Professional Documents
Culture Documents
NICO AUGUSTA
Nico Augusta
NIM F44130071
ABSTRAK
ABSTRACT
NICO AUGUSTA. Evaluation of Drainage System Using SWMM 5.1 in Villa Ratu
Endah Residence, Bogor, West Java. Supervised by NORA HERDIANA
PANDJAITAN dan ASEP SAPEI.
Drainage channel is use to drain runoff from an area. This research were
conducted to evaluate drainage system at Villa Ratu Endah by comparing runoff
with drainage channel capacity using SWMM 5.1 and to make the budget plan
(RAB) for the improvement of the drainage channel. The rainfall was analyse using
Log Person III distribution. The analysis result showed that maximum rainfall was
128.764 mm for 2 years return period. The drainage system of Villa Ratu Endah
Residence consisted of 56 conduits, 56 junctions, 6 outfalls nodes, and 29
subcatchments. The result of drainage system simulation showed that conduit 14
was overflow, because drainage channel capacity of 0.058 m3/det was smaller than
discharge from previous channel of 0.079 m3/det. It was suggested that the width
of square channel C14 should be changed from 0.33 m to 0.5 m, to avoid overflow.
Keywords: channel capacity, drainage network system, residential, run off, SWMM
5.1
EVALUASI SALURAN DRAINASE DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM SWMM 5.1 DI PERUMAHAN VILLA RATU ENDAH,
BOGOR, JAWA BARAT
NICO AUGUSTA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga skripsi ini berhasil dilaksanakan. Judul penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2017 ini adalah "Evaluasi Saluran
Drainase dengan Menggunakan Program EPA SWMM 5.1 di Perumahan Villa Ratu
Endah, Bogor, Jawa Barat". Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan
dan arahan selama penelitian berlangsung.
3. Bapak Sutoyo STP, Msi selaku dosen penguji sidang skripsi atas bimbingan
dan masukannya.
4. Kedua orang tua tercinta Bapak Agus Hermanto dan Ibu Nurcahyanti, atas
doa dan dukungannya.
5. Bapak Achmad Juheri selaku Ketua RT 06 Villa Ratu Endah atas bantuan saat
pengambilan data.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2013
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga ide yang
disampaikan dalam karya ilmiah ini dapat tersampaikan dengan baik dan
memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Nico Augusta
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Drainase ............................................................................................................... 3
Aliran Permukaan ................................................................................................ 3
EPA SWMM 5.1 ................................................................................................. 5
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 6
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 6
Bahan dan Peralatan ............................................................................................ 7
Prosedur Penelitian .............................................................................................. 7
HASIL dan PEMBAHASAN................................................................................ 10
Keadaan Umum Lokasi Penelitian .................................................................... 10
Analisis Curah Hujan Rencana .......................................................................... 12
Pemodelan Jaringan Drainase dengan SWMM 5.1 ........................................... 14
Rencana Anggaran Biaya yang Dibutuhkan ..................................................... 17
SIMPULAN .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 29
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam mengakomodasi aktivitas, diperlukan hunian sebagai tempat tinggal.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk, berbanding lurus dengan permintaan akan
kebutuhan tempat tinggal. Seiring dengan bertambahnya penduduk maka
perumahan dan permukiman bertambah dengan cepat. Menurut Kodoatie dan
Syarief (2010) pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan semakin
berlanjutnya paembangunan. Hal ini mendasari manusia untuk mengeksploitasi
alam demi pertumbuhan ekonomi.
Pada daerah imbuhan (recharge area) dikarenakan perkembangan penduduk
dan pertumbuhan ekonomi maka terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan
pemukiman dan industri. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resapan air.
