You are on page 1of 12

STRUKTUR MORFOLOGI GINJAL DAN SIFAT FISIK URINE

A. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui struktur anatomi makroskopis ginjal mamalia (Kambing)


2. Mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urin

B. Alat dan Bahan

 Alat yang digunakan :


1. Bak parafin
2. Pisau
3. Gunting
4. Penusuk
5. Pinset
6. Gelas beaker kecil
7. pH stick

 Bahan yang digunakan :


1. Ginjal kambing segar
2. Urine probandus

C. Langkah Kerja

 Mengamati struktur morfologi ginjal kambing

Mengamati struktur ginjal bagian luar dengan seksama

Membelah ginjal

Mengamati bagian – bagian ginjal sebagai berikut:


Arterirenalis, Vena renalis, Ureter , Pelvis renalis, Kapsula ginjal, Calyx mayor,
Caylix minor, Papilla renalis, Piramida renalis, Koreks, dan Medulla
 Mengamati sifat fisik urine

1. Pemeriksaan warna urine

Memasukkan ± 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan


cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut

Menyatakan warna urine tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning
tua,kuning kemerahan, merah, coklat kehijauan dan putih seperti susu

2. Pemeriksaan kejernihan urine

Melakukan langkah yang sama seperi pemeriksaan warna urine

Menyatakan kejernihan urine dalam jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh

3. Pemeriksaan pH dalam urine

Memasukkan urine pada tabung reaksi kemudian celupkan pH stick

Mengamati perubahan warnanya dan mencatat pH-nya


D. Tabulasi Data

NO PROBANDUS WARNA KEJERNIHAN pH


1 Wahyu Kuning muda Jernih 7

2 Diah Kuning tua Jernih 6

3 Lia Kuning muda Jernih 6

4 Endri Kuning muda Jernih 7

5 Gilang Kuning kecoklatan Jernih 6

6 Fazha Kuning muda Keruh 7

7 Ami Kuning muda Jernih 7

E. Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal
dan mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urin.

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mengamati struktur
anatomi mikroskopis dari ginjal. Ginjal yang digunakan adalah ginjal mamalia (Kambing).
Pengamatan pertama tertuju pada bentuk luar dari ginjal tersebut. Kemudian ginjal dibelah
tepat ditengahnya dan diamati struktur bagian dalamnya.

Ginjal terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal pada tiap sisi dari aorta dan
vena kava, tepat pada posisi ventral terhadap beberapa vertebra lumbal yang pertama.
Ginjal dikatakan retroperitoneal, artinya terletak di luar rongga peritoneal (Frandson,
1992).

Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena besarnya lobus
hepatis kanan. Secara mikroskopis, sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi
dua gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer/tepi yang beraspek gelap
diebut korteks, dan selebihnya yang agak cerah disebut medulla, berbentuk piramid
terbalik. Secara mikroskopis, korteks yang gelap tampak diselang dengan interval tertentu
oleh jaringan medulla yang berwarna agak cerah, disebut garis medulla (medullary rays).
Substansi korteks di sekitar garis medulla disebut labirin korteks. Medulla tampak lebih
cerah dan tampak adanya jalur-jalur yang disebabkan oleh buluh-buluh kemih yang lurus
dan pembuluh darahnya (Hartono, 1992).

Nabib (1987) menjelaskan secara histologi ginjal terdiri atas tiga unsur utama, yaitu (1).
Glomerulus, yakni suatu gulungan pembuluh darah kapiler yang masuk melalui aferen, (2).
Tubuli sebagai parenkim yang bersama glomerulus membentuk nefron, suatu unit
fungsional terkecil dari ginjal, dan (3).Interstisium berikut pembuluh-pembuluh darah,
limfe dan syaraf.

Gambaran Mikrostruktur Nefron Ginjal (Christensen et.al.,2002)

 Mikrostruktur nefron ginjal:

Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Didalam setiap ginjal terdapat sekitar
1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap nefron
terdiri dari kapsula bowman, tubulus kontraktus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontraktus distal yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Glomerulus bersama Kapsul
Bowman juga disebut badan Malpigi.

Jalinan glomerulus merupakan kapiler-kapiler khusus yang berfungsi sebagai penyaring. Kapiler
glomerulus dibatasi oleh sel-sel endotel mempunyai sitoplasma yang sangat tipis, yang
mengandung banyak lubang disebut fenestra dengan diameter 500-1000A0 Setiap korpus renal
berdiameter 200 μm dan terdiri atas seberkas kapiler yaitu glomerulus, dikelilingi oleh kapsul epitel
berdinding ganda yang disebut (Alatas et al., 2002).

