You are on page 1of 14

Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No.

2 (Juni 2015) 61 - 74

JURNAL INTEGRASI PROSES

Website: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip

Submitted : 3 February Revised : 8 April Accepted : 11 April

REVIEW: SINTESIS NANOSELULOSA

Devi Bentia Effendi1, Nurul Huda Rosyid1, Asep Bayu Dani Nandiyanto1*, Ahmad
Mudzakir1
1 Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi no 229, Bandung 40154,
Jawa Barat, Indonesia
*Email: nandiyanto@upi.edu; Tel.: +62-22-2001108.

Abstrak

Partikel nanoselulosa adalah material selulosa jenis baru yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai
macam aplikasi, seperti bioteknologi, komposit, adsorben, emulsi dan dispersi, dan biomedis. Metode sintesis
sangat berpengaruh terhadap ukuran partikel, kristalinitas, dan kemurnian nanoselulosa. Sehingga, perlu
pendekatan lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas berbagai metode yang digunakan para peneliti dalam
melakukan sintesis nanoselulosa. Namun, tidak semua rangkuman jurnal yang ada menunjukkan informasi yang
detail mengenai metode maupun aplikasi dari material nanoselulosa. Dalam paper ini, akan dikaji beberapa
metode yang dapat digunakan dalam proses sintesis nanoselulosa, diantaranya: metode mekanik, metode kimia,
dan metode biologis. Selanjutnya, akan dijelaskan juga mengenai aplikasi dari nanoselulosa dan prospek cairan
ionik sebagai katalis dalam pembuatan nanoselulosa.

Kata kunci: Nanoselulosa, Metode Sintesis, Aplikasi, Prospek Cairan Ionik

Abstract

Nanocellulose particles are a new class of cellulose materials that can be applied in wide range of uses, such as,
biotechnology, composites adsorbent, emulsions and dispersions, and biomedicine. Since type of synthesis method
affects on product performances (i.e. particles size, crystallinity, and purity of nanocellulose), further approaches to
determine the effectiveness of various methods used need to be optimized. However, not all existing papers show
detailed and comprehensive information. In this paper, we review several methods that can be used for the synthesis
of nanocellulose, including mechanical, chemical, and biological methods. In addition, this paper also gives
information about application of nanocellulose and prospect of ionic liquids as a catalyst in production of
nanocellulose.

Keywords: Nanocellulose, Synthesis Method, Application, Prospect of ionic liquids

1. PENDAHULUAN peningkatan kristalinitas, aspek rasio, luas


Selulosa merupakan polimer alam dengan permukaan, dan peningkatan kemampuan dispersi
keberadaan melimpah yang mewakili sekitar 1.5 x serta biodegradasi. Adanya kemampuan ini, partikel
1012 ton dari total produksi biomassa tahunan. nanoselulosa dapat digunakan sebagai filler penguat
Selulosa terdiri dari ikatan glukosa-glukosa yang polimer, aditif untuk produk-produk biodegredable,
tersusun dalam suatu rantai linear dimana C-1 pada penguat membran, pengental untuk dispersi, dan
setiap glukosa berikatan dengan C-4 pada glukosa media pembawa obat serta implan (Ioelovich, 2012).
selanjutnya (Gambar 1). (Moon, dkk., 2011) Dalam tulisan sebelumnya, kami telah me-review
Partikel nanoselulosa adalah material jenis baru tentang pembuatan silika (Fadhlulloh dkk., 2014) dan
dari selulosa yang ditandai dengan adanya titania nanopartikel (Rahman dkk., 2014). Dalam

61
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

paper ini, akan dikaji beberapa metode yang dapat 2. METODE


digunakan dalam proses sintesis nanoselulosa, Ada beberapa metode untuk sintesis nanoselulosa,
diantaranya: metode mekanik, metode kimia, dan yaitu metode mekanik, kimia, dan biologis. Adapun
metode biologis. Selanjutnya, akan dijelaskan juga tulisan tentang berbagai metode untuk produksi
mengenai aplikasi dari nanoselulosa dan prospek nanoselulosa dapat dilihat pada Tabel 1.
cairan ionik sebagai katalis dalam pembuatan
nanoselulosa. 2.1 Metode Mekanik
Berbeda dengan review oleh Chirayil dkk. (2014) Li dkk., (2012) menggunakan metode mekanik
yang menganalisis tentang pengubahan serat dengan cara ultrasonikasi untuk memperoleh
lignoselulosa menjadi nanoselulosa, metode sintesis nanoselulosa (Gambar 2.). Dengan daya ultrasonikasi
dan aplikasi dari nanoselulosa yang dibahas tidak pada saat sintesis sebesar 1500W, nanoselulosa yang
dijelaskan secara rinci. Paper ini membahas tentang dihasilkan berukuran 50-250 x 10-20 nm. Li dkk.,
berbagai metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan bahwa adanya penambahan durasi
sintesis nanoselulosa dan aplikasi dari nanoselulosa waktu dalam ultrasonikasi menyebabkan penurunan
yang lebih detail serta prospek cairan ionik sebagai ukuran dari nanoselulosa yang dihasilkan (Tabel 1
katalis dalam proses sintesis nanoselulosa. No.1).

Gambar 1. Rantai selulosa (Moon, dkk., 2011)

Gambar 2. Mekanisme produksi nanoselulosa dengan ultrasonikasi (Li dkk., 2012)

62
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Tabel 1 Metode, Bahan, dan Hasil Sintesis Nanoselulosa


No. Metode Bahan Baku Ukuran Nanoselulosa Referensi
(Panjang x Diameter)
1 Ultrasonikasi Mikrokristalin selulosa, air 50-250 nm x 10-20 nm Li dkk., 2012
hasil destilasi
2 Tekanan tinggi Ampas tebu 10-20 nm Li dkk., 2012
3 Mikrokristalin selulosa 4-10 x 50-90 nm Liu dkk., 2011
4 Hidrolisis Asam Mikrokristalin selulosa, asam 150-200 x 10-20 nm Ioelovich, 2012.
sulfat
5 35 x 115 nm Zhou, 2012.
6 Kertas saring Whattman, asam 100-400 x 7-8 nm Sadegifar dkk.,
bromide 2011
7 Mikrokristalin selulosa, asam 20-90 nm Wang dkk., 2008
sulfat, asam klorida, dan air
hasil destilasi
8 Serat bambu, asam sulfat 100-130 x 5-8 nm Brito dkk., 2012
9 Limbah katun, asam sulfat 10-65 nm Xiong dkk., 2012
10 Limbah potongan kelapa, 5-6 x 58-515 nm Rosa dkk., 2010
asam sulfat
11 Serat selulosa, campuran asam 60 x 570 nm* Zhang dkk., 2007
(air deionized:asam klorida:
asam sulfat)
12 Pelarut Organik SiO2, campuran air dengan - Wang dkk., 2011
pelarut organic