Selain itu, karena peningkatan kebutuhan air juga akan menyebabkan penurunan
ketersediaan air tanah. Lahan yang semula berupa daerah konservasi, kawasan
lindung, daerah resapan air, dan daerah penyangga kemudian berubah menjadi
daerah-daerah kedap air yang berupa pemukiman. Perubahan fungsi lahan juga
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran permukaan (runoff) yang
menyababkan terjadinya potensi bencana banjir. Dalam pengelolaan sumber daya
air maka hal tersebut merupakan aspek pengendalian daya rusak air. (Kodoatie dan
Syarief 2010). Pada beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ketika hujan tiba
sering terjadi genangan yang disebabkan karena tidak berfungsinya saluran drainase
dengan optimal (Tangkudung dkk 2013). Untuk mengatasi persoalan ini dibutuhkan
infrastruktur pendukung yaitu saluran drainase. Oleh karena itu setiap
perkembangan suatu daerah harus diikuti dengan evaluasi saluran drainase secara
menyeluruh, tidak hanya pada lokasi pengembangan, tetapi juga daerah sekitarnya
yang terpengaruh (Kodoatie 2003).
Sistem drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin 2004). Perumahan Villa
Ratu Endah merupakan perumahan yang terletak di Kabupaten Dramaga, Bogor.
Di beberapa lokasi di perumahan Villa Ratu Endah terjadi genangan air saat hujan
karena saluran drainase yang sudah dibuat tidak dapat menampung dan
menyalurkan dengan baik seluruh air buangan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
mengenai besarnya limpasan yang terjadi dan kesesuaiannya dengan saluran
drainase yang tersedia. Analisis dilakukan dengan menggunakan model EPA
SWMM 5.1. Model ini banyak digunakan untuk menganalisis permasalahan
limpasan di daerah perkotaan. Adapun keunggulan SWMM 5.1 dibandingkan
dengan SWMM sebelumnya memungkinkan para perencana untuk secara akurat
untuk menentukan keefektifannya dalam mengelola aliran air hujan dan gabungan
saluran pembuangan. SWMM 5.1 menyediakan fitur mengedit data masukan area
studi, menjalankan simulasi hidrologi, hidrolik dan kualitas air. Dan melihat
hasilnya dalam berbagai format. Yang terakhir mencakup area drainase dengan
kode warna, grafik dan tabel, profil, dan analisis frekuensi statistik (EPA 2017).
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk untuk
mengevaluasi kesesuaian saluran drainase dengan besarnya limpasan yang terjadi
dan menyusun rencana perbaikan ruas saluran drainase.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Drainase
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase
juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut (Suripin 2004).
Kebutuhan akan sistem drainase yang memadai telah diperlukan sejak
beberapa abad yang lalu, seperti pada masa 300 SM jalan-jalan pada masa tersebut
dibangun dengan elevasi lebih tinggi untuk menghindari adanya limpasan di jalan
(Long 2007). Berdasarkan sejarah terbentuknya, drainase dibagi menjadi: (1)
drainase alamiah dan (2) drainase buatan. Drainase alamiah terbentuk secara alami
dan tidak memiliki bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu/beton, dan gorong-gorong. Drainase buatan merupakan saluran
drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti selokan, pasangan batu/beton, gorong-gorong,
dan pipa-pipa (Suripin 2004).
