You are on page 1of 7

Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J.

Floratek 10: 54 - 60

PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI GOGO


PADA PERLAKUAN PEMUPUKAN

Growth and Yield of Three Upland Rice Varieties under Different Doses of Fertilization

Laila Nazirah1 dan B. Sengli J. Damanik2

¹Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan 20155.
Email: laila_nazirah@yahoo.co.id
²Staf Pengajar Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155

ABSTRACT

An effort to anticipate a food crisis is to increase food production by planting


upland rice in dry lands. In addition, provision of appropriate fertilizer has great potential
for strengthening food self-sufficiency and for future agricultural development. The study
was aimed at determining growth and yield of three varieties of upland rice under a
compound fertilizer. The experiment was arranged in split plot design, consisting of three
upland rice varieties and three levels of compound fertilizer. The main plot was upland
rice varieties, i.e. Inpago 4, Inpago 5, and Inpago 8, while the subplot was compound
fertilizer, i.e. a dose of 0 kg/ha, 150 kg/ha, and 250 kg/ha. Results showed that varieties
significantly affected plant height, panicle numbers, and panicle length, but did not
significant affect weight of 1000 grains and dried grain. Inpago 4 was the best variety.
The best of NPK fertilizer was found at dose of 250 kg/ha.

Keywords: Upland rice, fertilizers, varieties

PENDAHULUAN pertambangan, dan rumah tangga


(Abdurachman et al. 2008).
lndonesia masih menghadapi Data BPS (Kontan 2011)
persoalan pangan (Praptono, 201I), di menunjukkan bahwa luas sawah pada
mana bahan pangan terutama padi sangat tahun 2010 sekitar 12,87 juta ha. Akan
strategis kedudukannya dalam kehidupan tetapi, menurut menteri pertanian
ekonomi dan politik. Krisis pangan di (Suswono 2011) luas lahan sawah baku
lndonesia akan sangat berat jika terjadi 6,7 juta hektar sedangkan untuk bisa
pada saat yang bersamaan dengan krisis mencapai ketahanan pangan hingga tahun
pangan dunia. 2025 membutuhkan tambahan sawah
Pemanfaatan lahan kering 5,875 juta hektar. Di lain sisi, kenaikan
merupakan salah satu sumber daya yang jumlah penduduk yang semakin
mempunyai potensi besar untuk meningkat akan menjadi ancaman bagi
pemantapan swasembada pangan maupun Indonesia, di mana laju pertambahan
untuk pembangunan pertanian ke depan. penduduk Indonesia saat ini mencapai 1,
Kebutuhan pangan selama ini ditunjang 4%.
oleh padi sawah, yang dalam produksinya Untuk memenuhi permintaan atau
membutuhkan karakteristik lahan dengan kebutuhan beras, salah satu upaya yang
tingkat kesuburan cukup tinggi. harus dilakukan adalah intensifikasi
Karakteristik budidaya padi sawah yang pertanian. Intensifikasi pertanian adalah
demikian membatasi peluang peningkatan upaya peningkatan produksi padi per
produksi beras melalui perluasan areal satuan luas. Salah satu upaya intensifikasi
sawah. Ini karena sempitnya lahan adalah penggunaan varietas unggul.
cadangan yang sesuai untuk dijadikan Telah banyak varietas-varietas baru yang
sawah dan makin ketatnya persaingan telah dihasilkan oleh Badan Penelitian dan
penggunaan air dengan industri, Pengembangan Pertanian, Departemen

