You are on page 1of 18

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

Stimulasi Potensi dan Keterampilan Pasien Anak dengan


Defisit Perawatan Diri Melalui Kegiatan
Cuci Tangan dan Sikat Gigi

OLEH:
KELOMPOK 4 dan 7
Desa Bandung Rejo
Bayu Aldi Imansyah 120070300011102
Lukmanul Hakim 120070300011093
Sirli Mardianna T. 120070300011094
Rizna Oktria V. 120070300011095

PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1
LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

Stimulasi Potensi dan Keterampilan Pasien Anak dengan


Defisit Perawatan Diri Melalui Kegiatan
Cuci Tangan dan Sikat Gigi

Pada tanggal 17 Februari 2014 di Desa Bandung Rejo


Kecamatan Bantur Kabupaten Malang

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4 dan 7
Desa Bandung Rejo
Bayu Aldi Imansyah 120070300011102
Lukmanul Hakim 120070300011093
Sirli Mardianna T. 120070300011094
Rizna Oktria V. 120070300011095

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Heni D. W, M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Soebagijono, S.Kep., M.Mkes.

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, tidak
hanya keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, sehingga secara
menyeluruh kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan yang tidak
dapat dipisahkan. Dari studi pendahuluan dan pengkajian yang telah
kelompok lakukan, didapatkan data bahwa masalah terbanyak yang
terdapat di kelima desa di Kecamatan Bantur adalah retardasi mental dan
konsumen jiwa sehat. Mayoritas penderita retardasi mental dan
konsumen jiwa sehat di Desa Bandung rejo belum mampu mandiri dalam
ADL serta masih kurang dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini
mendorong kelompok untuk melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK)
yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan untuk
mendukung dan mengoptimalkan intervensi yang telah dilakukan oleh
perawat.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan
terapi psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan
diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam
kegiatan aktivitas kelompok tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan
dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak
dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sosialisasi merupakan terapi
modalitas yang dapat digunakan sebagai upaya untuk memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
TAK Stimulasi Sosialisasi yang akan dilakukan ditujukan pada kelompok
klien dengan masalah yang sama. Latihan ketrampilan sosial atau yang
sering disebut dengan SST (Social Skill Training) merupakan salah satu
teknik modifikasi perilaku yang digunakan untuk membantu penderita
yang mengalami kesulitan dalam bergaul. Teknik ini dapat digunakan
sebagai teknik tunggal maupun teknik pelengkap yang digunakan
bersama-sama dengan teknik psikoterapi lainnya. Latihan ketrampilan
sosial maksudnya adalah latihan yang bertujuan untuk mengajarkan
kemampuan berinteraksi seseorang dengan orang lain. Sehingga pada

3
proposal ini kelompok berkeinginan mengajukan TAK Stimulasi
Ketrampilan Sosial untuk penderita retardasi mental sebagai terapi
modalitas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dan
kemampuan interaksi dengan orang lain pada penderita retardasi mental
dan konsumen jiwa sehat di Desa Bandung rejo Kecamatan Bantur.

1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK Stimulasi Ketrampilan Sosial yaitu peserta dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok secara bertahap.
Sementara, tujuan khususnya adalah:
1. Peserta mampu mensensorikan stimulus yang dipaparkan
dengan tepat
2. Peserta mampu menyelesaikan masalah dari stimulus yang
dialami

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
 Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan
konsumen jiwa sehat dan retardasi mental untuk
berkomunikasi secara verbal dan dengan orang lain dalam
kelompok secara bertahap
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
 Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa
secara holistik
 Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk
mengoptimalkan Strategi Pelaksanaan dalam implementasi
rencana tindakan keperawatan klien

1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan


 Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan
sebagai bahan kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa PSIK
sebagai aplikasi dari pelayanan Mental Health Nurse yang
optimal pada klien dengan konsumen jiwa sehat dan Retardasi
Mental.
1.3.4 Manfaat Bagi Puskesmas Bantur

4
 Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan
yang holistik pada pasien dengan Retardasi Mental pada
khususnya, sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih
optimal.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Terapi Aktivitas Kelompok


 Definisi kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari
berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,
kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika
anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti
dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

 Tujuan dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota
dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan
saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah. Kelompok merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan
menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan
perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan
dihargai eksistensi nya oleh anggota kelompok yang lain.

 Jenis Terapi Kelompok


1. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri (self-awareness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan, atau ketiganya.
2. Kelompok terapeutik

6
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit
fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya,
kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang
kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang
dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini
adalah sebagai berikut:
a. mencegah masalah kesehatan
b. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok
saling membantu dalam menyelesaikan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
Wilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual,
rekreasi, dan teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang
serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi,
seni, musik, menari, dan literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi
menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/Sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
Stimulasi Sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori melatih
mensensorikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Terapi
aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien mengorientasikan
pada kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas kelompok
Stimulasi Sensori untuk membantu klien melakukan Stimulasi Sensori
dengan individu yang ada disekitar klien.