Menurut letaknya, saluran drainase dapat dibedakan atas saluran drainase di
permukaan tanah yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan, dan
saluran drainase di bawah permukaan tanah, yaitu saluran drainase yang berfungsi
untuk mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan
tanah (pipa-pipa). Menurut konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan atas
saluran terbuka dan saluran tertutup. Jaringan saluran drainase terdiri dari saluran
drainase primer, saluran drainase sekunder, dan saluran drainase tersier (Hasmar
2011). Suatu saluran pembuangan dibuat sesuai dengan kondisi lahan dan
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu drainase bisa di bangun dalam berbagai
macam pola jaringan agar tercapai hasil yang optimal (Kusumo 2009). Sistem
drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah admistrasi kota dan
daerah perkotaan. Sistem tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi
mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman
yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat
memberikan manfaat bagi kegiatan masyarakat (Simanjuntak 2014). Evaluasi
saluran drainase dilakukan dengan membandingkan antara debit banjir rencana
(Qranc) dengan kapasitas saluran (Suroso dkk 2014). Perbandingan antara debit
rencana (Qrencana) dan debit eksisting (Qeksisting) pada perencanaan drainase tidak
memenuhi syarat saat debit rencana (Qrencana) lebih besar dibandingkan debit
eksisting (Qeksisting) sehingga saluran drainase tidak aman (meluap) dan terdapat
genangan air di permukaan jalan (Saido dkk 2014). Perencenaan ulang saluran perlu
diperhatikan efisensi hidrolis artinya dalam pembuatan saluran diharapkan tidak
terjadi permasalahan baru dengan dibuatnya saluran tersebut sehubungan dengan
perilaku aliran yang terjadi. Oleh karena itu dilakukan evaluasi dimensi saluran agar
kapasitas saluran yang direncanakan mampu mengalirkan debit dengan baik
(Fatima dan Suhudi 2014).
4
Aliran Permukaan
Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran gerakan air
di alam yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahan-
perubahannya antara lain keadaan zat cair, padat dan gas dalam atmosfer diatas dan
dibawah permukaan tanah. Didalamnya tercakup pula air laut yang merupakan
sumber dan penyimpanan air yang mengaktifkan kehidupan di bumi. Analisis
hidrologi diperlukan dalam perencanaan berbagai bangunan air seperti bendungan,
bangunan pengendali banjir, dan banguanan irigasi (Soemarto 1999).
Analisa hidrologi diperlukan untuk menhitung debit banjir rancangan yang
akan dipakai dalam perhitungan analisa kapasitas saluran drainase. Sedangkan data
hidrologi yang diperlukan dalam perancangan drainase adalah data curah hujan dari
stasiun pencatat curah hujan disekitar atau terdekat lokasi studi (Widodo dan
Ningrum 2015). Apabila kondisi peningkatan luas ruang terbangun yang
memberikan pengaruh secara signifikan pada penurunan air dan peningkatan laju
limpasan permukaan tidak diarahkan, maka akan mengganggu siklus hidrologi serta
penataan air akan menimbulkan daya rusak bagi sarana prasarana (Bisri dkk 2012).
Penguapan terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Uap yang dihasilkan mengalami
kondensasi dan dipadatkan membentuk awan yang nantinya kembali menjadi air
dan turun sebagai presipitasi. Sebelum tiba di permukaan bumi presipitasi tersebut
sebagian langsung menguap ke udara, sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
(intersepsi) dan sebagian mencapai permukaan tanah. Air yang sampai ke
permukaan tanah sebagian akan berinfiltrasi dan sebagian lagi mengisi lekuk-lekuk
permukaan tanah kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah (runoff), masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalananya sebagian akan
mengalami penguapan. Air yang masuk ke dalam tanah sebagian akan keluar lagi
menuju sungai yang disebut dengan aliran intra (interflow). Sebagian akan turun
dan masuk ke dalam air tanah yang sedikit demi sedikit dan masuk ke dalam sungai
sebagai aliran bawah tanah (groundwater flow) (Suripin 2004).
Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisis hidrologi pada
perencanaan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase. Pengukuran hujan
dilakukan selama 24 jam, dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan
total yang terjadi selama satu hari. Untuk berbagai kepentingan perencanaan
drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data harian, akan tetapi
juga distribusi jam-jaman atau menitan. Hal ini akan membawa konsekuensi dalam
pemilihan data, dan diajurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran
dengan alat ukur otomatis (Wesli 2008).
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan
diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun
secara empiris. Intensitas ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi. Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan
durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman.
Data curah hujan jangka pendek ini hanya diperoleh dengan menggunakan alat
pencatat hujan otomatis (Wesli 2008).
