BAB III

METODE PENYELESAIAN

3.1 Pemodelan

a. Gambar Alat Reaktor

C6H5CH2CH3

Katalis Fe2O3

C6H5C2H3 (g)+H2(g)
C6H6 + C2H4
C6H5CH3 (g) + CH4 (g)

Gambar 3.1 Multiple Plug Flow Reactor

b. Reaksi
 Reaksi Utama :
C6H5C2H5 (g) ↔ C6H5C2H3 (g) + H2 (g)
A ↔ B + C
 Reaksi Samping :
C6H5C2H5 (g) → C6H6 (g) + C2H4 (g)
A → D + E
C6H5C2H5 (g) + H2 C6H5CH3 (g) + CH4 (g)
A C F G
 3.2 Algoritma Penyelesaian
3.2.1 Neraca Massa

𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐴
[ 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐴 ] + [ 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴 ] − [ 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐴 ] = [ ]
𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚

dNa
[Fa|v] + [𝑟𝐴 (∆𝑉)] - [Fa v+∆v ] = [ ]
dt

dNa
Karena kondisi operasi steady state, maka =0
dt

[Fa|v] + [𝑟𝐴 (∆𝑉)] - [Fa v+∆v ] = 0

−∆Fa = −rA ∆V : ∆V
lim ∆V = 0
−𝑑𝐹𝑎
= −𝑟𝐴
𝑑𝑉

Dimana Fa = CaV
𝑑𝑋𝐴
𝐹𝑎0 + 𝑟𝐴 = 0
𝑑𝑉
−𝑑𝐶𝑎.𝑉
+ 𝑟𝐴 = 0
𝑑𝑉
𝑑𝐶𝑎
−𝑉 = −𝑟𝐴
𝑑𝑉
𝑑𝐶𝑎 𝑟𝐴
=
𝑑𝑉 𝑉

3.2.2 Kecepatan Reaksi

Untuk neraca massa tersebut, berlaku persamaan laju reaksi :
rA = -k1CA + k2CA-k3CA-k4CACC
Diketahui nilai k masing-masing,yaitu :
−0,909 𝑥 108
k1 = 2,311𝑥 103 exp( )
𝑅𝑥𝑇
𝐾
k2 = 𝑘1 menggunakan persamaan equillibrium
−2,080 𝑥 108
k3 = 1,175 𝑥 109 exp( )
𝑅𝑥𝑇
−0,915 𝑥 108
k4 = 1,703 𝑥 103 exp( )
𝑅𝑥𝑇
Dengan T dalam Kelvin

3.2.3 Stokiometri
Dengan menganggap A (Etilbenzena) sebagai pereaktan pembatas maka
stokiometri reaksi tersebut dapat disusun sebagai berikut :
Spesies Umpan Perubahan Arus Keluar
Masuk Reaktor dalam Reaktor
(mol/waktu) Reaktor (mol/waktu)
(mol/waktu)
A FA0 -FA0X FA=FA0(1-X)
B FB0=θBFA0 b b
FA0X FB = FA0 (θB +a X)
a
c c
C FC0=θCFA0 FA0X Fc = FA0 (θc +a X)
a

D FD0=θDFA0 𝑑 d
FA0X FD = FA0 (θD +a X)
a
e e
E FE0=θEFA0 FA0X FE = FA0 (θE +a X)
a

F FF0=θFFA0 𝑓 f
FA0X FF = FA0 (θF +a X)
a
g g
G FG0=θGFA0 FA0X FG= FA0 (θG +a X)
a
c c
C FC0=θCFA0 − a FA0X FC = FA0 (θC-a X)

ε = YM0 x δ
2−1
δ= =1
1
YA0 = kemurnian reaktan = 100%
ε = 1x1=1
CB0 = CC0 = CD0 = CE0 = CF0 = CG0= 0
Maka persamaan C-nya menjadi :
1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴
CA = CA0 (1+εXA ) = CA0 (1+XA )
CB0
+𝑋𝐴 𝑋𝐴
CB = CA0 (CA0 ) = CA0 (1+XA )
1+εXA

CC0
+𝑋𝐴 𝑋𝐴
CC = CA0 (CA0 ) = CA0 (1+XA )
1+εXA

CD0
+𝑋𝐴 𝑋𝐴
CD = CA0 (CA0
1+εXA
) = CA0 (1+XA )
 CE0
+𝑋𝐴 𝑋𝐴
CE = CA0 (CA0 ) = CA0 (1+XA )
1+εXA

CF0
+𝑋𝐴 𝑋𝐴
CA0
CF = CA0 ( 1+εXA ) = CA0 (1+XA )

CG0
+𝑋𝐴 𝑋𝐴
CA0
CG = CA0 ( 1+εXA ) = CA0 (1+XA )

3.2.4 Kombinasi
Reaksi utama :
rA = -k1CA + k2CA-k3CA-k4CACC
1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴
rA = -k1 CA0 (1+XA ) + k2 CA0 (1+XA )-k3 CA0 (1+XA )-
1−𝑋𝐴 𝑋𝐴
k4 CA0 (1+XA ) CA0 (1+XA )
dCA 𝑟𝐴
dV
= 𝑉
1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴 𝑋𝐴
dCA −k1 CA0 ( )+ 𝑘2 CA0 ( ) − 𝑘3 CA0 ( )−𝑘4 CA0 ( ) CA0 ( )
1+XA 1+XA 1+XA 1+XA 1+XA
=
dV V
1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴 𝑋𝐴
dCA (−k1 + 𝑘2 − 𝑘3) CA0 ( )−𝑘4 CA0 ( ) CA0 ( )
1+XA 1+XA 1+XA
=
dV V