13 Hidrolisis Pelarut Natrium hidroksida, zink - Wawro dkk., 2009


Alkali oksida, urea, pulp selulosa

14 Oksidasi Kapas linter, TEMPO 3-4 x 50-200 nm Montanari dkk.


2005

15 Hidrolisis Cairan Mikrokristalin selulosa,1-butyl 50–300 x 14–22 nm Man, 2011.


Ionik l-3-methylimidazolium
hidrogen sulfat

16 Bahan katun dan 123 ± 34 x 12 ± 5 Han, 2013.


mikrokristalin selulosa ,1- nm
butyl-3-methylimidazolium
klorida

17 Ampas tebu, 1-butyl-3- 10-20nm Li dkk. (2012)


methylimidazolium klorida

18 Hidrolisis Enzimatis Mikrokristalin selulosa, 313.0 ± 49.6 dan Nadanathangam,


Trichoderma reesei dan Satyamurthy,
1209 ± 155.8 nm 2011.

19 Lapisan gelatin, Acetobacter 50-80 nm Taokaew, 2013.


xylinum

20 Acetobacter xylinum (G. 100-300 x 10-15 nm George dkk., 2010


xylinus), Trichoderma reesei

21 Endoglucanase celluclast, pulp 30-80 x 100-1800 nm Filson dkk., 2009


hasil daur ulang

Keterangan:
 = Diameter Kristal; * = Panjang Kristal; - = Ukuran nanoselulosa yang dihasilkan tidak dilampirkan oleh literatur.

63
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Li dkk., (2012) menggunakan metode mekanik selulosa, nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 150-
dengan tekanan tinggi 40-140 MPa yang dilakukan 200 x 10-20 nm (Tabel. 1 No.4).
sebanyak 50 kali percobaan. Nanoselulosa yang Zhou (2012) menggunakan metode hidrolisis
dihasilkan berdiameter 10-20 nm (Tabel 1 No.2). dengan asam kuat, yaitu asam sulfat (H2SO4)
Liu dkk., (2011) menggunakan kombinasi metode 64%berat. Pada suhu reaksi 45C dengan pengadukan
mekanik dengan metode hidrolisis asam untuk 500 rpm selama 120 menit, nanoselulosa yang
sintesis nanoselulosa. Pada kondisi reaksi bertekanan dihasilkan berukuran 115±35 nm. (Tabel 1 No.5).
tinggi (207 MPa), nanoselulosa yang dihasilkan Sadegifar dkk., (2011) menggunakan metode
berukuran 4-10 x 50-90 nm. (Tabel 1 No.3) hidrolisis dengan asam kuat, yaitu asam bromida
Metode mekanik memiliki beberapa kekurangan. (HBr) 2.5M. Pada suhu reaksi 80C selama 3 jam,
Pada umumnya, dibutuhkan biaya produksi yang nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 100-400 x 7-
tinggi (alat dan bahan). Selain itu, metode mekanik 8 nm. (Tabel 1 No.6).
juga kurang efisien dan membutuhkan energi yang Wang dkk. (2008) menggunakan metode hidrolisis
lebih besar dibandingkan dengan metode kimia. dengan asam sulfat, asam klorida, dan air hasil
destilasi pada perbandingan 3:1:6 (v/v). Pada kondisi
2.2 Metode Kimia reaksi dengan pengadukan 50 Hz (3000 rpm) selama
Untuk saat ini, metode produksi nanoselulosa 10 jam, nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 20-90
secara kimia terdiri dari: metode asam, organosolv, nm (Tabel 1 No.7).
pelarut alkali, oksidasi, dan cairan ionik. Berikut Brito dkk., (2012) menggunakan metode hidrolisis
uraian dari berbagai metode kimia. asam dengan asam kuat, yaitu asam sulfat 64%berat.
Nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 100-130 x 5-
2.2.1 Metode asam 8 nm. Sebelum hirolisis, tahap preparasi dilakukan
Hidrolisis selulosa yang umum digunakan adalah dengan merendam serat bambu dalam 2% w/w
dengan menggunakan asam kuat. Asam kuat dapat larutan NaOH pada 90⁰C selama empat jam dan
menghilangkan bagian amorf dari suatu rantai bleaching pada 80C selama tiga jam menggunakan
selulosa sehingga isolasi pada bagian kristalin selulosa aqueous chlorite. Selanjutnya, pulp yang telah di-
dapat dilakukan. (Isdin, 2010) Mekanisme hidrolisis bleaching dihidrolisis menggunakan asam sulfat
selulosa dengan asam kuat ditunjukkan pada Gambar 64%berat dengan berbagai parameter reaksi, seperti
3 dan Gambar 4. rasio asam terhadap selulosa, suhu dan waktu
Ioelovich (2012) menggunakan metode hidrolisis hidrolisis (Tabel 1 No.8).
dengan asam kuat, yaitu asam sulfat (H2SO4). Dari
berbagai variasi suhu reaksi dan rasio asam terhadap

Sisi Amorf Sisi Amorf


Sisi Kristalin
Hidrolisis
Asam

Nanokristal
Gambar 3. Hidrolisis asam dapat menghilangkan bagian amorf dari selulosa (Oke, Isdin., 2010)

Gambar 4. Mekanisme Hidrolisis Asam (Yue dkk., 2007)

