You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


KARSINOMA PARU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen pengampu Subandiyo, S.Pd. S.Kep. Ns

DISUSUN OLEH:
1. DESI KURNIAWATI (P1337420217093)
2. ERFIN (P1337420217116)
3. SINDY KARTIKA PUTRI (P1337420217118)
KELOMPOK 5
TINGKAT 2 C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Medikal Bedah “Karsinoma Paru” ini dengan baik tanpa
halangan suatu apapun.
Laporan pendahuluan ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas
semester pertama tingkat 2 C. Dalam penyajian laporan pendahuluan ini, penulis
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Yth. Ibu Walin, SST. M.Kes selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan
Purwokerto
3. Yth. Bapak Subandiyo, S.Pd. S.Kep. Ns selaku dosen pembimbing
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat
5. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan pendahuluan ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
bagi pembaca khususnya serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita
Indonesia guna mencapai tujuannya masing-masing sehingga dapat dijadikan
panutan yang berguna bagi masa depan nusa bangsa dan agama sekaligus menjadi
contoh kepada generasi-generasi penerus bangsa kita Indonesia.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1
D. Metode Penulisan ..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ...............................................................................................................3
B. Etiologi ...............................................................................................................4
C. Patofisiologi .......................................................................................................6
D. Gambaran Klinik ................................................................................................6
E. Pengkajian ..........................................................................................................7
F. Pathway ............................................................................................................12
G. Analisa Data .....................................................................................................13
H. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................14
I. Intervensi ..........................................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................22
B. Saran .................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di
dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di
dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang
terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global.
Kanker paru merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2
juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian
global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan
menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Kanker paru merupakan salah satu jenis penyakit paru
yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.
Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat
membantu penderita (PDPI, 2009)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi karsinoma paru?
2. Bagaimana etiologi karsinoma paru?
3. Bagaimana patofisiologi karsinoma paru?
4. Bagaimana gambaran klinik karsinoma paru?
5. Bagaimana pathway karsinoma paru?
6. Bagaimana penatalaksanaan karsinoma paru?
7. Bagaimana asuhan keperawatan karsinoma paru?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui definisi karsinoma paru.
2. Mengetahui etiologi karsinoma paru.
3. Mengetahui patofisiologi karsinoma paru.
4. Mengetahui gambaran klinik karsinoma paru.

1
5. Mengetahui pathway karsinoma paru.
6. Mengetahui penatalaksanaan karsinoma paru.
7. Mengetahui asuhan keperawatan karsinoma paru.
D. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan makalah ini
adalah dengan menggunakan metode penulisan studi pustaka. Yang mana
penulisan makalah ini berdasarkan referensi buku-buku dan penelusuran
internet pada situs-situs yang dapat dipercaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat
terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang
berasal dari saluran pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan
adanya peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan
hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta
kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru memang lebih
sering terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002).
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang
mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

3
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010).
B. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari
kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-
lain (Amin, 2006).
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan
paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok
yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara
perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang
lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat
kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di
daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling
rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.

4
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok
sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan
tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren
(Wilson, 2005).
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di
antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat
kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang
tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan
tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru
berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan
genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen
dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan
gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson,
2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif
kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan
penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih

5
besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan
(Stoppler, 2010).
Faktor Risiko Kanker Paru
a. Laki-laki
b. Usia lebih dari 40 tahun
c. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
d. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok
pasif)
e. Radon dan asbes
f. Lingkungan industri tertentu
g. Zat kimia, seperti arsenic
h. Beberapa zat kimia organic
i. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
j. Polusi udara
k. Kekurangan vitamin A dan C
C. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing
unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
D. Gambaran Klinik
Tanda dan gejala:

6
a. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus.
b. Gejala umum.
Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
c. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
d. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
E. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Meliputi : Nama,umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pemeriksaan, diagnose medis.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama

Biasanya pada pasien Ca. Paru mengeluhkan nyeri pada dada, nyeri
bahu/tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma),nyeri
abdomen hilang timbul, sesak nafas,tidak ada nafsu makan. Penderita
Ca. Paru juga biasanya kelihatan lemah,lesu, kelihatan takut dan
gelisah. Pasien biasanya juga mengalami insomnia.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluhkan nyeri dada ataupun sesak nafas
ataupun kemunduran keadaan umum, penurunan berat badan dsb.
Baru kemudian disusul dengan batuk/sesak). Tak lama kemudian,