3.2.5 Neraca Panas

Neraca panas dapat diketahui dari profil temperatur terhadap volume yang dapat
dinyatakan dalam persamaan di bawah ini (Fogler, 2004):
𝑑𝑇 𝑈𝑎(𝑇𝑎 − 𝑇) + (−𝑟𝐴1)(−𝑟𝐴)[−∆𝐻𝑟𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑇)]
=
𝑑𝑉 𝐹𝑎𝑜[(∑ 𝜃𝐶𝑝 + 𝑋𝑎 ∆𝐶𝑝)]

Karena Adiabatis maka nilai Q = 0, sehingga persamaannya menjadi :

𝑑𝑇 (−𝑟𝐴)[−∆𝐻𝑟𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑇)]
=
𝑑𝑉 𝐹𝑎𝑜[(∑ 𝜃𝐶𝑝 + 𝑋𝑎 ∆𝐶𝑝)]

Penyelesaian persamaan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

algoritma persamaan diferensial biasa pada program scilab. Untuk
menyelesaikan persamaan, terlebih dahulu menghitung nilai Cp dan ∆HRx
sebagai berikut.

Untuk menghitung kapasitas panas digunakan persamaan :

Cp= A + BT + CT2 + DT3 + ET4 (Yaws, 1999)

Untuk menghitung nilai ∆HRx1 digunakan persamaan :

 ∆𝐻𝑅𝑋1(𝑇𝑟) = ∆𝐻Produk - ∆𝐻reaktan
858
∆𝐻𝑅𝑋1(𝑇) = ∆𝐻𝑜 (𝑇𝑟) +∫298 ∆Cp 𝑑𝑇

(Yaws, 1999)

Pada persamaan untuk membuat profil laju alir massa terhadap

volume reaktor, terdapat parameter k (kecepatan laju reaksi) dan C
(konsentrasi). Pada parameter k dan C terdapat parameter T (tempertatur)
yang tidak diketahui.
𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴 exp(− )
𝑅𝑇
𝐹𝑖 𝑇0
𝐶 = 𝐶𝑜(𝐹𝑡)( 𝑇 )

Untuk reaktor alir pipa, temperatur berubah-ubah di sepanjang

reaktor. Sementara untuk penyelesaian dengan algoritma persamaan
diferensial biasa hanya boleh terdapat 2 variabel, yaitu y sebagai variabel
dependent, dan x sebagai variabel independent. Pada persamaan untuk
membuat profil laju alir massa terhadap volume reaktor, laju alir massa
merupakan y dan volume reaktor merupakan x. Di sisi lain, pada persamaan
untuk membuat profil temperatur terhadap volume reaktor, temperatur
merupakan variabel independent (y) dan volume reaktor merupakan
variabel independent (x). Maka dari itu, penyelesaian kasus ini dapat
dilakukan secara simultan (secara bersamaan). Penyelesaian secara
simultan dapat dilakukan dengan menganggap parameter T sebagai laju
alir massa untuk senyawa ke-6, sehingga algoritmanya menjadi:
𝑑𝐹𝑓 (−𝑟𝐴)[−∆𝐻𝑟𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑇)]
=
𝑑𝑉 𝐹𝑎𝑜[(∑ 𝜃𝐶𝑝 + 𝑋𝑎 ∆𝐶𝑝)]

Seluruh parameter T pada semua persamaan yang berlaku diubah

menjadi Ff.
3.3 Logika Pemrograman

Start

Input Values :
T = 585oC, Xa = 0.7, Fao = 5000 kg/jam Cao = 0.2 K = 1

Input Equation :
-ra ; k1, k2, k3,k4 ; Ca, Cb, Cc, Cd, Ce ; Cpa, Cpb,
Cpc, Cpd, Cpe ; ∆Hrx utama (T) ; ∆Hrx samping (T)

For X = 0.1 to 0.7

Ordinary Differential Equations:

𝑑𝐶𝑎 𝑟𝐴
𝑁𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = =
𝑑𝑉 𝑉
1−𝑋𝐴 1−𝑋𝐴 𝑋𝐴
dCA (−k1 + 𝑘2 − 𝑘3) CA0 ( )−𝑘4 CA0 ( ) CA0 ( )
1+XA 1+XA 1+XA
=
dV V

𝑑𝑇 𝑈𝑎(𝑇𝑎 − 𝑇) + (−𝑟𝐴1)(−𝑟𝐴)[−∆𝐻𝑟𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑇)]
=
𝑑𝑉 𝐹𝑎𝑜[(∑ 𝜃𝐶𝑝 + 𝑋𝑎 ∆𝐶𝑝)]

Next X

Table of V and Xa ; Diagram of V vs Xa

Table of T and Xa ; Diagram of T vs Xa
(Ff = T)

End
3.4 Bahasa Pemograman