You are on page 1of 9

2.

1 PENGERTIAN PERTUMBUHAN
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta ukuran
sel. Pada organism prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan
volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.

2.2 KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA DALAM BATCH CULTURE

Penumbuhan mikroba dalam sistem batch culture merupakan sistem kultur tertutup
(menggunakan tabung reaksi atau flask) tanpa adanya penambahan medium baru ke
dalam kultur. Mikrobia dalam sistem tertutup mengalami 4 fase pertumbuhan, secara
berurutan meliputi fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian.
Pertumbuhan mikrobia dalam sistem tertutup menyebabkan fase eksponensial mikrobia
sangat terbatas

2.2.1 Kurva Pertumbuhan Mikroba.


Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta
ukuran sel. Pada organisme prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan
pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.
Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola pertumbuhan tertentu berupa
kurva pertumbuhan sigmoid.

Kurva pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan menjadi empat fase utama : fase lag
(fase lamban atau lag phase), fase pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat
atau log phase), fase stationer (fase statis atau stationary phase) dan fase penurunan
populasi (decline). Fase-fase tersebut mencerminkan keadaan bakteri dalam kultur pada
waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat suatu periode peralihan dimana waktu dapat
berlalu sebelum semua sel memasuki fase yang baru.

1) FASE LAG/ADAPTASI.

Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan mengalami fase
adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Lamanya fase
adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan
sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang
tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.

b. Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi.

Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur
dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya
terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan
komposisi sama seperti sebelumnya.

2) FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL.

Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium
tempat tumbuhnya seperti

pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan


kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada
fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir
fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :

a. Nutrien di dalam medium sudah berkurang.


b. Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.

3) FASE STATIONER.

Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama
dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel
tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi,
sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada
fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti
panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.

4) FASE KEMATIAN.

Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena
beberapa sebab yaitu:

a. Nutrien di dalam medium sudah habis.

b. Energi cadangan di dalam sel habis.


Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis
mikroba.
2.2.2 Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Mikroba
1) Berdasarkan Jumlah Sel
Secara matematis memiliki rumus:

Nt = N02n

Nt : jumlah sel setelah tumbuh selama waktu t

t : waktu pertumbuhan selama fase eksponensial

N0: jumlah sel mula-mula selama fase eksponensial

2 : bilangan tetap (pembelahan biner)

n : jumlah generasi (pembelahan)

 Parameter Kinetika Pertumbuhan Populasi Mikroba

 Jumlah Generasi (n)

log Nt = log N0 + n log 2

log Nt – log N0 = n log 2

n = log Nt – log N0
——————
log 2
= log Nt – log N0
——————
0.301
 Konstanta Kecepatan Pertumbuhan Rerata
k = n/t
n = k.t Nt = No.2k.t

k = log Nt – log N0
——————-
0.301(t)
 Waktu Generasi

Jika populasi mengganda maka t = g

= log (2N0) – log N0


———————–
0.301 (g)

= log 2 + log N0 – log N0


—————————-
0.301 (g)

k = 1/g

g = 1/k

2.3 KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA DALAN CONTINUOS CULTURE

Dalam kultivasi mikroba menggunakan teknik continuous culture, mikroba


ditumbuhkan secara terus menerus pada fase paling optimum untuk fase pertumbuhan
yaitu fase eksponensial dimana sel membelah diri dengan laju yang konstan, massa
menjadi dua kali lipat mengikuti kurva logaritmik. Hal ini dilakukan dengan memberi
nutrisi secara terus menerus sehingga mikroba tidak pernah kekurangan nutrisi.
Penambahan nutrisi/media segar ke dalam bioreaktor dilakukan secara
kontinyu, dimana dalam waktu yang sama larutan yang berisi sel dan hasil produk
hasil metabolisme dikeluarkan dari media dengan volume yang sama dengan substrat
yang diberikan. Kondisi tersebut menghasilkan keadaan yang stedy state dimana
pembentukan sel-sel baru sama dengan sel-sel yang dikeluarkan dari fermentor.
Pada kondisi steady state konsentrasi nutrisi, konsentrasi sel, laju pertumbuhan
dan konsentrasi produk tidak berubah walaupun waktu fermentasi makin lama. Laju
pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh perbandingan antara laju aliran medium dan
volume kultur disebut dengan “Laju Dilusi (D)” dimana