54
Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J. Floratek 10: 54 - 60

Pertanian, tetapi informasi tentang membandingkan dua faktor yaitu faktor


varietas-varietas baru tersebut tidak pertama varietas unggul padi gogo dan
banyak yang diketahui petani (Pikukuh et faktor kedua yaitu dosis pemupukan
al., 2009 ). Selain itu, lingkungan juga merupakan
Menurut Suyamto et al. (2007) faktor pendukung dari kemampuan suatu
varietas unggul merupakan salah satu varietas untuk meningkatkan
teknologi yang berperan penting dalam produktivitasnya.
peningkatan kuantitas dan kualitas produk
pertanian. Kontribusi nyata varietas METODE PENELITIAN
unggul terhadap peningkatan produksi
padi nasional antara lain tercermin dari Penelitian ini dilaksanakan di Desa
pencapaian swasembada beras pada tahun Matang Me Kabupaten Aceh Utara.
1984. Hal ini terkait dengan sifat-sifat Penelitian di laksanakan dari bulan Juni
varietas unggul padi gogo antara lain sampai Oktober 2013.
berdaya hasil tinggi, tahan terhadap
penyakit utama, umur genjah sehingga Bahan dan Alat
sesuai dikembangkan dalam pola tanam Bahan yang digunakan adalah
tertentu, dan rasa nasi enak (pulen) benih 3 varietas padi gogo (Inpago 4,
dengan kadar protein relatif tinggi. Inpago 5 dan Inpago 8), pupuk NPK,
Selain faktor varietas unggul yang fungisida Dithane M-45, Curater. Alat
merupakan salah satu komponen yang yang di gunakan adalah cangkul, garu,
andal dan cukup besar sumbangannya dan parang..
dalam meningkatkan produksi padi
nasional faktor dosis pemupukan juga Rancangan Percobaan
sangat mempengaruhi dalam peningkatan Penelitian ini menggunakan
produksi padi. Menurut Harjadi (1993) rancangan Split Plot dengan 3 ulangan.
bahwa interaksi antara padi dengan faktor Petak utama adalah varietas, sedangkan
lingkungan bisa mempengaruhi anak petak adalah dosis Pemupukan.
pertumbuhan padi, faktor-faktor Varietas (V) terdiri dari 3 taraf yaitu V1
lingkungan yang dapat mempengaruhi = Inpago 4, V2 = Inpago 5, dan V3 =
pertumbuhan dan produksi padi dapat Inpago 8. Dosis pupuk majemuk Phonska
dibagi dua golongan yaitu pertama faktor (P) terdiri dari 3 taraf yaitu P0 = 0 kg/ha,
alamiah seperti tanah, iklim, biologis. P1 = 150 kg/ha, dan P2 = 250 kg/ha.
Faktor kedua yaitu sarana produksi seperti Model matematika yang digunakan dalam
pupuk, pestisida dan varietas. penelitian ini adalah
Penurunan kesuburan tanah akan Yijk = µ + Vi + Kj + єij + Pk +
berdampak kepada produksi tanaman VPij + єiik
padi. Pemupukan secara anorganik secara i = 1, 2, 3; j = 1,2,3; dan k
terus menerus secara berlebihan =1.2.3
menyebabkan penurunan unsur hara. Disini :
Menurut Karama dan Rahman (1995), Yijk : pengamatan faktor utama
akibat dari penggunaan bahan kimia yang taraf ke-i, ulangan ke-j dan faktor
terus-menerus mengakibatkan sebagian pemupukan ke-k
besar (73%) lahan, baik lahan sawah µ : rataan umum
maupun lahan kering mempunyai Vi : pengaruh varietas pada taraf
kandungan bahan organik yang rendah ke-i
(>2%). Setyorini et al. (2005) menyatakan Kj : pengaruh kelompok ke-j
bahwa, rendahnya kandungan bahan єij : pengaruh galat I
organik tanah disebabkan oleh Pk : pengaruh dosis pupuk ke-k
ketidakseimbangan antara penggunaan VPik:Interaksi antara varietas
bahan organik dan hilangnya bahan dengan dosis pupuk ke-k.
organik dari tanah utamanya melalui єijk : Pengaruh galat II
proses oksidasi biologis dalam tanah.
Berdasarkan masalah tersebut Analisis statistika didasarkan
maka diperlukan penelitian untuk pada analisis varians dan diikuti dengan