Lapisan luar membentuk batas luar korpuskulus renal (lamina parietalis) yang terdiri atas epitel
selapis gepeng yang ditunjang lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Lapisan dalam (lamina
visceralis) meliputi kapiler glomerulus yang terdiri dari sel-sel podosit. Pada kutub urinarius dari
korpuskulus renal, epitel gepeng dari lapisan parietal kapsula Bowman, berhubungan langsung
dengan epitel selindris dari tubulus kontraktus proksimal. Tubulus ini lebih panjang dari tubulus
kontraktus distal dan karenanya tampak lebih banyak dekat korpuskulus renalis dalam labirin
korteks.

Lengkung henle adalah struktur berbentuk U terdiri atas ruas tebal descenden dengan struktur
yang sangat mirip tubulus kontraktus proksimal; ruas tipis descenden dan ruas tebal ascenden
strukturnya sangat mirip dengan tubulus kontraktus distal. Lebih kurang sepertujuh dari semua
nefron terletak dekat batas korteks-medula yang disebut dengan nefronjukstamedula. Nefron
lainnya disebut nefron kortikal. Semua nefron turut serta dalam proses filtrasi, absorpsi dan
sekresi.

Bila ruas tebal ascend lengkung henle menerobos korteks, struktur histologisnya tetap
terpelihara tetapi menjadi berkelok-kelok dan disebut tubulus kontortus distal, yaitu bagian
terakhir nefron yang dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Lumen tubulus distal lebih besar dan karena
sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari tubulus proksimal, maka tampak lebih banyak
sel dan inti dinding tubulus distal.

Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens, yang saling bergabung dan
membentuk duktus koligens yang lebih besar dan lebih lurus yaitu duktus papilaris Bellii yang
berangsur-angsur melebar sewaktu mendekati puncak piramid. Tubulus koligens yang lebih kecil
dilapisi oleh epitel kuboid dan berdiameter kurang lebih 40μm. Dalam medulla, duktus kolagens
merupakan komponen utama dari mekanisme pemekatan urine (Junquera, 1995).

Fungsi utama ginjal terangkum dibawah ini, yang menekankan peranannya sebagai organ
pengatur dalam tubuh.

 Fungsi Ekskresi
a. Mengeluarkan zat toksis/racun
b. Mengatur keseimbangan air, garam/elektrolit, asam /basa
c. Mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion lain)
d. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea,
asam urat dan kreatinin)
e. Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat

 Fungsi Non Ekskresi


Mensintesis dan mengaktifkan Hormon:
a. Renin, penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropoetin, merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
c. 1,25-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3 menjadi bentuk yang paling
kuat
d. Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilator, bekerja secara lokal, dan
melindungi dari kerusakan iskemik ginjal
e. Degradasi hormon polipeptida
f. Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH dan hormon
gastrointestinal (gastrin, polipeptida intestinal vasoaktif)

Berdasarkan pengamatan, ginjal berbentuk seperti biji kacang. Bagian luarnya diselimuti
oleh selaput berwarna putih tipis. Selaput tipis ini sebenarnya adalah jaringan ikat yang
disebut sebagai kapsula renalis. Saat dibelah, bagian dalam ginjal terdiri dari dua warna,
bagian tepi berwarna merah dan bagian tengah berwarna putih. Setelah dibelah terlihat
bagian-bagian ginjal, diantaranya korteks, medula, pelvis renis, hilus, calyx minor, piramida
renalis, dan calyx mayor. Bagian dalam ini terlihat bangunan seperti cekungan-cekungan.
Bagian cekungan ini disebut sebagai hilum.

Kegiatan kedua adalah mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urin. Urin
yang digunakan adalah urin praktikan yang telag dikumpulkan di dalam beker glass.

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikanoleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalamdarah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai saranakomunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran
kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan
berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin
dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan
urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning
pekat atau cokelat

Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-
garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun secara
normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin
yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur
lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).

Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi),


penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi
di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan
augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang
beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah
dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma. (Roberts, 1993).

Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat
membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering
dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan
menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang
diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan
kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin
mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam
tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan
warna abnormal. (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila
substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan
mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas
normal atau tidak (Ganong 2002).

Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun
pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat
sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya
umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar
pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di
waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung
dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau
merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin
yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin
meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah
pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari,
dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi
kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam.
(Evelyn 1993).
1. Warna Urine

Apabila kita perhatikan warna urine, adakalanya memiliki makna tertentu karena
kadang-kadang didapat kelainan yang berarti secara klinis. Warna urine di uji pada tebal lapisan
7-10 cm dengan cahaya tembus, tindakan ini dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi
sampai ¾ penuh dan dilihat dalam posisi dimiringkan. Warna urine dapat dinyatakan sebagai
berikut: tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning-tua, kuning bercampur berah, merah
bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau, dsb.

Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis; makin besar diuresis,
makin muda warna urine tersebut. Biasanya warna normal urine berkisar antara warna kuning
muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama
urokom dan urobilin.

 Beberapa sebab yang dapat mempengaruhi warna urine

Kuning:

1. Zat warna normal dalam jumlah yang besar; urobilin, urokom

2. Zat warna abnormal ; bilirubin

3. Obat-obatan ; riboflavin (dengan fluoresensi hijau), cascara, santonin, senna. Zat-zat


tersebut berwarna kuning dalam suasana asam.

Hijau:

1. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan

2. Obat-obatan ; evan’s blue, metilen blue

3. Mikroorganisme/kuman; B pyocyaneus

Merah:
1. Zat warna normal dalam jumlah besar; uroeritrin

2. Zat warna abnormal; hemoglobin, porfirin, porfobilin

3. Obat-obatan; senna, cascara, santonin, amidopirin, congo red. Zat-zat tersebut


berwarna merah dalam suasana basa.

4. Mikroorganisme / kuman ; B. Prodigiosus

Coklat:

1. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan

2. Zat warna abnormal; bilirubin, hematin, porfobilin

Coklat tua:

1. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan

2. Zat warna abnormal; darah tua, alkapton, melanin

3. Obat-obatan; derivat fenol, arginol

Serupa susu:

1. Zat normal dalam jumlah besar: fosfat,urat

2. Zat abnormal; getah prostat, zat-zat lemak,chylus, bakteri-bakteri dan protein yang
membeku

2. Kejernihan

Uji kejernihan urine sama seperti uji warna. Nyatakan keadaan urine dengan salah satu
dari: jernih, agak keruh, atau sangat keruh. Perlu diperhatikan apakah urine yang dianalisis itu
keruh pada saat dikeluarkan atau setelah dibiarkan beberapa lama. Tidak semua macam
kekeruhan menunjukan sifat abnormal. Urine yang normalpun akan keruh jika dibiarkan atau
didinginkan, kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan
leukosit yang lambat laun mengendap.

 Sebab-sebab urine menjadi keruh

1. Bila urine keruh sejak awal ditampung, kemungkinan adanya fosfat yang cukup
banyak (dari konsumsi makanan), adanya bakteri, sel-sel epitel atau sel eritrosit dan
leukosit, chylus yang berasal dari adanya butir-butir lemak atau adanya zat-zat
koloidal lain.

2. Bila urine menjadi keruh setelah didiamkan, kemungkinan adanya nubecula, urat-urat
amorf, fosfat-fosfat amorf, adanya bakteri yang bukan berasal dari dalam badan
namun terdapat pada botol penampung.

Berdasarkan pengamatan didapat data bahwa semua urine probandus memiliki warna
kuning walaupun ada yang kuning muda, kuning tua, dan kuning kecoklatan namun tetap
tergolong urine normal. Pada uji kejernihan didapat bahwa enam probandus memiliki urine
jernih sedangkan yang satu memiiki urine keruh, alasan urine menjadi keruh disebabkan oleh
adanya fosfat yang cukup banyak (dari konsumsi makanan), adanya bakteri, sel-sel epitel atau
sel eritrosit dan leukosit, chylus yang berasal dari adanya butir-butir lemak atau adanya zat-zat
koloidal lain.

Setelah mengamati warna dan kejernihan, pengamatan selanjutnya adalah mengukur ph urin.
Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph stik yang dicelupkan ke dalam urin yang
telah ditampung di dalam beker glass. Warna yang muncul kemudian dicocokkan dengan
indikator warna yang sudah ada. pada uji pH urine didapatkan rentang ph 6 hingga 7, hal
tersebut masuk dalam kategori normal.
F. Kesimpulan

1. Ginjal berbentuk seperti biji kacang. Ginjal ini diselaputi oleh jaringan ikat tipis yang
disebut kapsula renalis. Bagian dalam ginjal terdiri dari korteks, medula, pelvis renis,
hilus, calyx minor, piramida renalis, dan calyx mayor.
2. Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-
garam anorganik dan pigmen-pigmen. Karakteristik urin normal memiliki warna urin
pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di
waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Urin normal biasanya
bening dan memilihi derajat keasaman (pH) berkisar dari 4,5 – 8,0. pH ini bervariasi
sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan.

G. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mashudi, Sugeng.2011.Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar Aplikasi Model

Pembelajaran Peta Konsep.Jakarta : Salemba Medika.

Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta:

FMIPA UNY.

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.

You might also like