64
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Xiong dkk., (2012) menggunakan metode hidrolisis reaksi terhadap sumber selulosa merupakan hal yang
asam dengan asam kuat, yaitu asam sulfat (63% berat) penting untuk memaksimalkan modifikasi muatan
sebanyak 300 mL pada 44C dengan pengadukan dan permukaan pada selulosa yang diinginkan.
ultrasonikasi pada 50 Hz selama tiga jam. Untuk ontoh hasil penelitian dengan metode hidrolisis
menghentikan proses hidrolisis, pada larutan asam dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
ditambahkan air hasil destilasi sebanyak lima kali
volume campuran. Nanoselulosa yang dihasilkan 2.2.2 Metode organosolv
berukuran 10-65 nm (Tabel 1 No.9) Pelarut yang biasa digunakan untuk organosolv
Rosa dkk., (2010) menggunakan metode hidrolisis adalah alkohol dengan titik didih rendah seperti
asam dengan asam sulfat pada potongan kelapa yang metanol, etanol, aseton, etilen glikol, dan etil asetat.
sebelumnya telah dilakukan tahap delignifikasi Ion OH- dari pelarut alkohol akan menyerang ikatan
terlebih dahulu. Nanoselulosa yang dihasilkan asam-ester dari senyawa lignin-hemiselulosa. (Zhao
berukuran 5-6 x 58-515 nm (Tabel 1 No.10) dkk., 2009)
Zhang dkk., (2007) menggunakan metode Wang dkk., (2011) mensintesis nanoselulosa
hidrolisis asam dengan asam kuat, yaitu campuran (air dengan campuran air dan pelarut organik dalam
deionized dengan asam klorida dan asam sulfat) pada kondisi hidrotermal. Nanoselulosa yang dihasilkan
bahan serat selulosa. Nanoselulosa yang dihasilkan berdiameter 3-5 nm. (Tabel 1 No.12)
berukuran 60-570 nm. (Tabel 1 No.11) Metode organosolv untuk saat ini tidak layak untuk
Asam-asam kuat yang digunakan dalam hidrolisis digunakan. Proses treatment metode ini terbilang
asam memang cocok dalam sintesis nanoselulosa. rumit, dan konsumsi energi untuk seluruh proses yang
Namun, asam-asam kuat juga memiliki dampak cukup besar. (Zheng dkk., 2009). Metode organosolv
negatif, seperti beracun, berbahaya, dan korosif. juga bersifat kurang ramah lingkungan.
Asam-asam juga sangat korosif terhadap reaktor dan
dalam penanganannya pun harus ekstra hati-hati. Ini 2.2.3 Metode pelarut alkali
menjadikan metode asam merupakan pilihan yang Metode pelarut alkali biasanya diimplementasikan
mahal. Sebagai tambahan, limbah asam-asam kuat setelah treatment dengan metode hidrolisis dengan
harus diproses terlebih dahulu untuk membuat proses asam untuk menghilangkan hemiselulosa dari
yang ekonomis dan ramah lingkungan. Hasilnya, efek material lignoselulosa. (Sanches dkk., 2011)
dari perbedaan jenis asam, pH, suhu reaksi, dan waktu Wawro dkk., (2009) membuat nanoselulosa

a. b.

Gambar 5. Analisis SEM dari nanoselulosa yang dihasilkan menggunakan metode


hidrolisis asam didapat dari: (a) Ioelovich (2012) dan (b) Zhou (2012)

a. b.

Gambar 6. Analisis TEM dari nanoselulosa yang dihasilkan menggunakan metode


hidrolisis asam didapat dari: (a) Sadegifar dkk., (2011) dan (b) Wang dkk., (2008)

65
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

dengan pelarut alkali, yaitu NaOH. Nanoselulosa yang akan lebih cepat dan dapat melarutkan selulosa
dihasilkan memiliki rentang derajat polimerisasi (DP) dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Mekanisme yang
sebesar 290-405. (Tabel 1 No.13) terjadi adalah pemutusan ikatan hidrogen
Metode pelarut alkali memiliki beberapa intramolekular. Sehingga, cairan ionik termasuk ke
kelemahan. Selain harga bahan kimianya yang mahal, dalam kategori pelarut selulosa non-derivatisasi.
pemutusan struktur lignin mengarah pada pemecahan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, anion Cl-
ikatan glikosidiknya. Sehingga, lignin tidak dapat mampu melarutkan selulosa lebih banyak
berperan sebagai lapisan pelindung terhadap selulosa dibandingkan dengan anion lainnya. (Swatloski dkk.,
pada saat proses pelarutan dan selulosa yang didapat 2002)
adalah monomoernya (glukosa). Ini yang Cairan ionik yang digunakan akan mengganggu
menyebabkan metode pelarut alkali rentan terhadap interaksi ikatan hidrogen intermolekul selulosa.
sintesis nanoselulosa. Kation akan menyerang atom O dari gugus –OH
sedangkan anion akan menyerang atom hydrogen dari
2.2.4 Metode oksidasi gugus –OH. Berikut merupakan contoh mekanisme
Metode oksidasi biasanya digunakan untuk pelarutan selulosa oleh cairan ionik Butil-
meningkatkan kinerja dari metode pelarut alkali. Pada metilimidazolium klorida ([BMIM]Cl),yang
kondisi pH >12 pelarut akan mereduksi radikal super ditunjukkan pada Gambar 7 (Li dkk., 2012). Contoh
oksida (-O2) dimana cincin aromatik dari lignin dan hasil penelitian menggunakan metode cairan ionik
sebagian dari polimer hemiselulosa akan terserang pada Gambar 8 dan Gambar 9.
menjadi senyawa asam karboksilat. (Sanches dkk., Man (2011) menggunakan metode hidrolisis
2011) dengan cairan ionik BMIMHSO4 sebagai pelarut dan
Montanari dkk., (2005) membuat nanoselulosa mikrokristalin selulosa (MCC) sebagai sumber selulosa
dengan agen pengoksidasi, yaitu 2,2,6,6,-tetrametil-1- awal yang digunakan. Nanoselulosa yang dihasilkan
piperidiniloksi radikal (TEMPO). Nanoselulosa yang berukuran 50-300 x 14-22 nm. Dilihat dari hasil
dihasilkan berukuran 3-4 nm x 50-200 nm.(Tabel 1 karakterisasi menggunakan XRD terdaat peningkatan
No.14) kristalinitas pada hasil, dan pada FTIR menunjukkan
Metode oksidasi sudah mulai jarang digunakan adanya pembentukkan struktur selulosa II (Tabel 1
karena harga bahan kimia yang dibutuhkan cukup No.15).
mahal. Dan juga, metode oksidasi bisa bekerja Han (2013) menggunakan metode hidrolisis
optimum apabila digabungkan dengan metode pelarut dengan cairan ionik bmimCl sebagai pelarut dan
alkali sebelum treatment yang menyebabkan tahapan bahan katun dengan mikrokristalin selulosa (MCC)
proses menjadi panjang sehingga kurang efisien dan sebagai sumber selulosa. Nanopartikel selulosa
ekonomis. berhasil diproduksi dari mikokristalin selulosa dan
katun dengan mengkombinasikan pelarutan dengan
2.2.5 Metode cairan ionik cairan ionik dan treatment pada tekanan tinggi.
Penggunaan cairan ionik sebagai pelarut selulosa Nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 123 ± 34 x
ternyata memiliki kemampuan melarutkan yang 12 ± 5 nm (Tabel 1 No.16).
berbeda-beda tergantung pada ukuran dan polaritas Li J. dkk., (2012) menggunakan metode hidrolisis
dari anion yang digunakan dan juga tergantung pada dengan cairan ionik bmimCl sebagai pelarut dan
kation yang digunakan. Dengan lemahnya interaksi ampas tebu sebagai sumber selulosa. Nanoselulosa
Coulomb kation-anion, anion akan lebih mudah yang dihasilkan berdiameter 10-20 nm. (Tabel 1
memutuskan ikatan hidrogen yang terjadi antar No.17)
molekul selulosa. Sehingga, proses pelarutan selulosa

Gambar 7. Pelarutan selulosa menggunakan cairan ionik (Li dkk., 2012)

66
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

a. b.