55
Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J. Floratek 10: 54 - 60

Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Penyiangan


Multiple Range Test/DMRT) pada taraf Penyiangan dilakukan setiap 2
5%. minggu sekali, dilakukan tergantung pada
keadaan gulma yang tumbuh di
Pengolahan Tanah lapangan/areal dengan cara manual.
Pengolahan tanah dilakukan 2 kali
dengan pembajakan dan penggaruan. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengolahan pertama dilakukan 2 minggu 1. Tinggi tanaman (cm) di ukur dari
sebelum tanam dan pengolahan kedua 1 permukaan tanah hingga ujung daun
minggu sebelum tanam. tertinggi
2. Jumlah malai per rumpun dihitung
Persiapan Bahan Tanaman pada waktu panen
Benih varietas padi gogo yang 3. Panjang malai/rumpun diukur pada
digunakan pada penelitian ini berasal dari waktu panen
BPTP Banda Aceh, yaitu Inpago 4, 4. Bobot 1000 butir gabah dihitung
Inpago 5, dan Inpago 8. Benih terlebih dengan cara menimbang 1000 butir
dahulu direndam dengan fungisida gabah yang telah dikeringkan hingga
Dithane M-45 dalam air selama 24 jam kadar airnya 14%.
untuk mencegah penyakit karat daun dan 5. Produksi gabah kering per rumpun
imbibisi. Benih yang selesai direndam (g) dihitung pada kadar air 14%.
kemudian dikeringanginkan sampai keluar
kecambah yaitu umur 2 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanaman dan Pemberian Pupuk Karakteristik Lahan


Benih padi ditanam sesuai dengan Lokasi tanah yang digunakan pada
perlakuan. Penanaman dilakukan dengan percobaan ini adalah lahan kering di areal
cara menugal pada kedalaman sekitar 2,5 persawahan yang tanpa irigasi, hamparan
cm. Pemupukan Phonska sesuai perlakuan lahan penelitian mempunyai pH tanah
diberikan saat penanaman. 5,85, kadar N 0,17%, kadar P 5,60 ppm,
kadar C-organik 1,58% dan KTK 0.612
Penyiraman dan Pengendalian Hama m.e/100 g.
Penyakit Analisis sidik ragam menunjukkan
Penyiraman dilakukan setiap hari, bahwa perlakuan varietas berpengaruh
dengan melihat kondisi cuaca jika hari sangat nyata terhadap tinggi tanaman
tidak hujan. Untuk mengendalikan hama pada umur 6 MST dan berpengaruh nyata
dilakukan pengontrolan secara rutin umur 9 MST. Perlakuan pupuk Phonska
terhadap gejala-gejala serangan yang tidak memberikan pengaruh pada umur 6
terjadi di lapangan. Pada penelitian dan 9 MST, serta tidak menunjukkan
tanaman terserang hama dalang sengit adanya interaksi antara perlakuan varietas
dikendalikan dengan penyemprotan dan pemberian pupuk phonska. Rataan
Cyperin 250 EC dengan konsentrasi 2 tinggi tanaman pada umur 6 dan 9 MST
cc/liter air, sedangkan pengendalian hama perlakuan varietas dan pupuk Phonska
tikus dengan Ractis dengan disajikan pada Tabel 1.
meletakkannya di tepi lokasi penelitian.

56
Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J. Floratek 10: 54 - 60

Tabel 1. Tinggi tanaman pada percobaan pengaruh pemupukan majemuk terhadap


pertumbuhan dan hasil berbagai varietas padi gogo umur 6 dan 9 MST
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
6 MST 9 MST
Varietas
V1 (Inpago 4) 67.20 a 83.33 b
V2 (Inpago 5) 56.54 ab 75.23 a
V3 (Inpago 8) 55.77 b 72.11 a
Pupuk Phonska
P0 ( 0 kg/ha) 58.36 a 72.33a
P1 (150 kg/ha) 60.04 a 78.11a
P2 (250 kg/ha) 61.43 a 81.68a
Keterangan: Angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji DMRT.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa lingkungan yang khusus akan