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Ketrampilan Sosial


Social skills training (SST) diberikan untuk meningkatkan
kemampuan bersosialisi bagi individu ang mengalami isolasi sosial, harga
diri rendah, ansietas, dan gangguan-gangguan interaksi sosial lainnya.

7
Social skills training (SST) adalah salah satu intervensi dengan
teknik perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip bermain peran, praktek
dan umpan balik guna meningkatkan kemampuan klien dalam
menyelesaikan masalah pada klien depresi, skizofrenia, klien dengan
gangguan perilaku kesulitan berinteraksi, mengalami social phobia dan
klien yang mengalami kecemasan (Stuart, 2009).
Social skills training bertujuan meningkatkan keterampilan
interpersonal pada klien dengan gangguan hubungan interpersonal
dengan melatih keterampilan klien yang selalu digunakan dalam
hubungan dengan orang lain. Hal ini dikemukakan Landeen (2001) dalam
Kniesl (2004), tujuan Social skills training adalah meningkatkan
kemampuan social, menurut Elikens (2000) Social skills training bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan kemampuan seseorang utuk mengekspresikan apa
yang dibutuhkan dan diinginkan
2. Mampu menolak dan menyampaikan adanya suatu masalah
3. Mampu memberikan respon saat berinteraksi social
4. Mampu memulai interaksi
5. Mampu mempertahankan interaksi yang telah terbina.
Beberapa teknik yang digunakan dalam pelatihan ketrampilan
sosial adalah:
1. Modelling, yang dilakukan dengan cara memperlihatkan contoh
tentang ketrampilan berperilaku yang spesifik yang diharapkan
dapat dipelajari oleh pelatih. Model ini dapat langsung disajikan
oleh terapis, pemeran atau aktor/aktris, model melalui video,
ataupun gabungan dari model yang sesungguhnya dan model
video. Untuk memenuhi tujuan ini disusun langkah-langkah yang
akan diperagakan oleh model, baik langsung maupun melalui kaset
video. Ketrampilan yang diajarkan dapat berupa ketrampilan
tunggal maupun ketrampilan kombinasi. Ketrampilan tunggal hanya
memuat satu jenis ketrampilan dasar saja, misalnya ketrampilan
memulai pembicaraan, melakukan pembicaraan, mengakhiri
pembicaraan dan seterusnya. Ketrampilan kombinasi memuat
pelatihan mengenai aplikasi ketrampilan dasar untuk menghadapi
masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

8
2. Bermain Peran, dilakukan dengan cara mendengarkan petunjuk
yang disajikan model atau melalui video. Setelah itu biasanya
dilanjutkan dengan diskusi mengenai aktivitas yang dimodelkan.
Latihan verbalisasi sangat diperlukan di sini melalui diskusi
mengenai kejadian-kejadian yang sering membuat peserta berada
dalam kesulitan. Bagi pelatih, latihan ini dapat dilakukan dengan
cara menyajikan situasi/model dan menanyakan pada klien
mengenai apa yang akan dilakukannya apabila berada dalam
situasi seperti itu. Setelah diskusi selesai, latihan bermain peran
dapat dilakukan.
3. Umpan Balik terhadap Kinerja yang Tepat, yang dilakukan
dengan cara memberi pengukuh terhadap peserta yang
menunjukkan kinerja yang tepat, apabila peserta berhasil
melakukan peran yang dilatihkan secara in-vivo, maupun apabila
peserta mengemukakan target perilaku yang ingin dilakukan.
Pelaksanaan pelatihan ketrampilan sosial dapat secara individual
maupun kelompok.

BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI
KETRAMPILAN SOSIAL

3.1. AKTIVITAS DAN INDIKASI


Penelitian menunjukan bahwa social skills training merupakan
salah satu intervensi dengan teknik modifikasi perilaku yang dapat di
berikan pada klien dengan berbagai gangguan seperti depresi,
skizofrenia, anak yang mengalami gangguan perilaku kesulitan
berinteraksi, klien yang mengalami fobia sosial dan klien yang mengalami
ansietas. Hal ini menunjukan adanya hubungan bermakna dari
pelaksanaan social skills training dengan meningkatkan kemampuan klien

9
dalam berinteraksi dengan orang lain diawali dengan melihat,
mengobservasi, menirukan tingkah laku dan mempraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Terapi ini dapat diberikan pada klien: skizofrenia,
klien depresi, ansietas dan fobia social yang mengalami masalah isolasi
sosial, harga diri rendah, perilaku kekerasan dan cemas.