Gambar 8. Analisis SEM menggunakan metode cairan ionik


didapat dari a. Man (2011) dan b. Han (2013)

a. b.

Gambar 9. Analisis TEM menggunakan metode cairan ionik didapat dari


a. Han (2013) dan b. Li (2012)

2.3 Metode Biologis (Enzimatis) Felison dkk., (2009) menggunakan metode


Melalui metode enzimatis, nanoselulosa dapat hidrolisis enzimatis untuk menghasilkan nanoselulosa
diperoleh melalui pemotongan yang spesifik pada dari bahan pulp yang telah didaur ulang. Enzim yang
bagian amorf suatu rantai selulosa. Melalui proses top- digunakan adalah endoglucanase celluclast. Felison
down, metode enzimatis dapat menghasilkan dkk., menyatakan ada tiga faktor utama dalam sintesis
nanoselulosa yang berguna sebagai komponen ini, yaitu (1) suhu hidrolisis (2) waktu hidrolisis dan
penguat dalam preparasi dari polimer nanokomposit (3) rasio konsentrasi enzim terhadap selulosa.
untuk aplikasi performa tinggi (George, 2010). Berikut Nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 30-80 x 100-
gambar yang menampilkan mekanisme reaksi 1800 nm. (Tabel 1 No.21).
enzimatis pada Gambar 10. dan hasil penelitian Metode biologis dengan menggunakan enzim
menggunakan metode enzimatis pada Gambar 11. untuk menghasilkan nanoselulosa memiliki
Nadanathangam dan Satyamurthy (2011) kekurangan terutama pada biaya bahan kimia yang
menggunakan metode enzimatis dengan enzim diperlukan. Isolasi untuk memperoleh enzim tertentu
Trichoderma reesei yang digunakan untuk mengurangi dalam keadaan murninya cukup sulit, sehingga
ukuran dari mikrokristalin selulosa (MCC). harganya pun cenderung mahal. Selain itu, waktu yang
Nanoselulosa yang dihasilkan berukuran 313.0 ± 49.6 dibutuhkan untuk treatment dengan metode
nm dan 1209 ± 155.8 nm (Tabel 1 No.18) menggunakan enzim ini terbilang cukup lama apabila
Taokaew dkk., (2013) menggunakan metode dibandingkan dengan metode kimia.
enzimatis dengan bakteri Acetobacter xylinum, AGR60
dengan lapisan gelatin sebagai sumber selulosa.
Nanoselulosa yang dihasilkan berdiameter 50-80 nm
(Tabel 1 No.19).
George dkk., (2010) menggunakan metode
enzimatis dengan Trichoderma reesei pada selulosa
bakterial. Nanoselulosa yang dihasilkan berukuran
100-300 nm x 10-15 nm. (Tabel 1 No.20)
67
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Gambar 10. Skema metode enzimatis: (a) serat selulosa bakteri (b)hidrolisis enzimatis dari serat selulosa
(c) pembentukan nanokristal setelah hidrolisis enzimatis (d) nanokristal terikat dalam rantai polimer
untuk membentuk polimer nanokomposit (Georgedkk, 2010)

Gambar 11. Analisis TEM menggunakan metode enzimatis


didapat dari George dkk., (2010)

3. PROSPEK CAIRAN IONIK SEBAGAI KATALIS Pada umumnya kation cairan ionik merupakan
DALAM PELARUTAN SELULOSA kation organik yang ruah seperti diperlihatkan pada
Pada bagian sebelumnya terdapat beberapa Gambar 12. Sedangkan, anion yang paling utama
macam metode untuk membuat nanoselulosa dengan digunakan berupa spesi poliatomik anorganik,
cara hidrolisis. Sehingga, katalis yang digunakan pun biasanya PF6-, sebuah anion yang dipasangkan pada
ada beberapa macam. Tetapi, pada paper ini, tidak cairan ionik yang akan stabil terhadap air, hidrofobik.
dibahas jenis-jenis katalis yang digunakan dan hanya Anion PF6- dan BF4- mungkin merupakan anion yang
membahas cairan ionik sebagai katalis untuk selalu digunakan pada penelitian cairan ionik. Anion
penghidrolisis selulosa. lain yang sering digunakan diantaranya adalah
Cairan ionik adalah senyawa berwujud cair yang triflouroasetat ([CF3CO2]-), heksafluoro antimonat
terdiri atas ion (kation dan anion). Berbeda dengan ([SbF6]-), nitrat ([NO3]-), tosilat ([OTs]-), triflat ([OTf]-),
garam cair yang biasanya mempunyai titik leleh dan bromide (Br-), kloride (Cl-), iodide (I-), perklorat
viskositas tinggi juga sangat korosif, cairan ionik ([ClO4]-), germanium klorida ([GeCl3]-),
umumnya berwujud cair pada suhu kamar, bis(trifluorometil-sulfonil) imida ([NTf2]-),
mempunyai viskositas relatif lebih rendah dan relatif dialuminium heptaklorida ([Al2Cl7]-), aluminium
tidak mempunyai sifat korosif (Uerdingen, 2006). tetraklorida ([AlCl4]-), asetat ([CH3CO2]-), benzoat
([C6H5CO2]-), dan sebagainya.