tanaman tertinggi umur 6 dan 9 MST mengakibatkan keragaman pertumbuhan
diperoleh pada perlakuan (V1) Varietas tanaman. Saragih (2010) menyatakan
Inpago 4 yaitu masing-masing 67,20 cm bahwa varietas Inpago 4 sangat adaptif
dan 83.33 cm. Tinggi tanaman terendah terhadap lingkungan yang kurang baik
terdapat pada (V3) Varietas Inpago 8 seperti kekurangan air. Waktu budidaya
yaitu 56.54 dan 72.11. Pada perlakuan tidak mengganggu pembentukan dan
pupuk majemuk NPK, tinggi tanaman pertumbuhan padi dan dapat terlihat dari
tertinggi umur 6 dan 9 MST terdapat deskripsi ke tiga varietas, yang
pada P2 (250 kg/ha) yaitu 61,43 dan 81,68 menunjukkan bahwa Varietas Inpago 4 ini
cm, sedangkan tinggi tanaman terendah mempunyai vigor pertumbuhan yang lebih
dijumpai pada P0 (0 kg/ha) dengan nilai tinggi daripada Inpago 5 dan Inpago 8
masing-masing 58,36 cm dan 72,33 cm. (BPTP 2010).
Perbedaan susunan genetik
merupakan salah satu faktor penyebab Jumlah Anakan Malai per Rumpun
keragaman penampilan tanaman, dalam dan Panjang Malai
hal ini tinggi tanaman. Sesuai dengan Analisis sidik ragam
pendapat Mildaerizanti (2008) bahwa menunjukkan bahwa perlakuan varietas
perbedaan tinggi tanaman lebih ditentukan berpengaruh nyata terhadap jumlah malai
oleh faktor genetik, di samping per rumpun dan sangat nyata terhadap
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan panjang malai. Perlakuan pupuk majemuk
tumbuh tanaman. Apabila lingkungan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
tumbuh sesuai bagi pertumbuhan malai dan panjang malai. Rataan jumlah
tanaman, maka dapat meningkatkan malai dan panjang malai perlakuan
produksi tanaman. Keadaan yang Varietas dan Pupuk majemuk disajikan
bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain pada Tabel 2.
dan kebutuhan tanaman akan keadaan

57
Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J. Floratek 10: 54 - 60

Tabel 2. Jumlah Malai dan Panjang Malai pada Percobaan Pengaruh Pemupukan
Majemuk terhadap Pertumbuhan dan Hasil berbagai Varietas padi gogo
Perlakuan Jumlah Malai Panjang Malai (cm)
Varietas
V1 (Inpago 4) 6.32 b 22.62 a
V2 (Inpago 5) 6.63 ab 19.27 c
V3 (Inpago 8) 8.01 a 20.27 b
Pupuk Phonska
P0 ( 0 kg/ha) 6.38 a 20.63 a
P1 (150 kg/ha) 7.20 a 20.74 a
P2 (250 kg/ha) 7.39 a 21.21 a
Keterangan: Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan Uji DMRT

Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah malai maka semakin banyak jumlah gabah
anakan produktif tertinggi diperoleh pada total. Khairullah et al (2001) melaporkan
varietas Inpago 8 (V3) yaitu 8,01 dan adanya kecenderungan peningkatan hasil
terendah pada varietas Inpago 4 (V1) gabah pada malai yang lebih panjang.
yaitu 6,32. Pada panjang malai, varietas Pupuk NPK berpengaruh terhadap
Inpago 4 (V1) memiliki jumlah malai pertumbuhan dan komponen hasil padi.
terpanjang, yaitu 22,62 cm dan terpendek Menurut Krismawati (2007), penggunaan
ditemukan pada varietas Inpago 5 (V2), pupuk NPK dapat meningkatkan tinggi
yaitu 19,27 cm. Perlakuan pupuk tanaman, jumlah anakan, jumlah malai,
majemuk NPK pada jumlah anakan berat gabah, bobot 1000 butir dan hasil
produktif dan panjang malai tidak Varietas Situ Patenggang.
berpengaruh nyata, tetapi secara visual Tingginya produksi suatu varietas
menunjukkan dosis 250 kg/ha (P2) terbaik mungkin disebabkan oleh faktor genetik
yaitu masing 7,39 buah dan 21,21 cm dan dari kultivar tersebut yang memang
yang terendah terdapat pada 0 kg/ha yaitu mempunyai potensi hasil yang lebih baik.
masing-masing 6,38 buah dan 20,63 cm. Ini sejalan dengan penelitian yang
Varietas Inpago 8 mempunyai dilakukan oleh Mildaerizanti, (2008) yang
jumlah malai terbanyak dibanding mencatat bahwa Varietas Limboto mampu
Varietas Inpago 4 dan Inpago 5. Pada mencapai hasil 3,6 ton ha-1 dan Varietas
deskripsi terlihat bahwa jumlah anakan Seratus Malam mampu memberikan hasil
produktif untuk Inpago 8 lebih rendah dari 2,08 ton ha-1 di daerah aliran sungai
Inpago 5 dan hampir setara dengan Inpago (DAS).
4. Hasil ini bertolak belakang dengan data
pertumbuhan tanaman. Tampaknya Bobot 1000 Biji dan Hasil Gabah
tanaman yang pertumbuhannya tinggi Kering
hanya mampu menghasilkan jumlah Analisis sidik ragam
anakan produktif yang lebih sedikit. menunjukkan bahwa perlakuan varietas
Malai terpanjang dijumpai pada berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
varietas Inpago 4 dan terpendek dijumpai 1000 biji dan hasil gabah kering. Rataan
pada Inpago 5 dan Inpago 8. Panjang berat bobot 1000 biji dan hasil gabah
malai biasanya berhubungan dengan hasil kering perlakuan varietas dan pupuk
tanaman padi di mana semakin panjang majemuk disajikan pada Tabel 3.

