional

C = Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga Konsumen (RTK)

I = Pengeluaran Investasi Rumah Tangga Produsen (RTP)

G = Pengeluaran pemerintah dari Rumah Tangga Pemerintah (RTG)

X = Ekspor

M = Impor

3. Metode Pendapatan/Penerimaan
Menurut metode pendapatan, pendapatan nasional adalah hasil penjumlahan seluruh penerimaan yang
diterima para pemilik faktor produksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu
tahun). Pendapatan nasional menurut metode penerimaan merupakan penjumlahan dari sewa, upah,
bunga modal, dan laba yang diterima masyarakat pemilik faktor produksi selama satu tahun yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Y=r+w+i+p

Dengan demikian, komponen-komponen pembentuk pendapatan nasional menurut metode


pendapatan/penerimaan terdiri atas empat komponen, yaitu :

Sewa (rent) yang diterima pemilik faktor produksi alam.

Upah (wages) atau Gaji (Salary) yang diterima pemilik faktor produksi tenaga kerja

Bunga modal (interest) yang diterima pemilik faktor produksi modal.

Laba (profit) yang diterima pemilik faktor produksi kewirausahaan (entrepreneurship)

Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional

Jika diamati, perkembangan perekonomian nasional selalu berubah. Perekonomian tersebut disebabkan
adanya perubahan pendapatan nasional. Oleh karena itu, pendapatan nasional yang meningkat
menunjukan adanya perkembangan perekonomian masyarakat suatu negara.

Dapat dikatakan bahwa mengetahui kemajuan perekonomian masyarakat merupakan salah satu tujuan
kalian mempelajari pendapatan nasional. Tujuan-tujuan mempelajari pendapatan nasional yang lain,
yaitu :

Untuk memperoleh taksiran akurat mengenai nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu
negara dalam satu tahun.

Untuk membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan berjangka untuk
mencapai tujuan pembangunan.

Untuk mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perekonomian suatu
negara.

Selain itu, ada beberapa manfaat yang akan kalian peroleh jika kalian mempelajari pendapatan nasional,
antara lain :

Mengetahui dan menganalisa struktur ekonomi suatu negara, dari perhitungan pendapatan nasional,
kalian dapat mengetahui apakah suatu negara cenderung berstruktur ekonomi industri, agraris, atau
jasa.
Membandingkan keadaan perekonomian dari waktu-waktu karena pendapatan nasional dicatat setiap
tahun. Kalian akan memiliki catatan angka-angka perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu sehingga
dapat membandingkan perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu.

Membandingkan perekonomian antardaerah, baik antarkabupaten maupun antarprovinsi.

Menjadi dasar komparatif (perbandingan) dengan perekonomian negara lain.

Membantu merumuskan kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi.

Perbandingan Pendapatan Nasional Antarnegara

Adanya kenaikan dalam pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita biasanya dipakai sebagai
indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. PDB maupun pendapatan per kapita sebenarnya
bukan merupakan ukuran yang ideal. Michael P. Todaro, seorang profesor ekonomi dari Universitas New
York menyatakan bahwa pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita merupakan indeks
kesejahteraan dan pembangunan yang bias atau belum jelas akurat. Pendapatan perkapita hanya
merupakan konsep rata-rata karena sama sekali tidak memberikan indikasi bagaimana pendapatan
nasional sebuah negara dibagikan kepada masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain, pendapatan
nasional maupun pendapatan per kapita tidak memiliki pengaruh apapun terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat.

Sebagai perbandingan, berikut disajikan perkembangan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita
Indonesia dan beberapa negara dikawasan Asia lainnya.

oppurtunity cost ini atau bisa disebut dengan biaya peluang.

Setiap kita melakukan tindakan, pasti kita selalu dihadapkan dengan beberapa pilihan. Terkadang kita
harus memilih mana kegiatan yang paling tepat yang sebaiknya kita utamakan dalam satu waktu. Pada
saat itu kita harus rela kehilangan kesempatan atau peluang lainnya yang timbul dari kegiatan yang
tidak kita pilih

Teori Ekonomi : Pandangan Klasik dan Keynes

Kumpulan Artikel | Tugas Kuliah | Makalah | Tips and Tricks

Loading news...