68
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

3.1 Cairan Ionik Berbahan Baku Lokal dan Ramah melarutkan selulosa akan sebanding dengan
Lingkungan imidazolium. Walaupun jika kemampuannya memecah
Garam Fatty imidazolinium merupakan cairan selulosa menjadi monomer glukosa diduga tidak
ionik yang memiliki struktur kation yang sangat mirip sekuat imidazolium, masih cukup kuat untuk
dengan imidazolium (Gambar 13). Fatty memecah ukuran partikel menjadi lebih kecil.
imidazolinium ini dapat disintesis dari asam lemak. Fatty imidazolinium dapat disintesis dari asam
Sehingga, cairan ionik yang disintesis lebih ekonomis lemak, dengan menggunakan asam lemak maka cairan
dan ramah lingkungan. Jenis asam lemak yang ionik yang disintesis dapat didaur ulang oleh
digunakan adalah asam palmitat , asam stearat, dan lingkungan. Sehingga, fatty imidazolinium termasuk
asam oleat (Hardian, et al., 2010). pada pelarut hijau (green solvent) yang benar-benar
Di Indonesia, kaya akan hasil perkebunan (seperti memberikan dampak negatif seminimal mungkin
perkebunan sawit). Sehingga, sumber-sumber asam terhadap mahluk hidup dan lingkungan. Tentu saja,
lemak tumbuhan yang dibutuhkan untuk mensintesis pelarut yang paling memenuhi syarat tersebut adalah
cairan ionik fatty imidazolinium pun didapat dengan air sebagai pelarut universal. Sayangnya sifat kimia
mudah dengan harga yang ekonomis. dari air membatasi penggunaannya sebagai pelarut
Fatty imidazolinium yang memiliki struktur sangat dalam proses produksi. Sehingga, cairan ionik
mirip dengan imidazolium digunakan sebagai agen merupakan pilihan pengganti yang tepat.
pelarut dan penghidrolisis alternatif. Perbedaan fatty
imidazolinium dengan imidazolium adalah tidak 3.2 Metode Sintesis Cairan Ionik
adanya ikatan rangkap dan gugus substituen pada N 3 Tahapan sintesis dari cairan ionik dapat dibagi
(N no.3) merupakan gugus asam lemak. Keberadaan menjadi dua tahap, yaitu pembentukan kation yang
gugus asam lemak ini akan menyebabkan fatty diinginkan dan pergantian anion untuk membentuk
imidazolinium menjadi lebih ruah dibandingkan produk yang diinginkan. Reaksi yang digunakan untuk
dengan imidazolium dan tidak adanya ikatan rangkap mensintesis cairan ionik meliputi reaksi
diduga akan menyebabkan lebih terlokasinya muatan kuartenerisasi dan reaksi pergantian anion (Gordon,
positif kation. Kedua faktor ini diduga akan 2003).
menyebabkan kemampuan fatty imidazolinium

[NRXH(4-X)]+ [SRXH(3-X)]+ [PRXH(4-X)]+


Amonium Sulfonium Posfonium

R2 R3
R
N R2 N
N R1
C2
+

R4
+

+ N+
N R2
R1 S
R1

Imidazolium Pyridinium Picolinium Thiazolium

R3
R3 R3
R4
R4 N R2 N N
N
+ R2
+ R4
+

R2
N
N O R5
R5 R1
R1
R1

Triazolium Oxazolium Pyrazolium

Gambar 12. Beberapa Jenis Kation Cairan Ionik (Gordon, 2003)

O
a R b CH2-CH2-NH-C-R
N3 N3
- -
C2R X C2R X
N1 N1
CH3 CH3
3 4

Gambar 13. Kation (a) Imidazolium (b) Fatty Imidazolinium


69
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

3.2.1 Reaksi kuartenerisasi 3.2.3 Reaksi metatesis anion


Pembentukan kation dapat dihasilkan melalui Reaksi metatesis anion (Gambar 14.) biasanya
protonasi dengan adanya asam bebas atau terjadi pada garam-garam yang ditambahkan dengan
kuartenerisasi dari amina atau fosfin, biasanya dengan garam perak (AgNO3, AgNO2, AgBF4, Ag[CO2CH3] dan
haloalkana. Reaksi protonasi, yang biasa digunakan Ag2SO4) dalam metanol atau larutan metanol. Pada
pada pembentukan garam seperti etilammonium beberapa aplikasi, produk akan berupa cairan pada
nitrat, melibatkan penambahan asam nitrat 3M yang suhu ruangan. Kombinasi dari anion dapat
kemudian didinginkan ke dalam larutan etilamin. menghasilkan perbedaan sifat termal yang berbeda-
Kelemahan proses ini, yaitu dihasilkannya residu beda (Gordon, 2003).
amina yang tidak diharapkan (Gordon, 2003).
Pada prinsipnya, reaksi kuartenerisasi sangatlah 4. APLIKASI NANOSELULOSA
sederhana, amin atau fosfin dicampurkan dengan Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan berbagai
haloalkana yang diinginkan kemudian diaduk dan metode sintesis nanoselulosa, untuk aplikasi dari
dipanaskan. Garam halida yang dihasilkan pun dapat nanoselulosa yang telah dihasilkan akan dijelaskan
dengan mudah dirubah menjadi garam-garam lain sebagai berikut:
dengan anion yang berbeda (Gordon, 2003). Roohani dkk., (2008) membuat nanokomposit dari
bahan gabungan antara nanoselulosa hasil sintesis
3.2.2 Reaksi pergantian anion dari serat katun menggunakan metode hidrolisis
Reaksi pergantian anion dapat dibagi dalam dua dengan asam kuat digabungkan dengan kopolimer
kategori, yaitu perlakuan langsung dari garam halida jenis polyvinyl alcohol dan polyvinyl acetate. Ukuran
dengan asam lewis dan pembentukan cairan ionik nanoselulosa yang dihasilkan berkisar 172 x 15 nm
melalui reaksi metatesis anion (Gordon, 2003). (Gambar 15). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa
semakin banyaknya filler atau bahan pengisi
3.2.3 Reaksi asam basa lewis (nanoselulosa) dalam lembaran polimer maka dapat
Pembentukan cairan ionik dengan proses ini meningkatkan sifat termal dan derajat kristalinitas
dilakukan dengan perlakuan dari garam halida dengan dari polimer dalam keadaan kering (Gambar 16). (
asam Lewis (biasanya AlCl3). Proses yang umum Tabel 2 No.1)
dilakukan, yaitu perlakuan dari kuartener garam Feese dkk., (2011) membuat modifikasi pada
halida Q+X- dengan asam Lewis MXn menghasilkan permukaan nanoselulosa dengan menambahkan
pembentukan lebih dari satu spesi anion yang kation porphyrin melalui katalis-Cu(I) Huisgen-Meldal-
bergantung dari perbandingan relatif dari Q+X- dan Sharpless 1,3-dipolar sikloadisi. Komposit yang
MXn. Pembentukan dari proses ini dapat dicontohkan dihasilkan digunakan untuk photobacteridical atau
dengan etilmetilimdazolium (EMIM) klorida dan AlCl3 senyawa yang dapat me-non-aktifkan aktifitas bakteri.
seperti reaksi berikut ini: Komposit nanokristalin selulosa-porphyridin yang
dihasilkan menunujukkan efektifitas yang baik
[EMIM]+Cl- + AlCl3  [EMIM]+[AlCl4] - terhadap photodynamic inactivation (PDI) dari
[EMIM]+[AlCl4]- + AlCl3  [EMIM]+ [Al2Cl7] - Mycobacterium smegmatis, Staphylococcus aureus, dan
[EMIM]+ [Al2Cl7] -- + AlCl3  [EMIM]+ [Al3Cl10] – Echerichia coli. (Gambar 17) (Tabel 2 No.2)
Salajková dkk., (2012) melakukan modifikasi pada
Metode yang sering digunakan untuk permukaan hidrofobik dari nanoselulosa. Metode yang
pembentukan cairan ionik dilakukan dengan digunakan untuk memodifikasi permukaan
pencampuran sederhana dari asam Lewis dengan nanoselulosa ini adalah penggabungan adsorpsi dari
garam halida. Reaksi umumnya eksoterm, ketika garam ammonium dengan kation: rantai alkil panjang,
menambahkan satu zat ke dalam zat lain haruslah phenyl, glycidyl, dan kelompok diallyl melalui proses
dengan sangat hati-hati. Walaupun garam relatif stabil pertukaran ion dalam larutan yang mengandung air.
akan suhu, panas yang terbentuk dari lingkungan (Tabel 2 No.3)
reaksi dapat menyebabkan dekomposisi cairan ionik Shopsowitz dkk., (2011) membuat karbon
yang disintesis. Hal ini dapat dicegah dengan mesoporous kiral nematik yang diderivatisasi dari
pendinginan selama proses pencampuran walaupun nanoselulosa yang dikompositkan dengan lembaran
hal itu dirasakan sangat sulit, atau bisa juga dengan SiO2 yang kemudian dipanaskan hingga suhu 900C
menambahkan suatu zat ke dalam zat lain dengan untuk membentuk karbon mesoporous kiral nematik.
jumlah yang sedikit demi sedikit. Dekomposisi atau Karbon mesoporous ini dapat memiliki peran penting
pengurangan jumlah terjadi akibat adanya hidrolisis dalam perangkat elektronik misalnya saja perangkat
yang terjadi dalam cairan. Tetapi, hal yang biasa jika sensor gas. (Tabel 2 No.4)
produk yang dihasilkan tidak murni 100% atau Menezes dkk., (2009) membuat nanokomposit dari
terkontaminasi dengan pengotor. Hal itu pun pasti gabungan antara nanoselulosa dengan polietilen.
terjadi pada sintesis cairan ionik, dan pengotor yang Adanya peningkatan kekuatan,pengurangan massa
biasa mengkontaminasi produk adalah pelarut organik dan peningkatan biodegredibilitas pada komposit
(Gordon, 2003). yang dihasilkan menjadikan jenis komposit ini
menjanjikan sebagai bionanokomposit. (Tabel 2 No.5)