7
akan timbul pula kelainan-kelainan karena metastasis jauh,
misalnya fraktura patologia ekstremitas atau timbul benjolan
dipinggang, mata menjadi kuning, gangguan fungsi otak, dsb.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok menjadi penyebab
lain seperti polusi udara, diet yang kurang mengandung (vitamin
A, selenin, dan betakaronin), infeksi saluran pernapasan kronik,
dan keturunan/genetik. (Sudoyo Aru)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang
sama seperti klien.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : biasanya diatas normal > 120/80
Pernafasan : biasanya diatas normal > 12-16x/menit
Nadi : biasanya diatas normal > 100x/menit
Suhu : diatas normal > 35° celcius
b. Head to toe
1) Kepala
a) Inspeksi : biasanya keadaan kepala normal bentuknya
sismetris,berwarna hitam dan kulit kepala tampak
sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit kepala.
b) Palpasi : tidak terdapat benjolan pada kepala.
c) Auskultasi : biasanya terdengar denyut nadi dikepala
baik oksipital,temporal maupun orbital.
2) Mata
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan
konjungtifa anemis
b) Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan

3) Telinga
a) Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, ada sermen
b) Palpasi : kertilago secara simetris (lunak kekeras)

8
4) Hidung
a) Inspeksi : bentuk tulang hidung, kesimetrisan lobang
hidung, perubahan warna, cuping hidung, pengeluaran,
karakter, jumlah dan warnanya dalam keadaan normal
dan simetris.
b) Palpasi: tidak ada bengkokan pada hidung atau benjolan.
5) Mulut
a) Inspeksi :
Bibir : mukosa bibir kering
Gigi : tidak ada karies gigi, gigi tanpak kurang bersih
Gusi : merah muda, lembab, sedikit tidak teratur tanpa
rongga atau edema
Lidah : merah muda dan tidak ada jamur atau keputihan
pada lidah.
b) Palpasi : biasanya tidak ada kelainan
6) Leher
a) Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada
pembesaran kelenjer tiroid, dan odema massa
b) Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
7) Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau
kelainan pada saat pemeriksaan
8) Dada dan Paru
a) Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula,
sternum tulang rusuk anatara kiri dan kanan. Dari
belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak simetris
dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas
b) Palpasi : tidak fremitusnya antara kiri dan kanan
c) Perkusi : bunyi pekak saat diperkusi
d) Auskultasi : terdengar bunyi ronki saat bernafas
9) Jantung
a) Inspeksi : istulkordis tidak terlihat
b) Palpasi : istulkordis teraba di RIC,IRC ke 5

9
c) Perkusi : batas jantung normal
d) Auskultasi : irama jantung sinus
10) Payudara
a) Inspeksi :
Mame : tidak simetris kiri dan kanan
Axilla : tidak ada pembengkakan atau kemerahan
b) Palpasi :
Mame : tidak teraba pembengkakan
Axilla : tidak ada pembengkakan
11) Abdomen
a) Inspeksi : tidak ada lesi, tidaka danya jaringan parut,
tidak asites
b) Palpasi : tidak teraba hepar dan limpa
c) Perkusi : bunyi tympani pada abdomen
d) Askultasi : bising usus 4x/i
12) Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan
13) Rectun dan Anus
a) Inspeksi : tidak ada kelainan
b) Palpasi : normal tidak ada kelainan
14) Kulit
a) Inspeksi : tidak ada lesi
b) Palpasi : tidak ada edema
15) Kuku
a) Inpeksi : berwarna pink
b) Palpasi dasar kuku : CRT kurang dari 3 detik
5. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk,

10
ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk
atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

11
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru
dan pleura.
2) MR

F. Pathway

12
G. Analisa Data
No DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Massa pada Ketidakefektifan
- Klien mengungkapkan mediastinum pola nafas
sesak saat ber-nafas dan
dada terasa berat. Menekan rongga paru

