Professional Documents
Culture Documents
Cara menulis daftar rujukan harus dilakukan pada penulisan karya tulis ilmiah.
Biasanya pada bagian penutup karya tulis ilmiah akan dibuat kesimpulan dan saran. Di
dalamnya akan di buat semacam saran-saran atas masalah yang dibuat secara singkat. Agar
penyusunan sebuah karya ilmiah lebih rapih, biasanya sebuah karya ilmiah akan dilengkapi
dengan daftar pustaka atau rujukan yang berisi buku-buku atau referensi yang dijadikan
sebagai bahan rujukan pembuatan karya tulis tersebut.
Ada tiga bentuk penulisan rujukan, yaitu:
1. Bodynote (catatan tubuh) : Penulisan rujukan yang langsung ditulis dalam teks
kutipan.
2. Footnote (catatan kaki) : Penulisan rujukan dengan menuliskan pada bagian
kaki halaman yang terdapat kutipannya.
3. Endnote (catatan akhir) : Penulisan rujukan dengan menuliskan pada bagian
akhir karangan (setelah kesimpulan dan sebelum daftar pustaka).
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan juga tahun, lalu diapit di
antara tanda kurung. Jika ada dua penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut
nama akhir kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang, penulisan dengan cara
menulis nama pertama dari penulis tersebut, kemudian diikuti dkk (dan kawan-kawan)
atau et al. (et alili). Pilih salah satu, namun harus konsisten dalam menulis satu karya
ilmiah. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan adalah nama lembaga yang
menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran.
Sesungguhnya kepuitisan ini sifatnya subjektif, dalam arti sesuatu yang puitis bagi
seseorang, mungkin tidak puitis bagi orang lain. Memang kepuitisan itu bertingkat-tingkat
hingga mungkin kepuitisan itu terasa oleh seseorang, sedang yang lain tak dapat atau
kurang merasakannya. Meskipun kepuitisan itu subjektif, namun ada cara-cara yang
sifatnya umum untuk mendapatkan kepuitisan yang tertentu dalam sajak.
Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru lagi, garis barunya dimulai 1,2 cm dari tepi kiri
garis teks kutipan.
Contoh:
Kamus yang baik menyertakan pula keterangan tentang asal-usul katanya atau
etimologinya, bila hal itu memang ada. Agaknya kebanyakan dari kita menganggap bahwa
asal0usul kata itu tidak perlu diketahui; yang perlu ialah mengetahui arti kata yang perlu
ialah mengetahui arti kata yang berlaku dewasa ini. Walaupun anggapan ini tidak dapat
ditolak, namun tidak dapat disangkal bahwa mengetahui asal-usul sebuah kata dengan
maknanya yang dahulu, sering lebih memantapkan makna kata itu daripada sekadar
mengahafal arti yang sekarang.
Bahasa Indonesia banyak sekali menerima kata asing. Pemahaman arti kata-kata asing itu
akan lebih manyap, bila kita memahami pula arti aslinya, serta mengetahui sejarah bentuk
katanya. Di samping itu, etimologi beberapa kata asli Indonesia dapat pula membantu kita
memahami arti kata secara lebih baik.