Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR PAYUDARA
I. DEFINISI
Tumor yang berarti pembengkakan (latin) menunjuk pada massa jaringan yang tidak
normal. Dapat berupa suatu keganasan (bersifat kanker) atau jinak (tidak bersifat kanker).
Hanya pada tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya atau bermetastasis.
II. ANATOMI
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat dalam
fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang mamma,
namun pada pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.
Mammae terletak di
bagian anterior dan termasuk
bagian dari lateral thoraks.
Kelenjar susu yang bentuknya
bulat ini terletak di fasia
pektoralis. Mammae melebar ke
arah superior dari iga dua,
inferior dari kartilago kosta enam
dan medial dari sternum serta
lateral linea midaksilanis. Pada
bagian mammae yang paling
menonjol terdapat sebuah papilla,
dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer lines pada
kompleks nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar).
Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada
biopsi mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke
arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari
bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus
laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut
ada jaringan ikat yang disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai
penyangga.
- Parenkim epithelial
b. Vaskularisasi (1,3)
1. Arteri
a. Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah satu
cabang dari arteri subclavia
2. Vena
3. Limfe
c. Persyarafan (3)
Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik.
Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan penyulit
paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus interkostobrakialis, nervus
kutaneus brakialis medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian
medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga
sering terjadi mati rasa pada daerah tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang
menginervasi muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang
menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus yang
menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada
mastektomi dengan diseksi aksila.
III. FISIOLOGI (2,3)
2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular dan
pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase pasca menstruasi.
3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara kolostrum
sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai sebagai respon
terhadap rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).
a. Anamnesis
Anamnesis yang baik dan terarah harus dilakukan sebelum pemeriksaan fisik.
Anamnesis ini meliputi pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali terperinci tentang faktor
resiko yang menyertai, seperti usia menarche, riwayat menstruasi, paritas dan menyusui. Usia
menarche dan perubahan pada fase menstruasi berkorelasi bermakna dengan penyakit jinak
dan ganas. Pertanyaan tentang terapi hormone yang mencakup kontrasepsi, tindakan bedah
sebelumnya perlu ditanyakan untuk memastikan kemungkinan keterlibatan hormonal dalam
penyakit payudara.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi visual
Dokter sebaiknya duduk menghadapi pasien yang sudah membuka pakaiannya sampai
sebatas pinggang kemudian diamati simetri dan perubahan kulit seperti fiksasi, elevasi,
retraksi dan wama payudara.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis
dipunggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak tangan
kanan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Pada
sikap duduk, benjolan yang tak teraba, ketika penderita berbaring kadang lebih mudah
ditemukan. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan,
darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu harus dibandingkan.
Pengeluaran cairan dari puting susu diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan, seperti karsinoma, papiloma di salah satu duktus dan kelainan yang disertai ektasi
duktus.
Lesi jinak condong lebih lunak, berbatas tegas, dan mobil di antara jaringan
sekitarnya. Sangat sering ia mempunyai bentuk elips atau bundar yang regular. Sayangnya,
kanker payudara yang dini, kecil, pula mempunyai sifat-sifat seperti ini pula. Tanda-tanda
klasik kanker payudara seperti pembesaran massa tak regular, edema pada kulit diatasnya,
fiksasi pada kulit atau jaringan dibawalmya, pelebaran vena-vena superficial, atau ulserasi,
secara ekstrim mencerminkan penyakit yang telah lanjut.
Meskipun pemeriksaan fisik yang terbaik, tetapi tidak dapat meneuntukan secara pasti
setiap gumpalan pada payudara. Pemeriksaan fisik dapat menentukan ada atau tidaknya
gumpalan dan konsistensi, pergerakan kekerasan dan perkiraan ukuran. Akan tetapi, satu-
satunya jalan untuk mendapatkan diagnose patologik adalah dengan teknik sampel yang
memakai jaringan untuk pemeriksaan patologik.
V. TUMOR JINAK PAYUDARA (4,6,7,9)
1. Kelainan Fibrokistik
Kelainan fibrokistik pada payudara ini sering pula disebut sebagai kista mammae.
Kista mammae merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama
terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang mengaitkan
pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan terapi pengganti hormon.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus
atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akan
bergabung menjadi kista yang lebih besar, perubahan ini terjadi karena adanya obstruksi dari
aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.
Kista bisa terbentuk pada satu mammae saja tetapi biasanya kista ditemukan
multifokal dan bilateral. Kista ini berukuran antara kurang dari 1 cm sehingga mencapai 5
cm. Karekteristiknya adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista berwama coklat
kebiruan (blue dome cyst) dan dipenuhi dengan serous dan cairan keruh. Produk sekretori di
dalam kista ini bisa mengalami kalsifikasi dan terlihat sebagai mikrokalsifikasi pada
pemeriksaan mammogram. Secara histologi, epitelium pada kista berukuran kecil biasanya
kuboidal dan berlapis-lapis.
Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 55 tahun,
walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang
menggunakan terapi pengganti hormon. Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang
ditemukan kista yang multiple. Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat
dipenuhi dengan kista. Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan
bahwa terdapat hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan sikius menstruasi
dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum menstruasi. Kista ini
biasanya dapat dilihat.
2. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang merupakan suatu proses hiperplastik atau
proliferasi terdiri dari unsur-unsur stroma dan epitel sebagai suatu penyimpangan dan
perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Fibroadenoma sering terjadi pada
usia awal reproduktif dan waktu puncaknya adalah antara usia 15 dan 35 tahun.
3. Papiloma Intraductus
4. Tumor Filoides
Tumor Filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang menyusup secara lokal dan
mungkin dapat menjadi suatu keganasan. Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam
ukuran besar. Tumor ini kebanyakan terdapat pada usia sekitar 45 tahun. Penatalaksaan pada
tumor ini adalah dengan eksisi luas. Bila tumor sudah sangat besar biasanya diperlukan
tindakan mastektomi simpleks. Bila tumor ternyata ganas, harus dilakukan mastektomi
radikal.
1. Mastitis periductal, sering muncul pada wanita menjelang menopause. Terjadi pelebaran
saluran yang diakibatkan oleh sumbatan yang berupa jaringan mati dan air susu.
2. Mastitis puerpuralis, muncul pada wanita hamil dan sesudah melahirkan. Terjadi akibat
terinfeksinya air susu oleh bakteri Staphylococcus aureus.
3. Mastitis supurativa
6. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak biasanya disebabkan akibat cedera, berupa massa keras yang sering agak
nyeri, namun tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Secara
klinis kelainan ini sulit dibedakan dengan karsinoma. Secara histopatologis terdapat jaringan
lemak yang mengalami fibrosis.
VI. TUMOR GANAS PAYUDARA (3,4,5,6)
a. Insiden
Sejauh ini belum diketahui etiologi pasti dari kanker payudara, namun ada beberapa
faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kanker payudara:
• Riwayat keluarga
Terdapat resiko peningkatan keganasan pada wanita yang dalam keluarganya (ibu, nenek
atau saudara perempuannya) menderita kanker payudara.
• Hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dan Harvard
School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang
signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang
sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak
atau menjadi ganas.
• Usia
Sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
• Reproduksi
• Diet
Kelebihan berat badan atau obesitas ditemukan dapat meningkatkan resiko terkena kanker
payudara, terutama bagi perempuan paska menopause. Sebelum menopause, ovarium
Anda menghasilkan sebagian besar estrogen. Setelah menopause, sebagian besar estrogen
wanita berasal dari jaringan lemak. Memiliki jaringan lemak berlebihan setelah
menopause dapat meningkatkan probabilitas Anda terkena kanker payudara akibat tingkat
estrogen.
• Radiasi:
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya
risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
c. Patofisiologi (3,4,5)
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-se! normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi
tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi sel
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh dalam tahap promosi,
karena diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan, yaitu gabungan dari sel-sel
yang peka dan suatu karsinogen.
d. Klasifikasi (3,4)
1. Non-invasif karsinoma
2. Invasif karsinoma
• Scirrhous karsinoma
• Special types
• Mucinous karsinoma
• Medulare karsinoma
• Tubular karsinoma
• Sekretori karsinoma
3. Paget’s Disease
Penyakit Paget puting susu (mammary paget’s) adalah suatu lesi eritematosa berbatas
disertai skuama yang menunjukkan adanya karsinoma saluran kelenjar lapisan dalam
payudara. Gejala awal yang sering adalah gatal atau rasa terbakar pada puting disertai erosi
permukaan atau ulkus. Diagnosa ditegakkan dengan biopsi pada daerah erosi. Sering lesi
didiagnosis dan ditangani sebagai dermatitis atau infeksi bakteri. Sir James Paget 15 kasus
ulkus puting susu kronik pada tahun 1874. Ia menemukan adanya warna muda terang pada
permukaan ulkus yang terlihat seperti eksim kulit difus yang akut mengemukakan bahwa
adanya iritasi kronik merupakan salah satu diagnosis keganasan pada wanita dengan 2 tahun
menderita tumor payudara. Keadaan pada kasus yang jarang ini dinamakan Paget’s disease.
Kejadian Paget’s disease dilaporkan sekitar I %-3% dari keganasan payudara. Gambaran
klasik histologi ditemukan pada epidermis puting susu dan areola mamma.
e. Stadium (3,4)
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian saat mendiagnosis
suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran
kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain.
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lain. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM
yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dan World Health
Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons).
STADIUM 0
Disebut juga Non-invasive Cancer. Yaitu kanker tidak menyebar keluar dari
pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara. Dalam
stadium ini dibagi menjadi 2:
1. Ductal carcinoma in situ : tipe kanker payudara non-invasive paling umum> pada DCIS,
kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar ke dinding duktus ke jaringan
payudara sekitarnya.