Analisis curah hujan memproses data curah hujan hasil pengukuran yang
diolah menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit aliran. Penetapan
5
periode ulang hujan (PUH) ini dipakai untuk menentukan besarnya kapasitas
saluran air terhadap limpasan air hujan atau besarnya kapasitas (kemampuan) suatu
bangunan air, untuk keperluan- keperluan tertentu. Intensitas hujan sebagai
ketinggian hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi
(Supriyani dkk 2012).
Curah hujan merupakan variabel yang acak, tidak berpola dan besarnya tidak
menentu dari waktu ke waktu. Adapun pola kecenderungan debit aliran juga
memiliki kaitan pola penggunaan lahan yang cenderung terus mengalami konversi
dari lahan non-terbangun menjadi lahan terbangun. Dengan semakin banyaknya
penutupan lahan yang relatif kedap air (seperti bangunan) dan berubahnya hutan
menjadi penggunaan lain akan mengurangi kapasitas penyerapan air hujan ke dalam
tanah. Berkurangnya resapan ini sebaliknya akan meningkatkan limpasan
permukaan yang selanjutnya memperbesar peluang terjadinya banjir (Wibowo
2005).
Dalam analisis frekuensi, hujan rancangan merupakan hujan dengan
kemungkinan tinggi untuk terjadi pada kala ulang tertentu. Analisis frekuensi
sesungguhnya merupakan prakiraan dalam arti probabilitas untuk terjadinya suatu
peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rancangan. Hasil analisis frekuensi
berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk mengantisipasi
setiap kemungkinan yang akan terjadi. (Triatmodjo 2010). Analisis curah hujan
rencana digunakan empat distribusi dalam analisis frekuensi yaitu Distribusi
Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel dan Distribusi Log Pearson
Type III. Selanjutnya dari keempat distribusi tersebut diuji dengan menggunakan
uji kecocokan Chi Kuadrat untuk menentukan distribusi mana yang cocok untuk
digunakan dalam perhitungan selanjutnya (Isfandri dkk 2014). Perhitungan curah
hujan rencana untuk periode ulang tertentu secara statistik dapat diperkiran
berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan (maximum annual
series) jangka panjang dengan analisis distribusi frekensi. Curah hujan rencana ini
biasanya dihitung untuk periode ulang 5, 10 dan 20 tahun (Zarkani dkk 2016)
perencanaan daerah penahan sementara untuk pengendalian banjir. Selain itu juga
dapat digunakan untuk pemetaan daerah genangan banjir. EPA SWMM
menghitung berbagai proses hidrologis dengan memperhatikan limpasan dari
daerah perkotaan, yaitu curah hujan dengan variasi waktu, evaporasi permukaan air,
akumulasi salju dan mencairnya, curah hujan di daerah tampungan, infiltrasi dari
curah hujan yang masuk ke lapisan tanah tidak jenuh air, perkolasi dan infiltrasi ke
dalam lapisan air tanah, aliran bawah antara air tanah, dan sistem drainase.
Tahap pertama dalam melakukan pemodelan yaitu input data. Setelah itu
dilakukan running.Hasil pemodelan memperlihatkan system drainase bagian
kawasan pemukiman yang tergenang banjir.Tahap berikutnya merupakan analisis
hasil running. Untuk pengoperasian program EPA SWMM data-data yang harus
dimasukkan adalah dimensi saluran, luas sub catchment, dan intensitas hujan
rencana. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari survey langsung ke
lapangan dan analisis curah hujan maka program ini dapat digunakan (Fairizi 2015).