70
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Khan dkk., (2012) membuat lembaran (PLA). Namun, pada penelitian kali ini tidak adanya
nanokomposit dari gabungan antara nanoselulosa perbaikan sifat mekanik apabila dibandingkan dengan
dengan kitosan. Nanoselulosa berperan sangat baik PLA murni dikarenakan penambahan aditif yang tidak
dalam kitosan dan hanya dengan 3-5% dari cocok (DMAc/LiCl). (Tabel 2 No.7)
nanoselulosa yang ditambahkan dapat memberikan Fortunati dkk., (2012) membuat nanokomposit
nilai kekuatan tarik (tensile strength) yang lebih baik. asam polilaktik (PLA) dengan adanya penambahan
Adanya peningkatan sifat mekanik pada komposit ini nanoselulosa. Adanya penambahan nanoselulosa
kedepannya sangat berguna dalam bidang dapat memperkuat sifat penghalang (barrier) pada
pemaketan/pengepakan makanan yang menjanjikan hasil polimer komposit. Kedepannya komposit ini
untuk beberapa tahun kedepan. (Tabel 2 No.6) dapat menjadi bahan aktif anti racun. (Tabel 2 No.7)
Oksman dkk., (2006) membuat nanokomposit dari
gabungan antara nanoselulosa dengan asam polilaktik

R R

N N

CH X + AgY CH Y
- AgX
N N

CH3 CH3
Gambar 14. Sistematika Reaksi Metatesis dari Cairan Ionik Berbasis Garam Imidazolium. X = Br-, I-,
atau anion lainnya, R = Rantai alkil, Y = SCN-, CH3COO-, atau anion lainnya (Gordon, 2003)

Gambar 15. Hasil analisis SEM setelah pelarutan dari nanoselulosa serat katun

a b

Gambar 16. (a) suhu pelelehan (b) derajat kristalinitas dari nanokomposit
PVA/serat katun (Roohani dkk., 2008)

71
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Gambar 17, Sintesis dari nanokristalin selulosa-porphyrin konjugasi/CNC-por


(5) (Feese dkk., 2011)

Tabel 2. Aplikasi Nanoselulosa


No. Aplikasi Referensi
1 Nanokomposit selulosa dengan polyvinyl alcohol dan polyvinyl acetate Roohani dkk., 2008
2 Nanokomposit selulosa dengan porphyrin Feese dkk., 2011
3 Modifikasi permukaan hidrofobik nanoselulosa dengan garam amonium Salajková dkk., 2012
4 Nanokomposit selulosa dengan SiO2 Shopsowitz dkk.,
2011
5 Nanokomposit selulosa dengan polietilen (PE) Menezes dkk., 2009
6 Nanokomposit selulosa dengan kitosan Khan dkk., 2012
7 Nanokomposit selulosa dengan asam polilaktik (PLA) Oksman dkk., 2006;
Fortunati dkk., 2012
8 Nanokomposit selulosa yang ramah lingkungan Ma dkk., 2011
9 Nanokomposit selulosa dengan poliuretan Cao dkk., 2007
10 Templat nanokomposit selulosa untuk poros titania Shin dan Exarhos,
2007
11 Nanokomposit polioksietilen Samir dkk., 2004
12 Nanokomposit polielektrolit (spin coating) Cranston dan Gray,
2006
13 Nanokomposit polidialildimetilamonium klorida Podsiadlo dkk., 2005

Ma dkk., (2011) membuat lembaran komposit sebagai biomaterial dalam bidang pangan. (Tabel 2
ramah lingkungan dari nanoselulosa dengan matriks No.8)
selulosa. Nanoselulosa ditambahkan kedalam larutan Pei dkk., (2011) membuat nanokomposit dari
1-(2-hidroksiletil)-3-metil-imidazolinium klorida poliuretan dengan fraksi volume rendah dari
([HeMIM]Cl) yang mengandung matriks selulosa yang nanoselulosa. Pei dkk., menyatakan bahwa dengan
kemudian akan membentuk lembaran komposit. penambahan filler nanoselulosa sebanyak 1%berat
Lembaran komposit yang dihasilkan diketahui dapat meningkatkan modulus young, kekuatan tarik,
mengalami peningkatan sifat mekanik seperti dan keuletan dari polimer komposit yang dihasilkan.
kekuatan tarik (tensile strength) dan modulus young. (Tabel 2 No.9)
Lembaran komposit ini juga diketahui mengalami Shin dan Exarhos (2007) membuat template
peningkatan dalam stabilitas termalnya. Hal yang komposit dari nanoselulosa untuk titania berpori.
terpenting lainnya adalah lembaran komposit ini Material titania ini memiliki luas permukaan yang
bersifat ramah lingkungan, sehingga dapat digunakan tinggi (170-200m2/g) yang dapat digunakan sebagai