Beranda > Tugas Kuliah > Widget > Teori Ekonomi : Pandangan Klasik dan Keynes

Posted by gio akramSabtu, 06 April 2013 6 komentar

Teori Ekonomi : Pandangan Klasik dan Keynes Pandangan Klasik.


Pandangan akan perekonomian menurut para ahli ekonomi klasik adalah :

Perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh (Full
Employment).?

Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa :

1. Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan antara penawaran agregat dan
permintaan agregat dari jumlah tabungan dan investasi pada kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.

Tingkat bunga akan menentukan besarnya tabungan rumah tangga maupun investasi yang akan
dilakukan oleh perusahaan dalam perekonomian. Menurut para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-
ubah sampai mencapai tingkat keseimbangan di mana besarnya tabungan = investasi.

Sebagai ilustrasi:

Pada saat tingkat suku bunga 20 %, besarnya tabungan akan meningkat pesat karena memberikan
tingkat pengembalian yang tinggi. Akan tetapi, bank akan kesulitan untuk menyalurkan pinjaman karena
masyarakat akan lebih memilih untuk menabung daripada berinvestasi karena return atas tabungannya
lebih tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, bank akan menurunkan suku bunganya.

Sebaliknya pada saat tingkat suku bunga 10 %, masyarakat akan memilih untuk mencairkan
tabungannya dan memilih untuk berinvestasi saja (dengan asumsi return atas investasi lebih baik).
Karena banyak orang yang memilih untuk berinvestasi, bank menjadi kekurangan dana untuk
dipinjamkan kepada para investor, untuk menghimpun dana, maka bank akan menaikkan suku bunga
tabungannya.

Penyesuaian ini, dalam pandangan ekonomi klasik akan terus berulang-ulang hingga tercapai tingkat
bunga pada titik keseimbangan, misalnya 15 %, di mana pada titik tersebut jumlah tabungan dan jumlah
investasi adalah sama besar. Dalam kondisi ini pendapatan sebesar 15% dari bunga akan habis untuk
pembelian barang kebutuhan karena harga yang ditetapkan oleh para investor memberikan return
sebesar 15 % dari nilai investasinya.

Pada titik tersebut, menurut pandangan ekonomi klasik merupakan titik terjadinya kondisi penggunaan
tenaga kerja penuh (Full Employment) dimana penawaran agregat = pengeluaran agregat. Keadaan
keseimbangan ini akan tetap wujud karena kebocoran (aliran keluar) dari sektor rumah tangga yaitu ?
tabungan akan diimbangi oleh suntikan (aliran masuk) yang sama besar yaitu investasi oleh para
pengusaha.

2. Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan di mana permintaan dan penawaran tenaga
kerja akan mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh.

Para ahli ekonomi klasik beryakinan apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan
penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga pengangguran pada akhirnya dapat
dihapuskan. Asumsi yang digunakan para ahli ekonomi klasik antara lain :
? Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum

? Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan di mana upah adalah sama dengan produksi
marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru)

Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :

Bahwa dalam kondisi adanya pengangguran, para penganggur akan bersedia untuk menerima pekerjaan
dengan tingkat gaji yang lebih rendah. Keadaan ini akan menimbulkan kekuatan yang akan menurunkan
tingkat gaji. Sebagai ilustrasi, pada tingkat upah misalkan Rp.1.000.000, perusahaan memiliki 1000 orang
pekerja. Kemudian terjadi tambahan angkatan tenaga kerja baru sebesar 200 orang yang juga ingin
bekerja pada tingkat upah sebesar Rp. 1.000.000. Karena perusahaan hanya bersedia mengupah 1000
orang pada tingkat upah Rp. 1.000.000, maka terjadi pengangguran sebesar 200 orang. Untuk
memaksimumkan keuntungan dan memperbanyak produksi, perusahaan akan menurunkan tingkat
upah menjadi Rp. 800.000 untuk 1200 pekerja. Dengan demikian, jumlah pengangguran akan terserap
semua, sehingga selalu terjadi kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).