Adapun pada pengaplikasian EPA SWMM 5.1 di Indonesia telah digunakan
untuk melakukan evaluasi saluran drainase, salah satunya untuk melakukan
pengendalian banjir. Hikmatullah (2016) telah melakukan penelitian menggunakan
EPA SWMM di Komplek IPB Sindang Barang II, Bogor. Pada hasil yang didapat
terdapat 4 saluran yang mengalami limpasan, dengan debit aliran sebesar 144.13
mm. Upaya perbaikan saluran dengan penambahan kedalaman menjadi 0.6 m untuk
3 saluran dan satu saluran menjadi 0.4 m.
Penelitian mengenai EPA SWMM 5.1 juga pernah dilakukan oleh Huda
(2016) di Perumahan Rancamaya Bogor. Berdasarkan hasil yang didapat berupa
limpasa puncak pada subcathment rata-rata sebesar 0.018 m3/detik dan total
limpasan pada masing-masing subcatchment rata-rata sebanyak 179.6 m3. Terdapat
2 saluran yang meluap, dikarenakan debit aliran maksimum saluran melebihi
kapasitas saluran. Upaya perbaikan kedua saluran yang meluap tersebut dengan
penambahan kedalaman saluran sebesar 0.2 m.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2017. Saluran drainase
yang dianalisis adalah saluran drainase yang berada di Perumahan Villa Ratu
Endah, Kelurahan Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa
Barat (Gambar 1).
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
bersumber dari observasi lapangan dan pengukuran secara langsung di lapangan
yang mencakup data karakteristik saluran dan sistem jaringan drainase di
Perumahan Villa Ratu Endah Bogor. Data sekunder yang digunakan berupa data
intensitas hujan harian maksimum selama 10 tahun yaitu data hujan tahun 2004-
2013 dan peta masterplan Perumahan Villa Ratu Endah Bogor. Alat yang
digunakan yaitu laptop, theodolite, target rod, kompas, alat tulis, kalkulator. Laptop
7
yang digunakan telah dilengkapi dengan software Microsoft Office dan EPA
SWMM 5.1.
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
a. Studi pustaka
Metode studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam menganalisis permasalahan yang diteliti. Studi pustaka ini
dapat diperoleh dari publikasi ilmiah atau jurnal, laporan penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan, dan buku-buku yang menerangkan tentang
aspek yang digunakan dalam menganalisis permasalahan.
b. Pengumpulan data
Data primer yang diperlukan adalah kondisi jaringan drainase pada saat
penelitian yang meliputi jenis saluran, panjang, lebar, kedalaman, dan elevasi
saluran serta batas daerah tangkapan air untuk setiap subcatchment.
Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mendapatkan data-data yang
dibutuhkan dalam menganalisis saluran drainase yang ada di tempat penelitian.
Data sekunder meliputi data curah hujan harian, dan peta lokasi studi.
c. Pengolahan data
Data curah hujan dapat berupa time series. Kondisi subcatchment adalah
kondisi lahan yang mencakup topografi dan sistem drainase yang ada untuk
mengalirkan langsung aliran permukaan menuju satu titik outlet. Pada
subcatchment terdapat dua macam jenis area, yaitu impervious (kedap air) dan
pervious (dapat dilalui air).
8
Mulai
Analisis luas
Analisis daerah
subcatchment Analisis curah
pervious dan
hujan rencana
impervious
• Volume limpasan
• Profil aliran
Saluran Tidak
drainase sesuai
dengan debit
rencana
Ya
Selesai
Q = A v ............................................................................................................(1)
Q = A 1/n R2/3S1/2 ........................................................................................ (2)
Keterangan :
v = kecepatan (m/det)
n = koefisien Manning
S = kemiringan saluran
A = luas penampang saluran (m2)
Q = debit (m3/det)
R = jari-jari hidrolik (m)
Conduit adalah pipa atau saluran yang menyalurkan air dari satu node ke node
yang lain. Bentuk melintang dari saluran dapat dipilih dari beberapa macam
bentuk standar yang disediakan EPA SWMM 5.1.