D = F/V

Keterangan:

F : Laju aliran

V : Volume

D : Laju dilusi

Dengan menggunakan continuous culture, sel mikroba atau produk


metabolitnya dapat dipanen secara kontinyu. Continuous culture cocok untuk
diterapkan pada sistem produksi metabolit sel mikroba yang tidak berpengaruh pada
pertumbuhan selnya itu sendiri. Untuk industri bioteknologi berkapasitas besar,
continuous culture menghasilkan efisiensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan batch culture asalkan produk yang dihasilkan tidak berpengaruh negatif
terhadap mikroba penghasilnya
.

Gambar 2. Teknik contnuous culture.

Continuous culture memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:


 Produktivitas lebih tinggi, disebabkan lebih sedikit waktu persiapan bioreaktor
persatuan produk yang dihasilkan, laju pertumbuhan & konsentrasi sel dapat
dikontrol, pemasokan oksigen dan pembuangan panas dapat diatur, dengan
demikian hanya butuh pabrik lebih kecil (pengurangan biaya modal untuk
fasilitas baru).
 Dapat dijalankan pada waktu yang lama.
 Cocok untuk proses yang kontaminasinya rendah dan produk yang berasosiasi
dengan pertumbuhan.
 Pemantauan dan pengendalian proses lebih sederhana.
 Tidak ada akumulasi produk yang menghambat.

Kekurangannnya antara lain:


 Aliran umpan yang lama
 Resiko kontaminasi besar (operasi harus hati-hati & desain peralatan lebih
baik)
 Peralatan untuk operasi dan pengendalian proses harus biasa tetap bekerja baik
untuk waktu yang lama
 Memerlukan mikroba dengan kestabilan genetik tinggi, karena akan digunakan
pada waktu yang lama

2.4 FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN PERTUMBUHAN


MIKROORGANISME

Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor


lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.)
A. Suhu
Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri
dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50C sampai 800C, tetapi bagaimanapun juga
setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas
sistem enzimnya terhadap panas. Bakteri dapat dikelompokkan berdasarkan pada
kisaran suhu pertumbuhannya, yaitu :
a. Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 0C sampai 20 0C.
Suhu optimumnya sekitar 150C. Karakteristik istimewa dari semua bakteri psikrofil
adalah akan tumbuh pada suhu 0 – 5 0C.

b. Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20 0C sampai 450C.
karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah kemampuannya untuk
tumbuh pada suhu tubuh (37 0C) dan tidak dapat tumbuh pada suhu di atas 45 0C.
Bakteri mesofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
 Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 20 – 300C, termasuk
tumbuhan saprofit.
 Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 35 – 400C, termasuk
organisme yang tumbuh baik pada tubuh inang berdarah panas.

c. Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 35 0C atau lebih. Bakteri
termofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
 Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu 37 0C,
dengan suhu pertumbuhan optimum 45 – 60 0C.
 Obligat termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu di atas
suhu 50 0C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas 60 0C.

B. Derajat keasaman (pH)


Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh
temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi
pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih
menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4
– 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada
komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus
diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis
mikroorganisme.

C. Kebutuhan oksigen
Oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok
yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan racun bagi pertumbuhan.
Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok berdasarkan kebutuhan akan
organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang memerlukan oksigen
Sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi. Mikroorganisme anaerob
adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2 karena oksigen akan membentuk
H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan kematian. Mikroorganisme anaerob tidak
memiliki enzim katalase yang dapat menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen.
Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang tetap
tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob. Mikroorganisme
mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen dalam jumlah
terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat kerja enzim oksidatif
dan menimbulkan kematian.
D. Salinitas
Berdasarkan kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Non halofil
2. Halotoleran
3. Halofil (NaCl 10-15%)
4. Halofil ekstrim

You might also like