You are on page 1of 10

BCG = Bacillus Calmette Guerin

SIFAT BAKTERI TB

CARA PENULARAN
KLASIFIKASI TB
 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis primer (childood tuberculosis)
Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)

 Pembagian secara aktivitas radiologis


TB paru aktif  sarang berbentuk awan ,densitas rendah, batas tak
tegas,kavitas/lubang
TB paru non-aktif  sarang seperti garis-garis (fibrotik) atau bintik-
bintik kapur (kalsifikasi)
TB paru quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

 Pembagian secara radiologis (Luas lesi)

1. Tuberkulosis Minimal . Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada


satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
paru, tidak ditemukan kavitas.
2. Moderately advanced tuberculosis.
a) Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4cm.
b) Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.
c) Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru
3. Far advanced tuberculosis.
a) Luas sarang yang berupa bercak > dari luas 1 paru.
b) Luas sarang yang berupa awan > dari luas satu lobus.
c) Bila ada kavitas ukuran > 4 cm.
 Klasifikasi menurut American thoracic Society 1974 :
Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negatif, tes tuberkulin negatif
Kategori I : terpajan Tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Di sini
riwayat kontak positif, ter tuberkulin negatif
Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin
positif, radiologi dan sputum negatif
Kategori III : terinfeksi tuberkulosis dan sakit

GEJALA KLINIS
 KERINGAT MALAM HARI
Keringat malam mungkin merupakan gejala klinis TB penting pada dewasa dan
bukan gejala utama pada anak. Pada orang dewasa yang sehat pada malam
hari istirahat atau tidur, metabolisme (BMR) menurun, sedangkan pada
keadaan sakit TB yang merupakan proses infeksi atau sakit TB metabolisme
meningkat sehingga akan berkeringat pada malam hari. Pada anak, yang masih
fase tumbuh, growth hormon malam hari, metabolisme meningkat, sehingga
akan timbul keringat pada malam hari
(Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005
 DEMAM
Keadaan ini sangat dipengarui oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk. Panas badan dapat mencapai
40-41 C
 BATUK/BATUK BERDARAH
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Pada TBC , batuk darah terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus

 SESAK NAPAS
Sesak napas muncul setelah infiltrasi sudah meliputi setengah bagian paru-paru
 NYERI DADA
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
 MALAISE
Penyakit TB bersifat radang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala, meriang,
nyeri tot, keringat malam. Gejala malaise ini terjadi hilang timbul secara tidak
teratur

PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pasien TB didapatkan :
 Konjungtiva mata / kulit pucat karena anemia
 Suhu demam
 BB turun
 Pada Perkusi didapatkan redup
 Auskultasi suara napas bronkial, ronki basah kasar
 Bila Kavitas cukup besar maka perkusi menjadi suara hipersonor atau tumpani
dan auskultasi memberikan suara amforik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan Sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA ,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat di pastikan.
 Kriteria sputum BTA (Bakteri Tahan Asam) adalah bila sekurang-
kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan
kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1mL Sputum
2. Pemeriksaan Radiologis
 Lokasi lesi tuberculosis biasanya di apeks paru(segmen apical lobus atas ataua
segmen apical lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus bawah(bag.
Inferior) atau daerah hilus menyerupai tumor paru.
 Gambaran radiologisnya berupa :
 Bayangan lesi terletak dilapangan ataas paru atau segmen apical lobus bawah
 Bayangan berawan (patchy) atau bercak(nodular)
 Adanya cavitas, tunggal atau ganda
 Kelainan bilateral , terutama di lapangan atas paru
 Adanya kalsiikasi
 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
 Bayangan milier
3. TES TUBERKULIN
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak-anak. Biasanya dipakai tes MANTOUX yakni
dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D (purified Protein Derivative )
intrakutan berkekuatan 5 T.U.
 Tes Tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang
atau pernah mengalami infeksi >tuberculosis,M.bovis,vaksinasi BCG.
4. PEMERIKSAAN LAB
 Didapatkan Jumlah leukosit yang meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri (shift to the left)
 LED meningkat
 Anemira ringan gambaran normokrom dan normositer
 Gama Globulin meningkat
 Kadar natrium darah menurun

DIAGNOSIS
OBAT ANTI TUBERKULOSIS
 Kelompok obat sekunder/second line drugs (Digunakan bila ada kontra indikasi/
resistensi) :
Etionamid
Tersering adalah gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, dan diare.
Gangguan fungsi hati yg paling reversible bila obat dihentikan
PAS
Dosis 10 – 12 gr/hari dlam 3-4 kali pemberian
Efek samping :
1. Gejala sal. Cerna
2. Nyeri sendi
3. Hipersensitifitas
Sikloserin
Gangguan SSP : kantuk, sakit kepala, tremor, disatria, vertigo, bingung, gelisah,
iritabilitas, psikosis dg kecenderungan bunuh diri, gangguan penglihatan.
Amikasin
Efek samping : Toksisitas terhadap pendengaran dan fungsi ginjal. Hanya digunakan
bila kuman penyebab resisten terhadap streptomisin dan kanamisin

Kanamisin
Efek toksik umum ditemukan pada pasien yg mendapat 1gram/hari. Efek toksik
cukup berat berupa paralisis neuromuscular, depresi napas, agranulositosis, tulu,
anafilaksis dan nefrotoksisitas
Kapreosin
Tinitus, ketulian, proteinemia, silinduria dan resistensi nitrogen. Dapat terjadi
leukositosis, leucopenia, urtikaria dan reaksi kulit makulopapular dan demam obat.
Obat ini dapat menyebabkan nyeri di tempat suntikan.
Prinsip Pengobatan :
 Terapi harus merupakan kombinasi obat (minimal 2 macam baktericid) 
menghindari resistensi
 Jangka panjang - short treatment ( 6-9 B1n)
- long treatment ( 18 – 24 Bln)
 Sesuai perjalanan hidup POPULASI bakteri
(Frekuensi pembelahan dan aktivitas metabolisme )
 Bi fasik - fase inisial  menghentikan pembiakan
 penularan menurun
- fase intermitten  sterilisasi kuman

KOMPLIKASI
 Komplikasi
 Komplikasi dini : pleuritis, empiema, efusi pleura, laryngitis, usus,
Poncet’s arthropathy
 Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafasSOFT(Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru,
kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
dewasa, sering terjadi TB Milier dan Cavitas TB.

You might also like