Dengan berdasarkan pandangan ekonomi klasik, maka tingkat perekonomian suatu negara ditentukan
oleh :

Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (C = Capital)

Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian (L = Labor)

Jumlah dan jenis kekayaan alam yang akan digunakan (Q = Quantity)

Tingkat teknologi yang digunakan (T = Technology)

Pandangan Keynes

Teori makroekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan pandangan


para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian suatu negara yang didasari oleh
penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan Keynes yaitu :

?Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu
disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian.?

Perbedaan pandangan Keynes dan Ekonomi Klasik didasarkan atas perbedaan pendapat yang bersumber
dalam persoalan berikut:

1. Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan dan tingkat investasi dalam perekonomian.

Menurut pandangan ahli ekonomi klasik faktor penentu besarnya tabungan dan investasi adalah tingkat
suku bunga. Akan tetapi, menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat suku bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya tingkat
pendapatan rumah tangga. Artinya semakin besar tingkat pendapatan rumah tangga semakin besar pula
tabungan dan sebaliknya.

Dalam pandangan Keynes terhadap besarnya investasi, dia beranggapan bahwa tingkat bunga bukan
merupakan satu-satunya komponen utama dalam menentukan besarnya investasi. Besarnya investasi
juga ditentukan oleh faktor lain seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangan di
masa depan, dan tingkat penggunaan dan perkembangan teknologi. Jadi meskipun tingkat bunga tinggi,
namun apabila keadaan perekonomian sekarang baik untuk dilakukan investasi dan prospek ke
depannya sangat baik, maka kegiatan investasi tetap akan dilakukan.

2. Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha.

Para ahli ekonomi klasik beranggapan bahwa dengan asumsi ceteris paribus, penurunan tingkat upah
tidak akan mempengaruhi biaya produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru).
Akan tetapi menurut Keynes, tidaklah demikian. Dia beranggapan bahwa penurunan tingkat upah akan
menurunkan daya beli masyarakat. Turunnya daya beli masyarakat akan menurunkan tingkat
pengeluaran dan berakibat pada turunnya tingkat harga barang dan jasa. Turunnya tingkat permintaan
terhadap barang dan jasa akibat lemahnya daya beli masyarakat akan berakibat pada penurunan
kapasitas produksi yang artinya pengurangan jumlah tenaga kerja. Dengan demikian penurunan tingkat
upah tidak dapat menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).

Karena perbedaan pendapat antara Keynes dengan para ahli ekonomi klasik di atas, Keynes juga
mempunyai pandangan tersendiri terhadap faktor yang menjadi penentu tingkat kegiatan ekonomi
suatu negara. Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara adalah permintaan
efektif. Yang dimaksud dengan permintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan untuk
membayar barang-barang dan jasa-jasa dalam wujud perekonomian.

Dengan bertambah besarnya permintaan efektif dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi
yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabkan
pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi.

Dalam analisis Keynes, dia membagi permintaan agregat kepada dua jenis pengeluaran, yaitu
pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam
analisis makro ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi pengeluaran
agregat. Berikut adalah penjelasan faktor yang mempengaruhi permintaan agregat :

1. Konsumsi dan Investasi.

Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari
besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut
kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin
besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya.

Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih antara produksi nasional
(dengan asumsi full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin
besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi
sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai
jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak
selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.

Untuk investasi, seperti yang telah disebutkan di atas, dipengaruhi oleh tingkat bunga dan efisiensi
marjinal modal.

Tingkat bunga menurut Keynes dipengaruhi oleh jumlah permintaan uang (yaitu keinginan masyarakat
untuk memperoleh uang untuk digunakan untuk berbagai keperluan seperti transaksi, tabungan,
spekulasi dan atau untuk kebutuhan mendadak) dan jumlah penawaran uang (yaitu uang yang ada
dalam perekonomian dan dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan
jasa).

Apabila penawaran uang > permintaan uang, maka tingkat suku bunga akan naik untuk menyerap
kelebihan dana yang beredar di masyarakat, dan sebaliknya jika penawaran uang < permintaan uang,
suku bunga tabungan akan turun agar masyarakat memilih untuk berinvestasi dan mencairkan
tabungannya sehingga jumlah penawaran uang akan meningkat.