Junction adalah node-node sistem drainase yang berfungsi untuk
menggabungkan satu saluran dengan saluran yang lain. Outfall node adalah titik
pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan untuk menentukan batas
hilir (downstream).
d. Analisis data
a. Daerah Pervious dan Impervious
Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan survei di lapang
untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi (pervious) dan
daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious).Kemudian dapat dihitung
persentase luas daerah pervious dan impervious untuk setiap subcatchment, sebagai
input data dalam subcatchment.
2. Nilai Curah Hujan Rencana
Nilai curah hujan rencana merupakan nilai input yang berupa time series.
Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana dilakukan dengan
menggunakan teori probability distribution, antara lain Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel.
Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi yang digunakan akan dilakukan uji
kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat.
3. Model EPA SWMM
a) Pembagian Subcatchment
Langkah awal dalam penggunaan SWMM adalah pembagian subcatchment
pada area penelitian. Pembagian tersebut sesuai dengan daerah tangkapan air
(DTA) yang ditentukan berdasarkan pada elevasi lahan dan pergerakan air limpasan
ketika terjadi hujan.
b) Pembuatan Model Jaringan
Pembuatan model jaringan dilakukan berdasarkan sistem jaringan drainase
yang ada di lapangan. Model jaringan ini terdiri dari subcatchment, node junction,
conduit, outfall node, dan rain gauge. Setelah tersusun model jaringan selanjutnya
dimasukkan semua nilai parameter yang dibutuhkan untuk semua properti tersebut.
c) Simulasi Respon Aliran pada Time Series
Simulasi respon aliran pada time series dilakukan untuk melihat respon debit
aliran terhadap waktu berdasarkan sebaran curah hujan. Nilai yang dimasukkan
10
adalah nilai sebaran curah hujan terhadap waktu dengan total nilai sesuai dengan
curah hujan rancangan hasil dari analisis hidrologi.
d) Simulasi model
Simulasi ini dilakukan setelah model jaringan drainase dan semua parameter
berhasil dimasukkan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error < 10
%. Dalam simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara
memodelkan suatu sistem drainase. Aliran permukaan atau limpasan permukaan
terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas
infiltrasi.
e) Output simulasi SWMM
Output dari simulasi ini antara lain runoff quantity continuity, flow routing
continutiy, highest flow instability indexes, routing time step, subcatchment runoff,
node depth, node inflow, node surcharge, node flooding, outfall loading, link flow,
dan conduit surcharge yang disajikan dalam laporan statistik simulasi rancangan.
f) Visualiasi hasil
Visualisasi hasil yang ditampilkan berupa jaringan saluran drainase hasil
output dari simulasi, profil aliran dari beberapa saluran utama dan yang diketahui
tergenang, dan grafik aliran yang terjadi pada saluran
g) Perbaikan saluran
Perbaikan saluran dilakukan saat saluran pada hasil visualisasi SWMM
mengalami limpasan. Perbaikan saluran drainase dengan melakukan perubahan
dimensi saluran drainase disesuaikan hingga visualisasi SWMM tidak mengalami
limpasan.
h) Penyusunan desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) perbaikan
Langkah selanjutnya adalah penyusunan desain dan rencana anggaran biaya (RAB)
perbaikan. Dari Output dari SWMM dapat diketahui dimensi perbaikan yang
dibutuhkan untuk membuat saluran drainase yang effisien. Setelah mengetahui
dimensi perbaikan saluran drainase maka dapat disusun rencana anggaran biaya
(RAB) untuk pembuatan saluran drainase yang dibutuhkan.
Berdasarkan data curah hujan harian maksimum dihitung nilai hujan rencana.
Nilai hujan rencana dihitung dengan analisis frekuensi dan probabilitas
menggunakan Distribusi Normal, Log Normal, Log-Person III, dan Gumbel.