58
Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J. Floratek 10: 54 - 60

Tabel 3. Bobot 1000 Biji dan Hasil Gabah Kering pada Percobaan Tanggap
Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Gogo Terhadap Pemberian
Pupuk Majemuk NPK
Perlakuan Berat1000 Butir Hasil Gabah Kering
Varietas
V1 (Varietas Inpago 4) 24.59 6.92
V2 (Varietas Inpago 5) 24.81 6.15
V3 (Varietas Inpago 8) 24.96 6.47

Pupuk Majemuk NPK


P0 ( 0 kg/ha) 23.78 5.53
P1 (150 kg/ha) 24.70 6.84
P2 (250 kg/ha) 25.88 5.53

Pada Tabel 3 terlihat bahwa 4 (6.0 ton/ha). Inpago 4 berada pada


secara visual berat 1000 butir tertinggi urutan tertinggi dikarenakan adaptif
diperoleh pada varietas Inpago 8 (V3) terhadap lingkungan setempat (BPTP
yaitu 24,96 g dan terendah pada varietas Aceh, 2013).
Inpago 4 (V1) yaitu 24,59 g. Pada hasil Pada penelitian ini didapati
gabah, Varietas Inpago 4 (V1) pertumbuhan dan hasil tanaman diperoleh
memebrikan hasil tertinggi, yaitu 6,92 g pada pemupukan dengan dosis NPK 250
dan terendah ditemukan pada Varietas kg/ha (P2) dan terendah pada 0 kg/ha
Inpago 5 (V2), yaitu 6,15 g. Perlakuan (tanpa pemupukan. Hal ini disebabkan
pupuk majemuk NPK terhadap berat 1000 karena takaran kombinasi pemberian
butir dan produksi gabah juga tidak pupuk tersebut merupakan takaran yang
berpengaruh nyata tapi secara visual dosis sesuai dibutuhkan oleh tanaman padi gogo
150 kg/ha (P1) memberikan hasil gabah seperti yang dikemukakan oleh Sutanto
tertinggi. (2002) bahwa ketersediaan unsur hara
Berat 1000 butir dan hasil gabah yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi
kering dari Varietas Inpago 8 lebih baik dengan adanya penambahan NPK yang
dibanding Varietas Inpago 5 dan Inpago tepat sehingga dapat mempercepat
4. Sebaliknya, hasil gabah tertinggi penyerapan unsur hara.
dijumpai pada varietas Inpago 4 dan
terendah dicapai pada Inpago 5. Hal ini SIMPULAN
membuktikan bahwa panjang malai
sinergis dengan hasil padi gogo, yaitu 1. Varietas Inpago 4 adalah yang terbaik
diperoleh pada Inpago 4. Walau tidak untuk tinggi tanaman dan komponen
berbeda nyata, namun secara visual, hasil.
Inpago 4 memberikan produksi tertinggi 2. Perlakuan pemupukan majemuk yang
sedangkan pada deskripsi varietas terbaik untuk semua peubah
tersebut tidak setinggi produksi Inpago 8. pengamatan adalah pada taraf 250
Pemupukan pupuk majemuk NPK pada kg/ha.
dosis 150 - 250 kg/ha mampu 3. Tidak terdapat interaksi yang nyata
meningkatkan berat 1000 butir dan antara varietas dengan dosis
produksi gabah. pemupukan NPK terhadap peubah
Hasil ini setara dengan hasil tinggi tanaman, jumlah malai, panjang
percobaan yang d lakukan di Aceh Timur malai, berat 1000 butir dan hasil
terhadap beberapa varietas padi gogo gabah kering.
Inpago 8 (5,9 ton/ha), Inpago 6 (5,5
ton/ha), Inpago 5 (4,5 ton/ha) dan Inpago
59
Laila Nazirah dan B. Sengli J. Damanik (2015) J. Floratek 10: 54 - 60