72
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

katalis, pendukung katalis, dan photovoltaics. (Tabel 2 Feese, E.; Hasan, S.; Hanna, S. G.; Dimitris S. A.; Reza A.
No.10) G., Photobactericidal Porphyrin-Cellulose
Samir dkk., (2004) membuat nanokomposit dari Nanocrystals: Synthesis, Characterization, and
polioksietilen (POE) dengan nanoselulosa. Samir dkk., Antimicrobial Properties. Biomacromolecules,
menyatakan bahwa pembentukan jaringan selulosa 2011, 12, 3528–3539.
antar ikatan hidrogennya berperan penting dalam Filson, P. B.; Benjamin, E.; Dawson A.; Diane S. B.,
peningkatan sifat mekanik dari komposit. (Tabel 2 Enzymatic-mediated production of cellulose
No.11) nanocrystals from recycled pulp. Green Chemistry,
Cranston dan Gray (2006) membuat nanokomposit 2009, 11, 1808–1814
polyelectrolyte multilayer (PEM) dari poly(allylamine Fortunati, E.; Peltzer, M.; Armentano, I.; Torre, L.;
hydrochloride) dengan nanoselulosa. Cranston dan Jiménez, A.; Kenny, J. M., Effects of modified
Gray melaporkan bahwa lembaran yang dibuat dengan cellulose nanocrystals on the barrier and migration
cara coatings lebih tebal dibandingkan dengan cara properties of PLA nano-biocomposites.
merendam dalam larutan. Lembaran yang dihasilkan Carbohydrate Polymers, 2012, 90, 948-956
memiliki sifat mekanik dan optik yang baik. George, J.; Ramana, K. V.; Bawa, A.S.; Siddaramaiah.,
Kedepannya komposit ini dapat berguna sebagai Bacterial cellulose nanocrystals exhibiting high
material biokompatibel. (Tabel 2 No.12) thermal stability and their polymer
Podsiadlo dkk., (2005) membuat nanokomposit nanocomposites. International Journal of Biological
lapis demi lapis (Layer-By-Layer) dengan Macromolecules, 2011, 48, 50–57
polidialildimetilamonium klorida (PDDA). Podsiadlo Gordon, C. M., Synthesis and Purification of Ionic
dkk., menyatakan bahwa komposit yang dihasilkan Liquid. at Ionik Liquid in Synthesis.P. Wasserscheid
merupakan jenis baru dalam sintesis material dan T. Welton (Eds.), Wiley Verlag, Frankfurt, 2003
komposit yang berlapis. Untuk selanjutnya, aplikasi Han, J.; Chengjun, Z.; Alfred, D. F.; Guangping, H.;
nanoselulosa juga mampu berperan penting dalam Qinglin, W., Characterization of cellulose II
biomedical dan sejenisnya. (Tabel 2 No.13) nanoparticles regenerated from 1-butyl-3-
methylimidazolium chloride. Carbohydrate
5. KESIMPULAN Polymers, 2013, 94, 773-781
Sintesis nanoselulosa dapat dilakukan dengan Hardian, A.; Mudzakir, A.; Sumarna, O., Sintesis dan
berbagai metode, diantaranya: metode mekanik karakterisasi kristal cair ionik berbasis garam fatty
(ultrasonikasi dan tekanan tinggi), metode kimia imidazolinium sebagai elektrolit redoks pada sel
(hidrolisis asam kuat, organosolv, pelarut alkali, surya tersensitisasi zat warna. Jurnal Sains dan
oksidasi, dan cairan ionik), metode biologis Teknologi Kimia, 2010, 1, 7-16
(menggunakan enzim). Pada paper ini dibahas secara Ioelovich, M., Optimal Conditions for Isolation of
lebih menyeluruh tentang aplikasi nanoselulosa dalam Nanocrystalline Cellulose Particles. Nanoscience
bidang nanokomposit. and Nanotechnology, 2012, 2(2), 9-13
Isdin O., Nanoscience in nature: cellulose nanocrystals.
6. DAFTAR PUSTAKA Surg, 2010, 3(2)
Menezes, A. J.; Siqueira, G.; Antonio, A. S. C.; Alain D., Khan, A.; Ruhul, A. K.; Stephane, S.; Canh, L. T.; Bernard,
Extrusion and characterization of functionalized R.; Jean, B.; Gregory, C.; Victor, T.; Musa R. K.;
cellulose whiskers reinforced polyethylene Monique L., Mechanical and barrier properties of
nanocomposites. Polymer, 2009, 50, 4552–4563. nanocrystalline cellulose reinforced chitosan
Bernardo, S. L. B.; Fabiano V. P.; Jean, L. P.; Bruno J., based nanocomposite films. Carbohydrate
Preparation morphology and structure of cellulose Polymers, 2012, 90, 1601–1608.
nanocrystals from bamboo fibers. Cellulose, 2012, Li, J.; Wei, X.; Wang, Q., Homogeneous isolation of
19, 1527–1536. nanocellulose from sugarcane bagasse by high
Cao, X.; Chen, Y.; Chang, P. R.; Muir, A. D.; Falk, G., pressure homogenization. Carbohydrate Polymers,
Starch-based nanocomposites reinforced with flax 2012, 90(4), 1609–1613
cellulose nanocrystals. eXPRESS Poly mer Letters Li, W.; Yue, J.; Liu, S., Preparation of nanocrystalline
2008, 2(7), 502–510 cellulose via ultrasound and its reinforcement
Cintil, J. C.; Lovely, M.; Sabu, T., Review of Recent capability for poly(vinyl alcohol) composites.
Research in Nano Cellulose Preparation from Ultrasonics Sonochemistry, 2012, 19, 479-485
different Lignocellulosic Fibers. Reviews on Liu, D.; Xiaoyu, C.; Yiying, Y.; Mindong, C.; Qinglin W.,
Advanced Material Science, 2014, 37, 20-28. Structure and rheology of nanocrystalline cellulose.
Cranston, E. D.; Derek G., Morphological and Optical Carbohydrate Polymers, 84, 2011, 316–322.
Characterization of Polyelectrolyte Multilayers Ma, H.; Zhou, B.; Li, H. S.; Li, Y. Q.; Ou, S. Y., Green
Incorporating Nanocrystalline Cellulose. composite films composed of nanocrystalline
Biomacromolecules, 2006, 7, 2522-2530 cellulose and a cellulose matrix regenerated from
Fadhlulloh, M. A.; Rahman, T.; Nandiyanto, A. B. D.; functionalized ionic liquid solution. Carbohydrate
Mudzakir, A., Review tentang sintesis SiO2 Polymers, 2011, 84, 383–389
Nanopartikel. Jurnal Integrasi Proses, 2014 , 5(1), Man, Z.; Nawshad, M.; Ariyanti, S.; Mohamad, A. B.;
30-45 Vignesh, K. M.; Sikander, R., Preparation of
73
Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 61 - 74