13
Periode ulang yang digunakan untuk menghitung nilai hujan rencana yaitu 2, 5, 10,
25, dan 50 tahun. Adapun hasil analisis frekuensi curah hujan rencana dapat dilihat
pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai curah hujan rencana dari setiap metode
didapatkan nilai yang berbeda sehingga harus diuji kesesuaiannya dengan sifat
masing-masing jenis distribusi. Setelah didapatkan hasil analisis frekuensi curah
hujan rencana, dilakukan perbandingan Skewness Coefisient (Cs) dan Kurtois
Coefisient (Ck) untuk menentukan jenis probabilitas yang sesuai. Adapun
penentuan tipe distribusi dapat dilihat dari parameter-parameter statistik data
pengamatan lapangan, yaitu nilai Cs, dan Ck yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 4 Hasil perhitungan uji Chi kuadrat distribusi Log Person III
Kelas Interval Of Ef Of-Ef (Of-Ef)2/Ef
1 >2.1718 1 2 -1 0.5
2 2.1155 - 2.1718 4 2 2 2
3 2.0761 - 2.1155 2 2 0 0
4 2.0389 - 2.0761 1 2 -1 0.5
5 <2.0389 2 2 0 0
∑ 10 10 0 3
14
Berdasarkan hasil pada Tabel 4 nilai 𝑥 2 yang didapatkan sebesar 3. Hal ini
menunjukkan pengujian untuk distribusi Log Pearson III dapat diterima karena nilai
𝑥 2 perhitungan lebih kecil dari 𝑥𝑐𝑟
2
pada tabel uji Chi Kuadrat yang nilainya 5.991.
Setelah didapatkan distribusi Log Person III sebagai jenis distribusi yang
digunakan, kemudian dibuat time series distribusi hujan rencana. Adapun hasil
periode ulang curah hujan maksimum dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5 Periode ulang curah hujan maksimum dengan distribusi Log Person III
Periode Periode
R24 R24
Ulang KT Ulang KT
(mm) (mm)
(tahun) (tahun)
2 0.09681 128.764 10 122.894 152.317
5 0.85513 144.098 25 160.083 160.958
Nilai yang digunakan merujuk pada Tabel 2 yaitu 128.764 mm. Nilai tersebut
diambil untuk analisis saluran drainase saluran pada daerah tangkapan air yang
luasnya kurang dari 10 ha dan digunakan periode ulang 2 tahun (PermenPU 2014).
Setelah didapatkan curah hujan maksimum, ditentukan periode ulang 2 tahun yang
digunakan. Berdasarkan hasil curah hujan maksimum sebesar 128.764 mm lalu
didistribusikan berdasarkan wilayah Kota Bogor dengan persentase distribusi setiap
jam sebesar 0%, 38%, 28%, 11%, 14% dan 9% (Priambodo 2014). Adapun hasil
distribusi hujan rencana di Kota Bogor ditunjukkan pada Tabel 6.
conduit,56 junction dan 6 outfalls nodes. Pada perumahan Villa Ratu Endah dari
outler air mengalir menuju saluran irigasi untuk persawahan dan sebagian menuju
lahan tidak terpakai.
Simulasi model ini dilakukan setelah pemodelan jaringan drainase telah
diselesaikan sesuai dengan observasi lapang. Simulasi menghasilkan nilai
continuity error surface runoff untuk pemodelan jaringan drainase sebesar 0.55 %
dan nilai ini termasuk sangat besar. Hal ini menunjukkan terjadi limpasan pada
saluran drainase. Nilai continuity error flow routing hasil simulasi sebesar 0.00%.
Jika nilai continuity error mencapai 10 % maka analisis diragukan (Rosman 2004).
Berdasarkan hasil simulasi curah hujan sebanyak 128.76 mm sebagian diserap oleh
daerah tangkapan air dan ada pula yang mengalir sebagai limpasan. Nilai infiltrasi
dan limpasan setiap daerah tangkapan air berbeda, karena luas subcatchment serta
persentase daerah pervious maupun impervious yang berbeda.