DAFTAR PUSTAKA Investasi kontan Rabu 26 januari


2011.
Abdurachman A, Dariah A, Mulyani A. m-padi-di-polibag-1632
2008. Strategi dan teknologi Pertanian
pengelolaan lahan kering mendukung Pikukuh, B., D. Setyorini, Handoko, M.
pengadaan pangan nasional. J Purwoko. 2007. Inovasi Teknologi
Litbang Pert 27(2): 43-49. Varietas Padi. Balai Pengkajian
BPTP. 2010. Padi. Pusat penelitian Teknologi Pertanian Jawa Timur.
Pengembangan Tanaman Pangan Departemen
Bogor. Bogor. Praptono, S. 2011.
BPTP. 2013. Balai Pengkajian Teknologi Bertanampadidipolibag.http://epetani
Pertanian, Aceh Praptono, S. 201 1. .deptan.go.id/budidaya/bertana
Bertanam padi di polibag. Saragih, I. 2010. Penyuluhan pertanian
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ (Materi spesifik Lokalita) Badan
bertana m-padi-di-polibag-1632 Penyuluhan dan Pengembangan
(diakses tgl 26 Maret 2015) Sumber Daya Manusia pertanian.
Harjadi, S.S. 1993. Pengantar Agronomi. Kementrian pertanian.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Setyorini, D., S. Rasti, dan K.A. Ea. 2006.
Karama, A. S. dan A. Rahman. 1995. Kompas: Pupuk organik dan pupuk
Optimalisasi Pemanfaatan sumber\ hayati. Seminar sehari penggunaan
Daya Lahan Berwawasan pupuk organik BPTP. Yogyakarta.h:
Lingkungan Hal 98-12, Dalam Kerja\ 11 – 40.
Penelitian Tanaman Pangan Buku 1. Susanto, S. 2008. Strategi Pengendalian
Kebijaksanaan dan Hasil Utama Alih Fungsi Lahan Beririgasi: Studi
Penelitian. Pusat Peneliti-an dan KasusKabupaten Ban yumas.
Pengembangan Tanaman, Bukit Prosiding Seminar Nasianal Teknik
Bangton. Pertanian 2008 - Yogyakarta, 18-19
Khairullah, I, S. Subowo, dan S. November 2008
Sulaiman. 2001. Daya hasil dan Suswono. 2011. Pernyataan Menteri
penampilanfenotipik galur-galur Pertanian pada pembukaan Kongres
harapan padi lahan pasang surut di kehutanan Indonesia ke 5 tanggal 22
Kalimantan Selatan. Prosiding Nopember 2011. Harian Kompas 23
Kongres IV dan Simposium Nasional Nopember.
Perhipi. Peran Pemuliaan dalam Suyamto, R. Hidajat, S. Wahyuni, Y.
Memakmurkan Bangsa. Peripi Samaullah. 2007. Pedoman Bercocok
Komda DIY dan Fak. Pertanian Tanam Padi. Badan Penelitian Dan
Universitas Gajah Mada. p. 169- 174 Pengembangan Pertanian.
Kontan. 2011. Peringatan Krisis Pangan Departemmen Pertanian.
dating Lagi. Harian Bisnis dan

60

You might also like