DO : Penurunan ekspansi
- Keadaan umum agak paru
lemah.
- Suara nafas menghilang Pengembangan paru
pada dada anterior. terbatas
- Pada perkusi dada
terdengar redup. Klien sesak
- Respirasi 36 x/mnt,
cepat dan dangkal.
2. DS : Obstruksi jalan nafas Gangguan
- Pasien mengelu sesak oleh sekresi dan pertukaran gas
dan nyeri saat bernafas spasme bronkus
DO :
- Gelisah, Kerusakan alveoli
- Nilai GDA tidak
normal, Bronkiektasis/Aktele
- Perubahan TTV ktasis
3. S: -Mengeluh sakit Intrapulmoner Gangguan Rasa
disertai rasa nyeri Metastatik nyaman (Nyeri)
yang menetap
O: - Pasien tampak
gelisah Adanya Invasi kanker
- Wajahya terlihat ke pleura, atau
pucat dinding dada.
- Tanda vital : TD:

13
130/90 mmHg, Nadi :
120 x / m, Suhu : 39 ,
RR: 36 x/m.
4. DS : Sesak Psikologis Perubahan
- Mengatakan nafsu nutrisi kurang
makan menurun dan Mual dari kebutuhan
terasa mual
DO: Anoreksia
- Penurunan berat badan,
- Lemas,
- Porsi makan tidak
habis,

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan
aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan
membran alveoli
3. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi
kanker ke pleura, atau dinding dada.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan Anoreksia

I. Intervensi
Tgl No dx TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KH
1. Setelah di 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk
lakukan kedalaman pernaf mengetahui
tindakan asan dan ekspansi frekuensi &
keperawatan dada. kedalan

14
1x24 jam di pernafasan
harapkan karena
pola nafas kedalamam
klien efektif 2. Auskultasi pernafasan
dengan KH: bunyi nafas, dan bervariasi
- Klien catat adanya tergantung
mengungkap bunyi derajat gagal
kan sesak nafas tambahan. nafas.
berkurang/ 3. Observasi pola 2. Perubahan
tidak sesak. batuk dan bunyi nafas
- Respirasi karakter secret menunjukan
dalam batas obstruksi
normal. 4. Berikan pada sekunder
- Tidak klien posisi semi 3. Kongesti
menggunaka fowler. alveolar
n otot bantu mengakibatka
pernafasan n batuk
kering/iritatif
5. Kolaborasi 4. Posisi
dalam membantu
pemberian oksige memaksimalk
n tambahan. an ekspansi
6. Berikan paru dan
humidifikasi menurunkan
tambahan. upaya
pernafasan
5. Memaksim
alkan
pernafasan dan
menurunkan
kerja nafas.
6. Memberika

15
n kelembaban
pada membran
mukosa dan
membantu
pengenceran
secret
2. Setelah 1. Kaji 1. Berguna
dilakukan frekluensi dan dalam evaluasi
tindakan kedalaman derajat distress
keperawatan pernafasan. pernafasan dan
2x24 kronisnya
diharapkan prosespenyakit
pasien .
menunjukkan 2. Auskultasi 2. Area yang
perbaikan paru untuk tak terventilasi
ventilasi dan penurunan bunyi dapat
oksigenasi nafas dan adanya diidentifikasik
jaringan yang bunyi tambahan an dengan tak
adekuat adanya bunyi
danPertukara 3. Observasi nafas.
n gas ferfusi daerah 3. Menunjuk
efektif.denga akral dan sianosis an hipoksemia
n ( daun telinga, sistemik.
KH: bibir, lidah dan
- Tidak membran lidah )
bingung dan 4. Lakukan
gelisah tindakan untuk 4. Jalan nafas
- TTV memperbaiki lengket/kolaps
normal jalan nafas. menurunkan
- Tidak sesak jumlah alveoli
- Nilai GDA yang berfungsi
normal Secara negatif

16
mempengaruhi
5. Tinggikan pertukaran
kepala/tempat gas.
tidur sesuai 5. Meningkat
dengan kan ekspansi
kebutuhan. dada
maksimal,
membuat
6. Kaji TTV mudah
bernafas
meningkatkan
kenyamanan.
6. Takikardi
a, disritmia
dan perubahan
7. Monitor GDA tekanan darah
dapat
menunjukkan
efek
hipoksemia
8. Berikan sistemik pada
o2 tambahan fungsi jantung
sesuai dengan 7. PaCO2
indikasi hasil biasanya
GDA. meningkat,
dan PaO2
menurun
sehingga
hipoksia
terjadi derajat
lebih
besar/kecil.

