You are on page 1of 1

Gunungkidulpost.

com – Wonosari – Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


(Permendikbud) No75/2016 tentang Komite Sekolah terus didorong implementasinya. Pasalnya
peran komite sekolah dinilai belum maksimal sebagai alat kontrol sekaligus wadah aspirasi wali
murid.
Dalam diskusi Implementasi Permendikbud yang digelar di Aula Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Gunungkidul, Pada Selasa (16/5) kemarin.
Salah satu narasumber yakni Diretrur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK), Kangsure Suroto
mengatakan selama ini komite sekolah cenderung hanya sebagai alat untuk pengumpul dana
sekolah.
“Selama ini komite sekolah secara umum yang berjalan fungsi pengumpul dana. Dan inilah yang
kemudian memunculkan label tukang stempel atau ATM-nya sekolah,” katanya kepada
Gunungkidulpost.com.
Menurutnya sesuai dengan Permendikbud itu, seharusnya peran komite sekolah jauh lebih
startegis dan vital di dalam dunia pendidikan. Komite sekolah idealnya menjadi alat kontrol dan
juga wadah untuk menyalurkan aspirasi wali murid ke sekolah.
Namun yang terjadi selama ini malah sebaliknya, komposisi keanggotaan komite sekolah malah
tidak merepresentasikan dan mewakili aspirasi wali murid. Sehingga wali murid malah
cenderung tidak banyak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
“Kenyataan di lapangan komite sekolah malah terdiri dari guru dan bukan orang tua murid di
sekolah tersebut. Periode pengurusanya pun biasanya lebih berlangsung sangat panjang sehingga
itu sangat rawan terjadi penyalahgunaan wewenang,” ujarnya.
Dari penelitian yang dilakukan YSKK, Suroto menyebut saat ini lebih dari 50% komite sekolah
di Indonesia tidak sesuai dengan ketentuan regulasi yang diatur dalam Permendikbud
No75/2016. Mayoritas masalah yang dihadapi oleh komite sekolah adalah minimnya kapasitas
untuk mengelola dan menjalankan organisasi.
Salah seorang Ketua Komite Sekolah SMP 1 Ngipar, Prapto Sediyono mengakui sebelum adanya
Permindikbud No75/2016, komite sekolah memang lebih berfungsi sebagai pengumpul dana
bagi sekolah.
“Dari aturan sebelumnya memang lebih berfungsi untuk pencari dana,” ucap dia.
Selain itu, memang dalam aturan sebelumnya tidak diatur perihal keangotaan komite yang masih
terlalu bebas, sehingga kadang kala tidak dapat mewakili aspirasi wali murid. Oleh sebab itu
pihaknya mendukung adanya Permendibud yang membatasi keanggotaan komite sekolah.
Sementara itu, anggota Komite Sekolah SMP 1 Karangmojo, Tatik mengatakan selama ini
komite sekolah memang memiliki fungsi untuk mengumpulkan dana kebutuhan sekolah. Namun
demikian Hal itu semata-mata memang karena kebutuhan sekolah.
Komite sekolah kata dia tidak selalu mengambil keuntungan dari hal tersebut. Pasalnya
pengurusan komite sekolah hanya berdasarkan sukarela tanpa diberi imbalan apapun.
“Saya khawatir nanti kalau dibatasi malah tidak ada yang mau jadi komite sekolah, karena takut
dikira melakukan pungutan liar dan lain sebagainya,” pungkasnya.

You might also like