2. Lobular carcinoma in situ : terdapat pada kelenjar yang memproduksi air susu, namun
tidak berkembang melewati dinding lobules.
STADIUM I
STADIUM II a:
• Diameter tumor 2 – 5 cm. Belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada
ketiak.
• Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara., tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh
getah bening ketiak.
STADIUM IIB:
1. Diameter tumor 2 - 5 cm. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening
ketiak.
STADIUM III A:
• Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening ketiak.
STADIUM III B:
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bemanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau
bisajuga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas,
tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
STADIUM IIIC:
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening
dalam group N3 (Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah bening dibawah
tulang selangka).
STADIUM IV:
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu:
TNM merupakan singkatan dan “Tt’ yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu
atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga
faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi
dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, peniiaian TNM
sebagai berikut:
o T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada
atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara
kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
o N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum
• Stadium 1: T1 NO MO
• Stadium II B: T2 NI MO / T3 NO MO
Menurut American joint committee dalam kaitanya stadium klinik karsinoma mamma
kaitan dengan daya hidup yaitu:
Stadium II: garis tengah tumor < 5cm nodus (+), tidak 66 %
melekat, metastase (-)
f. Gejala Minis
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwama merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit
jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu
semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
• Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
• Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
3. Nipple discharge
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan
tidak normal. Cairan tersebut normal apabila terjadi saat kehamilan, menyusui atau saat
mengkonsumsi pil kontrasepsi. Wanita harus waspada bila dari puting susunya keluar
cairan darah, cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus
memijat puting susu, berlangsung terus-menerus, hanya pada satu payudara dan cairan
selain air susu.
• terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
• adanya metastasejauh;
• serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
2. USG
USG adalah tes yang baik digunakan bersama dengan mammografi, USG dapat
membantu membedakan antara kista dan massa padat pada payudara.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan apabila tes lain menunjukkan indikasi kuat terdapatnya kanker
payudara. Biopsy ada beberapa jenis:
a. Fine Needle Aspiration Biopsy, cairan atau jaringan dikeluarkan dan benjolan jarum halus
kemudian di petiksa oleh ahli patologi anatomi
b. Core Needle Biopsy, jarum yang digunakan dalam biopsy ini lebih besar dan FNAB. Hal
ini digunakan untuk mengangkat satu atau lebih janingan inti.
h. Pengobatan (3,5,8)
Pengobatan kanker pada stadium dini akan member harapan kesembuhan dan harapan
hidup yang baik. Pada stadium I, II, dan awal stadium III stadium pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II, dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya hanya
bersifat ajuvant.
1. Pembedahan
Mastektomi Total atau Sederhana: Dalam operasi ini seluruh payudara diangkat,
tetapi tidak termasuk kelenjar getah bening di bawah lengan atau jaringan otot di
bawah payudara. Kadang-kadang kedua buah payudara diangkat, terutama bila
dilakukan mastektomi untuk mencegah terjadinya kanker.
Mastektomi radikal termodifikasi: Operasi ini melibatkan pengangkatan seluruh
payudara serta beberapa kelenjar getah bening di bawah lengan ini adalah operasi
yang paling umum untuk wanita dengan kanker payudara yang seluruh
payudaranya diangkat.
Mastektomi radikal: ini adalah operasi besar di mana ahli bedah menghapus
seluruh payudara, kelenjar getah bening di bawah ketiak (aksila) , dan otot dinding
dada di bawah. Operasi ini dulu sangat umum, tetapi jarang dilakukan sekarang
karena mastektomi radikal termodifikasi telah terbukti bekerja sama baiknya.
Namun operasi ini masih dapat dilakukan untuk tumor besar yang tumbuh ke
dalam otot di bawah payudara.
2. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma yang bertujuan membunuli sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah,
nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pembenian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
4. Terapi Hormonal
Indikasi pembenian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat
metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi
karena efek terapinya lebih lama dan efek samping yang relatif sedikit. Tapi tidak semua
karsinoma mamma peka terhadap terapi hormonal. Kurang lebih 60% saja yang bereaksi
baik. Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang premenopause dengan
cara ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen.
i. Pencegahan (8,9,10)
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara.
Sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan pada saat pengaruh hormonal (progesterone dan
estrogen) seminimal mungkin, sekitar hari ke 5 – 10 setelah menstruasi.
• Apakah ada kelainan payudara (perubahan putting, edema payudara, benjolan, retraksi
kulit atau eritema)
2. Kedua tangan diangkat keatas, telunjuk dan jempol diletakkan diantara putting, pencet
dengan lembut apakah ada secret yang keluar.
3. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan berbaring, gunakan tangan kanan untuk meraba
payudara kiri dan sebaliknya. Rasakan apakah ada benjolan, dapat digerakkan atau tidak,
apakah ada nyeri tekan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki sikius haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi
keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
• Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
• Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
• Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
padawanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara
hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara
dini menjadi 75%.
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah
jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan altematif.