17
8. Dapat
memperbaiki/
mencegah
buruknya
hipoksia.
3 Seteh di 1. Tanyakan 1. Membant
lakukan pasien tentang u dalam
tindakan nyeri, Tentukan evaluasi gejala
keperawatan karaktersitik nyeri nyeri kanker
selama 1x24 yang dapat
jam Nyeri melibatkan
hilang/ 2. Buat skala visera, saraf
berkurang nyeri 0-10 atau jaringan
dengan KH: rentang tulang
- TTV intensitasnya 2. Pengguna
normal an skala
- Klien rentang
nampak 3. Observasi membantu
rileks. tanda-tanda vital pasien dalam
- Klien mengkaji
dapat tidur. tingkat nyeri
- Klien 4. Kaji 3. Untuk
dapat pernyataan verbal mengetahui
berpartisi dan non verbal Penurunan
dalam nyeri pasien. tekanan darah
aktivitas. : peningkatan
nadi dan
5. Evaluasi pernafasan
keefektifan 4. Ketidakse
pemberian obat suaian antara
6. Berikan verbal dan non
tindakan verbal

18
kenyamanan, menunjukan.d
ubah posisi, dll. erajat nyeri
7. Berikan 5. Memberik
lingkungan an obat
tenang. berdasarkan
8. Kolaborasi: aturan.
Berikan analgesik
rutin s/d indikasi. 6. Meningka
tkan relaksasi
dan
pengalihan
perhatian..
7. Penurunan
stress,
menghemat
energy
8. Memperta
hankan kadar
obat,
menghindari
puncak
periode nyeri
4. Setelah di 1. Catat ststus 1. Berguna
lakukan nutrisi pasien dalam
tindakan pada penerimaan, mengidentifik
keperawatan catat turgor kulit, asi derajat
sselama 2x berat badan dan kurang nutrisi
24 jamNutrisi derajat dan
klien kekurangan berat menentukan
terpenuhi. badan pilihan
Dengan KH: 2. Berikan intervensi
- Berat penjelasan

19
badan tentang 2. Meningkat
bertambah pentingnya kan
dan. makanan yang pengetahuan
- adekuat dan dan kepatuhan
Menunjuk bergizi untuk
an perubahan menjalankan
pola makan. 3. Pastikan pola program diet
diet pasien yang sesuai atura
disukai/tidak 3. Pertimban
disukai gan keinginan
individu dapat
4. Awasi memperbaiki
pemasukan/penge masukan diet.
luaran dan berat 4. Mengukur
badan secara kefektifan
periodic nutrisi dan
5. Dorong klien dukungan
untuk makan diet cairan.
TKTP
5. Peningkata
n pemenuhan
6. Pertahankan kebutuhan dan
higiene mulut kebutuhan
pertahanan
tubuh
6. Akumulasi
partikel
7. Kolaborasi makanan di
dengan Ahli gizi mulut
dalam pemberian menambah
makanan rasa
ketidaknyama

20
nan pada
mulut dan
menurunkan
nafsu makan
7. Meninkatk
an
kemampuan
asupan sesuai
dengan
kemampuan
klien

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan
genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari
penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif.
Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta
faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis.
B. Saran
Perlunya Upaya Kesehatan bagi Penderita penyakit paru yakni
melaksanakan upaya Promotif, Perilaku Hidup Sehat, Upaya Preventif,
Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif.
Perlunya Program alternatif yang lebih memperhatikan aspek
psikologis penderita penyakit paru dengan cara mengintegrasikan dengan
program pemerintah yang lainnya.
Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat,
agar lebih memahami karakteristik penderita penyakit paru serta faktor
resiko dan juga karakterisitik penyakit pada lansia.

22
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, N. (2008). Adaptive Encoding: How to Render Search Coordinate System
Invariant. In Rudolph et al.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 2008. Patofisiologi. Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 2009. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2. EGC:Jakarta

23

You might also like