3.2. TUGAS DAN WEWENANG


1. Tugas Leader dan Co-Leader
- Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
- Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien
- Memberikan motivasi kepada klien
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien
2. Tugas Fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi
aktif
- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas Observer
- Mengamati dan mencatat respon klien
- Mencatat jalannya aktivitas terapi
- Melakukan evaluasi hasil
- Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader,
co leader, dan fasilitator)
4. Tugas Klien
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi

10
3.3. PERATURAN KEGIATAN
1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir
2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta
tidak boleh memotong pembicaraan orang lain
3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai
dilaksanakan
4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
- Peringatan lisan
- Dihukum : Menyanyi atau menari
- Diharapkan berdiri di belakang pemimpin selama lima menit
- Dikeluarkan dari ruangan/kelompok

3.4. TEKNIK PELAKSANAAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI Motorik (1)


SESI 1: Cuci Tangan

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Motorik (1)


Sasaran : Pasien DPD
Hari/ tanggal : Rabu/ 19 Februari 2014
Waktu : 30 menit
Tempat : Di Rumah warga Desa Bandung rejo Kecamatan Bantur
Terapis :
1. Leader : Lukmanul
2. Fasilitator dan Observer : Rizna, Sirli M, Bayu

A. Tujuan
 Klien mampu mempraktekkan cara mencuci tangan
 Klien mampu mencuci tangan secara mandiri

B. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain

C. Nama Klien
1. Ahmad
2. Habib
3. Dila ayu
4. Nurul

D. Setting

11
 Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

L K
F

K
K
Keterangan : F
L : Leader K
F : Fasilitator
K : Klien

F. Alat
 Sabun
 Tissue/Lap

G. Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencuci tangan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 30 ment.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja

12
a. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
mencuci tangan
b. Leader membagikan sabun dan tissue/lap untuk setiap peserta
c. Leader meminta klien untuk membasahi tangan dan
mengeluarkan sabun
d. Leader memeragakan cara mencuci yang benar
e. Klien menirukan dan memeragakan secara mandiri
f. Sementara klien mencuci tangan, fasilitator berkeliling untuk
memberi penguatan agar terus mencuci tangan
g. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mencuci
tangan
2. Membuat jadwal mencuci tangan
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

I. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi ketrampilan sosial sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mampu mencuci tangan dengan benar dan
mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 1: TAK
Stimulasi Motorik (1)
Kemampuan: Mencuci Tangan
Nama Klien
No Aspek yang Dinilai
1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai

13
akhir
2. Mempraktekkan cara mencuci tangan
dengan benar

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut
TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+)
jika ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK
stimulasi ketrampilan sosial dan mengikuti kegiatan sampai selesai,
anjurkan klien membuat jadwal.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI MOTORIK (2)


SESI 2: Gosok Gigi

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Motorik (2)


Sasaran : Pasien DPD
Hari/ tanggal : Kamis/ 20 Februari 2014
Waktu : 30 menit
Tempat : Di Rumah warga Desa Bandung rejo Kecamatan Bantur
Terapis :
1. Leader : Rizna Oktria
2. Fasilitator dan Observer : Sirli M, Lukman, Bayu
A. Tujuan
 Klien mampu mempraktekkan cara gosok gigi
 Klien mampu menggosok gigi secara mandiri setiap hari

B. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain

C. Nama Klien
1. Ahmad
2. Habib
3. Dila ayu
4. Nurul

D. Setting

14
 Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

L K
F

K
K
Keterangan :
L : Leader F
F : Fasilitator K
K : Klien

F. Alat
 Pasta gigi
 Sikat gigi
 Gelas kecil

G. Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggosok gigi
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 30 ment.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja

15
a. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
menggosok gigi
b. Leader membagikan pasta gigi, sikat gigi, dan gelas untuk
setiap peserta
c. Leader meminta klien untuk mengeluarkan sedikit pasta gigi ke
sikat gigi
d. Leader memeragakan cara menyikat gigi yang benar
e. Klien menirukan dan memeragakan secara mandiri
f. Sementara klien menggosok gigi, fasilitator berkeliling untuk
memberi penguatan agar terus menggosok gigi
g. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan menggosok
gigi
2. Membuat jadwal menggosok gigi
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

I. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi ketrampilan sosial sesi 2, kemampuan
yang diharapkan adalah mampu menggosok gigi dengan benar dan
mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 2: TAK
Stimulasi Motorik (2)

16
Kemampuan: Menggosok gigi
Nama Klien
No Aspek yang Dinilai
1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
2. Mempraktekkan cara menggosok gigi
dengan benar

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut
TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+)
jika ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK
stimulasi ketrampilan sosial dan mengikuti kegiatan sampai selesai,
anjurkan klien membuat jadwal.

17
DAFTAR RUJUKAN

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada
Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga
terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Insan Vol.8
No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang
Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among
Mothers of Children with Mental Retardation in South Korea: An
Examination of Moderating and Mediating Effects of Social Support.
Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak
Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-
tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan
Untuk Anak Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-
permainan-untuk-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Peshawaria et al. 2009. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A
Study of Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of
Children With Mental Retardation in India, (Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo01
08.html, diakses pada 20 Agustus 2011).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing,
8th edition, Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth
edition, Mosby, St.Louis.

18

You might also like