Cellulose Nanocrystals Using an Ionic Liquid. Shin, Y.; Exarhos, G. J., Template synthesis of porous
Journal of Polymer and the Environment, 2011 , 19, titania using cellulose nanocrystals. Materials
726-731 Letters, 2007, 61, 2594–2597
Montanari, S.; Mohamad, R.; Laurent, H.; Michel, R. V., Shopsowitz, K. E.; Wadood, Y. H.; Mark J. M., Chiral
Topochemistry of Carboxylated Cellulose Nematic Mesoporous Carbon Derived From
Nanocrystals Resulting from TEMPO-Mediated Nanocrystalline Cellulose. Angewandte Chemie
Oxidation. Macromolecules, 2005, 38, 1665-1671 International Edition, 2011, 50, 10991 –10995
Moon, R.J., Cellulose Nanomaterials Review: Structure, Swatloski, R. P.; Spear, S. K.; Holbrey, J. D.; Rogers, R. D.
Properties and Nanocomposites. Chemical Society, Dissolution of cellulose with ionic liquids. Journal
2011, 40, 3941-3994 of the American Chemical Society, 2002,
Nadanathangam, V.; Satyamurthy, P., Preparation of 124(18), 4974–4975
Spherical Nanocellulose by Anaerobic Microbial Taokaew, S.; Sutasinee, S.; Pongpun Si.; Muenduen
Consortium. Biotechnology and Food Science Phisalaphong., Biosynthesis and Characterizationof
IPCBEE, 2011, 7, 181-183 Nanocellulose-Gelatin Films. Materials, 2013, 6,
Oksman, K.; Mathew, A. P.; Bondeson, D.; Kvien, I., 782-794
Manufacturing process of cellulose Wang, H.; Changbin, Z.; Hong, H.; Lian W., Glucose
whiskers/polylactic acid nanocomposites. production from hydrolysis of cellulose over a
Composites Science and Technology, 2006, 66, novel silica catalyst under hydrothermal
2776–2784 conditions. Journal of Environmental Sciences,
Podsiadlo, P.; Seok, Y. C.; Bongsup, S.; Jungwoo, L.; 2012, 24(3), 473–478
Meghan, C.; Nicholas, A. K., Molecularly Engineered Wang, N.; Enyong, D.; Rongshi, C., Preparation and
Nanocomposites: Layer-by-Layer Assembly of Liquid Crystalline Properties of Spherical Cellulose
Cellulose Nanocrystals. Biomacromolecules, 2005, Nanocrystals. Langmuir, 2008, 24, 5-8
6, 2914-2918 Wawro, D.; Włodzimierz, S.; Andrzej, B., Manufacture
Quievy, N.; Jacquet, N.; Sclavons, M.; Deroanne, C.; of Cellulose Fibres from Alkaline Solutions of
Paquot, M.; Devaux, J., Influence of homogenization Hydrothermally Treated Cellulose Pulp. FIBRES &
and drying on the thermal stability of TEXTILES in Eastern Europe, 2009, 17(74), 18-22.
microfibrillated cellulose. Polymer Degradation Xiong, R.; Xinxing, Z.; Dong, T.; Zehang, Z.; Canhui, L.,
and Stability, 2010, 95(3), 306–314 Comparing microcrystalline with spherical
Rahman, T.; Fadhlulloh, M. A.; Nandiyanto, A. B. D.; nanocrystalline cellulose from waste cotton fabrics.
Mudzakir, A., Review: Sintesis Titanium Dioksida Cellulose, 2012, 19, 1189–1198.
Nanopartikel. Jurnal Integrasi Proses, 2014, 5(1), Yue, Y., A Comparative Study of Cellulose I and II
15-29 Fibers and Nanocrystals. Louisiana: Heilongjiang
Roohani, M.; Youssef, H.; Naceur, M. B.; Ghanbar E.; Ali, Institute of Science and Technology, 2007
N. K.; Alain D., Cellulose whiskers reinforced Zhang, J.; Thomas, J. E.; Yunqiao, P.; Arthur J. R., Facile
polyvinyl alcohol copolymers Nanocomposites. synthesis of spherical cellulose nanoparticles.
European Polymer Journal, 2008, 44, 2489–2498 Carbohydrate Polymers, 2007, 69, 607–611
Rosa, M. F.; Medeiros, E. S.; Malmonge, J. A.; Gregorski Zhao, X.; Cheng, K.; Liu, D., Organosolv pretreatment of
K. S.; Wood, D. F.; Mattoso, L. H. C.; Glenn, G.; Orts, lignocellulosic biomass for enzymatic hydrolysis,
W. J.; Imam, S. H., Cellulose nanowhiskers from Applied Microbiology and Biotechnology, 2009,
coconut husk fibers: Effect of preparation 82(5), 815–827
conditions on their thermal and morphological Zheng, Y.; Pan, Z.; Zhang, R., Overview of biomass
behavior. Carbohydrate Polymers, 2010, 81, 83-92 pretreatment for cellulosic ethanol production.
Sadeghifar, H.; Ilari, F.; Sarah, P. C.; Dermot F. B.; International Journal of Agricultural and Biological
Dimitris S. A., Production of cellulose nanocrystals Engineering, 2009, 2(3), 51-68
using hydrobromic acid and click reactions on their
surface. Springer. Journal Material Science, 2011
Salajková, M.; Lars, A. B.; Qi Z., Hydrophobic cellulose
nanocrystals modified with quaternary ammonium
salts. Journal of Materials Chemistry, 2012, 22,
19798
Samira, M. A. S. A.; Fannie A.; Jean, Y. S.; Alain, D.,
Cellulose nanocrystals reinforced
poly(oxyethylene). ELSEVIER Polymer, 2004, 45,
4149–4157
Sanchez, O.; Sierra, R.; Almeciga-Dıaz, C. J.,
Delignification Process of Agro-Industrial Wastes
an Alternative to Obtain Fermentable
Carbohydrates for Producing Fuel, 2011

74

You might also like