Efisiensi marjinal modal yaitu tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan yang dipengaruhi oleh
faktor seperti kondisi ekonomi sekarang, penggunaan teknologi dan ramalan prospek ekonomi di masa
mendatang. Semakin tinggi tingkat efisiensi modal semakin besar pula investasi dan sebaliknya.

2. Pengeluaran Pemerintah dan Ekspor

Dalam analisis makroekonomi dan perhitungan pendapatan nasional (dengan pendekatan pengeluaran)
pengeluaran pemerintah dan ekspor juga merupakan bentuk pengeluaran.

Besarnya tingkat pengeluaran pemerintah (G) akan mempengaruhi produksi nasional karena pemerintah
sendiri merupakan konsumen yang besar. Sehingga konsumsi dari pemerintah juga mencakup sebagian
besar dari konsumsi nasional.

Ekspor menunjukkan permintaan efektif yang berasal dari luar negeri. Semakin besar ekspor semakin
banyak pula produksi nasional yang dikonsumsi.

Teori Ekonomi : Pandangan Klasik dan Keynes

Pandangan Klasik.

Pandangan akan perekonomian menurut para ahli ekonomi klasik adalah :


?Perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh (Full
Employment).?

Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa :


1. Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan antara penawaran agregat dan
permintaan agregat dari jumlah tabungan dan investasi pada kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.
Tingkat bunga akan menentukan besarnya tabungan rumah tangga maupun investasi yang akan
dilakukan oleh perusahaan dalam perekonomian. Menurut para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-
ubah sampai mencapai tingkat keseimbangan di mana besarnya tabungan = investasi.

Sebagai ilustrasi:

Pada saat tingkat suku bunga 20 %, besarnya tabungan akan meningkat pesat karena memberikan
tingkat pengembalian yang tinggi. Akan tetapi, bank akan kesulitan untuk menyalurkan pinjaman karena
masyarakat akan lebih memilih untuk menabung daripada berinvestasi karena return atas tabungannya
lebih tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, bank akan menurunkan suku bunganya.

Sebaliknya pada saat tingkat suku bunga 10 %, masyarakat akan memilih untuk mencairkan
tabungannya dan memilih untuk berinvestasi saja (dengan asumsi return atas investasi lebih baik).
Karena banyak orang yang memilih untuk berinvestasi, bank menjadi kekurangan dana untuk
dipinjamkan kepada para investor, untuk menghimpun dana, maka bank akan menaikkan suku bunga
tabungannya.

Penyesuaian ini, dalam pandangan ekonomi klasik akan terus berulang-ulang hingga tercapai tingkat
bunga pada titik keseimbangan, misalnya 15 %, di mana pada titik tersebut jumlah tabungan dan jumlah
investasi adalah sama besar. Dalam kondisi ini pendapatan sebesar 15% dari bunga akan habis untuk
pembelian barang kebutuhan karena harga yang ditetapkan oleh para investor memberikan return
sebesar 15 % dari nilai investasinya.

Pada titik tersebut, menurut pandangan ekonomi klasik merupakan titik terjadinya kondisi penggunaan
tenaga kerja penuh (Full Employment) dimana penawaran agregat = pengeluaran agregat. Keadaan
keseimbangan ini akan tetap wujud karena kebocoran (aliran keluar) dari sektor rumah tangga yaitu ?
tabungan akan diimbangi oleh suntikan (aliran masuk) yang sama besar yaitu investasi oleh para
pengusaha.

2. Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan di mana permintaan dan penawaran tenaga
kerja akan mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh.
Para ahli ekonomi klasik beryakinan apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan
penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga pengangguran pada akhirnya dapat
dihapuskan. Asumsi yang digunakan para ahli ekonomi klasik antara lain :
Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum
Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan di mana upah adalah sama dengan produksi marjinal
(biaya untuk memproduksi tambahan produk baru)

Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :


Bahwa dalam kondisi adanya pengangguran, para penganggur akan bersedia untuk menerima pekerjaan
dengan tingkat gaji yang lebih rendah. Keadaan ini akan menimbulkan kekuatan yang akan menurunkan
tingkat gaji. Sebagai ilustrasi, pada tingkat upah misalkan Rp.1.000.000, perusahaan memiliki 1000 orang
pekerja. Kemudian terjadi tambahan angkatan tenaga kerja baru sebesar 200 orang yang juga ingin
bekerja pada tingkat upah sebesar Rp. 1.000.000. Karena perusahaan hanya bersedia mengupah 1000
orang pada tingkat upah Rp. 1.000.000, maka terjadi pengangguran sebesar 200 orang. Untuk
memaksimumkan keuntungan dan memperbanyak produksi, perusahaan akan menurunkan tingkat
upah menjadi Rp. 800.000 untuk 1200 pekerja. Dengan demikian, jumlah pengangguran akan terserap
semua, sehingga selalu terjadi kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).

Dengan berdasarkan pandangan ekonomi klasik, maka tingkat perekonomian suatu negara ditentukan
oleh :

 Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (C = Capital)

 Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian (L = Labor)

 Jumlah dan jenis kekayaan alam yang akan digunakan (Q = Quantity)

 Tingkat teknologi yang digunakan (T = Technology)

Pandangan Keynes
Teori makroekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan pandangan
para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian suatu negara yang didasari oleh
penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan Keynes yaitu :
?Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu
disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian.?

Perbedaan pandangan Keynes dan Ekonomi Klasik didasarkan atas perbedaan pendapat yang bersumber
dalam persoalan berikut:
1. Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan dan tingkat investasi dalam perekonomian.
Menurut pandangan ahli ekonomi klasik faktor penentu besarnya tabungan dan investasi adalah tingkat
suku bunga. Akan tetapi, menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat suku bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya tingkat
pendapatan rumah tangga. Artinya semakin besar tingkat pendapatan rumah tangga semakin besar pula
tabungan dan sebaliknya.

Dalam pandangan Keynes terhadap besarnya investasi, dia beranggapan bahwa tingkat bunga bukan
merupakan satu-satunya komponen utama dalam menentukan besarnya investasi. Besarnya investasi
juga ditentukan oleh faktor lain seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangan di
masa depan, dan tingkat penggunaan dan perkembangan teknologi. Jadi meskipun tingkat bunga tinggi,
namun apabila keadaan perekonomian sekarang baik untuk dilakukan investasi dan prospek ke
depannya sangat baik, maka kegiatan investasi tetap akan dilakukan.

2. Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha.
Para ahli ekonomi klasik beranggapan bahwa dengan asumsi ceteris paribus, penurunan tingkat upah
tidak akan mempengaruhi biaya produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru).
Akan tetapi menurut Keynes, tidaklah demikian. Dia beranggapan bahwa penurunan tingkat upah akan
menurunkan daya beli masyarakat. Turunnya daya beli masyarakat akan menurunkan tingkat
pengeluaran dan berakibat pada turunnya tingkat harga barang dan jasa. Turunnya tingkat permintaan
terhadap barang dan jasa akibat lemahnya daya beli masyarakat akan berakibat pada penurunan
kapasitas produksi yang artinya pengurangan jumlah tenaga kerja. Dengan demikian penurunan tingkat
upah tidak dapat menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).

Karena perbedaan pendapat antara Keynes dengan para ahli ekonomi klasik di atas, Keynes juga
mempunyai pandangan tersendiri terhadap faktor yang menjadi penentu tingkat kegiatan ekonomi
suatu negara. Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara adalah permintaan
efektif. Yang dimaksud dengan permintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan untuk
membayar barang-barang dan jasa-jasa dalam wujud perekonomian.

Dengan bertambah besarnya permintaan efektif dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi
yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabkan
pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi.

Dalam analisis Keynes, dia membagi permintaan agregat kepada dua jenis pengeluaran, yaitu
pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam
analisis makro ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi pengeluaran
agregat. Berikut adalah penjelasan faktor yang mempengaruhi permintaan agregat :
1. Konsumsi dan Investasi.
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari
besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut
kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin
besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya.

Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih antara produksi nasional
(dengan asumsi full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin
besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi
sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai
jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak
selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.

Untuk investasi, seperti yang telah disebutkan di atas, dipengaruhi oleh tingkat bunga dan efisiensi
marjinal modal.

Tingkat bunga menurut Keynes dipengaruhi oleh jumlah permintaan uang (yaitu keinginan masyarakat
untuk memperoleh uang untuk digunakan untuk berbagai keperluan seperti transaksi, tabungan,
spekulasi dan atau untuk kebutuhan mendadak) dan jumlah penawaran uang (yaitu uang yang ada
dalam perekonomian dan dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan
jasa).
Apabila penawaran uang > permintaan uang, maka tingkat suku bunga akan naik untuk menyerap
kelebihan dana yang beredar di masyarakat, dan sebaliknya jika penawaran uang < permintaan uang,
suku bunga tabungan akan turun agar masyarakat memilih untuk berinvestasi dan mencairkan
tabungannya sehingga jumlah penawaran uang akan meningkat.

Efisiensi marjinal modal yaitu tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan yang dipengaruhi oleh
faktor seperti kondisi ekonomi sekarang, penggunaan teknologi dan ramalan prospek ekonomi di masa
mendatang. Semakin tinggi tingkat efisiensi modal semakin besar pula investasi dan sebaliknya.

2. Pengeluaran Pemerintah dan Ekspor


Dalam analisis makroekonomi dan perhitungan pendapatan nasional (dengan pendekatan pengeluaran)
pengeluaran pemerintah dan ekspor juga merupakan bentuk pengeluaran.

Besarnya tingkat pengeluaran pemerintah (G) akan mempengaruhi produksi nasional karena pemerintah
sendiri merupakan konsumen yang besar. Sehingga konsumsi dari pemerintah juga mencakup sebagian
besar dari konsumsi nasional.
Ekspor menunjukkan permintaan efektif yang berasal dari luar negeri. Semakin besar ekspor semakin
banyak pula produksi nasional yang dikonsumsi.

Untuk menjelaskan bagaimana tingkat kegiatan perekonomian ditentukan, akan diberikan ilustrasi
sebagai berikut :

(1) (2) (3)

100 157 Ekspansi

200 250 Ekspansi

300 325 Ekspansi

400 400 Seimbang

500 475 Kontraksi

600 550 kontraksi

Keterangan :
(1) Alternatif tingkat produksi yang akan dicapai perusahaan atau tingkat pendapatan nasional yang
akan dicapai dengan kondisi faktor produksi yang ada.
(2) Pengeluaran agregat aktual yang terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor
(3) Kegiatan ekonomi sebagai akibat perbedaan tersebut.

Pada saat (1) < (2), adalah kondisi dimana pengeluaran agregat melebihi produksi nasional, dengan
demikian faktor produksi yang tersedia tidak cukup untuk mencukupi tingkat konsumsi yang ada
sekarang, sehingga pemerintah harus mengadakan kegiatan perekonomian yang bersifat ekspansi
seperti mencari dan membangun faktor produksi yang baru.
Pada saat (1) = (2), adalah kondisi dimana pengeluaran agregat sama dengan tingkat produksi nasional
yang ada, dengan demikian pemerintah tidak perlu melakukan perubahan atas kondisi kegiatan ekonomi
yang sedang berjalan.

Pada saat (1) > (2), adalah kondisi dimana pengeluaran agregat lebih kecil dari tingkat produksi nasional,
dengan demikian terdapat terdapat faktor produksi yang menganggur dan atau kelebihan produksi.
Sehingga, pemerintah akan melakukan kegiatan ekonomi yang bersifat kontraksi seperti menurunkan
tingkat investasi dengan menaikkan suku bunga, dan membuat kebijakan yang dapat menurunkan
tingkat produksi nasional seperti pembatasan dalam bentuk izin, lisensi, kuota dan lainnya.

Read more: http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/teori-ekonomi-pandangan-klasik-


dan.html#ixzz5VMWZbPt1

You might also like