Pada subcatchment S20 nilai total infiltrasi sebesar 3.86 mm. Hal ini
dikarenakan pada subcatchment S1 daerah pervious mencapai 79%. Adapun nilai
karakteristik dan hasil simulasi limpasan terdapat pada Lampiran 2 serta Lampiran
3. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa pada saluran drainase terdapat
limpasan pada conduit. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 yang menggambarkan
hasil simulasi jaringan drainase.
Dari hasil simulasi jaringan drainase pada jam pertama didapatkan bahwa
pada conduit 14 terjadi limpasan pada saluran yang ditunjukkan dengan warna
merah. Hal ini dikarenakan kapasitas saluran drainase yang kurang memadai untuk
16
Jarak (m)
Gambar 6 Profil aliran node J9 hingga J15
Berdasarkan Gambar 6 didapatkan bahwa pada C14 aliran lebih tinggi dari
aliran pada C13, karena kapasitas saluran C14 tidak sesuai dengan kapisas aliran
dari saluran sebelumnya. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa limpasan
yang terbesar terjadi pada jam ke-1, karena hasil distribusi hujan rencana yang
digunakan terbesar terjadi pada jam ke-1. Setelah itu, besar limpasan kembali
menurun terhadap waktu. Adapun besaran limpasan terhadap waktu pada saluran
C14 akan ditunjukkan pada Gambar 7
Debit Aliran (m3/det)
Waktu (jam)
Saluran 13 (m3/det) Saluran 14 (m3/det)
Gambar 7 Besaran limpasan terhadap waktu
17
Pada rencana anggaran biaya saluran C14 diperlukan nilai analisis harga
satuan pekerjaan berdasarkan dengan tempat penelitian. Setelah didapatkan nilai
harga satuan pekerjaan diperlukan nilai volume saluran yang akan di modifikasi.
Adapun untuk mendapatkan nilai volume saluran diperlukan dimensi saluran
drainase C14 yang terdapat pada Lampiran 4. Setelah mendapatkan nilai volume
dan harga satuan pekerjaan didapatkan jumlah estimasi harga yang diperlukan
untuk memperbaiki saluran C14 yang ditunjukkan pada Tabel 7.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lahan
Luas Lebar Lahan Impervious
Subcathment Pervious
(ha) (m) (%)
(%)
S1 0.050 15.00 45 55
S2 0.063 14.20 88 12
S3 0.110 14.20 98 2
S4 0.085 15.20 46 54
S5 0.110 13.50 80 20
S6 0.109 13.90 59 41
S7 0.114 15.20 49 51
S8 0.033 16.40 45 55
S9 0.089 16.40 69 31
S10 0.099 16.00 69 31
S11 0.034 15.80 20 80
S12 0.128 16.10 81 19
S13 0.246 14.00 87 23
S14 0.074 12.50 45 55
S15 0.077 15.00 74 26
S16 0.143 13.90 96 4
S17 0.096 16.30 85 15
S18 0.100 19.90 98 2
S19 0.078 14.30 96 4
S20 0.078 15.40 21 79
S21 0.048 8.90 75 25
S22 0.029 15.10 55 45
S23 0.140 12.50 67 33
S24 0.018 12.20 97 3
S25 0.077 12.20 41 59
S26 0.170 14.70 29 71
S27 0.042 14.70 45 55
S28 0.029 13.80 62 38
S29 0.040 13.60 41 59
23
Lampiran 4 Lanjutan
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
1. Nico Augusta
2. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA
3. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS
LOKASI PENELITIAN
CATATAN
JUDUL GAMBAR
1 1
MM 1:8
28
Lampiran 8 Gambar memanjang desain perbaikan saluran C14
LOKASI PENELITIAN
CATATAN
JUDUL GAMBAR
POTONGAN MEMANJANG
SALURAN C13
1 1
MM 1 : 110
29
RIWAYAT HIDUP